Anda di halaman 1dari 53

p

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. E


DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONKOPNEUMONIA
DI INSTALASI RAWAT INAP MELATI RSUD UNGARAN

Pembimbing Akademik :
Ns. Elsa Naviati, M.Kep, Sp.Kep.An
Pembimbing Klinik :
Siti Kharisah, S.Kep. Ns.

Disusun Oleh :
Zulfa Nur Aini 22020114120125
Nur Aas Aisah 22020114130121
Ria Afnenda Naibaho 22020114120010
Shelfi Widyastuti 22020114130127
Fanny Dewi Hastuti 22020114120069

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya
menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun telah ada
kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab
kematian terbanyak keenam di Amerika Serikat. Munculnya organisme
nosokomial (didapat dari rumah sakit) yang resisten terhadap antibiotik,
ditemukannya organisme-oeganisme yang baru (seperti Legionella),
bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya dan adanya
penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum dan derajat kemungkinan
penyebab-penyebab pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia
masih merupakan masalah kesehatan yang mencolok. Bayi dan anak kecil lebih
rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum
berkembang dengan baik. Pneumonia seringkali merupakan hal yang terakhir
terjadi pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu.
Pasien peminum alkohol, pasca bedah, dan penderita penyakit pernafasan kronik
atau infeksi virus juga mudah terserang penyakit ini.
Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia
disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab noninfeksi yang
kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Pneumonia digolongkan atas dasar
anatomi seperti pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia) dan
pneumonia interstitialis (bronkiolitis). Tetapi, klasifikasi pneumonia infeksius
atas dasar etiologi dugaan atau yang terbukti secara diagnostik atau terapeutik
lebih relevan.
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai di bronkioli
terminalis. Bronkopneumonia adalah nama yang diberikan untuk sebuah
inflamasi paru-paru yang biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus
terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-
bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat
sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik
dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-
orang yang lemah, Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada anak bronkopneumonia.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian bronkopneumonia
b. Untuk mengetahui etiologi bronkopneumonia
c. Untuk mengetahuipatofisiologibronkopneumonia
d. Untuk mengetahuimanifestasi klinis bronkopneumonia
e. Untuk mengetahuifactor resiko bronkopneumonia
f. Untuk mengetahuikomplikasi bronkopneumonia
g. Untuk mengetahuipemeriksaan fisik bronkopneumonia
h. Untuk mengetahuipemeriksaan penunjang bronkopneumonia
i. Untuk mengetahuipenatalaksanaan bronkopneumonia
j. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada anak
bronkopneumonia
k. Dapat mengidentifikasi dan merumuskan diagnosa keperawatan anak
dengan bronkopneumonia berdasarkan prioritas masalah
l. Dapat menentukan intervensi, melakukan tindakan dan evaluasi pada anak
dengan bronkopneumonia
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang


melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak (patchy distribution) (Bennete, 2013)

2. Etiologi

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah (Bradley et.al., 2011) :


1. Faktor Infeksi
a. Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus
(RSV).
b. Pada bayi :
Virus: Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus.
Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, Bordetella pertusis.
c. Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
d. Pada anak besar dewasa muda :
Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis
2. Factor non infeksi
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi
a. Bronkopneumonia hidrokarbon :Terjadi oleh karena aspirasi selama
penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti
pelitur, minyak tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid :Terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum.
Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau
pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak
yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis
minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung
asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu
dan minyak ikan..

3. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli
telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti
secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia interstitialis
c. Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi
a. Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired
pneumonia = CAP)
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based
pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten

4. Patofisiologi
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai
parenkim paru. Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme
pertahanan anatomis dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.
Mekanisme pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan
mukosilier aparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan
respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin,
makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas
bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun. Diperkirakan sekitar
25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran
pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi
neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan
menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran
darah yamg melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran
fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan
peningkatan kerja jantung.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi
progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus,
resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara
enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk.
Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi
intrapleura menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi pleura dapat
berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan
jaringan ikat dan pembentukan perlekatan (Bennete, 2013)
5. Manifestasi Klinis
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara
mendadak sampai 39-40 C dan mungkin disertai kejang karena demam yang
tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah
beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif (Bennete, 2013).
6. Factor Resiko
Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian Bronkopneumonia adalah sebagai
berikut :

Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia


dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahum. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada balita lebih rentan terkena penyakit
bonkopneumonia dibandingkan orang dewasa dikarenakan kekebalan
tubuhnya masih belum sempurna.

Status Gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama
dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu
merupakan predisposisi yang lain (Tupasi, 1985). Pada KKP, ketahanan
tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat sehingga menyebabkan
keseimbangan yang tergangu dan akan terjadi infeksi, sedangkan salah
satu determinan utama dalam mempertahankan keseimbangan tersebut
adalah status gizi.

Riwayat penyakit terdahulu

Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena


penumpukan sekresi yang berlebih yaitu influenza. Pemasangan selang
NGT yang tidak bersih dan tertular berbagai mikrobakteri dapat
menyebakan terjadinya bronkopneumonea.

Rumah

Rumah merupakan struktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk


tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang
diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani,
dan keadaanan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO,
1989).

Kepadatan hunian (crowded)


Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga,
dan masyarakat diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia.

Status sosioekonomi

Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah mempunyai


hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat.

7. Komplikasi
Penyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa, seringkali juga
terjadi bronkopneumonia pada anak. Berikut beberapa komplikasi dari penyakit
bronkopneumonia yaitu :

a. Otitis media

Terjadi apabila anak yang mengalami bronkopnemonia tidak segera


diobati sehingga jumlah sputum menjadi berlebih dan akan masuk ke
dalam tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah.

b. Bronkiektase

Hal ini terjadi akibat bronkus mengalami kerusakan dan timbul fibrosis
juga terdapat pelebaran bronkus akibat tumpukan nanah.

c. Abses Paru

Rongga bronkus terlalu banyak cairan akibat dari infeksi bakteri dalam
paru paru.

d. Empiema

Anak yang mengalami bronkopneumonia, paru parunya mengalami


infeksi akibat bakteri maupun virus sehingga rongga pleuranya berisi
nanah.

8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia menurut


Riyadi, 2009:
1. Kepala

Bentuk kepala
Warna rambut
Distribusi rambut
Ada lesi atau tidak
Hygiene
Ada hematoma atau tidak

2. Mata

Sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)


Kaji reflek cahaya
Konjungtiva anemis atau tidak
Pergerakan bola mata

3. Telinga

Simetris atau tidak


Kebersihan
Tes pendengaran

4. Hidung

Ada polip atau tidak


Nyeri tekan
Kebersihan
Pernafasan cuping hidung
Fungsi penciuman

5. Mulut

Warna bibir
Mukosa bibir lembab atau tidak
Mukosa bibir kering (meningkatnya suhu tubuh)
Reflek mengisap
Reflek menelan

6. Dada

Paru paru
Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal,
penggunaan otot bantu napas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru ronchi

Jantung

Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiri


Perkusi : Suara jantung terdengar redup
Palpasi : Teraba ictus cordis di ics 5
Auskultasi : Nada S1 S2 dan lup dup

Abdomen

Inspeksi : bentuk, lesi


Palpasi : Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan, nyeri lepas, turgor
kulit <3 detik
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi :Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)

7. Ekstremitas

Pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi)


Kelelahan (malaise)
Kelemahan
Crt <2 detik dan keluhan

8. Genetalia dan anus

Kelengkap (laki-laki: penis, skrotum; perempuan: labia minora, labia


mayora, klitoris)
Fungsi bab
Fungsi bak

9. Pemeriksaan penunjang
a. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner
b. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
c. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
d. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
e. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
f. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit meningkat
mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan terdapat
albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi menunjukkan asidosis
metabolic dengan atau beberapa lobus
g. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan
h. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus

Gb: hasil rontgen


bronkopneumia

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak


terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012;
Bradley et.al., 2011)
1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak
nafas hilang atau PaO2pada analisis gas darah 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya
tidak diberikan pada 72 jam pertama karena akan
mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan
suhu tinggi, takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab
dan manifestasi klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-
25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka resistensi
penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari)
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
o Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan
epidemiologis
o Berat ringan penyakit
o Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
o Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus
dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman
yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok
usia.
Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
a. ampicillin + aminoglikosid
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. amoksisillin + aminoglikosid
d. sefalosporin generasi ke-3
Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
a. beta laktam amoksisillin
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)
Anak usia sekolah (> 5 thn)
a. amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
b. tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error)
maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam
sekali sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan
perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih
tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan
dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan
seolah-olah antibiotik tidak efektif).
Diagnose yang mungkin muncul

No. Diagnosis Keperawatan Perencanaan


Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Dalam tindakan keperawatan selama Airway Management
b.d peningkatan produksi sputum. 2x24jam
1) Mengkaji frekuensi pernafasan, Takipnea biasanya ada pada
Data Subjektif a.Respiratory status : Ventilation catat rasio inspirasi/ ekspirasi beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan
- b.Respiratory status : Airway patency 2) Mengauskultasi bunyi nafas, catat
atau selama stres/ adanya
adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi,
proses infeksi akut.
Data Objektif Kriteria hasil:
krekels dan ronki.
Pernafasan dapat melambat
bayi tampak sesak - Bayi menunjukkan jalan nafas yang dan frekuensi ekspirasi
3) Buka jalan nafas, guanakan teknik
pernapsan 50kali/menit, paten (klien tidak merasa tercekik, irama memanjang dibanding
chin lift atau jaw thrust bila perlu
nadi 110 kali /menit. nafas, frekuensi pernafasan dalam inspirasi.
rentang normal, tidak ada suara nafas 4) Memberikan posisi semi fowler. Bersihan jalan nafas yang
abnormal) tidak efektif dapat
5) Memberikan minum hangat sedikit
dimanifestasikan dengan
Suhu tubuh 37C -Mampu mengidentifikasikan dan sedikit tapi sering.
adanya bunyi nafas
terpasang oksigen 2 liter / mencegah factor yang dapat
adventisius
menit denan nasal kanul. menghambat jalan nafas 6) Melaksanakan tindakan delegatif :
Suara napas ronchi Bronchodilator, mukolitik, untuk Posisi semi fowler akan
diseluruh lapang paru mencairkan dahak sehingga mudah mempermudah pasien untuk
Batuk dikeluarkan. bernafas
Hidrasi menurunkan
7) Monitor status oksigen pasien
kekentalan sekret dan
mempermudah pengeluaran.
8) Atur intake untuk cairan
Pemberian obat-obatan
mengoptimalkan keseimbangan.
pengerncer dahak
9) Monitor respirasi dan status O2 memudahkan proses evakuasi
jalan nafas

2. Gangguan pertukaran gas b.d Dalam tindakan keperawatan Airway Management


perubahan membran alveolus selama3x24 jam
1) Mengkaji TTV Manifestasi distres pernafasan
kapiler, gangguan kapasitas
a. Respiratory Status : Gas exchange tergantung pada derajat
pembawa oksigen darah,
2) Mengkaji frekuensi, Kedalaman dan
keterlibatan paru dan status
gangguan pengiriman oksigen
b. Respiratory Status : ventilation kemudahan pernafasan.
kesehatan umum
Sianosis menunjukkan
c. Vital Sign Status 3) Mengobservasi warna kulit,
vasokontriksi atau respon
membran mucosa dan kuku apakah
Kriteria hasil: tubuh terhadap demam/
menggigil dan terjadi
-Tanda tanda vital dalam rentang normal terdapat sianosis. hipoksemia.
Menghemat penggunaan
-sesak hilang 4) Mempertahankan istirahat dan tidur.
oksigen dengan Istirahat dan
tidur
-menunjukan perbaikan ventilasi, 5) Kolaborasi pemberian oksigen
Mempertahankan PaO2 di
dengan benar sesuai dengan indikasi
-oksigen jaringan dengan GOA dalam atas 60 mmHg
rentang normal dan tidak ada gejala 6) Berikan bronkodilator bila perlu
distress pernafasan

Respiratory Monitoring

1) Monitor rata rata, kedalaman,


irama dan usaha respirasi

2) Catat pergerakan dada,amati


kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular
dan intercostal

3) Monitor suara nafas, seperti


dengkur

4) Monitor pola nafas : bradipena,


takipenia, kussmaul, hiperventilasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan Dalam tindakan keperawatan selama 1) Membantu aktivitas anak untuk Anak membutuhkan bantuan
dengan kelemahan umum. 3x24 jam keluarga Mampu toleran memenuhi kebutuhan sehari-hari. dalam keadaan sakit untuk
terhadap aktivitas sesuai kemampuan / memenuhi kebutuhannya
2) Menyarankan keluarga untuk
kondisi anak. Aktifitas yang berlebih akan
membatasi aktivitas anak yang
membutuhkan banyak tenaga
berlebihan yang dapat menimbulkan
dan akan menimbulkan
kelelahan.
kelelahan pada anak
Dengan aktifitas yang
3) Menyarankan untuk melakukan
dilakukan bertahap
aktivitas secara bertahap
diharapkan energi yang
dikeluarkan tidak berlebih

5. Kurang pengetahuan Dalam tindakan keperawatan selama 1) Memberikan penjelasan tentang Menambah pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya 2x24 jam Pengetahuan orang tua penyakit anak, pencegahan, keluarga sehingga dapat
pemahaman terhadap informasi meningkat dengan kriteria hasil : penatalaksanaan di rumah sakit atau membantu dalam proses
yang dapat dilakukan dirumah agar perawatan anak
mampu mengulang kembali penjelasan
yang diberikan. orang tua mengetahui dan mau aktif Peran ibu sangatlah penting
ikut serta dalam setiap tindakan. dalam proses penyembuhan
anak
2) Memotivasi ibu untuk
melaksanakan anjuran petugas.
6. Ketidakseimbangan nutrisi Dalam tindakan keperawatan selama Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh b.d 4x24 jam
ketidakmampuan pemasukan atau
Nutritional Status : food and Fluid
mencerna makanan atau
1) Mengidentifikasi faktor yang dapat Makanan hangat dapat
Intake
mengabsorpsi zat-zat gizi
menimbulkan mual dan muntah meningkatkan rasa nyaman
berhubungan dengan faktor
diperut anak
biologis, psikologis atau ekonomi 2) Memberikan makan porsi kecil tapi
Adanya kondisi kronis dapat
Kriteria Hasil : sering.
menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap
a. Adanya peningkatan berat badan 3) Menyajikan makanan dalam
infeksi, atau lambatnya respon
sesuai dengan tujuan keadaan hangat.
terhadap terapi
b. Berat badan ideal sesuai dengan 4) Menimbang BB setiap har]i
tinggi badan
5) Kaji adanya alergi makanan
c. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
d. Tidak terjadi penurunan berat badan
yang dibutuhkan pasien.
yang berarti
Nutrition Monitoring

1) BB pasien dalam batas normal


.
2) Monitor adanya penurunan berat
badan

3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas


yang biasa dilakukan

4) Monitor interaksi anak atau


orangtua selama makan

5) Monitor kulit kering dan


perubahan pigmentasi

6) Monitor mual dan muntah

7) Monitor kadar albumin, total


protein, Hb, dan kadar Ht

8) Monitor pertumbuhan dan


perkembangan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Klien/Pasien
b. Tanggal pengkajian : 21 September 2017 Jam 14.00
c. Tanggal masuk : 20 September 2017 Jam 11.00
d. Ruangan : Melati Kelas 1
e. Identitas
Nama : An.E
Tanggal lahir/umur: 11-Mei-2014 /3 Tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Diagnosa medis : Bronkopnemonia
Penanggung jawab: Ny.D

1. Orang Tua/ Penanggung Jawab


a. Nama : Ny.D
b. Hubungan dengan klien : Ibu
c. Suku : Jawa
d. Agama : Islam
e. Alamat : Kretek RT 04/05 Lerep

f. No. telepon : 08122826204

B. Riwayat Klien
1. Keluhan utama saat ini :
Ibu klien mengatakan klien batuk dan pilek
2. Riwayat penyakit klien sebelum masuk rumah sakit :
Ibu klien mengatakan klien batuk kemudian dibawa ke klinik, satu minggu
kemudian belum sembuh dan dibawa ke IGD pada tanggal 20 September 2017
pukul 11.32 WIB
3. Riwayat sakit sebelumnya :
Ibu klien mengatakan klien sempat dirawat di perinatologi selama 2 minggu
setelah lahir.
4. Riwayat kehamilan (ANC, masalah kesehatan selama kehamilan, dll) :
Ibu klien mengatakan saat hamil rutin periksa kehamilan, hipertensi saat hamil,
dan gizi buruk saat hamil
5. Riwayat persalinan (jenis persalinan, penolong persalinan, apgar skor, penyulit
persalinan, dll):
Ibu klien mengatakan melahirkan dengan normal dibantu oleh bidan dengan
berat badan lahir 2000mg (BBLR), panjang badan 48 cm
6. Riwayat imunisasi
Hepatitis BI BCG
Hepatitis B II Hepatitis B III
Polio I Polio II
Polio III Polio IV
DPT I DPT II
DPT III Campak

7. Riwayat alergi :
Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan
8. Riwayat pemakaian obat-obatan :
Ibu klien mengatakan saat di klinik klien di uap dan diberikan obat namun tidak
tahu jenis obat yang diberikan
9. Riwayat tumbuh kembang (Sejak lahir hingga sekarang):
Motorik halus:
Klien dapat menumpuk 8 buah kubus
klien dapat mencuci tangan dan mengeringkannya
klien dapat mengenakan sepatu
klien dapat memakai baju dan celana
klien tidak dapat membuat garis lurus
klien dapat membedakan 2 warna (pink dan bukan pink)
Motorik kasar:
klien dapat melompat 2 kaki
klien tidak dapat mengayuh sepeda roda 3

Bahasa :
klien dapat mengidentifikasi tempat dan orang lain
klien dapat mengidentifikasi arti kata atas, bawah, depan
klien dapat mendengarkan cerita
klien dapat menyebut nama, umur, dan tempat

Personal sosial :
klien dapat bermain bersama teman
klien dapat mengikuti aturan permainan

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Riwayat penyakit dalam keluarga :
Ibu klien mengatakan tidak ada penyakit keturuan dalam keluarga

2. Genogram

Keterangan gambar :
: laki-laki : klien
: perempuan : meninggal
: tinggal dalam satu rumah

D. Riwayat Penyakit sekarang


1. Penampilan umum
a. Keadaan umum (kondisi klien secara umum): sedang, GCS 15 (E4, V5, M6)
b. Pemeriksaaan Tanda-Tanda Vital
1) Pernapasan : 28 x/menit
2) Suhu : 36,9oC
3) Nadi : 105 x/menit
4) Tekanan Darah: -
5) Saturasi oksigen:
c. Penggunaan alat bantu napas (Oksigen, dll) :
klien tidak menggunakan alat bantu nafas
2. Nutrisi dan cairan:
a. Lingkar Lengan atas : 13 cm
b. Panjang badan/tinggi badan : 87cm
c. Berat badan : 10,4 kg
d. Lingkar kepala : 47 cm
e. Lingkar dada : 48 cm
f. Lingkar perut : 47 cm
g. Status nutrisi (z-score atau WHO, CDC) :
(nilai real nilai median) : SD lower
(10.4 14.8) : 1.6
-4.4 : 1.6 = -2.75 (BB rendah, gizi kurang)
h. Kebutuhan Kalori: 600Kkal
i. Jenismakanan: bubur, sayur, tahu/tempe bacem, ayam, buah, air putih
Makanan yang disukai : bakso
Alergi makanan : klien tidak memiliki alergi makanan
j. Kesulitan saat makan : klien tidak suka makan sayur dan buah
k. Kebiasaan khusus saat makan: tidak memiliki kebiasaan khusus saat makan
l. Keluhan (mual, muntah, kembung, anoreksia, dsb...): tidak ada

a. Kebutuhan cairan 24 jam :1100 cc


b. Balance cairan (hitung jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar):
Input : air mineral 300 cc infuse 500 cc
Output : urin 900 cc
IWL : 15 x 10,4 x 8 / 24 = 52

800-900-52 = - 152
c. Diuresis : jumlah urine cc/kgBB

d. Rute cairan masuk (oral, parenteral, enteral, dsb) :


Oral : air putih 300cc/hari, pulv 2x1,
Parenteral : glukosa D5 10 tpm, injeksi sanpicilin 2,5 ml/6 jam, injeksi
colson 250/ 8 jam
e. Jenis cairan (ASI/susu formula/infus/air putih, dsb): air putih, p.o pulv 2x1,
infus glukosa D5 10 tpm, injeksi sanpicilin 250ml/6 jam, injeksi colson
250/ 8 jam
f. Keluhan : -

3. Istirahat tidur
a. Lama waktu tidur (24 jam) : 8 jam
b. Kualitas tidur : nyenyak
c. Tidur siang : ya
d. Kebiasaan sebelum tidur : puggung dielus elus, tidur di dada ibu

4. Pengkajian nyeri (sesuai usia, lampirkan alat ukur): tidak ada keluhan nyeri
5. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Bagian Keterangan
Kulit dan kelenjar Tidak ada pembesaran kelernjar getah bening, warna
kulit merata, turgor kulit baik
Kepala dan wajah Bentuk kepala mesochepal, rambut hitam penyebran
merata, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Mata Mata simetris, konjungtiva anemis, kantus mata 2,5cm,
kelopak mata tidak bengkak dan tidak cekung, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, reflek cahaya baik
Hidung Terdapat lendir pada kedua lubang hidung, tidak
luka/lesi, tidak ada nyeri tekan
Mulut Mukosa bibir lembab, bibir simetris, jumlah gigi 20,
tidak ada karies gigi, tidak terdapat sariawan, tidakada
pembesaran tongsil
Telinga Telinga simetris, bersih, batas telinga atas sejajar
dengan garis khayal mata, tidak ada luka/lesi, tidak ada
nyeri tekan, fungsi pendengaran baik
Leher Warna kulit sama dengan kulit sekitar, trakea berada
ditengah, tidak pembesaran tiroid, tidak ada luka/lesi
Dada (jantung dan Inspeksi : Dada simetris, warna kulit merata, tidak ada
paru) retraksi dinding dada, tidak ada luka/lesi,
tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba icus cordis di ICS
V mid clavicula sinistra, traktil fremitus
teraba sama di kedua lapang paru
Perkusi : sonor di lapang paru, redup di basalparu,
pekak di batas jantung ICS 2 kanan, ICS 2
sampai 5 kiri.
Auskultasi: terdengar suara ronkhi di basal paru, suara
jantung reguler terdengar S1 di ICS 5 dan S2
di ICS 2
Abdomen Inspeksi : Tidak terdapat luka, perut datar
Auskultasi : Bising usus 10 x/menit
Perkusi : suara timpani di lapang perut
Palpasi : cubit perut <2 detik, tidak ada pembesaran di
hati
Ekstremitas Ekstremitas atas:
Kekuatan otot 5/5
CRT <2 detik
Terpasang kateter IV di tangan kanan
Ekstremitas bawah:
Kekuatan otot 5/5
CRT <2detik
Tidak terdapat pembengkakan di ekstremitas
Genitalia Terdapat labiya mayora dan minora, genitalia bersih,
tidak terdapat luka, tidak terdapat discharge, klien dapat
BAK normal tanpa nyeri.
Anus dan rektum Tidak terdapat luka di area rektum, klien dapat BAB
norrmal tanpa nyeri, tidak terdapat hemoroid

6. Psikososial anak dan keluarga


a. Respon hospitalisasi (rewel, tenang)
Anak terlihat takut dan menangis saat perawat dan dokter datang memeriksa.
b. Kecemasan (anak dan orang tua)
Orang tua merasa takut dan khawatir ketika anak batuk pilek tidak sembuh-
sembuh selama satu minggu
c. Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
Keluarga berdikusi untuk membawa anak ke klinik
d. Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
Orang tua mengetahui tentang penyakit anaknya bahwa terdapat
permasalahan pada paru-paru. Orang tua mengetahui jadwal pemberian
terapi uap/ nebul di dokter anak.
e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
Anak diasuh penuh oleh orang tua.
f. Konsep diri
Klien mengerti bahasa jawa dan indonesia
Klien menyukai
g. Spiritual (kebiasaan ibadah, keyakinan, nilai, budaya)
Keluarga menganggap bahwa penyakit anaknya adalah cobaan dari Allah.,
sehingga membuat orang tua lebih dekat dengan anak. Keluarga juga berdoa
kepada Allah agar anaknya diberikan kesembuhan.
h. Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan
Tidak ada

7. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)


Laboratorium tanggal 20 September 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode
DARAH RUTIN
Hemoglobin L 7,9 11,5 16,5 gr/dl Elek Impedance
Lekosit H 15,4 5,0 14,0 103/ul Elek Impedance
Trombosit 414 150 440 3
10 /ul Elek Impedance
Hematokrit L 29,0 35,0 49,0 % Integral Volume RI
Eritrosit 5,29 4,1 5,8 106/ul Elek Impedance
HITUNG JENIS (DIFF)
Granulosit 64,3 25 60 % Elek Impedance
Limfosit 31,2 20 50 % Elek Impedance
Monosit 4,5 09 % Elek Impedance
INDEX ERITROSIT
MCV L 55 82 92 fl Elek Impedance
MCH L 14,9 27 31 pg Elek Impedance
MCHC L 27,3 32 36 g/dl Elek Impedance
RDW 18,2 14,9 18,7 % Elek Impedance

Radiologi tanggal 22 September 2017


1. Bentuk dan letak jantung nomal
2. Corakan paru meningkat
3. Tampak bercak lapangan atas paru kanan dan parakardial kanan
4. Penebalan hilus kanan
8. Terapi:
Jenis Obat Dosis Rute Indikasi Efek Samping Kontra indikasi
Infus D5 % 10 tpm IV Untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan Mual,muntah,diare,berkedut Hipersensitivitas
mengembalikan keseimbangan elektrolit. otot,radang saluran pencernaan terhadap jagung atau
produkjagung
Retensi natrium dan
edema
Gagal jantung kongestif
Gangguan ginjal yang
parah
Sirosis hati
Pulv 2x1 Oral

Sanpicilin 250 mg/ 6 IV Kegunaan sanpicillin (ampicillin) adalah untuk Kebanyakan efek samping yang Penggunaan antibiotik
jam mengobati infeksi yang disebabkan oleh muncul dari pemakaian obat- sanpicillin (ampicillin)
bakteri yang peka terhadap ampicillin seperti obat dengan zat aktif ampicillin harus dihindari pada pasien
infeksi saluran nafas : otitis media akut, faringitis adalah mual, muntah, ruam kulit, dengan riwayat pernah
yang disebabkan streptococcus, faringitis, dan antibiotik kolitis. mengalami reaksi
sinusitis. Efek samping yang jarang hipersensitivitas pada
Ampicillin adalah antibiotik pilihan pertama seperti angioedema ampicillin dan antibiotik
untuk pengobatan infeksi-infeksi yang dan clostridium difficile beta laktam lainnya seperti
disebabkan enterococcus seperti endocarditis dan diarrhea. penicillin dan
meningitis.
Perawatan medis harus segera cephalosporin.
Sanpicillin (ampicillin) digunakan juga untuk diberikan jika tanda-tanda
pengobatan gonore, infeksi kulit dan jaringan pertama dari efek samping
lunak, infeksi saluran kemih, muncul karena jika seseorang
infeksi salmonella dan shigela . mengalami reaksi
hipersensitivitas terhadap
sanpicillin (ampicillin), dapat
mengalami shock anafilaktik
yang bisa berakibat fatal.
Colson 250 mg/ 8 IV Digunakan untuk demam tifus, paratifus, infeksi Hipersensitivitas, ruam,urtikaria, Pasien yang hipersensitf
jam salmonella sp sp, h.influenzae, terutama infeksi mual, muntah, diare, sakit kepala dan terhadap colsancetine
meningeal, rickettsia, lympogranulloma psitatacosis, super infeksi.
bakteri gram negatif penyebab bakteria meningitis,
infeksi kuman yang resisten terhadap antibiotik lain,
tidak untuk hepatobilier dan gonorrhea.
Ventolin + ampul+ Nebul Ventolin (salbutamol) umumnya digunakan untuk Palpitasi, nyeri dada, denyut jantung Riwayat hipersensitive
flixotide ampul mengobati bronkospasme (misalnya penyakit asma cepat, tremor terutama pada tangan,
karena alergi tertentu, asma bronkial, bronkitis kram otot, sakit kepala dan gugup.
asmatis, emfisema pulmonum), dan penyakit paru
obstruktif kronik (ppok)
9. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI

1. DS : Ketidakefektifan Sekresi yang


- Ibu klien mengatakan klien bersihan jalan nafas tertahan
batuk berdahak dan pilek (00031)
sejak 1 minggu yang lalu
DO :
- Terdapat lendir pada hidung
klien berwarna kekuningan
- Batuk produktif
- Terdapat sputum dan anak
tidak bisa mengeluarkan
- Pernapasan cepat dan dangkal
- RR 28x/menit
2 DS : - Gangguan Perubahan
DO : pertukaran gas membran alveoli
- Terdengar suara ronkhi di (00030) kapiler
basal paru
- Klien tampak diaforesis
- Pernapasan cepat dan dangkal
- RR 28x/menit
- Hasil radiologi tanggal 22
September 2017 :
1. Bentuk dan letak jantung
nomal
2. Corakan paru meningkat
3. Tampak bercak lapangan
atas paru kanan dan
parakardial kanan
4. Penebalan hilus kanan
3 DS: Ketidakseimbangan Kurang asupan
- Ibu klien mengatakan nafsu nutrisi : kurang dari makanan
makan klien menurun (makan kebutuhan tubuh
3xsehari dan tiap makan (00002)
hanya menghabiskan 3 4
sendok porsi makan dari RS)
- Ibu klien mengatakan klien
tidak suka makan sayur dan
buah
DO :
- Klien nampak kurus
- Klien tampak lemah
- BB : 10.4 kg BB ideal : 14
kg (BB klien > 20% (26%)
dibawah BB ideal)
- Hb 7,9 (rendah), konjungtiva
anemis
- Lingkar lengan atas 13 cm
- Tinggi badan 87 cm, Berat
badan 10,4 kg, IMT 13
- Z score : - 2,75 (BB rendah
gizi kurang)
10. PROBLEM LIST
NO TGL/JAM DX KEP TTD TGL/JAM TTD
DITEMUKAN TERATASI
1 21/09/2017/14.15 Bersihan jalan Tim 23 September 2017
nafas tidak efektif
b.d sekresi yang Tim
tertahan.
2 21/09/2017/14.30 Gangguan Tim - Tim
pertukaran gas b.d
perubahan
membran alveoli -
kapiler
3 21/09/2017/14.40 Ketidakseimbangan Tim 24 September 2017 Tim
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d kurang asupan
makanan
11. RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DX KEP INTERVENSI
/JAM TUJUAN TINDAKAN TTD
1 21/09/20 Bersihan jalan Dalam tindakan Airway Management
17. nafas tidak keperawatan selama
1. Kaji frekuensi
15.00 efektif b.d 3x24jam
pernafasan, catat
peningkatan
a. Respiratory status : rasio inspirasi/
produksi
Ventilation ekspirasi
sputum.
2. Berikan posisi semi
b.Respiratory status :
fowler.
Airway patency
3. Berikan minum
hangat sedikit sedikit
dengan kriteria hasil:
tapi sering.
1. Anak menunjukkan 4. Monitor status
jalan nafas yang oksigen pasien
paten (klien tidak 5. Atur intake untuk
merasa tercekik, cairan
irama nafas, mengoptimalkan
frekuensi pernafasan keseimbangan.
dalam rentang 6. Monitor respirasi dan
normal, tidak ada status O2
suara nafas 7. Kolaborasi
abnormal) pemberian terapi
2. Mampu nebulizer (ventolin
mengidentifikasikan dan pulmicort tiap
dan mencegah factor kali nebul) 2 x sehari
yang dapat
menghambat jalan
nafas

2 21/09/20 Gangguan Dalam tindakan Airway Management


17/ pertukaran gas keperawatan selama3x24
1. Kaji TTV
15.15 b.d perubahan jam
2. Kaji frekuensi,
membran
a. Respiratory Status : Kedalaman dan
alveolus
Gas exchange kemudahan
kapiler,
pernafasan.
gangguan b. Respiratory Status : 3. Auskultasi bunyi
kapasitas ventilation nafas, catat adanya
pembawa bunyi nafas tambahan
c. Vital Sign Status
oksigen darah, 4. Observasi warna kulit,
gangguan membran mukosa dan
Kriteria hasil:
pengiriman kuku apakah terdapat
oksigen 1. Tanda tanda vital sianosis.
dalam rentang 5. Pertahankan istirahat
normal dan tidur.
2. sesak hilang 6. Kolaborasi pemberian
3. menunjukan oksigen dengan benar
perbaikan sesuai dengan indikasi
ventilasi,
Respiratory Monitoring
4. Oksigen jaringan
dengan GOA
1. Monitor rata rata,
dalam rentang
kedalaman, irama dan
normal dan tidak
usaha respirasi
ada gejala distress
2. Catat pergerakan
pernafasan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
3. Monitor suara nafas,
seperti
dengkur) Monitor pola
nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi

Kolaborasi:
- injeksi Sanpicilin
250mg/6 jam
- injeksi colsan
250mg/8 jam
3 21/09/20 Ketidakseimba Dalam tindakan Nutrition Management
17/15.30 ngan nutrisi keperawatan selama
1. Identifikasi faktor yang
kurang dari 4x24 jam
dapat menimbulkan
kebutuhan
Nutritional Status : food mual dan muntah
tubuh b.d
and Fluid Intake 2. Berikan makan porsi
ketidakmampu
kecil tapi sering.
an pemasukan
Kriteria Hasil :
3. Sajikan makanan
atau mencerna
dalam keadaan hangat.
makanan atau 1. Tidak ada tanda
4. Timbang BB setiap
mengabsorpsi tanda malnutrisi
harI
zat-zat gizi 2. Tidak terjadi
5. Kaji adanya alergi
berhubungan penurunan berat
makanan
dengan faktor badan yang
6. Kolaborasi dengan ahli
biologis, berarti
gizi untuk menentukan
psikologis atau 3. Konjungtiva tidak
jumlah kalori dan
ekonomi anemis
nutrisi yang
4. Adanya
dibutuhkan pasien.
peningkatan porsi
makan menjadi
Nutrition Monitorin
- 1 porsi
5. Hb dalam rentang 1. BB pasien dalam batas
normal (11,5 normal
16,5) 2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
6. Monitor mual dan
muntah
7. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
8. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
12. IMPLEMENTASI
Tgl/waktu No.Dx Implementasi Respon Ttd
Kep
21 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim
16.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpms

3 Mengkaji riwayat S:
alergi pasien Ibu mengatakan
tidak ada alergi
makanan
O:-
21 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
16.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
21 September 2017 2 Mengauskultasi S: - Tim
16.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
21 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
16.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
21 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
16.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat
21 September 2017 1 Memberikan terapi S: - Tim
16.05 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
21 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
18.00 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam terapi

22 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim


05.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpm
22 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
05.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
22 September 2017 2 Mengauskultasi S: - Tim
05.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
22 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
05.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
22 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
05.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat

3 Menganjurkan makan S:
sedikit tapi sering dan Pasien mengatakan
memonitor adanya tidak nafsu makan,
mual dan muntah ibu mengatakan
anak tidak mual dan
muntah
O:
Pasien terlihat
sedikit dipaksa ibu
untuk mau makan
22 September 2017 1 Memberikan terapi S: - Tim
06.00 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
22 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
06.15 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam dan terapi
colsan 250mg/8jam

22 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim


11.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpm
22 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
11.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
22 September 2017 1 Mengauskultasi S: - Tim
11.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
22 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
11.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
22 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
11.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat

3 Menganjurkan makan S:
sedikit tapi sering dan Ibu mengatakan
memonitor adanya jumlah asupan
mual dan muntah makan meningkat
dari 3 sendok tiap
makan menjadi 7
sendok tiap makan
Anak mengatakan
sudah mau makan
sedikit demi sedikit
O:
Anak terlihat mau
membuka mulut
tanpa dipaksa
22 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim
16.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpm
22 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
16.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
22 September 2017 2 Mengauskultasi S: - Tim
16.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
22 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
16.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
22 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
16.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat
22 September 2017 1 Memberikan terapi S: - Tim
16.05 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
22 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
18.00 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam terapi
23 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim
05.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpm
23 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
05.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
23 September 2017 1 Mengauskultasi S: - Tim
05.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
23 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
05.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
23 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
05.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat
23 September 2017 1 Memberikan terapi S: - Tim
06.00 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
23 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
06.15 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam dan terapi
colsan 250mg/8jam

23 September 2017 1 Mengatur tetesan S:- Tim


11.00 infus dan monitoring O:
intake cairan Infus D5 % 10
tpm
23 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
11.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
23 September 2017 2 Mengauskultasi S: - Tim
11.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
23 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
11.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
23 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
11.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat
23 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
12.00 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam terapi

23 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim


14.00 Colsan 250mg/8jam O : Klien menerima
terapi
23 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim
16.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpm
23 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
16.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
23 September 2017 1 Mengauskultasi S: - Tim
16.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
23 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
16.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
23 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
16.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat
23 September 2017 1 Memberikan tindakan S: - Tim
16.05 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
23 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
18.00 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam terapi

24 September 2017 1 Mengatur tetesan S: Tim


05.00 infus dan monitoring -
intake cairan O:
Infus D5 % 10
tpm
24 September 2017 1 Mengkaji frekuensi S: Tim
05.01 pernafasan, catat -
rasio inspirasi/ O:
ekspirasi RR klien 28x/menit
rasio I:E = 1:2
24 September 2017 2 Mengauskultasi S: - Tim
05.02 bunyi nafas, catat O:
adanya bunyi nafas Bunyi nafas ronchi
di basal paru
24 September 2017 1 Memberikan posisi S:- Tim
05.03 semi fowler O:
Klien terposisi
semifowler
24 September 2017 1 Memberikan minum S: Tim
05.04 hangat sedikit tapi -
sering O:
Klien minum air
hangat
24 September 2017 1 Memberikan tindakan S: - Tim
06.00 nebule O:
Klien mendapat
terapi uap
24 September 2017 2 Kolaborasi injeksi S : - Tim
06.15 Sanpicilin O : Klien menerima
250mg/6jam dan terapi
colsan 250mg/8jam

24 September 2017 2 Mengkaji TTV S:- Tim


08.00 O:
Suhu 37,2
RR 24x/menit
HR 112x/menit
24 September 2017 2 Mengkaji frekuensi, S: Tim
08.05 kedalaman dan Pasien mengatakan
kemudahan tidak sesak
pernafasan O:
Terlihat
pengembangan dada
yang simetris
24 September 2017 2 Meobservasi warna S: Tim
08.08 kulit, membran -
mucosa dan kuku O:
apakah terdapat Tidak terdapat
sianosis sianosis, membrane
mukosa sedikit
kering
24 September 2017 2 Memotivasi anak S:- Tim
08.15 untuk menjaga O:
aktivitas dan tidur Anak terlihat hanya
setelah lama bermain duduk di kasur dan
terkadang di bawah
24 September 2017 2 Melakukan S:- Tim
08.18 kolaborasi pemberian O:
oksigen dengan benar Pasien terlihat tidak
sesuai dengan memakai nasal
indikasi melalui kanulnya
system humidifier
13. EVALUASI (perkembangan setiap hari dalam bentuk SOAP)
NO TGL/JAM DX KEP EVALUASI TTD
1. 21 1 S: Ibu klien mengatakan klien batuk Tim
September berdahak dan pilek
2017 O: Terdengar adanya lendir di saluran
20.00 WIB nafas pasien, terlihat hidung pasien kering
karena pilek
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi pemberian
nebulizer untuk mengencerkan dahak

S: Pasien mengatakan tidak merasa sesak


2 O : RR 28x/menit
Perkembangan dada simetris
Rasio I : E 1: 2
Masih terdengar ronkhi di paru-paru
A: Masalah gangguan pertukaran gas
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi mempertahankan
posisi semifowler, monitor TTV

S:
- Pasien mengatakan tidak mau
makan
- Ibu klien mengatakan klien makan
3xsehari hanya 3 4 sendok tiap
3 kali makan
O: Pasien menggelengkan kepala dan
menutup mulut saat diminta untuk makan
A: Masalah nafsu makan pasien belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi memotivasi anak
untuk makan dan memberikan makan
sedikit tapi sering pada anak
2 22 1 S: Pasien mengatakan hidungnya Tim
September tersumbat
2017 / O: Terdengar adanya sekret di saluran
20.00 WIB napas
A: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi
P: Lanjutkan pemberian uap/nebulizer
untuk mengenerkan dan mengeluarkan
dahak pasien

S: Pasien mengatakan tidak sesak napas


O:
2 RR 27x/menit
Pengembangan dada simetris
Masih terdengar bunyi ronkhi
A:
Masalah gangguan pertukaran gas belum
teratasi
P:
Lanjutkan kolaborasi pemberian obat
untuk menghilangkan ronkhi

3 S:
Ibu mengatakan nafsu makan klien
meningkat menjadi 7 8 sendok tiap kali
makan
O:
Anak tampak membuka mulut tanpa
dipaksa
Anak tampak lemah
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi memotivasi anak
untuk makan dan memberikan makan
sedikit tapi sering pada anak
3 23 1 S: Tim
September Pasien mengatakan sudah tidak merasa
2017/20.30 sesak nafas dan hidungnya sudah tidak
WIB terlalu tersumbat
O:
Tidak terdengar sekret di jalan nafas
A:
Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi nebulizer dan minum
air hangat

2 S:-
O:
Terdengar ronkhi
RR 24x/menit
Pengembangan dada simetris
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
A:
Masalah gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi posisi semi fowler
dan kolaborasi obat

3 S:
Ibu mengatakan klien mampu
menghabiskan - porsi tiap kali makan
O:
Anak tampak membuka mulut tanpa
dipaksa
Anak tampak lemah
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi memotivasi anak
untuk makan dan memberikan makan
sedikit tapi sering pada anak
4 24 1 S: Tim
September Pasien mengatakan tidak merasa sesak
2017/21.00 nafas
WIB O:
Pasien terlihat mampu bernafas tanpa
usaha, tidak ada secret di saluran nafas
A:
Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nebulizer apabila
pasien memiliki banyak secret

2 S:-
O:
RR 24x/menit
Terlihat pengembangan dada simetris
Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
Masih terdengar ronkhi sedikit di paru-
paru
A:
Masalah gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P:
Lanjutkan intervensi pemberian posisi
semifowler dan kolaborasi obat dengan
dokter

3 S:
Pasien mengatakan sudah mau makan, ibu
mengatakan klien dapat menghabiskan
porsi makan dan sudah mau makan
cemilan
O:
Pasien terlihat sedang makan roti dan
bersemangat saat makan
Konjungtiva tidak anemis (tidak ada hasil
lab mengenai Hb)
A:
Masalah terkait nafsu makan pasien sudah
teratasi
P:
Tetap terus motivasi anak untuk makan
agar semakin meningkat nafsu makannya
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah membahas mengenai uraian asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia


ditekankan pada ditekankan pada adanya perubahan suhu, nutrisi, dan
bersihan jalan nafas
2. Dalam perencanaan perlu dituliskan target waktu target waktu yang
digunakan dalam pelaksanan intervensi disesuaikan dengan keadaan tempat
praktek yakni di ruang anak sehingga kurang maksimal.
3. Dalam melakukan pengkajian dan implementasi keperawatan, perawat harus
benar-benar prosedural dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
bagi anak.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada adanya perubahan suhu, dan
jalan nafas

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami memberanikan diri untuk memberikan
saran sebagai berikut:

1. Dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak boleh membeda-bedakan


status klien.
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan perlu adanya pendekatan dengan klien yaitu; menjalin
hubungan saling percaya sehingga klien mau mengungkapkan apa yang
dirasakan dan masalah keperawatan yang dihadapi dapat teratasi.
3. Untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan khususnya pada kasus
Bronchopneumonia alergia diruang anggrek hendaknya perawat
meningkatkan pengetahuan tentang masalah bronkopneumonia
4. Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan anak dengan
bronkopneumonia perawat diharuskan memiliki sikap sabar, sopan, teliti,
cermat, mempunyai pengetahuan, wawasan yang luas dan ketrampilan yang
memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. Jakarta: EGC
Bennete M.J. 2013. Pediatric
Pneumonia.http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview. (20
September 2017)
Bradley J.S., Byington C.L. 2011. The Management of Community-Acquired
Pneumonia in Infants and Children Older than 3 Months of Age : Clinical
Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the
Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).
Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed.).
Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC
Grace, Pierce A dan Borley, Neil R. At a Glance Ilmu Bedah. Terjemahan oleh
Vidhia Umami. 2006. Jakarta: Erlangga
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Inc. Nursing
Diagnoses: Definitions & Classifications 2015-2017. In M. Ester (Ed.), (10th
ed., p. 491). Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Penerbit IDAI
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.).
Muscari, Mary E. Panduan belajar: keperawatan pediatrik, Ed 3. Terjemahan oleh
Alfrina Hany. 2005. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I.
Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai