Anda di halaman 1dari 13

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERHUBUNGAN

DENGAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


AKTUALISASI DIRI
Disusun untuk memenuhi mata ajar Aktualisasi Diri
Disusun Oleh :
Husnia Tahta Afwina

22020113130076

Elisya Kharuniawati

22020113130060

Luthfia Pravitakari Astuti

22020113140088

Nurul Inabah

22020113130121

Dewi Ulfah
Mike Saeli Yuliana

22020113140116

Rizka Wulandari Wahidah

22020113130089

Isna Intan Jauhara

22020113130086

Saroh

22020113120033
A 13 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

Diagnosa Keperawatan Berhubungan Dengan Kebutuhan Dasar Manusia


Aktualisasi Diri
A. Pengertian
Aktualisasi diri menurut Hirarki merupakan kebutuhan dasar
manusia yang paling tinggi. Semakin tinggi kebutuhan dasar manusia
maka akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
Manusia dapat mengalami gangguan kebutuhan dasar manusia, salah
satunya kebutuhan aktualisasi diri.
Perawat memiliki diagnose keperawatan pada setiap kebutuhan
manusia, salah satunya yaitu diagnose keperawatan ynag berhubungan
dengan aktualisasi diri pada diri sseorang.
B. Gangguan Identitas Diri
Identitas pribadi adalah prinsip pengorganisasian dari kepribadian
yang

bertanggung

jawab

terhadap

kesatuan,

berkesinambungan,

konsistensi dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan


otonomi dan mencangkup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja. Namun ada
individu yang tidak mampu mengaktualisasikan diri dengan identitas
pribadinya karena disebabkan oleh beberapa hal.
Gangguan
identitas
pribadi
yaitu

ketidakmampuan

mempertahankan persepsi diri yang utuh dan terintegrasi atau kekaburan /


ketidakpastian memandang diri sendiri. Penuh dengan keraguan, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
Batasan karakteristik pada klien dengan gangguan identitas pribadi
menurut NANDA 2014 adalah memiliki sifat personal kontradiktif,
deskripsi waham tentang diri sendiri, gangguan citra tubuh, kebingungan
gender, ketidakefektifan koping, gangguan hubungan, ketidakefektifan
performa peran, merasa kosong, merasa aneh, perasaan yang berfluktuasi
tentang diri sendiri, ketidakmampuan membedakan stimulus internal dan
eksternal, ketidakpastian tentang nilai budaya (misalnya mempertanyakan
kepercayaan, agama, dan moral), ketidakpastian tentang tujuan, dan

ketidakpastian

tentang

nilai

ideologis

(misalnya

mempertanyakan

kepercayaan, agama, dan moral).


Tanda dan gejala yang menandai seseorang mengalami gangguan
identitas pribadi yaitu:
1. Tidak ada percaya diri
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersonal
5. Ragu / tidak yakin terhadap keinginan
6. Projeksi ( menyalahkan orang lain )
Faktor yang yang melatarbelakangi

seseorang

mengalami

gangguan identitas pribadi yaitu harga diri rendah kronik, indoktrinasi


pemujaan, diskontinuitas budaya, diskriminasi, disfungsi proses keluarga,
mengonsumsi zat kimia toksik, inhalasi zat kimia toksik, kondisi manik,
gangguan kepribadian ganda, sindrom otak organik, prasangka, gangguan
psikiatrik (misalnya psikosis, depresi, gangguan disosiatif), krisis
situasional, harga diri rendah situasional, perubahan peran sosial, tahap
perkembangan, tahap pertumbuhan, dan penggunaan obat psikoaktif.
Contoh kasus pada klien dengan gangguan identitas pribadi :
Laki-laki itu memberi tahu polisi bahwa namanya Indra
Darmawan. Lelaki berkulit putih berusia 42 tahun ini terlibat perkelahian
di restoran tempat kerjanya. Saat polisi tiba, mereka menemukannya tidak
membawa kartu identitas. Ia mengatakan pada mereka bahwa ia telah
datang ke kota tersebut beberapa minggu yang lalu, namun tidak dapat
mengingat dimana ia tinggal atau bekerja sebelum datang ke kota itu.
Mesti tidak ada tuduhan yang diberikan kepadanya, polisi memintanya
datang ke ruang gawat darurat untuk dievaluasi. Indra tahu kota apa itu
dan tahu tanggal berapa sekarang dan menyadari bahwa terasa aneh kalau
ia tidak mengingat masa lalunya, tetapi terlihat tidak peduli dengan hal itu.
Tidak ada bukti adanya luka fisik atau trauma otak atau penyalahgunaan
obat maupun alkohol.
Polisi membuat beberapa pertanyaan dan menemukan bahwa Indra
sesuai dengan profil seseorang yang hilang, Amri Ibrahim, yang telah
menghilang sebulan sebelumnya dari sebuah kota yang berjarak 2000 mil.
Bu Amri ditelepon dan meyakinkan bahwa Indra benar suaminya. Ia
melaporkan bahwa suaminya yang telah bekerja di tingkat manajemen

madya di sebuah perusahaan manufaktur, tengah mengalami kesulitan di


tempat kerja sebelum menghilang. Ia tidak dipromosikan dan penyelianya
sangat kritis terhadap pekerjaannya. Tekanan kerja tampak mempengaruhi
perilakunya di rumah. Sebelumnya ia mudah bergaul dan bersosialisasi,
lalu ia menarik diri dan mulai mengkritik istri dan anak-anaknya.
Kemudian sesaat sebelum menghilang, ia berdebat keras dengan
anak laki-lakinya yang berusia 18 tahun. Anaknya memanggilnya
pecundang dan keluar dari rumah. Dua hari kemudian, laki-laki itu
menghilang. Saat dihadapkan dengan istrinya lagi, ia mengaku tidak
mengenalinya namun jelas ia tampak gugup.
C. Keputusasaan (00124)
Domain 6 : Persepsi diri
Kelas 1 : Konsep diri
Definisi: Kondisi subjektif yang ditandai dengan individu memandang
hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada alternatif atau pilihan pribadi dan
tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingan sendiri
Batasan Karakteristik:
a. Menutup mata
b. Penurunan afek
c. Penurunan selera makan
d. Penurunan respon terhadap stimulus
e. Penurunan verbalisasi
f. Kurang inisiatif
g. Kurang keterlibatan dalam asuhan
h. Pasif
i. Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang mengajak
bicara
j. Gangguan pola tidur
k. Meninggalkan orang yang mengajak bicara
l. Isyarat verbal
Faktor yag berhubungan:
a. Diasingkan
b. Penurunan kondisi fisiologis
c. Stress jangka panjang
d. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual
e. Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
f. Pembatasan aktivitas jangka panjang
g. Isolasi sosial
D. Harga Diri Rendah Situasional

Harga diri rendah situasional adalah suatu keadaan ketika individu


yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan
negatif mengenai

diri

dalam

berespon

terhadap

suatu

kejadian(kehilangan,perubahan).
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negative
yang berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya per
awatandiri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
(NANDA, 2005). Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang
tiba-tiba,misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
putushubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi ( korban
perkosaan,dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ). (Dalami dkk, 2009).
Klien yang mempunyai gangguan harga diri rendah akan
mengisolasi diri dari orang lain dan akan muncul perilaku menarik
diri,gangguan sensori persepsi halusinasi bisa juga mengakibatkan adanya
waham.
Faktor predisposisi
a. Faktor

yang

mempengaruhi

orangtua,harapan

orangtua

harga

tidak

diri

realistis,

penolakan

sekolah

ditolak,

pekerjaan.
b. Faktor yang mempengaruhi performa peran : stereotip peran
gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya
c. Faktor yg mempengaruhi indentitas pribadi :ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebayadan perubahan struktur
sosial.

Faktor presipitasi
Ketegangan peran oleh stress yang berhubungan dengan frustasi
yang

dialami

dalam

peran/posisi,

halusinasi,

pendengaran,

dan

penglihatan, kebingungan tentang seksualitas diri sendiri, kesulitan


membedakan diri sendiri dari orang lain, gangguan citra tubuh, mengalami
dunia seperti dalam mimpi.
Contoh Kasus Pada Kasus HDR-Situsional

Klien dibawa ke RSJ Tampan dengan diantar oleh keluarga dengan


alasan berdiam diri, menangis sendiri, sering memecahkan peralatan
rumah tangga, tidak mau makan dan mengeluh sering mendengarkan
suara-suara yang menakutkan. Sebelumnya klien memang mengalami
syok yang hebat, ia sebelumnya pernah bekerja menjadi TKI di Malaysia.
Pada saat ia pulang ke Indonesia kondisinya memang sangat
memprihatinkan, ia di perkosa oleh majikannya sendiri dan dilakukan
berulang-ulang oleh sang majikan. Pada saat dilakukan pengkajian
terhadap klien, klien tampak mengalami syok dan sering berdiam diri.
Masalah Keperawatan

: Merasa harga diri rendah dan tidak


berharga.

Diagnosis Keperawatan

a. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


b. Isolasi Sosial : Menarik Diri
E. Persiapan untuk Meningkatkan Konsep Diri (00167)
Domain 6

: persepsi diri

Kelas 1

: konsep diri

Kesiapan untuk meningkatkan konsep diri


Definisi : pola persepsi atau gagasan tentang diri yang memadai untuk
mencapai kesejahteraan dan dapat ditingkatkan.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain.
Batasan karakteristik
a. Menerima kekuatan dan keterbatasan
b. Mengunkapkan rasa percaya diri terhadap kemampuan
c. Mengungkapkan kepuasan atas pikiran tentang diri sendiri, rasa
harga diri, performa peran, citra tubuh, dan identitas personal
d. Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan konsep diri
e. Tindakan sesuai dengan ekspresi verbal (misalnya tentang
perasaan dan pikiran)

Contoh kasus :
Seorang anak usia 9 tahun selalu menonton kartun di televise
sebelum berangkat ke sekolah. Pada suatu hari karena asik menonton
televise, ia terburu-buru berangkat ke sekolah. Saat mengecek tasnya, ia
baru ingat bahwa ada PR ynag belum dikerjakan. Tiba-tiba mukanya
merah dan melemparkan tasnya ke lantai. Biasanya pada kondisi tersebut
orang tua akan menenangkan anak dan menasehati agar lain kali dia tidak
menonton televise saat akan berangkat ke sekolah namun menggunakan
waktunya untuk mengecek kembali tas sekolah dan pelajarannya. Dan
respon yang sering kita dapat dari anak jika orang tua melakukan hal
seperti itu adalah ia akan marah atau malah berteriak pada orang tua.
Tujuan orang tua sebenarnya ingin anak menyadari kesalahannya namun
cara tersebut secara tidak langsung malah membuat anak semakin merasa
dirinya bersalah dan menimbulkan penilaian yang buruk pada dirinya
sendiri. Cara yang paling tepat mungkin adalah dengan membuat aturan
baru untuk mengatasi masalah tersebut bukan menyalahkan anak.
Mungkin dengan orang tua mengecek perlengkapan sekolah anak sebelum
berangkat sekolah atau membantu anak menjelaskan pada gurunya.
F. Risiko Pelemahan Martabat (00174)
Domain 6: Persepsi diri
Kelas 1: Konsepdiri
Definisi: Berisikoterhadappersepsikehilangan rasa hormatdankehormatan.
Batasan Karakteristik:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Keganjilan budaya
Pengungkapan informasi
Pemajanan tubuh
Ketidakadekuatan partisipasi dalam pembuatan keputusan
Kehilangan kendali fungsi tubuh
Merasa tidak diperlukan secara manusiawi
Merasa terhina
Merasa terganggu oleh praktisi
Merasakan invasi terhad apprivasi

j. Label yang menstigma


k. Penggunaan istilah medis yang membingungkan

G. Resiko Gangguan Identitas


Risiko gangguan identitas adalah risiko ketidakmampuan
mempertahankan persepsi diri yang terintegrasi dan komplet.
Factor Risiko :
a. Hargadiri rendah kronik
b. Indoktrinasi pemujaan
c. Diskriminasi
d. Disfungsi proses keluarga
e. Mengonsumsi zat kimia toksik
f. Inhalasi zat kimia toksik
g. Kondisimanik
h. Gangguan kepribadian ganda
i. Sindromotak organic
j. Prasangka
k. Gangguan psikiatrik (mis : psikosis, depresi, gangguandisosiatif)
l. Krisis situasional
m. Harga diri rendah situasional
n. Perubahanperansosial
o. Tahap perkembangan
p. Tahap pertumbuhan
q. Penggunaan obat psikoaktif
H. Harga diri rendah kronik: evaluasi diri/perasaan negative tentang diri
sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama.
Batasan karakteristik:
a. Bergantung pada pendapat orang lain
b. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
c. Melebih-lebihkan umpan balik negative tentang diri sendiri
d. Secara berlebihan mencari penguatan
e. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
f. Enggan mencoba situasi baru
g. Enggan mencoba gal baru
h. Perilaku bimbang kontak mata kurang
i. Perilaku tidak asertif
j. Sering kali mencari penegasan
k. Pasif
l. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri
m. Ekkspresi rasa bersalah
n. Ekspresi rasa malu

Faktor yang berhubungan:


a. Ketidakmampuan adaptasi terhadap kehilangan
b. Kurang kasih saying
c. Kurang persetujuan
d. Kurang keanggotaan dalam kelompok
e. Persepsi ketidaksesuaian antara norma budaya dan diri
f. Persepsi ketidaksesuaian antara norma spiritual dan diri
g. Persepsi kurang rasa memiliki
h. Persepsi kurang dihargai oleh orang lain
i. Gangguan psikiatrik
j. Kegagalan berulang
k. Penguatan negative berulang
l. Peristiwa traumatik
m. Situasi traumatic

I. Risiko harga diri rendah kronik, berisiko mengalami penilaian diri atau
perasaan negative dalam jangka panjang tentang diri sendiri atau kemampuan diri
Faktor risiko:
a. Ketidakefektifan adaptasi pada kehilangan
b. Kurang afeksi
c. Kurang keanggotaan dalam kelompok
d. Adanya kesenjangan antara diri dan norma budayaa
e. Adanya kesenjangan antara diri dan norma spiritual
f. Merasa kurang memiliki
g. Merasa kurang dihargai orang lain
h. Gangguan psikiatrik
i. Kegagalan berulang
j. Kejadian traumatik
k. Situasi traumatik
J. Risiko harga diri rendah situasional, beririko mengalami persepsi
negative tentang harga diri rendah sebagai respons terhadap situasi saat ini.
Faktor risiko:
a. perilaku tidak selaras dengan nilai
b. penurunan kendali terhadap lingkungan
c. perubahan perkembangan
d. gangguan citra tubuh
e. kegagalan
f. gangguan fungsi
g. riwayat ditinggalkan
h. riwayat penganiayaan
i. riwayat ketidakberdayaan yang dipelajari
j. riwayat pengabaian
k. kurang pengenalan
l. kehilangan
m. penyakit fisik

n. penolakan
o. perubahan peran social
p. harapan diri tidak realistis
K. Gangguan citra tubuh, konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik
individu
Batasan karakteristik:
a. Perilaku mengenali menghindari tubuh individu
b. Perilaku memantau tubuh individu
c. Respons nonverbal terhadap perubahan aktual pada tubuh (misalnya
penampilan, struktur, fungsi)
d. Respons nonverbal terhadap persepsi perubahan pada tubuh (missal
penampilan, struktur, fungsi)
e. Mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan
tentang tubuh individu (missal penampilan, struktut, fungsi)
f. Mengungkapkan persepsi yang mencerminkan perubahan pandangan
tentang tubuh individu dalam penampilan
Objektif

Perubahan actual pada fungsi


Perubahan actual pada struktur
Perilaku mengenali tubuh individu
Perubahan dalam kemampuan memperkirakan hubungan spasial

tubuh terhadap lingkungan


Perubahan dalam keterlibatan social
Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan
Secara sengaja menyembunyikan bagian tubuh
Secara sengaja menonjolkan bagian tubuh
Trauma pada bagian yang tidak berfungsi
Secara tidak sengaja menyembunyikan bagian tubuh
Secara tidak sengaja menonjolkan bagian tubuh

Subyektif

Depersonalisai kehilangan melalui kata ganti yang netral


Depersonalisasi bagian melalui kata ganti yang netral
Penekanan pada kekuatan yang tersisa
Ketakuan terhadap reaksi orang lain
Focus pada penampilan masa lalu
Focus pada fungsi masa lalu
Focus pada kekuatan masa lalu
Meningkatkan pencapaian

Perasaan negative tentang tubuh (mis. Perasaan ketidakberdayaan,

keputusasaan, lemah,)
Personalisasi kehilangan dengan menyebutkannya
Personalisasi bagian dengan menyebutkannya
Fokus pada perubahan
Focus pada kehilangan
Menolak memverikasi perubahan actual
Mengungkapkan pertumbuhan gaya hidup

Faktor yang berhubungan


a. Biofisik
b. Kognitif
c. Budaya
d. Tahap perkembangan
e. Penyakit
f. Cedera
g. Perceptual
h. Psikososial
i. Spiritual
j. Pembedahan
k. Trauma
l. Terapi penyakit
Diagnosa lain yang mungkin muncul dalam aktualisasi diri adalah sebagai
berikut :
a. Ketidakefektifan pemberian ASI
b. Diskontinuitas pemberian ASI
c. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI
d. Ketegangan peran pemberi asuhan
e. Risiko ketegangan peran pemberi asuhan
f. Ketidakmampuan menjadi orang tua
g. Kesiapan meningkatkan menjadi orang tua
h. Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua
g. Risiko gangguan perlekatan
h. Disfungsi proses keluarga
i. Gangguan proses keluarga
j. Kesiapan meningkatkan proses keluarga
k. Ketidakefektifan hubungan
l. Kesiapan meningkatkan hubungan
m. Risiko ketidakefektifan hubungan
o. Konflik peran orang tua
p. Ketidakefektifan performa peran
r. Hambatan interaksi social

DAFTAR PUSTAKA
Anna Budi Keliat, SKp. (2000). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial
Menarik Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Asuhan Keperawatan
pada Kasus di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. (1998). Direktorat
Kesehatan Jiwa Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Dep-Kes RI,
Jakarta.
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses
Interaksi (API). Jakarta : fajar Interpratama.
Stuart and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa, alih bahasa
Hapid AYS, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi : Lima. Jakarta : EGCDalami,
dkk. (2009).
Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri,
Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Jakarta : EGC.
http://www.academia.edu/8400644/Diagnosis_Keperawatan_NANDA_2014
https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Dissociative+Fugue

Anda mungkin juga menyukai