Pembimbing Akademik :
Ns. Elsa Naviati, M.Kep, Sp.Kep.An
Pembimbing Klinik :
Siti Kharisah, S.Kep. Ns.
Disusun Oleh :
Zulfa Nur Aini 22020114120125
Nur Aas Aisah 22020114130121
Ria Afnenda Naibaho 22020114120010
Shelfi Widyastuti 22020114130127
Fanny Dewi Hastuti 22020114120069
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya
menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun telah ada
kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab
kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat. Munculnya organisme
nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik,
ditemukannya organisme-oeganisme yang baru (seperti Legionella),
bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya
penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan
penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia
masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok. Bayi dan anak kecil lebih
rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum
berkembang dengan baik. Pneumonia seringkali merupakan hal yang terakhir
terjadi pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu.
Pasien peminum alkohol, pasca bedah, dan penderita penyakit pernafasan kronik
atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini.
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia
disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi yang
kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Pneumonia digolongkan atas dasar
anatomi seperti pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia) dan
pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Tetapi, klasifikasi pneumonia infeksius
atas dasar etiologi dugaan atau yang terbukti secara diagnostik atau terapeutik
lebih relevan.
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkioli
terminalis. Bronkopneumonia adalah nama yang diberikan untuk sebuah
inflamasi paru-paru yang biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-
bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat
sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik
dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-
orang yang lemah, Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada anak bronkopneumonia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian bronkopneumonia
b. Untuk mengetahui etiologi bronkopneumonia
c. Untuk mengetahuipatofisiologibronkopneumonia
d. Untuk mengetahuimanifestasi klinis bronkopneumonia
e. Untuk mengetahuifactor resiko bronkopneumonia
f. Untuk mengetahuikomplikasi bronkopneumonia
g. Untuk mengetahuipemeriksaan fisik bronkopneumonia
h. Untuk mengetahuipemeriksaan penunjang bronkopneumonia
i. Untuk mengetahuipenatalaksanaan bronkopneumonia
j. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada anak
bronkopneumonia
k. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan anak
dengan bronkopneumonia berdasarkan prioritas masalah
l. Dapat menentukan intervensi, melakukan tindakan dan evaluasi pada anak
dengan bronkopneumonia
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli
telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti
secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia interstitialis
c. Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi
a. Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired
pneumonia = CAP)
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based
pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
4. Patofisiologi
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan
respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar
25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran
pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi
neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan
menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran
darah yamg melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran
fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan
peningkatan kerja jantung.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi
progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus,
resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara
enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk.
Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi
intrapleura menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat
berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan
jaringan ikat dan pembentukan perlekatan (Bennete, 2013)
5. Manifestasi Klinis
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara
mendadak sampai 39-40 C dan mungkin disertai kejang karena demam yang
tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah
beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif (Bennete, 2013).
6. Factor Resiko
Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian Bronkopneumonia adalah sebagai
berikut :
Usia
Status Gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama
dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu
merupakan predisposisi yang lain (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan
tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat sehingga menyebabkan
keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah
satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut
adalah status gizi.
Rumah
Status sosioekonomi
7. Komplikasi
Penyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa, seringkali juga
terjadi bronkopneumonia pada anak. Berikut beberapa komplikasi dari penyakit
bronkopneumonia yaitu :
a. Otitis media
b. Bronkiektase
Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis
juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.
c. Abses Paru
Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam
paru paru.
d. Empiema
8. Pemeriksaan Fisik
Bentuk kepala
Warna rambut
Distribusi rambut
Ada lesi atau tidak
Hygiene
Ada hematoma atau tidak
2. Mata
3. Telinga
4. Hidung
5. Mulut
Warna bibir
Mukosa bibir lembab atau tidak
Mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
Reflek mengisap
Reflek menelan
6. Dada
Paru paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi
Jantung
Abdomen
7. Ekstremitas
9. Pemeriksaan penunjang
a. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner
b. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
c. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
d. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
e. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
f. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat
albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis
metabolic dengan atau beberapa lobus
g. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
h. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
10. Penatalaksanaan
Respiratory Monitoring
5. Kurang pengetahuan Dalam tindakan keperawatan selama 1) Memberikan penjelasan tentang Menambah pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya 2x24 jam Pengetahuan orang tua penyakit anak, pencegahan, keluarga sehingga dapat
pemahaman terhadap informasi meningkat dengan kriteria hasil : penatalaksanaan di rumah sakit atau membantu dalam proses
yang dapat dilakukan dirumah agar perawatan anak
mampu mengulang kembali penjelasan
yang diberikan. orang tua mengetahui dan mau aktif Peran ibu sangatlah penting
ikut serta dalam setiap tindakan. dalam proses penyembuhan
anak
2) Memotivasi ibu untuk
melaksanakan anjuran petugas.
6. Ketidakseimbangan nutrisi Dalam tindakan keperawatan selama Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh b.d 4x24 jam
ketidakmampuan pemasukan atau
Nutritional Status : food and Fluid
mencerna makanan atau
1) Mengidentifikasi faktor yang dapat Makanan hangat dapat
Intake
mengabsorpsi zat-zat gizi
menimbulkan mual dan muntah meningkatkan rasa nyaman
berhubungan dengan faktor
diperut anak
biologis, psikologis atau ekonomi 2) Memberikan makan porsi kecil tapi
Adanya kondisi kronis dapat
Kriteria Hasil : sering.
menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap
a. Adanya peningkatan berat badan 3) Menyajikan makanan dalam
infeksi, atau lambatnya respon
sesuai dengan tujuan keadaan hangat.
terhadap terapi
b. Berat badan ideal sesuai dengan 4) Menimbang BB setiap har]i
tinggi badan
5) Kaji adanya alergi makanan
c. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
d. Tidak terjadi penurunan berat badan
yang dibutuhkan pasien.
yang berarti
Nutrition Monitoring
I. PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Klien/Pasien
b. Tanggal pengkajian : 21 September 2017 Jam 14.00
c. Tanggal masuk : 20 September 2017 Jam 11.00
d. Ruangan : Melati Kelas 1
e. Identitas
Nama : An.E
Tanggal lahir/umur: 11-Mei-2014 /3 Tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Diagnosa medis : Bronkopnemonia
Penanggung jawab: Ny.D
B. Riwayat Klien
1. Keluhan utama saat ini :
Ibu klien mengatakan klien batuk dan pilek
2. Riwayat penyakit klien sebelum masuk rumah sakit :
Ibu klien mengatakan klien batuk kemudian dibawa ke klinik, satu minggu
kemudian belum sembuh dan dibawa ke IGD pada tanggal 20 September 2017
pukul 11.32 WIB
3. Riwayat sakit sebelumnya :
Ibu klien mengatakan klien sempat dirawat di perinatologi selama 2 minggu
setelah lahir.
4. Riwayat kehamilan (ANC, masalah kesehatan selama kehamilan, dll) :
Ibu klien mengatakan saat hamil rutin periksa kehamilan, hipertensi saat hamil,
dan gizi buruk saat hamil
5. Riwayat persalinan (jenis persalinan, penolong persalinan, apgar skor, penyulit
persalinan, dll):
Ibu klien mengatakan melahirkan dengan normal dibantu oleh bidan dengan
berat badan lahir 2000mg (BBLR), panjang badan 48 cm
6. Riwayat imunisasi
Hepatitis BI BCG
Hepatitis B II Hepatitis B III
Polio I Polio II
Polio III Polio IV
DPT I DPT II
DPT III Campak
7. Riwayat alergi :
Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan
8. Riwayat pemakaian obat-obatan :
Ibu klien mengatakan saat di klinik klien di uap dan diberikan obat namun tidak
tahu jenis obat yang diberikan
9. Riwayat tumbuh kembang (Sejak lahir hingga sekarang):
Motorik halus:
Klien dapat menumpuk 8 buah kubus
klien dapat mencuci tangan dan mengeringkannya
klien dapat mengenakan sepatu
klien dapat memakai baju dan celana
klien tidak dapat membuat garis lurus
klien dapat membedakan 2 warna (pink dan bukan pink)
Motorik kasar:
klien dapat melompat 2 kaki
klien tidak dapat mengayuh sepeda roda 3
Bahasa :
klien dapat mengidentifikasi tempat dan orang lain
klien dapat mengidentifikasi arti kata atas, bawah, depan
klien dapat mendengarkan cerita
klien dapat menyebut nama, umur, dan tempat
Personal sosial :
klien dapat bermain bersama teman
klien dapat mengikuti aturan permainan
2. Genogram
Keterangan gambar :
: laki-laki : klien
: perempuan : meninggal
: tinggal dalam satu rumah
800-900-52 = - 152
c. Diuresis : jumlah urine cc/kgBB
3. Istirahat tidur
a. Lama waktu tidur (24 jam) : 8 jam
b. Kualitas tidur : nyenyak
c. Tidur siang : ya
d. Kebiasaan sebelum tidur : puggung dielus elus, tidur di dada ibu
4. Pengkajian nyeri (sesuai usia, lampirkan alat ukur): tidak ada keluhan nyeri
5. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Bagian Keterangan
Kulit dan kelenjar Tidak ada pembesaran kelernjar getah bening, warna
kulit merata, turgor kulit baik
Kepala dan wajah Bentuk kepala mesochepal, rambut hitam penyebran
merata, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Mata Mata simetris, konjungtiva anemis, kantus mata 2,5cm,
kelopak mata tidak bengkak dan tidak cekung, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, reflek cahaya baik
Hidung Terdapat lendir pada kedua lubang hidung, tidak
luka/lesi, tidak ada nyeri tekan
Mulut Mukosa bibir lembab, bibir simetris, jumlah gigi 20,
tidak ada karies gigi, tidak terdapat sariawan, tidakada
pembesaran tongsil
Telinga Telinga simetris, bersih, batas telinga atas sejajar
dengan garis khayal mata, tidak ada luka/lesi, tidak ada
nyeri tekan, fungsi pendengaran baik
Leher Warna kulit sama dengan kulit sekitar, trakea berada
ditengah, tidak pembesaran tiroid, tidak ada luka/lesi
Dada (jantung dan Inspeksi : Dada simetris, warna kulit merata, tidak ada
paru) retraksi dinding dada, tidak ada luka/lesi,
tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba icus cordis di ICS
V mid clavicula sinistra, traktil fremitus
teraba sama di kedua lapang paru
Perkusi : sonor di lapang paru, redup di basalparu,
pekak di batas jantung ICS 2 kanan, ICS 2
sampai 5 kiri.
Auskultasi: terdengar suara ronkhi di basal paru, suara
jantung reguler terdengar S1 di ICS 5 dan S2
di ICS 2
Abdomen Inspeksi : Tidak terdapat luka, perut datar
Auskultasi : Bising usus 10 x/menit
Perkusi : suara timpani di lapang perut
Palpasi : cubit perut <2 detik, tidak ada pembesaran di
hati
Ekstremitas Ekstremitas atas:
Kekuatan otot 5/5
CRT <2 detik
Terpasang kateter IV di tangan kanan
Ekstremitas bawah:
Kekuatan otot 5/5
CRT <2detik
Tidak terdapat pembengkakan di ekstremitas
Genitalia Terdapat labiya mayora dan minora, genitalia bersih,
tidak terdapat luka, tidak terdapat discharge, klien dapat
BAK normal tanpa nyeri.
Anus dan rektum Tidak terdapat luka di area rektum, klien dapat BAB
norrmal tanpa nyeri, tidak terdapat hemoroid
Sanpicilin 250 mg/ 6 IV Kegunaan sanpicillin (ampicillin) adalah untuk Kebanyakan efek samping yang Penggunaan antibiotik
jam mengobati infeksi yang disebabkan oleh muncul dari pemakaian obat- sanpicillin (ampicillin)
bakteri yang peka terhadap ampicillin seperti obat dengan zat aktif ampicillin harus dihindari pada pasien
infeksi saluran nafas : otitis media akut, faringitis adalah mual, muntah, ruam kulit, dengan riwayat pernah
yang disebabkan streptococcus, faringitis, dan antibiotik kolitis. mengalami reaksi
sinusitis. Efek samping yang jarang hipersensitivitas pada
Ampicillin adalah antibiotik pilihan pertama seperti angioedema ampicillin dan antibiotik
untuk pengobatan infeksi-infeksi yang dan clostridium difficile beta laktam lainnya seperti
disebabkan enterococcus seperti endocarditis dan diarrhea. penicillin dan
meningitis.
Perawatan medis harus segera cephalosporin.
Sanpicillin (ampicillin) digunakan juga untuk diberikan jika tanda-tanda
pengobatan gonore, infeksi kulit dan jaringan pertama dari efek samping
lunak, infeksi saluran kemih, muncul karena jika seseorang
infeksi salmonella dan shigela . mengalami reaksi
hipersensitivitas terhadap
sanpicillin (ampicillin), dapat
mengalami shock anafilaktik
yang bisa berakibat fatal.
Colson 250 mg/ 8 IV Digunakan untuk demam tifus, paratifus, infeksi Hipersensitivitas, ruam,urtikaria, Pasien yang hipersensitf
jam salmonella sp sp, h.influenzae, terutama infeksi mual, muntah, diare, sakit kepala dan terhadap colsancetine
meningeal, rickettsia, lympogranulloma psitatacosis, super infeksi.
bakteri gram negatif penyebab bakteria meningitis,
infeksi kuman yang resisten terhadap antibiotik lain,
tidak untuk hepatobilier dan gonorrhea.
Ventolin + ampul+ Nebul Ventolin (salbutamol) umumnya digunakan untuk Palpitasi, nyeri dada, denyut jantung Riwayat hipersensitive
flixotide ampul mengobati bronkospasme (misalnya penyakit asma cepat, tremor terutama pada tangan,
karena alergi tertentu, asma bronkial, bronkitis kram otot, sakit kepala dan gugup.
asmatis, emfisema pulmonum), dan penyakit paru
obstruktif kronik (ppok)
9. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
Kolaborasi:
- injeksi Sanpicilin
250mg/6 jam
- injeksi colsan
250mg/8 jam
3 21/09/20 Ketidakseimba Dalam tindakan Nutrition Management
17/15.30 ngan nutrisi keperawatan selama
1. Identifikasi faktor yang
kurang dari 4x24 jam
dapat menimbulkan
kebutuhan
Nutritional Status : food mual dan muntah
tubuh b.d
and Fluid Intake 2. Berikan makan porsi
ketidakmampu
kecil tapi sering.
an pemasukan
Kriteria Hasil :
3. Sajikan makanan
atau mencerna
dalam keadaan hangat.
makanan atau 1. Tidak ada tanda
4. Timbang BB setiap
mengabsorpsi tanda malnutrisi
harI
zat-zat gizi 2. Tidak terjadi
5. Kaji adanya alergi
berhubungan penurunan berat
makanan
dengan faktor badan yang
6. Kolaborasi dengan ahli
biologis, berarti
gizi untuk menentukan
psikologis atau 3. Konjungtiva tidak
jumlah kalori dan
ekonomi anemis
nutrisi yang
4. Adanya
dibutuhkan pasien.
peningkatan porsi
makan menjadi
Nutrition Monitorin
- 1 porsi
5. Hb dalam rentang 1. BB pasien dalam batas
normal (11,5 normal
16,5) 2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
6. Monitor mual dan
muntah
7. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
8. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
12. IMPLEMENTASI
Tgl/waktu No.Dx Implementasi Respon Ttd
Kep
21 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim
16.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpms
3 Mengkaji riwayat S:
alergi pasien Ibu mengatakan
tidak ada alergi
makanan
O:-
21 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
16.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
21 September 2017 2 Mengauskultasi S: - Tim
16.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
21 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
16.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
21 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
16.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat
21 September 2017 1 Memberikan terapi S: - Tim
16.05 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
21 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
18.00 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam terapi
3 Menganjurkan makan S:
sedikit tapi sering dan Pasien mengatakan
memonitor adanya tidak nafsu makan,
mual dan muntah ibu mengatakan
anak tidak mual dan
muntah
O:
Pasien terlihat
sedikit dipaksa ibu
untuk mau makan
22 September 2017 1 Memberikan terapi S: - Tim
06.00 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
22 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
06.15 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam dan terapi
colsan 250mg/8jam
3 Menganjurkan makan S:
sedikit tapi sering dan Ibu mengatakan
memonitor adanya jumlah asupan
mual dan muntah makan meningkat
dari 3 sendok tiap
makan menjadi 7
sendok tiap makan
Anak mengatakan
sudah mau makan
sedikit demi sedikit
O:
Anak terlihat mau
membuka mulut
tanpa dipaksa
22 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim
16.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpm
22 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
16.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
22 September 2017 2 Mengauskultasi S: - Tim
16.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
22 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
16.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
22 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
16.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat
22 September 2017 1 Memberikan terapi S: - Tim
16.05 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
22 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
18.00 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam terapi
23 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim
05.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpm
23 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
05.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
23 September 2017 1 Mengauskultasi S: - Tim
05.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
23 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
05.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
23 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
05.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat
23 September 2017 1 Memberikan terapi S: - Tim
06.00 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
23 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
06.15 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam dan terapi
colsan 250mg/8jam
S:
- Pasien mengatakan tidak mau
makan
- Ibu klien mengatakan klien makan
3xsehari hanya 3 4 sendok tiap
3 kali makan
O: Pasien menggelengkan kepala dan
menutup mulut saat diminta untuk makan
A: Masalah nafsu makan pasien belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi memotivasi anak
untuk makan dan memberikan makan
sedikit tapi sering pada anak
2 22 1 S: Pasien mengatakan hidungnya Tim
September tersumbat
2017 / O: Terdengar adanya sekret di saluran
20.00 WIB napas
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi
P: Lanjutkan pemberian uap/nebulizer
untuk mengenerkan dan mengeluarkan
dahak pasien
3 S:
Ibu mengatakan nafsu makan klien
meningkat menjadi 7 8 sendok tiap kali
makan
O:
Anak tampak membuka mulut tanpa
dipaksa
Anak tampak lemah
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi memotivasi anak
untuk makan dan memberikan makan
sedikit tapi sering pada anak
3 23 1 S: Tim
September Pasien mengatakan sudah tidak merasa
2017/20.30 sesak nafas dan hidungnya sudah tidak
WIB terlalu tersumbat
O:
Tidak terdengar sekret di jalan nafas
A:
Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi nebulizer dan minum
air hangat
2 S:-
O:
Terdengar ronkhi
RR 24x/menit
Pengembangan dada simetris
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
A:
Masalah gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi posisi semi fowler
dan kolaborasi obat
3 S:
Ibu mengatakan klien mampu
menghabiskan - porsi tiap kali makan
O:
Anak tampak membuka mulut tanpa
dipaksa
Anak tampak lemah
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi memotivasi anak
untuk makan dan memberikan makan
sedikit tapi sering pada anak
4 24 1 S: Tim
September Pasien mengatakan tidak merasa sesak
2017/21.00 nafas
WIB O:
Pasien terlihat mampu bernafas tanpa
usaha, tidak ada secret di saluran nafas
A:
Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nebulizer apabila
pasien memiliki banyak secret
2 S:-
O:
RR 24x/menit
Terlihat pengembangan dada simetris
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
Masih terdengar ronkhi sedikit di paru-
paru
A:
Masalah gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi pemberian posisi
semifowler dan kolaborasi obat dengan
dokter
3 S:
Pasien mengatakan sudah mau makan, ibu
mengatakan klien dapat menghabiskan
porsi makan dan sudah mau makan
cemilan
O:
Pasien terlihat sedang makan roti dan
bersemangat saat makan
Konjungtiva tidak anemis (tidak ada hasil
lab mengenai Hb)
A:
Masalah terkait nafsu makan pasien sudah
teratasi
P:
Tetap terus motivasi anak untuk makan
agar semakin meningkat nafsu makannya
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk memberikan
saran sebagai berikut:
Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Bennete M.J. 2013. Pediatric
Pneumonia.http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. (20
September 2017)
Bradley J.S., Byington C.L. 2011. The Management of Community-Acquired
Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical
Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).
Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed.).
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh
Vidhia Umami. 2006. Jakarta: Erlangga
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Inc. Nursing
Diagnoses: Definitions & Classifications 2015-2017. In M. Ester (Ed.), (10th
ed., p. 491). Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit IDAI
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.).
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh
Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I.
Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC