Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BESAR PENGANTAR ILMU LINGKUNGAN

Nama

1. Adhyatma Taufik Akbar


2. Meriska Nur Pratiwi
3. Nachli Alfarizi

(131134002)
(131134016)
(131134022)

3-TPJJ
A. Judul

: BIOASPAL DARI MIKROALGA UNTUK JALAN HIJAU

B. Permasalahan
Dikutip dalam detikcom, dengan keubutuhan minyak bumi yang terus
meningkat dari tahun ke tahun, dapat diprediksi persediaan minyak bumi dunia
akan habis dalam 53 tahun lagi.
Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Hadi Purnomo mengatakan,
cadangan energi fosil dunia saat ini makin menipis, salah satunya minyak bumi
yang saat ini hanya cukup sampai 53 tahun lagi.
Minyak bumi akan habis dalam waktu 53 tahun lagi, itu merupakan
seluruh cadangan minyak yang ada di dunia saat ini. Jumlah tersebut dihitung
berdasarkan total seluruh cadangan minyak di dunia pada 2012, yaitu di bawah
200.000 juta ton.
Hadi menambahkan, untuk cadangan batubara di dunia saat ini hanya
cukup sampai 109 tahun lagi, dan gas bumi hanya cukup sampai 55 tahun lagi.
Dengan cadangan yang ada dan tingkat produksi seperti pada 2012, maka
batubara dunia akan habis dalam waktu 109 tahun lagi, dan gas bumi akan habis
dalam waktu 55 tahun lagi. Namun kalau kita mengembangkan dan
memanfaatkan energi matahari untuk memasok kebutuhan energi, diperkirakan
renewable energy dari matahari akan bersinar sampai dengan 5 miliar tahun lagi.
Hadi menambahkan, apalagi kebutuhan energi di dunia terus meningkat
tajam tiap tahunnya dibarengi dengan tumbuhnya ekonomi dunia.
"Pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan sebesar 3,25% pada 2013 dan
4% pada 2014, didimonasi oleh China dan India yaitu sekitar 8,2% dan 6,2%. Hal
itu tentunya diikuti dengan kebutuhan energi dunia yang diperkirakan meningkat

sebesar 40% dari tahun 2009 ke tahun 2035 atau tumbuh sekitar 1,5% per tahun,"
tutup Hadi.
http://finance.detik.com/read/2013/12/03/155024/2431263/1034/cadanganminyakdunia-habis-53-tahun-lagi
Kebutuhan aspal dalam konstruksi perkerasan jalan sangat tinggi.
Penggunaan aspal dipilih karena aspal memiliki sifat fleksibel dimana hal tersebut
menimbukan rasa kenyamanan untuk kendaraan yang melintas diatas perkerasan
lentur. Penggunaan aspal juga dapat meningkatkan keawetan dari roda kendaraan.

C. Solusi
Minyak bumi merupakan energi tak terbarukan. Pembentukan minyak
bumi membutukan waktu yang sangat lama yaitu berkisar antara 300 350 tahun.
Mikroalga adalah alga berukuran mikro yang biasa dijumpai di air tawar dan air
laut. Mikroalga merupakan spesies uniseluler yang dapat hidup soliter dan
berkoloni. Berdasarkan spesiesnya, ada berbagai macam bentuk dan ukuran
mikroalga. Tidak seperti tanaman tingkat tinggi, mikroalga tidak memiliki akar,
batang, dan daun.
Mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintetik yang memiliki
kemampuan untuk menggunakan sinar matahari dan karbondioksida untuk
menghasilkan biomassa.
Sel-sel mikroalga tumbuh dan berkembang pada media air, itu sebabnya
mikroalga memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi dalam hal penggunaan air,
karbondioksida, dan nutrisi lainnya bila dibandingkan dengan tanaman tingkat
tinggi.

(a)

(b)

Gambar 1. Gambar Beberapa Mikroalga LIPI yang Diisolasi dai Perairan


Indonesia

Mikroalga menawarkan alternatif yang sangat menjanjikan untuk produk


minyak bumi, tanpa harus bersaing dengan sumber daya mikroalga yang
digunakan di dalam industri makanan. Mikroalga saat ini untuk pertama kalinya
telah digunakan untuk membuat aspal.
Para peneliti yang bekerja sama dengan perusahaan AlgoSource
Technologies, telah membuktikan kelayakan bioaspal. Bioaspal ini menunjukkan
kesamaan yang menyerupai aspal asli yang biasa digunakan untuk membuat jalan.
Temuan mereka telah diterbitkan di ACS Sustainable Chemistry & Engineering
edisi April.
Mikroalga telah lama dikenal penggunaannya di dalam aplikasi seperti
pewarna kosmetik dan suplemen makanan. Di dalam tahun-tahun terakhir, ide-ide
baru untuk memanfaatkan mikroalga telah muncul, misalnya untuk menghasilkan
biofuel. Hari ini, mikroalga diakui sebagai alternatif yang menjanjikan untuk
minyak bumi. Perkembangan yang efisien dan proses hemat biaya dapat membuat
berbagai macam derivatif mikroalga yang berguna menjadi tersedia.
Penggunaan mikroalga sebagai bahan baku biofuel mempunyai beberapa
keuntungan jika dibandingkan dengan tanaman pangan, diantaranya yaitu sumber
energy ini dapat diperbaharui, pertumbuhan yang cepat, produktivitas tinggi, dapat

menggunakan air tawar maupun air laut, konsumsi air dalam jumlah sedikit serta
menggunakan biaya produksi yang relatif rendah dan yang paling penting tidak
berkompetisi dengan bahan pangan. (Guerrero 2010 dalam Luthfi et al. 2010).
Sebagai bagian dari program Algoroute, yang didanai oleh Frances Pays
de la Loire region, para peneliti di laboratorium yang berbasis di Nantes dan
Orlans telah menghasilkan bioaspal dari residu yang dihasilkan mikroalga,
misalnya, dari ekstraksi protein hydrosoluble untuk industri kosmetik. Mereka
menggunakan proses pencairan hidrotermal, air bertekanan (di dalam keadaan
subkritis), untuk mengubah limbah mikroalga ini menjadi substansi yang hitam,
kental dan hidrofobik, yang mirip aspal yang berasal dari petroleum (lihat ilustrasi
di bawah). Proses saat ini mencapai efisiensi konversi 55%.
Dilansir CNRS (Dlgation Paris Michel-Ange) (20/04/2015), meskipun
komposisi kimia bioaspal benar-benar berbeda dari yang berasal dari petroleum,
mereka memiliki kesamaan, termasuk warna hitam dan sifat-sifatnya. Sifat-sifat
tersebut adalah; cair pada suhu melebihi 100C, bioaspal dapat digunakan untuk
melapisi mineral agregat, viskoelastik pada -20C hingga 60C, sehingga dapat
memastikan kohesi struktur granular dan mendukung beban mekanik. Percobaan
sedang dilakukan untuk menganalisis perilaku material dari waktu ke waktu, serta
studi efektivitas biaya untuk mengevaluasi potensi produksi skala besar.
Mikroalga atau biasa dikenal dengan nama latin Nannochloropsys
Occulata memiliki kandungan karbohidrat dan lemak yang tinggi. Oleh karena itu
sangat potensial sebagai penghasil bioethanol dan biodiesel. Bioethanol dihasilkan
melalui proses fermentasi karbohidrat hingga dihasilkan ethanol. Sedangkan
biodiesel dihasilkan melalui ekstraksi minyak dari mikroalga. Mikroalga memiliki
berbagai keunggulan dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, diantaranya
produktivitas tinggi karena laju pertumbuhan cepat hanya dalam satuan jam atau
hari, tidak memerlukan lahan subur sehingga tidak berkompetisi dengan tanaman
pangan. Selain itu, Proses pembuatan mikroalga menjadi bioenergi tidak terlalu
sulit. Langkah awal yang dilakukan adalah identifikasi dan isolasi mikroalga.
Kemudian mikroalga dikembangbiakkan (kultivasi), yang hanya memerlukan

waktu 7 sampai 10 hari. Setelah itu, mikroalga ini bisa dipanen. Proses
selanjutnya, mikroalga disaring, dikeringkan, dan diekstraksi (pemisahan)
menggunakan pelarut hexan atau diethyl ether untuk menghasilkan natan. Metode
ekstraksi juga bisa dipilih menurut kebutuhan. Tahap berikutnya dilakukan
pemurnian dan esterifikasi untuk mengurai lemak menjadi hi-drokarbon. Sebagai
contoh, dalam 1 ton air kultivasi dapat dipanen 1 liter natan. Dari 1 liter ini bisa
dihasilkan 150 gram alga bioenergi, atau jika digunakan untuk proses pembuatan
ekstrak akan didapat 22 mililiter minyak. Jika diproses lagi, hasil ekstrak minyak
ini setara dengan 200 mililiter. Aspek Ekonomis dari Mikroalga Setiap satu
hektare mikroalga bisa menghasilkan 2 barel air yang mengandung mikroalga.
Bayangkan bila pantai Indonesia yang panjangnya mencapai ribuan
kilometer dimanfaatkan, tentu akan didapat jutaan barel air yang mengandung
mikroalga sebagai bahan baku bioenergi. Ada banyak aspek ekonomis jika melirik
potensi Mikroalga misalnya peluang bisnis dan investasi.
Jika bangsa Indonesia mencoba untuk mengembangkan dan mengelola
mikroalga sebagai sumber energy bahan bakar berbasis organic biofuel, maka
akan mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar
minyak berbasis fosil yang sulit untuk diperbaharui sehingga kita bisa berhemat
untuk penggunaan minyak atau meskipun ketersediaan minyak Indonesia menipis
bahkan habis sekalipun di masa yang akan datang, kebutuhan masyarakat akan
energi tetap akan terpenuhi dan kita tidak perlu mengemis impor minyak dari
negara lain.
Inovasi ini menawarkan pilihan baru yang mungkin untuk industri
pembangunan jalan, yang saat ini sepenuhnya tergantung pada minyak bumi.
Jenis-jenis bioaspal yang telah dikembangka, sejauh ini mengandalkan minyak
yang berasal dari pertanian (dibutuhkan untuk nutrisi manusia) atau dari industri
kertas, dicampur dengan resin untuk meningkatkan sifat viskoelastik mereka.
Mikroalga yang budidayanya tidak memerlukan penggunaan lahan, dapat
menawarkan solusi yang menarik.

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi oleh para peneliti di CEISAM


(Chimie et Interdisciplinarit: Synthse, Analyse, Modlisation CNRS /
Universit de Nantes), GEPEA (Gnie des Procds Environnement et
Agroalimentaire CNRS / Universit de Nantes / ONIRIS / Ecole des Mines de
Nantes), IFSTTAR (Matriaux pour Infrastructures de Transport) dan CEMHTI
(Conditions Extrmes et Matriaux: Haute Temprature et Irradiation CNRS).

Anda mungkin juga menyukai