Anda di halaman 1dari 24

BAB II

SIFAT PARTIKEL RADIASI ELEKTROMAGNET


2.1 Tinjauan Ulang Gelombang Elektromagnet
Suatu medan elektromagnet dicirikan oleh medan elektrik E dan magnet B. Sebagai
contoh, medan elektrik radial yang ditimbulkan sebuah titik q di titik asal adalah :
E=
r^

1 q
r^
4 r 2

(2.1)

adalah vektor satuan dalam arah radial. Medan Magnet pada jarak r dari sebuah

kawat lurus panjang berarus sejajar sumbu-z adalah :


B=
^

i ^

2 r

(2.2)

adalah vektor satuan dalam arah

dalam sistem koordinat silinder. Jika muatan

elektrik dipercepat, atau jika arus elektrik berubah terhadap waktu, maka dihasilkan
gelombang elektromagnet. Dalam Gelombang elektromagnet ini, E dan B tidak hanya
berubah terhadap r tetapi juga terhadap waktu (t). Suatu gelombang elektromagnet bidang
yang merambat dalam arah z dilukiskan oleh dua pernyataan berikut :
E=E sin ( kzt+ )
(2.3)

B=B sin ( kzt+ )


k =2 / , dan frekuensi sudut

Bilangan gelombang
=2 v

didapat dari frekuensi

. Karena dan v juga berkaitan dengan c= /k .

Polarisasi gelombang dinyatakan oleh vektor

E : bidang polarisasinya ditentukan oleh

dan arah rambatnya, dalam hal ini sumbu z. Arah

harus tegak lurus pada

ditentukan oleh syarat bahwa

dan juga pada arah rambat, hasil kali vektor

menunjuk dalam arah rambat gelombang. Contoh, jika

menunjuk dalam arah x (

E=E i^ , dimana i^ sebuah vektor satuan dalam arah x ), maka B


dalam arah y ( B=B i^ . Maka besar B
B=

ExB

haruslah menunjuk

Eo
c

(2.4)

Sebuah gelombang elektromagnet menstransmisikan energi dari satu tempat ke tempat


lain, fluks energinya ditentukan oleh vector Poynting S :
S=

1
ExB
o

(2.5)

Untuk gelombang bidang, vektor ini tersederhnakan menjadi :


S=

1
2
E x B sin ( kzt+ )
o

(2.6)

Marilah kita bayangkan percobaan berikut. Kita tempatkan sebuah detector radiasi
elekrtomagnet (sebuah penerima radio atau mata manusia) di sebuah titik pada sumbu z, dan
kita tentukan daya gelombang elektromagnet yang dilepaskan ke detector. Detector diarahkan
sedemikian rupa sehingga permukaan pekanya seluas A tegak lurus sumbu z, agar sinyal yang
diterima maksimum. Selanjutnya kita mengabaikan notasi vector dari S dan hanya bekerja
dengan besarnya, sehingga daya yang diterima adalah:

Pav =

1
P dt
T 0

(2.7)

Dan dengan menggunakan Persamaan :


P=

1 2
E A sin(kz t + )
o c 0

(2.8)

maka diperoleh:
Pav =

1
2
E0 A
2 o c

(2.9)

karena nilai rata rata dari sin2 adalah .


Sifat yang membuat gelombang sebagai gejala fisika yang unik adalah prinsip superposisi.
Sifat gelombang yang penting dan istimewa ini mengahasilkan gejala interferensi dan
difraksi. Contoh interferensi yang paling sederhana dan telah lazim dikenal adalah percobaan
dua-celah Young, suatu gelombang bidang monokromatik dijatuhkan pada suatu penghalang
yang mempunyai dua irisan celah.
Gelombang bidang dilenturkan (didifraksikan) oleh tiaptiap celah, sehingga cahaya yang
melewati tiaptiap celah meliputi bidang layar yang lebih luas dari pada bayangan geometris
celah. Hal ini menyebabkan cahaya dari kedua celah bertumpangtindih pada layar, sehingga
terjadi interferensi. Sebagai contoh, jika kita bergerak menjauhi pusat layar, maka pada suatu
jarak tertentu, puncak gelombang cahaya yang datang pada salah satu celah tiba secara
bersamaan dengan puncak gelombang sebelumnya yang datang pada celah lainnya. Apabila

hal ini terjadi, intensitas cahaya pada jarak itu maksimum, dan sebagai akibatnya, terjadi
bayangan terang di layar pada jarak tersebut.
Ada dua hal penting dari pernyataan ini yang perlu Anda catat:
1

Intensitas berbanding lurus dengan Eo2, ini adalah sifat umum Gelombang: intensitas
berbanding lurus dengan kuadrat amplitudo. Akan kita pelajari kemudian bahwa sifat yang
sama ini juga mencirikan gelombang yang memberikan perilaku partikel.

Intensitas berfluktuasi terhadap waktu, dengan frekuensi 2f = 2 ( /2 ). Fluktuasi


ini tidak biasanya kita amati, sebagai contoh: cahaya tampak memiliki frekuensi sekitar
1015 getaran per detik, dan karena mata kita tidak mampu memberi reaksi secepat itu,
maka kita mengamati rata-rata waktu dari sikus yang jumlahnya banyak sekali (mungkin
1013). Jika T adalah waktu pengamatan ,maka daya rata-rata peristiwa interferensi
maksimum (konstruktif), yang terjadi pada titik di layar yang selisih jaraknya ke kedua
celah sama dengan panjang gelombang cahaya. Artinya, jika X1 dan X2 adalah jarak titik
tersebut ke masingmasing celah, maka syarat bagi terjadinya interferensi maksimum
adalah

|X 1 X 2|=

. Interferensi maksimum juga akan terjadi apabila sebarang puncak

Gelombang dari salah satu celah tiba secara bersamaan dengan celah lainnya, tidak
bergantung pada apakah ia merupakan puncak gelombang urutan kedua, atau keempat,
atau keempat puluh tujuh. Syarat umum bagi inerferensi maksimum adalah bahwa selisih
X1 dan X2 merupakan kelipatan bulat panjang gelombang cahaya:

|X 1 X 2|=n . n=0,1,2,

(2.10)

Kemungkinan lain yang juga terjadi adalah bahwa pada suatu jarak tertentu pada layar,
puncak gelombang dari salah satu celah tiba secara bersamaan dengan lembah atau dasar
gelombang (trough) dari celah lain. Apabila hal ini terajadi, maka kedua gelombang tersebut
akan saling menghapuskan, dan sebagai akibatnya terjadi daerah gelap pada layar. Ini dikenal
sebagai interferensi minimum (destruktif). Interferensi minimum terjadi apabila jarak X 1 dan
X2 sedemikian rupa sehingga fase gelombang yang satu berbeda setengah siklus (-p), atau
satu setengah siklus, dua setengah siklus dan seterusnya :
1

|X 1 X 2|= 2 , 2 , 2 =( n+ )

n=0,1,2,

(2.11)

Kita dapat mencari tempattempat interferensi maksimum pada layar dengan cara berikut.
Misalkan d adalah jarak celah satu terhadap yang lainnya, dan D jarak kedua celah ke layar.
Jika yn adalah jarak pusat layar ke maksimum ke-n, maka (dengan X1>X2)

X 21=D 2+

( d2 + y )

X 22=D 2+

( d2 + y )

(2.12)

Dengan mengurangkan, diperoleh:


X 21 X 22=2 y n d

(2.13)

Dan
y n=

|X 1 + X 2|| X 1X 2|

(2.14)

2d

Dalam percobaan-percobaan dengan gelombang cahaya, D berorde 1 m, dan


paling tinggi 1 mm; jadi

X1 +

y n serta d

X 2 = 2D dan dalam hampiran ini

y n = ( X 1 X 2 )

D
d

(2.15)

Dengan menggunakan Persamaan (2.10) bagi nilai ( X 1 X 2 ) pada maksimum


interferensi, kita peroleh
y n=n

D
d

(2.16)

Piranti lain untuk mengamati interferensi gelombang cahaya adalah kisi difraksi yaitu
piranti penghalang bercelah cahaya banyak untuk menghasilkan interferensi

gelombang

cahaya. Cara kerja piranti ini dilukiskan sebagai maksimum-maksimum interferensi berkaitan
dengan panjang gelombang berbeda yang muncul pada sudut yang berbeda menurut
hubungan
d sin = n

(2.17)

keterangan
d = jarak antar celah
n = bilangan urutan maksimum-maksimum interferensi (n=1,2,3, ...)
Keuntungan kisi difraksi terletak pada keunggulan resolusinya yang memungkinkan kita
memperoleh pemisahan sempurna atas panjang-panjang gelombang yang berdekatan. Jadi,
piranti ini sangat bermanfaat untuk mengukur panjang gelombang. Tetapi perlu diperhatikan

bahwa untuk memperoleh nilai berat dari sudut , misalnya sin dalam rentang 0.3 hingga
0.5 d haruslah dalam orde beberapa kali panjang gelombang. Untuk cahaya tampak, hal ini
tidak sulit diwujudkan, tetapi untuk radiasi dengan panjang gelombang yang sangat pendek,

ipantulkan dari sehimpunan bidang kristal yang berjarak d. Berkas yang dipantulkan dari bidang kedua menempuh jara
Sumber: Kenneth Krane, 1992.

1 Penggunaan kisi difraksi untuk memilah cahaya ke dalam panjang gelombang penyusunnya.
Sumber: Kenneth Krane, 1992.

tidaklah mungkin membuat kisi dengan nilai d sekecil itu. Sebagi contoh, bagi sinar X
dengan orde panjang gelombang 0.1 nm kita perlu membuat kisi yang jarak antarcelahnya
lebih kecil daripada 1 nm. Pemecahan bagi masalah ini telah diketahui sejak percobaan
rintisan Laue dan Bragg yang menggunakan atom-atom itu sendiri sebagai suatu kisi difraksi.
Pernyataan mendasar bagi maksimum interferensi dalam difraksi sinar X dari sebuah
krisstal adalah
2d sin = n

n= 1,2,3, . . .

(2.18)

Hasil ini dikenal sebagai hukum Bragg bagi difraksi sinar X, perhatikan bahwa faktor 2
muncul dalam persamaan (2.18) sedangkan dalam pernyataan serupa dari persamaan (2.17)
bagi kisi difraksi biasa, faktor ini tidak muncul.

Contoh 2.1
Sebuah percobaan celah ganda dilakukan dengan cahaya natrium ( = 589.0nm). Celah
dipisahkan dengan jarak 1,05 mm, dan layar 2,357 m dari celah. Cari jarak pusat layar ke
maksimum yang berdekatan di layar!
Penyelesaian:
y =

y n+1 y n =

D (589,0 nm)(2,357 m)
=
=1,32 mm
d
1,05 mm

2.2 Radiasi Benda Hitam


Pertanda pertama yang menunjukkan bahwa gambaran gelombang klasik tentang radiasi
elektromagnet (yang berhasil baik menerangkan percobaan young dan hertz pada abad
kesembilan belas dan yang dapat mengnalisis secara tepat dengan persamaan Maxwell) tidak
seluruhnya benar, disimpulkan dari kegagalan teori gelombang untuk menerangkan spektrum
radiasi termal yang diamati jenis radiasi elektromagnet yang dipancarkan berbagai benda
semata-mata karena suhunya. Disini kita akan membahas radiasi termal, sebagai contoh zat
perantara dispersif (penyebar cahaya) seperti prisma dapat digunakan untuk pengamatan ini
karena panjang gelombang yang berbeda yang menembusnya akan teramati pada sudut

yang berbeda pula. Dengan menggerakkan detektor radiasi pada suatu panjang gelombang
tertentu, karena detektor bukanlah suatu titik geometris (akan sangat tidak efektif) tetapi
mengapit suatu selang sudut d
jumlah radiasi dalam selang d

yang sempit, maka yang sebenarnya kita ukur adalah


pada

, atau yang setara dengan ini dalam selang d

pada . Besaran ini kita sebut intensitas radian (radian intensity) R, sehingga hasil
percobaannya adalah deretan nilai R d sebanyak nilai

berbeda yang kita pilih untuk

diukur. Dengan mengulangi percobaan ini berkali-kali maka kita simpulkan dua sifat penting
radiasi termal berikut:
1. Intensitas radian total terhadap seluruh panjang gelombang berbanding lurus suhu T
berpangkat empat; karena intensitas radian. Maka kita dapat menulis

Rd= T 4

(2.19)

Dimana persamaan diatas disebut dengan hukum stefan dan

dikenal sebagai tetapan

stefan-boltzman. Nilai =5,6703 108 W /m2 K 4


2. Panjang gelombang dimana masing-masing kurva mempunyai nilai maksimalnya yang
maxs

kita sebut

(walaupun ia buakanlah suatu panjang gelombang maksimum),

menurun jika suhu pancar dinaikkan ternyata sebanding dengan kenaikan suhu sehingga
maxs

1
T

. Dari percobaan didapati bahwa nilai tetapan bandingannya adalah:


maxs T =2,898 103 m. K

(2.20)

Hasil ini dikenal dengan hukum pergeseran Wien.


Contoh 2.2
Pada panjang gelombang berapakah sebuah benda pada suhu ruang (T= 200 C)
memancarkan radiasi termal?
Penyelesaian:
T = 200 C = 20+273 = 293 K
maxs T =2,898 103 m. K
3
maxs 293 k =2,898 10 m. K
maxs =9,89 103 m

Pada tahap ini kita akan mencoba untuk mengnalisis dan memahami hasil-hasil ini
(ketergantungan R pada , stefan dan hukum wien) berdasarkan teori termodinamika dan
elektromagnet. Tetapi kita hanya akan uraian garis besarnya. Kita dapat melihat berbagai
benda karena cahaya yang mereka pantulkan. Pada suhu ruang, radiasi termal ini paling
banyak terdapat pada spektrum inframerah ( maks 10 m ) pada daerah mata kita tidak lagi
peka. Jika benda tersebut kita panasi mereka akan mulai memancarkan cahaya tampak.
Sebagai contoh sepotong logam yang dipanaskan mula-mula tampak memijar dengan
memancarkan warna merah tua dan suhunya terus dinaikkan warnannya berangsur menjadi
semakin kuning.
Sayangnya, radiasi yang dipancarkan benda biasa tidak hanya bergantung pada suhu tetapi
pada sifat-sifat lainnya seperti rupa benda, sifat permukaannya, bahan pembuatnya. Untuk

menghilangkan beberapa hambatan ini kita tidak akan meninjau benda biasa, melainkan
benda yang permukaannya sama sekali hitam. Maka cahaya yang jatuh padanya tidak ada
yang ia pantulkan sehingga sifat-sifat permukaannya dengan demikian tidak bisa diamati.
Namun demikian perluasan ini masih belum cukup menyederhanakan persoalan untuk
memungkinkan menghitung spektrum radiasi yang dipancarkan. Karena itu, kita
memperluasnya lebih lanjut kesuatu jenis benda hitam istimewa sebuah rongga. Misalnya
bagian dalam sebuah kotak logam, dengan sebuah lubang kecil pada salah satu dindingnya.
Lubang itu bukan kotaknya yang berperan sebagai benda hitam. Radiasi dari luar yang
menembusi lubang ini akan lenyap pada bagian dalam kotak dan kecil kemungkinan untuk
keluar kembali dari lubang tersebut. Jadi tidak ada pantulan yang terjadi pada benda hitam
(lubang tersebut). Maka pemahaman hakikat radian didalam kotak akan memungkinkan kita
untuk memahami radiasi yang keluar melewati lubanag kotak itu.
Perhitungan kelasik bagi energi radian yang dipancarkan untuk tiap-tiap panjang
gelombang sekarang terjadi menjadi beberapa tahap perhitungan. Tanpa memperlihatkan
pembuktiannya, berikut dikemukakan bagian-bagian penting dari penurunannya. Pertama
yang menyangkut perhitungan radiasi (jumlah gelombang) untuk masing-masing panjang
gelombang bagi energi total dalam kotak dan terakhir intensitas radian yang berkaitan dengan
energi itu.
1) Kotak berisi gelombang-gelombang berdiri elektromagnet.jika semua dinding kotak
adalah logam, maka radiasi dipantulkan bolak-balok dengan simpul (node) medan
elektrik terdapat pada tiap-tiap dinding (medan listrik haruslah nol didalam sebuah
konduktor).
2) Jumlah gelombang berdiri dengan panjang gelombang antara dan + d adalah:
N ( ) d =

8 V
d
4

(2.21)

3) Tiap-tiap gelombang memberi saham energi kT bagi radiasi didalam kotak. Hasil ini
diperoleh dari termodinamika klasik, radiasi dalam kotak berada dalam keadaan
kesetimbangan termal dengan dinding pada suhu T.
4) Untuk memperoleh intensitas radian dari kerapatan energi (energi persatuan volume)
kalikan dengan

c
. Hasil ini juga diperoleh dari teori elektromagnet dan
4

termodinamika klasik.

Dengan menggabungkan unsur - unsur diatas maka intensitas radian yang kita perkirakan
adalah:
Intensitas radiant = (jumlah gelombang per satuan volume) x (energi per gelombang) x
(energi radian per rapat energi)
R ( )=

8
c
kT
4
4

(2.22)

Hasil ini dikenal sebagai rumus rayleigh-jeans.


Pada gambar dibawah diperlihaatkan perbandingan hasil perhitungan intensitas radian
dengan menggunkan hukum Rayleigh-jeans terhadap data hasil percobaan

Gambar 2.3 Kegagalan rumus Rayleigh-Jeans klasik menghasilkan kurva ramalan yang cocok dengan spektrum peng
Sumber: Keneth Krane, 1992.

Yang kita bahas didepan intensitas yang dihitung dari gambar kurva tampak menghampiri
data percobaan untuk daerah panjang gelombang yang panjang tetapi pada daerah panjang
gelombang yang pendek, teori klasik ternyata sama sekali gagal.kegagalan hukum RayleighJeans telah diuji secara seksama dalam berbagai percobaan dan didapati sangat cocok dengan
hasil pengamatan percobaan. Untuk kasus radiasi benda hitam ini, tampak bahwa teori-teori
klasik tidak berhasil menjelaskannya sehingga diperlukan suatu teori fisika yang baru.
Fisika baru yang memberi tafsiran benar terhadap radiasi termal ini dikemukakan oleh
fisikawan jerman Max Planck. Bencana ultraviolet disebabkan karena intensitas radiant yang

diramalkan hukum Rayleigh-Jeans menjadi sangat besar pada daerah panjang gelombang
pendek (atau pada frekuensi yang tinggi) yang diperlukan adalah suatu cara untuk membuat
R 0

bila

atau

f . Menurut nalar planck, radiasi yang terpantul dari

dinding rongga logam berasal dari radiasi yang diserap dan kemudian dipancarkan kembali
dengan segera oleh atom-atom dinding rongga, selama selang waktu ini arom-atom bergerak
pada pada frekuensi yang sama dengan frekuensi radiasi. Karena energi suatu sistem yang
bergetar bergantung pada frekuensinya, maka planck mencoba menemukan suatu cara untuk
memperkecil jumlah gelombang berdiri berfrekuensi tingg pada dinding rongga. Ia
melakukan ini dengan mengemukakan suatu anggapan berani yang kemudian menjadi
landasan dari teori fisika baru, fisika kuantum.
Planck mengemukakan bahwa sebuah atom yang bergetar hanya dapat menyerap atau
memancarkan energi kembali dalam bentuk buntelan-buntelan energi yang disebut kuanta.
Jika energi kuanta berbanding lurus dengan frekuensi radiasi, jika frekuensinya meningkat
energinya juga akan menjadi besar. Tetapi karena tidak ada satupun gelombang yang dapat
memiliki energi melebihi kT, maka tidak ada gelombang berdiri yang energi kuantumnya
lebih besar dari pada kT. Ini secara efektif membatasi intensitas radiant frekuensi tinggi
(panjang gelombang pendek) dan dengan demikian memecahkan persoalan bencana
ultraviolet.
Dalam teori planck setiap isolator dapat memancarkan atau menyerap energi hanya dalam
jumlah yang merupakan kelipatan bulat dari suatu energi dasar .
E=n

n = 1,2,3,...

(2.23)

n menyatakan jumlah kuanta, lalu energi setiap kuanta ini ditentukan oleh frekuensi menurut
=h f

(2.24)

h adalah suatu tetapan banding yang sekarang dikenal sebagai tetapan planck. Berdasarkan
anggapan ini spektru intensitas radian yang dihitung planck adalah

( c4 )( 8 )[( hc ) e

R ( )=

1
hc/ AT

(2.25)

Lalu penurunan hukum stefan dari rumus planck memberikan hubungan tetapan stefanboltzman dan tetapan planck berikut

=
Karena kita mengetahui

2 5k 4
15 c 2 h3

(2.26)

dari percobaan, maka kita dapat menentukan nilai tetapan

planck dari hubungan ini dan hasilnya adalah:


h=6,626 1034 J . s

2.3 Efek Fotoelektrik


Sumbangan besar Maxwell pada pengetahuan listrik dan magnet adalah keberhasilannya
dalam menyatukan semua kaedah yang dikenal waktu itu dibidang listrik magnet. Hal itu
dicapainya dengan meneruskan apa yang telah dirumuskan oleh Faraday (1791-1876).
Berdasarkan perangkat persamaan fundamental dalam listrik magnet, Maxwell memperoleh
solusi berupa gelombang. Atas dasar itu diramalkan tentang adanya gelombang
elektromagnet yang belum diamati oleh para ilmuawan.
Heinrich Hertz (1757-1894), menyelidiki implikasi eksperimental dari persamaan
persamaan Maxwell, sebagai guru besar pada sekolah tinggi teknik di Karlsruhe, ia
melakukan percobaan percobaan yang dirintisnya serta hasil percobaan pada sarjana lain
pada akhirnya menunjukkan adanya gelombang elekromagnetik. Tak lama sesudah itu cahaya
juga diidentifikasi sebagai gelombang elektromagnet. Sifat gelombang cahaya didukung oleh
bukti-bukti eksperimental seperti percobaan young dan difraksi cahaya. Bukti-bukti ini telah
diperoleh lama sebelum tahun 1871.
Meskipun sifat gelombang cahaya telah mantap disekitar akhir abad ke- 19, ada beberapa
percobaan dengan cahaya dan listrik yang sukar dapat diterangkan dengan sifat gelombang
cahaya itu. Dalam tahun 1888 Hallwachs mengamati bahwa sebuah keping logam Zn akan
kehilangan muatan listik negatifnya bila disinari dengan cahaya ultraviolet. Akan tetapi
apabila muatan keping itu mula-mula positif, maka tidak terjadi kehilangan muatan. Diamati
pula bahwa suatu keping yang netral akan memperoleh muatan positif apabila disinari,
kesimpulan yang dapat yang ditarik dari pengamatan-pengamatan diatas adalah bahwa
cahaya ultraviolet mendesak keluar muatan listrik negatif dari permukaan keping logam yang
netral. Gejala ini dikenal sebagai efek fotolistrik.
Dalam eksperimannya Hertz menemukan bahwa latu pada celah transmitter terjadi cahaya
ultraviolet diarahkan pada satu bola logamnya. Ia tidak melanjutkan percobaan tersebut, akan
tetapi ahli fisika yang lain melanjut percobaan tersebut. Mereka menemukan bahwa penyebab
terjadi latu adalah terpancar elektron pada frekuensi yang cukup tinggi. Gejala ini dikenal

sebagai efek fotolistrik. Gejala ini merupakan gelombang salah satu ironi sejarah bahwa
cahaya merupakan gelombang elekromagnetik.
Pada efek fotoelektrik, permukaan sebuah logam disinari dengan seberkas cahaya, dan
sejumlah elektron terpancar dari permukaannya. Dalam studi eksperimental terhadap efek
fotoelektrik, kita mengukur bagaimana laju dan energi kinetik elektron yang terpancar
bergantung pada intensitas dan panjang gelombang sumber cahaya. Percobaan ini harus
dilakukan dalam ruang hampa, agar elektron tidak kehilangan energinya karena bertumbukan
dengan molekul-molekul udara.
Susunan percobaan ini memperlihatkan pada gambar 2.4 laju pancaran elektron diukur
sebagai arus listrik pada rangkaian
luar dengan menggunakan sebuah

Gambar 2.4 Peralatan untuk mengamati efek fotoelektrik.


Sumber: Kenneth Krane, 1992.

ammeter,

sedangkan

energi

kinetiknya

ditentukan

dengan

mengenakan

suatu

potensial

perlambatan

(retarding

potential)

pada anoda sehingga elektron tidak


mempunyai energi yang cukup untuk
memanjati bukti potensial yang

terpasang. Secara eksperimen, tegangan pelambatan terus diperbesar hingga pembacaan arus
pada ammeter menurun ke nol. Tegangan yang bersangkutan ini disebut potensial henti
(stopping potential) Vs . Karena elektron yang berenergi tertinggi tidak dapat melewati
potensial henti ini, maka pengukuran Vs merupakan suatu cara untuk menentukan energi
kinetik maksimum elektron K maks :
K maks = eVs

(2.27)

e adalah muatan elektron. Nilai khas Vs adalah dalam orde beberapa volt.
Dari berbagai percobaan seperti ini, kita pelajari fakta-fakta terperinci efek fotoelektrik
berikut :
1. Laju pemancaran elektron bergantung pada intensitas cahaya.
2. Laju pemancaran elektron tidak bergantung pada panjang gelombang cahaya dibawah
suatu panjang gelombang tertentu; diatas nilai itu arus cahaya berangsur-angsur menurun
hingga menjadi nol pada suatu panjang gelombang pancung (cutoffwavelenght) c.
Panjang gelombang c ini biasanya terdapat pada spektrumdaerah biru dan ultraviolet.

3. Nilai c tidak bergantung pada intensitas sumber cahaya, tetapi hanya bergantung pada
jenis logamnya yang digunakan sebagai permukaan fotosensitif. Dibawah c ,sebarang
sumber cahaya, selemah apa pun, akan menyebabkan terjadinya pemancaran fotoelektron;
diatas c tidak satu pun cahaya, sekuat apa pun, dapat menyebabkan terjadinya
pemancaran fotoelektron.
4. Energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkan tidak bergantung pada intensitas
cahaya, tetapi hanyalah bergantung pada panjang gelombang; energi kinetik ini didapati
bertambah secara linear terhadap frekuensi sumber cahaya.
5. Apabila sumber cahaya dinyatakan, arus segera akan mengalir (dalam selang waktu 10-9
s).
Menurut teori gelombang cahaya, sebuah atom akan menyerap energi dari gelombang
elektromagnet datang yang sebanding dengan luasnya yang menghadap ke gelombang
datang. Dan sebagai tanggapan terhadap medan elektrik gelombang, elektron atom akan
bergetar, hingga tercapai cukup energi untuk melepaskan sebuah elektron dari ikatan dengan
atomnya. Tetapi, penyerapan ini terjadi pada semua panjang gelombang, sehingga keberadaan
panjang gelombang pancung sama sekali bertentangan dengan gambaran gelombang cahaya.
Pada panjang gelombang yang lebih besar dari pada c pun, teori gelombang mengatakan
bahwa seharusnya masih mungkin bagi suatu gelombang elektromagnet memberikan energi
yang cukup guna melepaskan elektron.
Kita dapat menaksir secara kasar waktu yang diperlukan sebuah atom untuk menyerap
energi secukupnya guna melepaskan sebuah elektron. Sebagai sumber cahaya kita pilih
sebuah laser berintensitas sedang, seperti laser helium-neon yang mungkin telah anda lihat
dalam laboratorium. Keluaran daya yang dihasilkan laser seperti ini, paling tinggi 10 -3 W,
yang penampang bekasnya terbatasi pada luas sekitar beberapa millimeter persegi (10 -5 m2) .
Diameter khas atom adalah dalam orde 10 -10 m, jadi luasnya dalam orde 10 -20 m2. Karena itu,
fraksi intensitas sinar laser yang jatuh pada atom adalah sekitar 10-20m2 / 10-5m2 = 10-15. Jadi,
hanya 10-18 W = 10-18 J/s = 6 e V/s daya yang dapat diserap atom, dan untuk menyerap energi
sebanyak beberapa eV diperlukan waktu sekitar satu detik.
Dengan demikian, menurut teori gelombang cahaya, kita memperkirakan tidak akan
melihat fotoelektron terpancarkan hingga beberapa detik setelah sumber cahaya dinyatakan;
dalam praktek kita dapati bahwa berkas fotoelektron pertama dipancarkan dalam selang
waktu 10-9 s. Dengan demikian, teori gelombang cahaya gagal meramalkan keberadaan
panjang gelombang pancung dan waktu tunda (delay time) yang teramati dalam percobaan.
Teori efek fotoelektrik Einstain didasarkan pada gagasan Planck tentang kuantum energi

radiasi elektromagnet bukannya diserap dalam bentuk aliran kontinu gelombang, melainkan
dalam buntelan diskret kecil atau kuanta, yang kita sebut foton, tiap-tiap foton dari radiasi
berfrekuensi f memiliki energi
E = hf

(2.28)

h adalah tetapan Planck. Karena suatu gelombang elektromagnet klasik berenergi U memiliki
momentum p = U/c, maka foton haruslah pula memiliki momentum, dan sejalan dengan
rumus klasik , momentum sebuah atom berenergi E adalah
=

E
c

(2.29)

Karena ma = 0 bagi sebuah fotonsebuah foton dengan demikian berperilaku sebagai


sebuah partikel tanpa massa diam. Tentu saja, Einstan menganggapnya benar pada awal
teorinya; teori relativitas khusus tidak memperkenakan kita menyusuli sebuah berkas
cahaya, karena itu gerak foton tidak dapat pernah dapat dihentikan. Sesuai teori sebelumnya
mo haruslah nol bagi sebuah foton atau sebarang partikel yang bergerak dengan laju cahaya;
karena bila tidak demikian energi mc2 akan menjadi tak hingga. Dengan menggabungkan
persamaan (2.28) dan (2.29) kita dapati hubungan langsung berikut antara panjang
gelombang dan momentum foton
=

(2.30)

Andaikanlah kita menganggap bahwa sebuah elektron terkait dalam logam dengan energi
W, yang dikenal sebagai fungsi kerja (work function). Logam yang berbeda memiliki fungsi
kerja yang berbeda. Untuk mengeluarkan sebuah elektron dari permukaan suatu logam, kita
harus memasok energi sekurang-kurangnya sebesar W. Jika hf < W, tidak terjadi efek
fotoelektrik; jika hf < W, maka elektron akan terpental keluar dan kelebihan energi yang
dipasok berubah menjadi energi kinetiknya. Energi kinetik maksimum K maks yang dimiliki
elektron yang keluar dari permukaan logam adalah:
Kmaks = hf W

(2.31)

Untuk elektron yang berada jauh dibawah permukaan logam, dibutuhkan energi yang lebih
besar dari pada W dan beberapa diantaranya keluar dengan energi kinetik yang lebih rendah.
Sebuah foton yang memasok energi sebesar W, yang adalah tepat sama dengan energi yang
dibutuhkan untuk melepaskan sebuah elektron, berkaitan dengan cahaya yang panjang
gelombang sama dengan panjang gelombang pancung c, sehingga

W =hf =

hc
c

(2.32)

dan dengan demikian


c=

hc
W

(2.33)

Karena kita memperoleh satu fotoelektron untuk setiap foton yang terserap, maka
penaikan intensitas sumber cahaya akan berakibat semakin banyak fotoelektron yang
dipancarkan, namun demikian semua fotoelektron itu akan memiliki energi kinetik yang
sama, karena semua foton memiliki energi yang sama. Terakhir, waktu tunda sebelum terjadi
pemancaran fotoelektron diperkirakan singkat- begitu foton pertama diserap, arus fotoelektrik
akan mulai mengalir. Dari kemiringan garisnya, yang tidak lain adalah rajahan persamaan
(2.30), diperoleh tetapan Planck :
h = 6,57 x 10-34 J.s
Nilai ini sangat sesuai dengan nilai yang diturunkan dari pengukuran tetapan Stefan
Boltzmann,
2.4 Efek Compton
Dalam teori kuatum cahaya dianggap bahwa foton dalam perjalanan dalam ruang dengan
kecepatan c tidak menyebar sebagaimana gelombang, tetapi tetap terkonsentrasi dalam ruang
yang sangat kecil. Pada tahhun 1923, Compton memberikan kesimpulan mengenai hamburan
sinar x oleh materi. Dalam naskah ilmiah A quantum Theory of scattering of x-rays by light,
Compton menerangkan percobaan tentang hamburan sinar x oleh materi. Diamatinya bahwa
panjang gelombang sinar x yang terhambur berbeda dengan panjang gelombang sinar x
sebelum terhambur. Perubahan panjang tersebut ternyata bergantung dari sudut hamburan.
Kesimpulan yang dicantumkan dalam naskah Compton tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :
a. Teori Compton saat ini bertopang pada pengandaian bahwa setiap elektron yang berperan
dalam proses ini menghamburkan suatu kuantum cahaya yang utuh (foton).
b. Teori ini berlandaskan hipotesa bahwa kuantum kuantum cahaya datang dari berbagai
arah tertentu dan dihamburkan pula dalam arah arah tertentu (tidak acak).
c. Hasil eksperimen yang dilakukan untuk menyelidiki teori tersebut dengan sangat
meyakinkan telah menunjukkan bahwa gumpalan radiasi (kuantum radiasi, foton), selain
membawa energi juga memiliki momentum linear.

Hal di atas adalah suatu kesimpulan yang memiliki dampak yang mendasar, karena foton
juga ditandai dengan suatu besaran fisik lain yaitu momentum linear. Compton dapat
menerangkan terjadi pergeseran panjang gelombang dengan mengganggap bahwa berkas
sinar x terdiri dari foton-foton yang berperilaku sebagai zarah. Foton-foton tersebut dalam
tumbukannya dengan elektron elektron bahan penghambur mengikuti hukum-hukum
mekanika. Apabila foton dianggap sebagai suatu zarah, bagaimanakah diperoleh momentum
linear? Berpijak dari teori kuantum Einstein, bahwa energi foton E bergantung pada frekuensi
radiasi sebagai berikut:
E=h f

(2.34)

Energi relativistik total suatu zarah yang bergerak dengan kecepatan v adalah :
E=

m 0 c2

(2.35)

1-

v
2
c

Karena kecepatan foton adalah c, maka m0

harus sama dengan nol. Jadi foton harus

dianggap sebagai zarah dengan massa diam sama dengan nol. Energi hanya kinetik saja,
sehingga ungkapan umum untuk energi total adalah :
E2 = p 2 c 2 + m 20 c 4

(2.36)

E=pc

(2.37)

E hv h
p= = =
C c

(2.38)

Untuk sebuah foton diperoleh :

Dari ungkapan tersebut diperoleh

Hubungan ini dipergunakan untuk menelaah tumbukan antara foton dengan elektron.
Tinjauan sebuah foton sinar x yang melakukan tumbukan dengan sebuah elektron dari
bahan penghambur karena energi foton sangat besar dibandingkan dengan tenaga ikat
elektron dengan tenaga ikat elektron dalam bahan maka secara elektron bebas.
Kekekalan momentum linear :
p0= p1 cos + p cos
0=p 1 sin p sin

(2.39)
(2.40)

Kuadratnya memberikan :
2
2
2
( p0 p1 cos ) = p cos

(2.41)

p21 sin = p2 sin 2

(2.42)

Jumlah dari kedua persamaan tersebut memberikan


p 20+ p 21 2 p0 p1 cos = p2

(2.43)

Kekekalan energi relativistik total mempersyaratkan


E0 +m o c 2=E1 + K +m o c 2
(2.44)
E0E 1=K
(2.45)
Karena untuk foton e = Pc maka persamaan diatas menjadi
C ( p0 p 1) =K

(2.46)

Untuk elektron
2

( K + m0 c 2 ) =E 2= p2 c2 + ( m0 c 2 )

(2.47)

Yang dapat disederhana kan menjadi

( K 2 +2 Km0 c 2 )= p2 c 2

(2.48)

K2
2
+2 m0 K = p
2
C

(2.49)

Atau

Subtitusi kedalam persamaan diatas memberikan:


0+ p1
p

Ungkapan tersebut dapat disederhanankan menjadi

(2.50)

0 p 1
p

1cos
m0 c

(2.51)

Atau

1cos
1
1
1
=

P1 P0 m0 c

p=

Karena

atau

(2.52)

1
=
p h

maka diperoleh

1cos
h
0=

m0 c

(2.53)

Persamaan tersebut dapat dituliskan:

c =

=0 =c ( 1cos )

(2.54)

h
=2,43.1012 m=0,0243 A 0
m0 c

(2.55)

Pada persamaan (2.54), dia adalah pergeseran panjang sinar x karena hamburan

adalah panjang gelombang Compton .


Contoh 2.3
Sinar x dengan panjang gelombang 10 pm dihamburkan oleh suatu sasaran yang berupa
bahan penghambur .
a. Hitunglah panjang gelombang sinar x yang terhambur dengan sudut 450
b. Hitunglah panjang gelombang maksimum yang ada dalam sinar x terhambur
c. Hitunglah energy kinetik maksimum yang terhentak ( electron recoil)
Penyelesaian:
a. Panjang gelombang Terhambur
=0 =c ( 1cos )0
=0 + c ( 1cos )

=10 pm+0,293 c
=10,7 pm

b. Panjang gelombang maksimum


0 maksimum jika ( 1cos )=2
=0 +2 c =10 pm+ 4,9 pm=14,9 pm
c. Energi kinetik recoil elektron maksimum sama dengan beda antara energi foton datang
dan energi foton terhambur
K max =h ( v 0 v ) =hc

( 1 1 )
0

K max =

( 6,6251034 js )( 3.108 m/s )


12

10

m/ pm

( 101pm 14,91 pm )=6,54.10

15

J =40,8 ke V

Contoh 2.4
Sebuah foton dengan tenaga 0,81 MeV menumbuk elektron diam dengan energy 0,51 MeV,
selanjutnya foton terhambur pada sudut 600. Dari data tersebut tentukan
a. Panjang gelombang foton terhambur
b. Energi kinetik elektron terhambur
Penyelesaian:
Tenaga foton awal =0,81 MeV =( 0,81.106 ) ( 1,6. 1019 J )
= 1,296. 10-13 J
Sudut hambur foton =60 0
tenaga diam elektron E0 = 0,51 MeV = 0,816.10-13 J
a. Panjang gelombang foton terhambur terlebih dahulu dihitung panjang gelombang foton
datang sebagai berikut :
34
8
hc ( 6,625.10 Js ) ( 3. 10 m/s )
= =
=1,534 m

1,296. 1013

Selanjutnya dengan persamaan hamburan Compton dapat ditentukan panjang gelombang


foton terhambur sebagai berikut :
' =
'

= +
'

h
(1cos )
m0 c
h
( 1cos )
m0 c
12

=1,534. 10

6,625. 1034 Js
( 1cos 60 0 )
m
31
8
( 9,1. 10 kg ) ( 3.10 m/ s )

'

12

=2,747. 10

b. Tenaga kinetik elektron dapat ditentukan dengan mudah menggunakan hukum kekekalan
energy
+ E 0= ' + E'
'

+ E 0= + E 0+ K
K = '
34
8
hc ( 6,625.10 Js ) ( 3. 10 m/ s )
Dengan = ' =
=7,234. 1016 J
12

2,747. 10 m
'

diperoleh :
K = ( 12,97.10147,234.1014 ) j=5,726.1014 J
atau K = 0,358 MeV
2.5 Proses Foton Lainnya
Selain hamburan Compton dan efek fotoelektrik yang memberikan bukti eksperimen
paling awal yang mendukung teori foton sebagai kuantum radiasi elektromagnet, terdapat
pula sejumlah percobaan lain yang hanya dapat ditafsirkan secara benar jika dianggap berlaku
kuantisasi (perilaku partikel) radiasi elektromagnet. Dalam bahasan ini akan membahas dari
proses tersebut, yang kejadiannya tidak dapat dipahami jika kita hanya berpegang pada
hakikat gelombang dari radiasi elektromagnet.
Macam-macam proses :
1. Bremsstrahlung dan Produksi Sinar-X

Apabila sebuah muatan elektrik, misalnya elektron, dipercepat atau diperlambat, maka
ia memancarkan energi elektromagnet;menurut pemahaman kita energi elektromagnet
tersebut adalah foton. Andaikan kita mempunyai seberkas elektron, yang telah mencapai
energi eV setelah dipercepat melalui suatu potensial V. Ketika menumbuk suatu sasaran,
elektronnya diperlambat sehingga pada akhirnya berhenti, karena bertumbukan dengan
atom-atom materi sasaran.

Gambar 2.3 Peralatan untuk menghasilkan bremsstrahlung. Elektron dari katoda C dipercepat menuju anoda A mela

Karena pada tumbukan seperti itu terjadi transfer momentum dari elektron ke atom, maka
kecepatan elektron menjadi berkurang dan elektron dengan demikian memancarkan foton.
Jika energi kinetik elektron sebelum tumbukan adalah K, dan setelah tumbukan menurun
menjadi K, maka energi foton adalah
hv=K K '

(2.42)

jumlah energi yang hilang, dan dengan demikian energi dan panjang gelombang foton
yang dipancarkan, tidak dapat ditentukan secara tunggal, karena dalam persamaan diatas
hanya K yang diketahui . Karena elektron biasanya akan melakukan banyak tumbukan,
maka sebelum diam elektron tersebut akan memancarkan pula banyak foton dengan energi
yang berbeda-beda; energi foton itu dengan demikian akan berkisar dari yang paling
rendah (panjang gelombang yang panjang), yang berkaitan dengan kehilangan energi yang
kecil, hingga suatu energi maksimum K, yang berkaitan dengan kehilangan seluruh energi
elektron dalam hanya satu tumbukan. Oleh karena itu, panjang gelombang terpendek yang
dipancarkan ditentukan oleh kehilangan energi maksimum yang mungkin
hv=K
hc
=eV
min

(2.43)

hc
eV
Secara perlambang, proses bramsstahlung dapat ditulis sebagai berikut :
Elektron
Elektron + foton
Reaksi diatas adalah proses kebalikan dari efek fotoelektrik:
min =

Elektron + foton

elektron

Bagi elektron bebas, tidak satupun dari proses ini dapat terjadi. Agar proses ini dapat
terjadi, haruslah terdapat sebuah atom berat di sekitar elektron yang berperan memasok
momentum pental yang diperlukan.

2. Produksi pasangan
Pada proses ini seluruh energi foton hilang dan dalam proses ini dua partikel
terciptakan, yakni sebuah elektron dan sebuah positron. Proses ini merupakan contoh
penciptaan energi massa. Elektronnya tidak ada sebelum foton menumbuk atom. Energi
foton yang hilang dalam proses ini berubah menjadi energi relativistic positron E + dan
elektron E - :

++ E
hv=E

(2.44)
+
me c 2 + K

me c 2 + K

Karena K+ dan K selalu positif, maka foton haruslah memiliki energi sekurang-kurangnya
2 me c 2=1,02 MeV

agar proses ini dapat terjadi. Foton yang berenergi setinggi ini

berada dalam daerah sinar gamma inti atom. Secara perlambang :


Foton
elektron + positron
Proses diatas, seperti halnya bremsstrahlung, hanya terjadi jika terdapat sebuah atom di
sekitar elektron yang memasok momentum pental yang diperlukan. Proses kebalikannya :
Elektron + positron
foton
Proses ini dikenal sebagai pemusnahan positron dan dapat terjadi bagi elektron dan
positron bebas dengan persyaratan harus tercipta sekurang-kurangnya dua buah foton
dalam proses ini. Kekekalan energi mensyaratkan bahwa, jika E 1 dan E2 adalah energi
masing-masing foton, maka :

+
me c 2 +K

me c 2 +K

Karena K+ dan K- sangat kecil sehingga positron dan elektron dapat dianggap diam, maka
kekekalan momentum mensyaratkan bahwa kedua foton memiliki energi yang sama
me c 2 dan bergerak segaris dalam arah yang berlawanan.

2.6 Apakah Foton Itu?


Untuk mengetahui pengertian dari foton , kita pelajari dulu sifat-sifat foton yang jelas:
1.

Foton tidak memiliki massa yang diam

2.

Bergerak dengan laju cahaya

3.

Foton memenuhi hubungan

4.

Foton tetap pada massa nol

E=hv , p=

h
, dan E= pc

Kita dapat melukiskan foton dari sudut pandang kedudukannya dalam fisika yang
mendaar, foton mentransmisikan gaya elektromagnet;dalam sudut pandang ini dua muatan
listrik berinteraksi dengan mempertukarkan foton (foton dipancarkan oleh salah satu
muatan dan diterima oleh muatan lainnya). Foton ini adalah foton khayal, yang hanya ada
dalam kerangka matematik rumusan fisika teori, namun mereka memiliki semua sifat foton
nyata. Ada beberapa partikel tertentu, seperti foton dan elektron yang hakikatnya adalah
sedemikian rupa sehingga kita percaya bahwa mereka berupa titik-titik, mereka tidak
memiliki ukuran fisik dan dapat dibelah karena mereka tidak memiliki unsure-unsur
penyusun dirinya.
Disini kita benar-benar menemui suatu paradox. Beberapa percobaan, seperti yang
menyangkut efek interferensi dan difraksi, memperlihatkan bahwa radiasi elektromagnet
berinteraksi seperti gelombang, sejumlah gelombang lain memperlihatkan bahwa radiasi
elektromagnet berinteraksi seperti kuantum partikel yang dikenal sebagai foton.
Marilah kita ulangi perobcobaan tafsir rangkap (dual experiment)kita tentang cahaya ini
dengan cahaya yang dipancarkan dari suatu galaksi jauh, yang telah merambat menuju kita
untuk suatu jangka waktu yang kurang lebih sama dengan usia jagat raya kita. Tentu saja,
macam percobaan yang sedang kita lakukan tidak dapat kita sinyalkan kembali ke sumbernya

karena dalam jangka waktu itu kita dapat mengganti peralatan dua celah pada meja
laboratorium dengan peralatan efek fotoelektrik. Namun demikian, kita dapati bahwa cahaya
bintang dapat menghasilkan interferensi dua celah dan juga efek fotoelektrik. Dengan
demikian, kita terperangkap dalam suatu kesimpulan :cahaya bukanlah partikel saja atau
gelombang saja, tetapi cahaya juga meruapakan partikel dan gelombang.
Penjelasan yang benar tentang asal dan tampilan pola interferensi adalah dari gambaran
gelombang, sedangkan tafsiran yang benar tentang evolusi pola pada film adalah dari
gambaran partikel. Karena keterbatasan kosakata dan pengalaman akal sehat kita, kedua
penjelasan ini, tidak dapat benar secara serempak., tetapi harus diterima berlaku secara
serempak agar dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang sifat-sifat radiasi
elektromagnet.
Dilema sifat rangkap gelombang-partikel tidak dapat dipecahkan, yang dapat kita lakukan
adalah mengatakan bahwa baik gambaran gelombang maupun partikel tidak selalu benar, dan
bahwa keduanya diperlukan untuk memberikan suatu deskripsi lengkap tentang berbagai
gejala fisika, dan bahwa pada hakikatnya kedua gambaran ini saling melengkapi. Dalam
kasus percobaan duacelah, kita dapat bernalar : interaksi antara sebuah sumber radiasi dan
medan elektromagnet terkuantisasi, sehingga kita dapat menganggap bahwa setiap atom
sumber radiasi memancarkan foton secara satu persatu. Interaksi pada ujung lain susunan
percobaan
ini, yaitu pada film foto, juga terkuantisasi, sehingga kita dapat pula beranggapan
Contoh 2.2
dengan gambaran yang persis sama, bahwa setiap atom menyerap foton secara satu per satu.
Fluks energi matahari yang sampai di bumi adalah 1,0 103 W /m2 . Berapa cacah foton
Di antara kedua percobaan ini, energi elektromagnet
merambat secara kontinu sebagai
2
yang sampai
di bumi
permemperlihatkan
m tiap detik, perilaku
jika cahaya
mempunyai
panjang
gelombang
sehingga
dapat
khasmatahari
gelombang
( interferensi
dan
0
gelombang
rata-rata
5000 A
?
Difraksi).
Efek
dua celah
adalah
mengubah pola perambatan gelombangnya. Di daerah
Penyelesaian:
tempat
gelombang memiliki intensitas tinggi, film foto mengunggkap bahwa di situ hadir
Energi tiap foton dengan =5000 A adalah
jumlah foton
yang/ banyak
sekali, di tempat yang intensitasnya rendah, jumlah foton yang
E=hv=hc

34
6,63 10 Js 3 10 8 m/ s
diamati juga
sedikit.
5,0 107 m
19
4,0 10 J

Fluks energi yang sampai di bumi

1,0

yang sampai pada bumi per m2 tiap detik


adalah

4,0 1019 J

1,0 10 3 J
4,0 1019 J

10 3 W
3
2 1
=1,0 10 J m s . Jadi, energi
2
m
3
1,0 10 J . Karena energi tiap foton

maka cacah foton yang sampai di bumi tiap m 2 tiap detik

atau sama dengan 2,5 1021 foton .

Anda mungkin juga menyukai