Anda di halaman 1dari 43

HAM Menurut Konsep Islam

ak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak
merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah
bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan
Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai
kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.

Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada perbedaan
jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban
negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini. Dari sinilah kaum
muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat.

Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran terhadap hak-hak ini dari pihak individu. Sebab pemerintah
mempunyai tuga sosial yang apabila tidak dilaksanakan berarti tidak berhak untuk tetap memerintah. Allah
berfirman:

"Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya di muka bumi, niscaya mereka menegakkan shalat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat maruf dan mencegah perbuatan munkar. Dan kepada Allah-lah kembali
semua urusan." (QS. 22: 4)

Jaminan Hak Pribadi

Jaminan pertama hak-hak pribadi dalam sejarah umat manusia adalah dijelaskan Al-Quran:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin
dan memberi salam kepada penghuninya... dst." (QS. 24: 27-28)

Dalam menjelaskan ayat ini, Ibnu Hanbal dalam Syarah Tsulatsiyah Musnad Imam Ahmad menjelaskan bahwa
orang yang melihat melalui celah-celah ointu atau melalui lubang tembok atau sejenisnya selain membuka pintu,
lalu tuan rumah melempar atau memukul hingga mencederai matanya, maka tidak ada hukuman apapun
baginya, walaupun ia mampu membayar denda.

Jika mencari aib orang dilarang kepada individu, maka itu dilarang pula kepada negara. Penguasa tidak
dibenarkan mencari-cari kesalahan rakyat atau individu masyarakat. Rasulullah saw bersabda: "Apabila
pemimpin mencari keraguan di tengah manusia, maka ia telah merusak mereka." Imam Nawawi dalam
Riyadus-Shalihin menceritakan ucapan Umar: "Orang-orang dihukumi dengan wahyu pada masa rasulullah
saw. Akan tetapi wahyu telah terhenti. Oleh karenanya kami hanya menghukumi apa yang kami lihat secara
lahiriah dari amal perbuatan kalian."

Muhammad Ad-Daghmi dalam At-Tajassus wa Ahkamuhu fi Syariah Islamiyah mengungkapkan bahwa para
ulama berpendapat bahwa tindakan penguasa mencari-cari kesalahan untuk mengungkap kasus kejahatan dan
kemunkaran, menggugurkan upayanya dalam mengungkap kemunkaran itu. Para ulama menetapkan bahwa
pengungkapan kemunkaran bukan hasil dari upaya mencari-cari kesalahan yang dilarang agama.

Perbuatan mencari-cari kesalahan sudah dilakukan manakala muhtasib telah berupaya menyelidiki gejala-gejala
kemunkaran pada diri seseorang, atau dia telah berupaya mencari-cari bukti yang mengarah kepada adanya
perbuatan kemunkaran. Para ulama menyatakan bahwa setiap kemunkaran yang berlum tampak bukti-buktinya
secara nyata, maka kemunkaran itu dianggap kemunkaran tertutup yang tidak dibenarkan bagi pihak lain untuk
mengungkapkannya. Jika tidak, maka upaya pengungkapan ini termasuk tajassus yang dilarang agama.

(3) Nash Quran dan Sunnah tentang HAM


eskipun dalam Islam, hak-hak asasi manusia tidak secara khusus memiliki piagam, akan tetapi Al-Quran dan
As-Sunnah memusatkan perhatian pada hak-hak yang diabaikan pada bangsa lain. Nash-nash ini sangat banyak,
antara lain:

1. Dalam al-Quran terdapat sekitar empat puluh ayat yang berbicara mengenai paksaan dan kebencian.
Lebih dari sepuluh ayat bicara larangan memaksa, untuk menjamin kebebasan berfikir, berkeyakinan
dan mengutarakan aspirasi. Misalnya: "Kebenaran itu datangnya dari Rabb-mu, barangsiapa yang
ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir." (QS. 18: 29)

1 Al-Quran telah mengetengahkan sikap menentang kedzaliman dan orang-orang yang berbuat dzalim
dalam sekitar tiga ratus dua puluh ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam lima puluh empat ayat
yang diungkapkan dengan kata-kata: adl, qisth dan qishas.

1 Al-Quran mengajukan sekitar delapan puluh ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan
sarana hidup. Misalnya: "Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia
telah membunuh manusia seluruhnya." (QS. 5: 32). Juga Quran bicara kehormatan dalam sekitar dua
puluh ayat.

1 Al-Quran menjelaskan sekitar seratus lima puluh ayat tentang ciptaan dan makhluk-makhluk, serta
tentang persamaan dalam penciptaan. Misalnya: "... Orang yang paling mulia diantara kamu adalah
yang paling bertawa diantara kamu." (QS. 49: 13)

1 Pada haji wada Rasulullah menegaskan secara gamblang tentang hak-hak asasi manusia, pada lingkup
muslim dan non-muslim, pemimpin dan rakyat, laki-laki dan wanita. Pada khutbah itu nabi saw juga
menolak teori Yahudi mengenai nilai dasar keturunan.

Manusia di mata Islam semua sama, walau berbeda keturunan, kekayaan, jabatan atau jenis kelamin.
Ketaqwaan-lah yang membedakan mereka. Rakyat dan penguasa juga memiliki persamaan dalam Islam. Yang
demikian ini hingga sekarang belum dicapai oleh sistem demokrasi modern. Nabi saw sebagai kepala negara
juga adalah manusia biasa, berlaku terhadapnya apa yang berlaku bagi rakyat. Maka Allah memerintahkan
beliau untuk menyatakan: "Katakanlah bahwa aku hanyalah manusia biasa, hanya saja aku diberi wahyu,
bahwa Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa." (QS. 18: 110).

(4) Rumusan HAM dalam Islam

pa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia adalah keharusan (dharurat) yang mana
masyarakat tidak dapat hidup tanpa dengannya. Para ulama muslim mendefinisikan masalah-masalah dalam
kitab Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat Al-Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syariah Islam
adalah menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda manusia.

Nabi saw telah menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada haji wada. Dari
Abu Umamah bin Tsalabah, nabi saw bersabda: "Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia telah
berhak masuk neraka dan haram masuk surga." Seorang lelaki bertanya: "Walaupun itu sesuatu yang kecil,
wahay rasulullah ?" Beliau menjawab: "Walaupun hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim).

Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba Allah tidak boleh
diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu pada hukum
Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang
bershadaqah (berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).

1. Hak-hak Alamiah
Hak-hak alamiah manusia telah diberikan kepada seluruh ummat manusia sebagai makhluk yang diciptakan dari
unsur yang sama dan dari sumber yang sama pula (lihat QS. 4: 1, QS. 3: 195).

a. Hak Hidup

Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan dan meng-qishas pembunuh (lihat QS.
5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang
mengkafani mayat saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah kamu mencaci-maki
orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang mereka kerjakan." (Keduanya HR. Bukhari).

b. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi

Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan paling suci adalah kebebasan beragama
dan menjalankan agamanya, selama tidak mengganggu hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya
Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99).

Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara, Allah memerintahkan memerangi
kelompok yang berbuat aniaya terhadap kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah kalangan non-
muslim. Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika akan memimpin pasukan: "Kamu akan menemukan kaum
yang mempunyai keyakinan bahwa mereka tenggelam dalam kesendirian beribadah kepada Allah di biara-
biara, maka biarkanlah mereka." Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan penduduk Hirah untuk tidak
mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog) mereka serta tidak melarang upacara-upacaranya.

Kerukunan hidup beragama bagi golongan minoritas diatur oleh prinsip umum ayat "Tidak ada paksaan dalam
beragama." (QS. 2: 256).

Sedangkan dalam masalah sipil dan kehidupan pribadi (ahwal syakhsiyah) bagi mereka diatur syariat Islam
dengan syarat mereka bersedia menerimanya sebagai undang-undang. Firman Allah: "Apabila mereka (orang
Yahudi) datang kepadamu minta keputusan, berilah putusan antara mereka atau biarkanlah mereka. Jika
engkau biarkan mereka, maka tidak akan mendatangkan mudharat bagimu. Jika engkau menjatuhkan putusan
hukum, hendaklah engkau putuskan dengan adil. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang adil." (QS.
5: 42). Jika mereka tidak mengikuti aturan hukum yang berlaku di negara Islam, maka mereka boleh mengikuti
aturan agamanya - selama mereka berpegang pada ajaran yang asli. Firman Allah: "Dan bagaimana mereka
mengangkat kamu sebagai hakim, sedangkan ada pada mereka Taurat yang di dalamnya ada hukum Allah?
Kemudian mereka tidak mengindahkan keputusanmu. Sesungguhnya mereka bukan orang-orang yang
beriman ." (QS.5: 7).

c. Hak Bekerja

Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan
yang perlu dijamin. Nabi saw bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada
makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja,
seperti terlihat dalam hadist: "Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).

2. Hak Hidup

Islam melindungi segala hak yang diperoleh manusia yang disyariatkan oleh Allah. Diantara hak-hak ini adalah
:

a. Hak Pemilikan

Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan cara apapun untuk mendapatkan harta
orang lain yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta
sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu kepada
hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal
kamu mengetahuinya." (QS. 2: 188). Oleh karena itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang merugikan
hajat manusia. Islam juga melarang penipuan dalam perniagaan. Sabda nabi saw: "Jual beli itu dengan pilihan
selama antara penjual dan pembeli belum berpisah. Jika keduanya jujur dalam jual-beli, maka mereka
diberkahi. Tetapi jika berdusta dan menipu berkah jual-bei mereka dihapus." (HR. Al-Khamsah)

Islam juga melarang pencabutan hak milik yang didapatkan dari usaha yang halal, kecuali untuk kemashlahatan
umum dan mewajibkan pembayaran ganti yang setimpal bagi pemiliknya. Sabda nabi saw: "Barangsiapa
mengambil hak tanah orang lain secara tidak sah, maka dia dibenamkan ke dalam bumi lapis tujuh pada hari
kiamat." Pelanggaran terhadap hak umum lebih besar dan sanksinya akan lebih berat, karena itu berarti
pelanggaran tehadap masyarakat secara keseluruhan.

b. Hak Berkeluarga

Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman. Bahkan Allah memerintahkan para
wali mengawinkan orang-orang yang bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Aallah menentukan hak
dan kewajiban sesuai dengan fithrah yang telah diberikan pada diri manusia dan sesuai dengan beban yang
dipikul individu.

Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala keluarga yaitu kaum laki-laki. Inilah yang
dimaksudkan sebagai kelebihan laki-laki atas wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-
masing memiliki beban yang sama. "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang maruf, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2:
228)

c. Hak Keamanan

Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta
harta benda. Firman Allah: "Allah yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4).

Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS. 24: 27). Jika warga negara tidak
memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah
memberi tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya. Oleh karena itulah, Umar bin
Khattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi yang lahir dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia
berkata: "Demi Allah yang tidak ada sembahan selain Dia, setiap orang mempunyai hak dalam harta negara
ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-Kharaj). Umar jugalah yang membawa seorang Yahudi
tua miskin ke petugas Baitul-Maal untuk diberikan shadaqah dan dibebaskan dari jizyah.

Bagi para terpidana atau tertuduh mempunyai jaminan keamanan untuk tidak disiksa atau diperlakukan semena-
mena. Peringatan rasulullah saw: "Sesungguhnya Allah menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di
dunia." (HR. Al-Khamsah). Islam memandang gugur terhadap keputusan yang diambil dari pengakuan
kejahatan yang tidak dilakukan. Sabda nabi saw: "Sesungguhnya Allah menghapus dari ummatku kesalahan dan
lupa serta perbuatan yang dilakukan paksaan" (HR. Ibnu Majah).

Diantara jaminan keamanan adalah hak mendpat suaka politik. Ketika ada warga tertindas yang mencari suaka
ke negeri yang masuk wilayah Darul Islam. Dan masyarakat muslim wajib memberi suaka dan jaminan
keamanan kepada mereka bila mereka meminta. Firman Allah: "Dan jika seorang dari kaum musyrikin minta
perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian
antarkanlah ke tempat yang aman baginya." (QS. 9: 6).

d. Hak Keadilan

Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syariah dan diberi putusan hukum sesuai dengan
syariah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia
terima. Firman Allah swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang kecuali oleh orang yang
dianiaya." (QS. 4: 148).

Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang sah yang dapat memberikan
perlindungan dan membelanya dari bahaya atau kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib
menegakkan keadilan dan memberikan jaminan keamanan yang cukup. Sabda nabi saw: "Pemimpin itu sebuah
tameng, berperang dibaliknya dan berlindung dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Termasuk hak setiap orang untuk mendapatkan pembelaan dan juga mempunyai kewajiban membela hak orang
lain dengan kesadarannya. Rasulullah saw bersabda: "Maukah kamu aku beri tahu saksi yang palng baik?
Dialah yang memberi kesaksian sebelum diminta kesaksiannya." (HR. Muslim, Abu Daud, Nasai dan
Tirmidzi). Tidak dibenarkan mengambil hak orang lain untuk membela dirinya atas nama apapun. Sebab
rasulullah menegaskan: "Sesungguhnya pihak yang benar memiliki pembelaan." (HR. Al-Khamsah). Seorang
muslim juga berhak menolak aturan yang bertentangan dengan syariah, dan secara kolektif diperintahkan untuk
mengambil sikap sebagai solidaritas terhadap sesama muslim yang mempertahankan hak.

e. Hak Saling Membela dan Mendukung

Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak kepada pemiliknya sebaik mungkin,
dan saling tolong-menolong dalam membela hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap
mendiamkan sesama muslim, memutus hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi saw: "Hak
muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar ke kubur, memenuhi
undangan dan mendoakan bila bersin." (HR. Bukhari).

f. Hak Keadilan dan Persamaan

Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan mendeklarasikan persamaan dan keadilan
bagi seluruh umat manusia (lihat QS. Al-Hadid: 25, Al-Araf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di
mata hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti aku potong tangannya."
(HR. Bukhari dan Muslim).

Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini. Misalnya kasus putri bangsawan
dari suku Makhzum yang mencuri lalu dimintai keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid, sampai kemudian
rasul menegur dengan: "... Apabila orang yang berkedudukan di antara kalian melakukan pencurian, dia
dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan pencurian, mereka memberlakukan hukum kriminal..."
Juga kisah raja Jabalah Al-Ghassani masuk Islam dan melakukan penganiayaan saat haji, Umar tetap
memberlakukan hukum meskipun ia seorang raja. Atau kisah Ali yang mengadukan seorang Yahudi mengenai
tameng perangnya, dimana Yahudi akhirnya memenangkan perkara.

Umar pernah berpesan kepada Abu Musa Al-Asyari ketika mengangkatnya sebagai Qadli: "Perbaikilah
manusia di hadapanmu, dalam majlismu, dan dalam pengadilanmu. Sehingga seseorang yang berkedudukan
tidak mengharap kedzalimanmu dan seorang yang lemah tidak putus asa atas keadilanmu."

(5) Tentang Kebebasan Mengecam Syariah

ebagian orang mengajak kepada kebebasan berpendapat, termasuk mengemukakan kritik terhadap kelayakan Al-
Quran dan Sunnah sebagai pegangan hidup manusia modern. Disana terdengar suara menuntut persamaan hak
laki-laki dengan wanita, kecaman terhadap poligami, tuntutan akan perkawinan campur (muslim-non muslim).
Dan bahkan mereka mengajak pada pemahaman Al-Quran dengan mengubah inti misi Al-Quran.

Orang-orang dengan pandangan seperti ini pada dasarnya telah menempatkan dirinya keluar dari agama Islam
(riddah) yang ancaman hukumannya sangat berat. Namun jika mayoritas ummat Islam menghendaki hukuman
syariah atas mereka, maka jawaban mereka adalah bahwa Al-Quran tidak menyebutkan sanksi riddah. Dengan
kata lain mereka ingin mengatakan bahwa sunnah nabi saw. Tidak memiliki kekuatan legal dalam syariah,
termasuk sanksi riddah itu.

Untuk menjawab hal ini ada beberapa hal penting yang harus dipahami, yaitu :

1. Kebebasan yang diartikan dengan kebebasan tanpa kendali dan ikatan tidak akan dapat ditemukan di
masyarakat manapun. Ikatan dan kendali ini diantaranya adalah tidak dibenarkannya keluar dari aturan
umum dalam negara. Maka tidak ada kebebasan mengecam hal-hal yang dipandang oleh negara
sebagai pilar-pilar pokok bagi masyarakat.

1 Islam tidak memaksa seseorang untuk masuk ke dalam Islam, melainkan menjamin kebebasan kepada
non-muslim untuk menjalankan syariat agamanya meskipun bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh
sebab itu, manakala ada seorang muslim yang mengklaim bahwa agamnya tidak sempurna, berarti ia
telah melakukan kesalahan yang diancam oleh rasulullah saw: "Barangsiapa mengganti agamanya,
maka bunuhlah ia." (HR. Bukhari dan Muslim).

1 Meskipun terdapat kebebasan dalam memeluk Islam, tidak berarti bagi orang yang telah masuk Islam
mempunyai kebebasan untuk merubah hukum-hukum yang ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

1 Dalam Islam tidak ada konsep rahasia di tangan orang suci, dan tidak ada pula kepercayaan yang
bertentangan dengan penalaran akal sehat seperti Trinita dan Kartu Ampunan. Dengan demikian, tidak
ada alasan bagi penentang Islam untuk keluar dari Islam atau melakukan perubahan terhadap Islam.

1 Islam mengakui bahwa agama Ahli Kitab. Dari sini Islam membolehkan laki-laki muslim menikahi
wanita Ahli Kitab, karena garis nasab dalam Islam ada di tangan laki-laki.

1 Sanksi riddah tidak dijelaskan dalam Al-Quran sebagaimana ibadah dan muamalah lainnya. Al-Quran
hanya menjelaskan globalnya saja dan menugaskan rasulullah saw menjelaskan rincian hukum dan
kewajiban. Firman Allah: "Dan telah Kami turunkan kepadamu Al-Quran agar kamu menjelaskan
kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkannya." (QS. 16: 44).

Makalah Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Islam


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM merupakan sebuah hal yang menjadi keharusan
dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam konstitusinya. Melalui deklarasi universal
HAM 10 desember 1948 merupakan tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak
mengenai manusia sebagai manusia. Sejarah HAM dimulai dari magna charta di inggris pada
tahun 1252 yang kemudian kemudian berlanjut pada bill of rights dan kemudian berpangkal
pada DUHAM PBB. Dalam konteks keIndonesiaan penegakan HAM masih bisa dibilang
kurang memuaskan. Banyak faktor yang menyebabkan penegakan HAM di Indonesia
terhambat seperti problem politik, dualisme peradilan dan prosedural acara (kontras,
2004;160).

Islam sebagai agama bagi pengikutnya meyakini konsep Islam adalah sebagai way of life
yang berarti pandangan hidup. Islam menurut para penganutnya merupakan konsep yang
lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia. Begitu juga dalam pengaturan mengenai
hak asasi manusia Islam pun mengtur mengenai hak asasi manusia. Islam adalah agama
rahmatan lil alamin yang berarti agama rahmat bagi seluruh alam. Bahkan dalam
ketidakadilan sosial sekalipun Islam pun mengatur mengenai konsep kaum mustadhafin yang
harus dibela.

Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat tersendiri dalam
pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam sebenarnya yang telah
mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena dalam demokrasi, pengakuan
terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang spesial. Berbagai macam pemikiran
tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan didalamnya konsep tentang penegakan
HAM.

Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas
Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep tentang
pengakuan HAM. berangkat dari itu makalah ini akan mencoba memberikan sedikit
penerangan mengenai wacana HAM dalam Islam.

BAB II PEMBAHASAN
Hak Asasi Manusia Menurut Islam

a. Apakah Islam Itu?

Apakah islam itu sebenarnya? Kata Islam berasal dari bahasa arab , dari kata aslama, yuslimu
islaman yang berarti menyerah patuh (DR Zainuddin Nainggolan, 2000;9). Menurut
Nurcholish Madjid yang dikutip dari buku Junaidi Idrus (2004;87) Islam itu adalah sikap
pasrah kehadirat Tuhan. Kepasrahan merupakan karakteristik pokok semua agama yang
benar. Inilah world viewAl-Quran, bahwa semua agama yang benar adalah Al-Islam, yakni
sikap berserah diri kehadirat Tuhan. Dan bagi orang yang pasrah kepada Tuhan adalah
muslim.
Menurut Masdar F. Masudi (1993;29) klaim kepasrahan dalam pengertian Islam termaktub
dalam tiga tataran. Pertama, Islam sebagai aqidah, yaitu sebagai komitmen nurani untuk
pasrah kepada Tuhan. Kedua, Islam sebagai syariah, yakni ajaran mengenai bagaimana
kepasrahan itu dipahami. Ketika, Islam sebagai akhlak, yakni suatu wujud perilaku manusia
yang pasrah, baik dalam dimensi diri personalnya maupun dalam dimensi sosial kolektifnya.
Berangkat dari pengertian diatas Islam adalah agama yang mengajarkan seseorang untuk
menyerah pasrah kepada aturan Allah (Sunnatullah) baik tertulis maupun tidak tertulis. Dan
orang yang menyerah pasrah kepada Tuhan dan hukum-Nya disebut seorang muslim.

Dalam Islam itu terdapat dua kelompok sumber ajaran Islam. Kelompok pertama disebut
ajaran dasar (qatI al-dalalah), yaitu Al-Quran dan Hadist sebagai dua pilar utama ajaran
Islam. Al-Quran mengandung 6236 ayat dan dari ayat-ayat itu, menurut para ulama hanya
500 ayat yang mengandung ajaran mengenai dunia dan akhirat selebihnya merupakan bagian
terbesar mengandung penjelasan tentang para nabi, rasul, kitab dan ajaran moral maupun
sejarah ummat terdahulu. Kelompok kedua disebut ajaran bukan dasar (zhanni al-dalalah),
yaitu ajaran yang merupakan produk ulama yang melakukan ijtihad dan muatan ajarannya
bersifat relative, nisbi, bisa berubah dan tidak harus dipandang suci, sakaral ataupun
mengikat (Junaidi Idrus, 2004;95-96).

b. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Secara etimolgi hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai pedoman prilaku ,
melindumgi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam
menjadi harkat dan martabatnya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar yang
dimiliki manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun makhluk mengintervensinya apalagi
mencabutnya.

Secara istilah HAM dapat dirumuskan dengan beberapa pendapat yang salah satu
diantaranya:

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).

Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa
HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia

John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan


bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang di miliki oleh setiap umat
manusia sejak lahir sebagai Anugrah Tuhan YME kepada hambanya, yaitu umat manusia
tanpa terkecuali.

Hak asasi manusia melekat pada diri manusia sejak lahir, karena itu muncul gagasan tentang
hak asasi manusia dan pengakuan atas-Nya sehingga dalam proses ini lahir beberapa naskah.
Yang antara lain:

Magna Carta (Piagam Agung, 15 juni 1215)

Magna Carta di inggris memuat hal-hal sebagai berikut:

1) Seorang tidak boleh dipenjarakan (dihukum)dengan tidak ada vonis yang sah menurut
hukum.
2) Suatu pajak (cukai) tidak boleh dinaikkan dengan tanpa persetujuan sebuah dewan yang di
dalamnya duduk kaum bangsawan, kaum pendeta, dan rakyat jelata.

Habeas Courpus Act Petition of Right

Suatu dokumen yang lahir karena tuntutan rakyat yan duduk di House of Commons
(parlemen) kepada raja Charles III.

Bill of Right (Undang-Undang Hak, inggris 1689)

Undang-undang yang di terima parlemen inggris setelah mengadakan revolusi tidak berdarah
kepada raja James II (peristiwa kemenangan atas raja), yang isisnya tentang hak-hak dan
kebenaran warga Negara.

Declaration of Independence (Pernyataan kemerdekaan USA, 4 juli 1776)

Tututan adanya hak bagi setiap orang untuk hidup merdeka.

Revolusi Prancis, 5 agustus 1789

Bahwa manusia di lahirkan sama dalam keadaan merdeka dan memiliki hak-hak yang sama.
Terknal dengan symbol liberte = kemerdekaan, egalite = persamaan, dan fraternite
=persaudaraan.

The Four Freedom (empat kebebasan USA 1941)

Frankin D. Roosevelt (Amerika Serikat) merumuskan tentang

1) Freedom of speech and expression (kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat);


2) Freedom of worship (kebebasan beribadat);
3) Freedom from want (kemelaratan);
4) Freedom from fear (kebebasan dari rasa takut).
Universal Declaration of Human Right (10 desember 1948)

Universal Declaration of Human Right (pernyataan sedunia tentang Hak Asasi Manusia).
Pernyataan ini berisi, antara lain hak kebebasan politik, hak social, hak beristirahat dan
liburan, hak akan tingkat penghidupan yang cukup bagi penjagaan kesehatanm keselamtan
diri sendiri dan keluarga, serta hak asasi Pendidikan

Hak-hak asasi manusia dapat dibagi atau dibedakan menjadi:

1. Hak-hak asasi pribadi atau Personal Right yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,
kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak.

2. Hak-hak asasi ekonomi atau Property Right, yaitu hak untuk memiliki sesuatu, membeli
dan menjualnya serta memanfaatkannya.

3. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hokum dan pemerintahan
atau yang biasa disebut Right of Legal Equality.

4. Hak-hak asasi politik atau Political Right, yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan,
hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), dan mendirikan partai politik.

5. Hak-hak asasi social dan kebudayan atau Social and Cultur Right, misalntya hak untuk
memilih Pendidikan dan mengembangkan kebudayaan.

6. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan atau
Prosedural Right, misalnya pengaturan dalam hal penangkapan, penggeledahan dan
peradilan.

c. Sejarah tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

Tonggak berlakunya HAM internasional ialah pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM) pada 10 Desember 1948 di Paris, Prancis. Disini tonggak deklarasi universal
mengenai hak asasi manusia yang mengakui hak setiap orang diseluruh dunia. Deklarasi ini
ditanda tangani oleh 48 negara dari 58 negara anggota PBB dan disetujui oleh majelis umum
PBB. Perumusan penghormatan dan pengakuan norma-norma HAM yang bersifat universal,
nondiskriminasi, dan imparsial telah berlangsung dalam sebuah proses yang sangat panjang.

Sejarah awal hak asasi manusia di barat berkembang sejak tahun 1215 yaitu dalam Magna
Charta yang berisi aturan mengenai tindakan dan kebijakan negara supaya tidak berjalan
sewenang-wenang. Isi dari Magna Charta ialah bermaksud untuk mengurangi kekuasan
penguasa. Usaha untuk diadakannya Magna Charta ini dimulai dari perjuangan tuan tanah
dan gereja untuk membatasi kekuasaan raja dan para anggota keluarga. Pada periode awal ini
hubungan antara isi dasar HAM adalah mengenai (hubungan) antara anggota masyarakat
yang berada dibawah kekuasaan yang diatur kebendaanya.

Sekelompok tuan tanah dan ksatria menggalang kekuatan dan mereka berhasil mendesak raja
untuk tidak lagi memberlakukan tindakan penahan, penghukuman dan perampasan benda
benda secara sewenag-wenang. Raja Jhon terpaksa menyetujui tuntutan ini dengan
memberikan cap pengesahan yang berlangsung pada juni 1215 di Runnymede, sebuah padang
rumput di pinggir sungai Thames. Isi dari Magna Charta ini ada tiga. Pertama, raja dilarang
menarik pajak sewenang wenang. Kedua, pejabat pemerintah dilarang mengambil jagung
dengan tanpa membayar. Dan yang ketiga, tidak seorang pun dapat dipenjara tanpa saksi
yang jelas. Pengesahan ini menjadi dokumen tertulis yang pertama tentang hak-hak tuan
tanah, gereja, ksatria dan orang merdeka atau orang sipil yang belum menikmati kebebasan.

Berlanjut setelah keberhasilan tuan tanah, bangsawan dan orang merdeka untuk
memperjuangkan hak-hak mereka di hadapan raja membangkitkan kesadaran diberbagai
kalangan masyarakat terhadap pentingnya hak-hak untuk dihormati dan dilindungi. Pada
1628, kaum bangsawan menuntut hak-hak mereka kepada raja. Mereka mencetuskan Petition
Of Right. Yang menuntut sebuah negara yang konstitusional, termasuk didalamnya fungsi
parlemen dan fungsi pengadilan. Jhon locke (1632-1704) bersama lord Ashley merumuskan
tuntutan bagi toleransi beragama. Selain itu, juga menyatakan bahwa semua orang diciptakan
sama dan memiliki hak-hak alamiah yang tidak data dicabut seperti hak untuk hidup,
kemerdekaan hak milik dan hak untuk meraih kebahagiaan.

Salah satu karya Locke yang terkenal ialah second treaties on civil government yang berisi
mengenai negara atau pemerintah harus berfungsi untuk melindungi hak milik pribadi.
Pemerintah dibentuk guna menjamin kehidupan, harta benda dan kesejahteraan rakyat.
Gagasan locke ini sesuai dengan perkembangan didalam masyarakat inggris yang mulai
berubah dari nehgara kerajaan yang absolut menuju kerajaan yang konstitusional.

Pada 1653 instrument of government berhasil didesakkan. Pembatasan kekuasaan raja


semakin dikukuhkan dengan lahirnya Habeas Corpus Act pada Mei 1679. Lonceng kebebasan
terus berdentang dan pada 16 desember 1689 Bill Of Rights lahir. Mereka tidak hanya
berhasil membebaskan diri dari kesewenangan raja. Dan mereka juga berhasil membentuk
parlemen yang mempunyai kewenangan untuk mengontrol kekuasaan raja. Itulah sekilas
sejarah awal dari HAM yang berkembang di barat khususnya yang berkembang diwilayah
Inggris.

Ada tiga prinsip utama dalam pandangan normatif hak asasi manusia, yaitu berlaku secara
universal, bersifat non-diskriminasi dan imparsial. Prinsip keuniversalan ini dimaksudkan
agar gagasan dan norma-norma HAM telah diakui dan diharapkan dapat diberlakukan secara
universal atau internasional. Prinsip ini didasarkan atas keyakinan bahwa umat manusia
berada dimana-mana,disetiap bagian dunia baik di pusat-pusat kota maupun di pelosok
pelosok bumi yang terpencil. Berdasar hal itu ham tidak bisa didasarkan secara partikular
yang hanya diakui kedaerahahan dan diakui secara lokal.

Prinsip kedua dalam norma HAM adalah sifatnya yang non-diskriminasi. Prinsip ini
bersumber dari pandangan bahwa semua manusia setara (all human being are equal).
Pandangan ini dipetik dari salah satu semboyan Revolusi Prancis, yakni persamaan (egalite).
Setiap orang harus diperlakukan setara. Seseorang tidak boleh dibeda-bedakan antara satu
dengan yang lainnya. Akan tetapi latar belakang kebudayaan sosial dan tradisi setiap manusia
diwilayahnya berbeda-beda. Hal ini tidak bisa dipandang sebagai suatu hal yang negatif,
melainkan harus dipandang sebagai kekayaan umat manusia. Karena manusia berasal dari
keanekaragaman warna kulit seperti kulit putih,hitam, kuning dan lainnya. Keanekaragam
kebangsaan dan suku bangsa atau etnisitas. Kenekaragaman agama juga merupakan sesuatu
hal yang mendapat tempat dalam sifat non-diskriminasi ini. Pembatasan sesorang dalam
beragama merupakan sebuah pelanggaran HAM.

Prinsip ketiga ialah imparsialitas. Maksud dari prinsip ini penyelesaian sengketa tidak
memihak pada suatu pihak atau golongan tertentu dalam masyarakat. Umat manusia
mempunyai beragam latar belakang sosial aupun latar belakang kultur yang berbeda antara
satu dengan yang lain hal ini meupakan sebuah keniscayaan. Prinsip imparsial ini
dimaksudkan agar hukum tidak memihak pada suatu golongan. Prinsip ini juga dimaksudkan
agar pengadilan sebuah kasus diselesaikan secara adil atau tidak memihak pada salah satu
pihak. Pemihakan hanyalah pada norma-norma HAM itu sendiri.

Terdapat dua garis besar pembagian hak asasi manusia yaitu Hak Negatif dan Hak Positif.
Pembagian hak-hak ini berhubungan dengan dengan ukuran keterlibatan negara dalam
pemenuhan hak asasi manusia. Pembagian ini tidak berdasarkan baik atau buruk dalam hak
yang terkandung di dalamnya.

Mengenai Hak Negatif adalah hak meminimalkan peran campur tangan negara, maka
semakin terpenuhi pula hak-hak sipil dan politik. Sebaliknya, bila negara terlalu banyak
melakukan campur tangan, maka semakin terhambat pula pelaksanaan hak-hak sipil politik
warganya. Peminimalisiran peran negara dalam pemenuhan hak-hak sipil dan politik karena
hak-hak yang berkaitan dengan sipil dan politik adalah hak yang berkaitan dengan kebebasan.
Karena sebagian besar kandungan hak-hak sipil politik adalah hak-hak atas kebebasan (rights
to liberty).

Hak yang terkandung dalam hak sipil dan politik ada dua puluh dua hak antara lain:

1. Hak atas kehidupan, karena hidup seseorang harus dilindungi.


2. Hak untuk tidak disiksa dan diperlakukan secara keji, karena setiap orang berhak untuk
memperoleh perlakuan secara manusiawi dan tidak merendahkan martabat.

3. Hak untuk tidak diperbudak dan dipekerjakan secara paksa.


4. Hak atas kebebasan dan keselamatan pribadi.
5. Hak setiap orang yang ditahan untuk diperlakukan secara manusiawi.

6. Hak setiap orang untuk tidak dipenjara akibat tidak mampu memenuhi kewajiban kontrak.
Ketidakmampuan sesorang dalam memenuhi suatu perjanjian kontrak, tidak boleh dipenjara.
Hanya boleh melalui hukum perdata hanya melalui penyitaan.

7. Hak atas kebebasan bergerak dan memilih tempat tinggal.


8. Hak setiap warga asing.
9. Hak atas pengadilan yang berwenang, independen dan tidak memihak.
10. Hak atas perlindungan dari kesewenangan hukum pidana.
11. Hak atas perlakuan yang sama didepan hukum.
12. Hak atas urusan pribadi.
13. Hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama.
14. Hak berpendapat dan berekspresi.
15. Hak atas kebeasan berkumpul.
16. Hak atas kebebasan berserikat.
17. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga.
18. Hak anak atas perlindungan bagi perkembangannya.
19. Hak untuk berpartisipasi dalam politik.
20. Hak atas kedudukan dan perlindungan yang sama didepan hukum.
21. Hak bagi golongan minoritas.
22. Larangan propaganda perang dan diskriminasi.

Selain hak hak sipil dan politik diatas hak asasi manusia juga mencakup hak dalam bidang
ekonomi, sosial dan budaya. Hak ini termasuk dalam pembagan hak positif yang
mengusahakan peran negara secara maksimal dalam pemenuhannya. Adanya hak ini dalam
HAM universal adalah buah dari perdebatan blok sosialis eropa timur dengan blok liberal.
Karena blok sosialis lebih berpegangan pada ekonomi sebagai dasar masyarakat. Kebijakan
negara sosialis lebih menitikberatkan pada pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
seperti pendidikan gratis. Sedangkan masyarakat blok liberal lebih menekankan manusia
sebagai individu yang bebas. Namun, akhirnya usulan dari blok sosialis diterima. Sehingga
HAM universal menganjurkan melindungi dan memnuhi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
setiap warganya.

Pengakuan dan perlindungan universal atau jaminan normatif atas terpenuhinya hak-hak
ekonomi, sosial dan budaya tercantum dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (international covenant on economic, social and culture rights). Ada
sepuluh hak yang diakui dalam kovenan tersebut. Hak-hak tersebut dapat diuraikan sebaagai
berikut.

1. Hak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya.


2. Hak atas pekerjaan.
3. Hak atas upah yang layak, kondisi kerja yang aman dan sehat, peluang karir dan liburan.
4. Hak berserikat dan mogok kerja bagi buruh.
5. Hak atas jaminan sosial.
6. Hak atas perlindungan keluarga termasuk ibu dan anak.
7. Hak atas standar hidup yang layak, yakni sandang, pangan dan perumahan.
8. Hak atas kesehatandan lingkungan yang sehat.
9. Hak atas pendidikan.
10. Hak untuk berpartisipasi dalam kebudayaan.

Itulah sekilas gambaran singkat mengenai HAM internasional. Dari mulai sejarah awal
Magna Charta sampai ke isi dari HAM internasional yang dibagi atas dua pokok garis besar
yaitu hak positif dan hak negatif. Kedua hak itu didasarkan atas partisipasi negara dalam
pemenuhannya.

d. Adakah HAM dalam Islam?

Pertanyaan adakah ham dalam Islam harus dirunut secara sejarah dialektika HAM dalam
Islam. Menurut Anas Urbaningrum hak asasi manusia atau lebih dikenal manusia modern
sebagai HAM, telah lebih dahulu diwacanakan oleh Islam sejak empat belas abad silam. Hal
ini memberi kepastian bahwa pandangan Islam yang khas tentang HAM sebenarnya telah
hadir sebelum deklarasi universal HAM PBB pada 18 Shafar 1369 Hijriyah atau bertepatan
dengan 10 Desember 1948 Masehi (Anas, 2004;91). Secara internasional umat Islam yang
terlembagakan dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 5 Agustus 1990 mengeluarkan
deklarasi tentang HAM dari perspektif Islam. Deklarasi yang juga dikenal sebagai Deklarasi
Kairo mengandung prinsip dan ketentuan tentang HAM berdasarkan syariah (Azra).
HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas Urbaningrum,
2004;91). Ini dibuktikan oleh adanya Piagam Madinah (mitsaq Al-Madinah) yang terjadi
pada saat Nabi Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam Dokumen Madinah atau
Piagam Madinah itu berisi antara lain pengakuan dan penegasan bahwa semua kelompok di
kota Nabi itu, baik umat yahudi, umat nasrani maupun umat Islam sendiri, adalah merupakan
satu bangsa (Idris, 2004;102). Dari pengakuan terhadap semua pihak untuk bekerja sama
sebagai satu bangsa, didalam piagam itu terdapat pengakuan mengenai HAM bagi masing-
masing pihak yang bersepakat dalam piagam itu. Secara langsung dapat kita lihat bahwa
dalam piagam madinah itu HAM sudah mendapatkan pengkuan oleh Islam

Memang, terdapat prinsip-prinsip HAM yang universal; sama dengan adanya perspektif
Islam universal tentang HAM (huqul al-insan), yang dalam banyak hal kompatibel dengan
Deklarasi Universal HAM (DUHAM). Tetapi juga harus diakui, terdapat upaya-upaya di
kalangan sarjana Muslim dan negara Islam di Timur Tengah untuk lebih
mengkontekstualisasikan DUHAM dengan interpretasi tertentu dalam Islam dan bahkan
dengan lingkungan sosial dan budaya masyarakat-masyarakat Muslim tertentu pula.

e. Bentuk HAM dalam Islam

Islam sebagai agama universal membuka wacana signifikan bagi HAM. tema-tema HAM
dalam Islam, sesungguhnya merupakan tema yang senantiasa muncul, terutama jika dikaitkan
dengan sejarah panjang penegakan agama Islam. Menurut Syekh Syaukat Hussain yang
diambil dari bukunya Anas Urbaningrum, HAM dikategotrikan dalam dua klasifikasi.
Pertama, HAM yang didasarkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia. Dan kedua,
HAM yang diserahkan kepada seseorang atau kelompok tertentu yang berbeda. Contohnya
seperti hak-hak khusus bagi non-muslim, kaum wanita, buruh, anak-anak dan sebagainya,
merupakan kategori yang kedua ini (Anas, 2004;92).

Berdasarkan temuan diatas akan kita coba mencari kesamaan atau kompatibilitas antara
HAM yang terkandung dalam Islam. Akan kita coba membagi hak asasi manusia secara
klasifikasi hak negatif dan hak positif. Dalam hal ini hak negatif yang dimaksud adalah hak
yang memberian kebebasan kepada setiap individu dalam pemenuhannya.

Yang pertama adalah hak negatif yaitu memberikan kebebasan kepada menusia dalam
pemenuhannya. Bebrapa yang dapat kita ambil sebagai contoh yaitu:

1. Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia. Islam menegaskan bahwa pembunuhan
terhadap seorang manusia ibarat membunuh seluruh umat manusia. Hak ini terkandung dalam
surah Al-Maidah ayat 63 yang berbunyi :

Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa: barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang memlihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keternagan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantar amereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi. (QS 5;63)
2. Hak untuk mendapat perlindungan dari hukuman yang sewenarg wenang. yaitu dalam surat
Al Anam : 164 dan surat Fathir 18 yang masing masing berbunyi :

Katakanlah: Apakah aku mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah tuhan bagi segala
sesuatu. Dan tidaklah sesorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada
dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian
kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu
perselisihkan. (QS 6;164)

Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika sesorang yang berat
dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan
untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya
yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya
(sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa
yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri.
Dan kepada Allah-lah kembali(mu).

(QS 35;18)

3. Hak atas keamanan dan kemerdekaan pribadi terdapat dalam surat An Nisa ayat 58 dan
surat Al-Hujurat : 6 yang berbunyi seperti ini:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(QS 4;58)

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu. (QS 49;6)

4. Hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani. Yang bisa kita lihat
secara tersirat dalam surat Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut ayat 46 yang berbunyi:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada yang thagut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 2;256)

Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik,
kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka, dan katakanlah: kami telah beriman
kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan
kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri. (QS 29;46)

5. Hak atas persamaan hak didepan hukum secara tersirat terdapat dalam surat An-Nisa ayat 1
dan 135 dan Al Hujurat ayat13:
Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciotakan dari diri yang
satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah)hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (QS 4;1)

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tau kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

(QS 4;135)

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjdaikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.

(QS 49;13)

6. Dalam hal kebebasan berserikat Islam juga memberikan dalam surat Ali Imran ayat 104-
105 yang berbunyi:

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang yang
beruntung.

(QS 3;104)

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah
datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat. (QS 3;105)

7. Dalam memberikan suatu protes terhadap pemerintahan yang zhalim dan bersifat tiran.
Islam memberikan hak untuk memprotes pemerintahan yang zhalim, secara tersirat dapat
diambil dari surat An-Nisa ayat 148, surat Al Maidah 78-79, surat Al Araf ayat 165, Surat Ali
Imran ayat 110 yang masing masing berbunyi:

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh
orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 4;148)

Telah dilanati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa Putera Maryam.
Yang demikian itu. Disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (QS 5;78)

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan yang munkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS 5;79)
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan
orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang
yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.

(QS 7;165)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
maruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
Beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka yang ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS 3;110)

8. Dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti bentuk hak positif dalam hak ekonomi
sosial dan Islam pun mengandung secara tersirat mengenai hak ini.

Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia secara tersirat terdapat dalam surat Al
Baqarah ayat 29, surat Ad-Dzariyat ayat 19, surat Al Jumuah ayat 10, yang berbunyi:

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dimuka bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu. (QS 2;29)

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin
yang tidak mendapat bagian.

(QS 51;19)

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS 62;10)

9. Dalam hak mendapatkan pendidikan Islam juga memiliki pengaturan secara tersirat dalam
surat Yunus ayat 101, surat Al-Alaq ayat 1-5, surat Al Mujadilah ayat 11 dan surat Az-Zumar
ayat 9 yang masing-masing berbunyi berbunyi:

Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman.

(QS 10;101)

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah dalam


majlis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan:berdirilah kamu, maka berdirilah kamu, niscaya Allah akan meninggikan orang
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 58;11)

(apakah kamu hai orang yang musyrik) ataukah orang-orang yang beribadat di waktu-waktu
malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhrat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.

f. Contoh-contoh pelanggaran HAM

a. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang
menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.

b. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah
kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.

c. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para
pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga
sangat rentan terjadi kecelakaan.

d. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan pelanggaran HAM
ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati arus
kendaraan yang tertib dan lancar.

e. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu
dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak
bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

BAB III. PENUTUP

a. Kesimpulan

Berdasarkan paparan diatas dan pembahasan diatas dapat ditarik keimpulan berdasarkan
beberapa analisis. Dari analisis diatas antara HAM yang berkembang di dunia internasional
tidak bertentangan antara satu sama lain. Bahkan organisasi Islam internasional yang
terlembagakan dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 5 Agustus 1990 mengeluarkan
deklarasi HAM.

Kemudian Islam mematahkan bahwa dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun
yang lalu (Anas Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki
konsep tentang pengakuan HAM. Ini dibuktikan oleh adanya piagam madinah (mitsaq Al-
Madinah) yang terjadi pada saat Nabi Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam
dokumen madinah atau piagam madinah itu berisi antara lain pengakuan dan penegasan
bahwa semua kelompok di kota Nabi itu, baik umat yahudi, umat nasrani maupun umat Islam
sendiri, adalah merupakan satu bangsa (Idris, 2004;102). Dalam dokumen itu dapat
disimpulkan bahwa HAM sudah pernah ditegakkan oleh Islam

Berdasar analisis diatas Islam mengandung pengaturan mengenai HAM secara tersirat. Dapat
kita bagi menjadi sembilan bagian hak asasi manusia dalam islam yang pengaturannya secara
tersirat.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran

Thaha, Idris (2004). Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurcholish Madjid dan
M. Amien Rais. Jakarta: Penerbit Teraju.

Radjab, Suryadi (2002). Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia. Jakarta: PBHI.

Idrus, Junaidi (2004). Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid Membangun Visi


dan Misi Baru Islam Indonesia. Jogjakarta: LOGUNG PUSTAKA.

Pramudya, Willy, Cak Munir (2004). Engkau Tak Pernah Pergi. Jakarta: GagasMedia.

Nainggolan, Zainuddin S (2000). Inilah Islam, Jakarta: DEA.

Urbaningrum, Anas (2004). Islamo - Demokrasi Pemikiran Nurcholish Madjid.


Jakarta: Penerbit Republika.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan izinnya kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dengan judul Hak Asasi Manusia Dalam
Islam. Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana
dinyatakan dalam garis-garis besar haluan Negara, maka mata kuliah
Pendidikan Agama Islam di masukan dalam struktur kurikulum pendidikan
tinggi yang termaksud komponen mata kuliah dasar umum yang kemudian
dalam perkembangan selanjutnya dengan diberlakukannya kurikulum
berbasis kompetensi, maka mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dikelompokan dalam mata kuliah pengemban kepribadian bersama dengan
mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan yang menjadi dasar
pembentukan kepribadian yang tinggi, cerdas dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, serta memiliki wawasan yang luas, bersikap dan bertindak
sesuai dengan ajaran agamanya dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat
dan dalam melaksanakan tugas pembangunan nasional.

ABSTRAK
Sejarah Hak Asasi Manusia
Menurut Jan Materson dari komnas hak asasi manusia PBB, hak asasi
manusia adalah hak hak yang melekat pada manusia yang tanpa dengannya
manusia mustahil hidup sebagai manusia. Dilihat dari sejarahnya umumnya
pakar eropa berpendapat bahwa HAM dimulai dengan lahirnya magna charta
pada tahun 1215 di Inggris. Magna charta antara lain mencanangkan bahwa
raja yang tadinya memiliki kekuasaan yang absolute (raja yang menciptakan
hukum,tetapi ia sendiri tidak terikat pada hukum) menjadi dibatasi
kekuasaanya dan mulai dimintai pertanggung jawabannya dimuka.

Perbedaan HAM dalam pandangan Islam dan


Barat
Hak Asasi manusia menurut pandangan barat semata-mata bersifat
antroposentris artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia. Dengan
demikian manusia sangat dipentingkan. Sebaliknya HAM menurut pandangan
islam bersifat teosentris artinya segala sesuatu berpusat kepada Tuhan.
Dengan demikian Tuahan sangat dipentingkan. Dalam hungan ini A.K Brohi
menyatakan berbeda dengan pendekatan barat, strategi islam sangat
mementingkan penghargaan kepada hak hak asasi dan kemerdekaan dasar
manusia sebagai sebuah aspek kualitas dari kesadaran keagamaan yang
terpatri didalam hati, pikiran, dan jiwa penganutnya. Perspektif islam sungguh
sungguh bersifat teosentris.

Perbedaan yang fundamental antara hak asasi manusia menurut pemikiran


barat dan hak asasi manusia menurut pemikiran islam. Makna teosentris bagi
orang islam adalah manusia pertama-tama harus meyakini ajarannya yang
dirumuskan dalam dua kalimat syahadat, baru setelah itu manusia melakukan
perbuatan baik menurut isi keyakinannya itu.

Adapun dua peristiwa dalam sejarah dunia yang menghasilkan rumusan yang
mirip dengan rumusan hak-hak asasi manusia ialah Revolusi Amerika yang di
mulai pada Tahun 1776 dan Revolusi Prancis yang meletus pada Tahun 1789.
Revolusi amerika menghasilkan prnyataan kemerdekaan. Ketika itu, tiga
belas daerah jajahan inggris di pantai timur benua Amerika Utara melepaskan
diri dari kekuasaan kerajaan inggris. Sejak itu berdirilah Negara Amerika
Serikat. Dalam pernyataan kemerdekaan itu terdapat rumusan sebagai
berikut, ..bahwa semua orang di ciptakan sama, bahwabahwa mereka di
anugrahi hak-hak tertentu oleh tuhan maha pencipta

Prinsip-prinsip HAM dalam Islam


Hak asasi manusia dalam islam sebagaimana termaktub dalam fikih menurut
Masdar F. Masudi, memiliki lima perinsip utama, yaitu:
Hak perlindungan terhadap jiwa
Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh
dilanggar oleh siapapun. Allah berfirman dalam surat al-baqarah ayat 32:
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang menyelamatkan
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menyelamatkan
kehidupan manusia semuanya.

Hak perlindungan keyakinan


Dalam hal ini Allah telah mengutip dalam alquran yang berbunyi la iqrah fi-
dhin dan lakum dinukum waliyadin

Hak perlindungan terhadap akal pikiran


Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini telah di terjemahkan dalam
perangkat hokum yang sangat elementer, yakni tentng haramnya makan atau
minum hal-hal yang dapat merusak akal dan pikiran manusia.

Hak perlindungan terhadap hak milik
Hak perlindungan terhadap hak milik telah dimaksudkan dalamhokum
sebagaimana telah diharamkannya dalam pencurian.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang
dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM
adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam
era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
oran lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang
lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.
Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia.

Ham juga merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri
manusia sejak Lhir sebagai anugrah dari tuhan. Oleh karena itu HAM wajib di
lindungi dan di hormati baik secara hokum, agama dan pemerintah.
Sebagaimana di cantumkan dalam Deklarasi Univesal Hak Asasi Manusia
(DUHAM) yang di proklamasikan PBB pada Tahun 1948, setiap orang tanpa
terkecuali berhak atas HAM dan kebesarannya.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dari ada HAM itu, dan apa bagian-bagiannya
2. Bagaimana sejarah tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
3. Bagaimana Ham dalam perspektif islam
4. Bagaimanakah contoh-contoh pelanggaran HAM

C. Tujuan Masalah
Dengan adanya rumusan masalah diatas kami dapat menarik suatu tujuan
masalah:
1. Untuk mengetahui pengertian HAM dan bagian-bagiannya.
2. Untuk mengetahui sejarah HAM
3. Untuk mengetahui HAM dalam perspektif islam
4. Untuk mengetahui contoh-contoh pelanggaran HAM

D. Batasan Masalah
Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah
dan tujuan dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun
membatasi masalah hanya pada ruang lingkup HAM.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)
Secara etimolgi hak merupakan unsur normative yang berfungsi sebagai
pedoman prilaku , melindumgi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya
peluang bagi manusia dalam menjadi harkat dan martabatnya. Sedangkan
asasi berarti yang bersifat paling mendasar yang dimiliki manusia sebagai
fitrah, sehingga tak satupun makhluk mengintervensinya apalagi
mencabutnya.

Secara istilah HAM dapat dirumuskan dengan beberapa pendapat yang salah
satu diantaranya:
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya (Kaelan: 2002).

Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching
Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa
menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,
yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia

John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan


langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM


disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang di miliki
oleh setiap umat manusia sejak lahir sebagai Anugrah Tuhan YME kepada
hambanya, yaitu umat manusia tanpa terkecuali.

Hak asasi manusia melekat pada diri manusia sejak lahir, karena itu muncul
gagasan tengtang hak sasi manusia dan pengakuan atas-Nya sehingga
dalam proses ini lahir beberapa naskah. Yang antara lain:
Magna Carta (Piagam Agung, 15 juni 1215)
Magna Carta di inggris memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Seorang tidak boleh dipenjarakan (dihukum) dengan tidak ada vonis yang
sah menurut hokum
2) Suatu pajak (cukai) tidak boleh dinaikkan dengan tanpa ersetujuan sebuah
dewan yang di dalamnya dudk aum bangsawan, kaum pendeta, dan rakyat
jelata.

Bill of Right (Undang-Undang Hak, inggris 1689)


Undang-undang yang di terima parlemen inggris setelah mengadakan
revolusi tidak berdarah kepada raja James II (peristiwa kemenangan atas
raja), yang isisnya tentang hak-hak dan kebenaran warga Negara.
Declaration of Independence (Pernyataan kemerdekaan USA, 4 juli
1776)
Tututan adanya hak bagi setiap orang untuk hidup merdeka.

Revolusi Prancis, 5 agustus 1789


Bahwa manusia di lahirkan sama dalam keadaan merdeka dan memiliki hak-
hak yang sama. Terknal dengan symbol liberte = kemerdekaan, egalite =
persamaan, dan fraternite = persaudaraan.

The Four Freedom (empat kebebasan USA 1941)


Frankin D. Roosevelt (Amerika Serikat) merumuskan tentang
1) Freedom of speech and expression (kebebasan berbicara dan menyatakan
pendapat)
2) Freedom of worship (kebebasan beribadat)
3) Freedom from want (kemelaratan)
4) Freedom from fear (kebebasan dari rasa takut).

Universal Declaration of Human Right (10 desember 1948)


Universal Declaration of Human Right (pernyataan sedunia tentang Hak Asasi
Manusia). Pernyataan ini berisi, antara lain hak kebebasan politik, hak social,
hak beristirahat dan liburan, hak akan tingkat penghidupan yang cukup bagi
penjagaan kesehatan keselamatan diri sendiri dan keluarga, serta hak asasi
Pendidikan.

Hak-hak asasi manusia dapat dibagi atu dibedakan menjadi:


1) Hak-hak asasi pribadi atau Personal Right yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan
bergerak.
2) Hak-hak asasi ekonomi atau Property Right, yaitu hak untuk memiliki
sesuatu, membeli dan menjualnya serta memanfaatkannya.
3) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hokum
dan pemerintahan atau yang biasa disebut Right of Legal Equality.
4) Hak-hak asasi politik atau Political Right, yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), dan
mendirikan partai politik.
5) Hak-hak asasi social dan kebudayan atau Social and Cultur Right,
misalntya hak untuk memilih Pendidikan dan mengembangkan kebudayaan.
6) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan atau Prosedural Right, misalnya pengaturan dalam hal
penangkapan, penggeledahan dan peradilan.

B. Sejarah Terjadinya Hak Asasi Manusia (HAM)


Latar belakang timbulnya hak asasi manusia, padaa dasarnya karena adanya
manusia terhadap harga diri, harkat, dan martabat kemanusiaannya.
Kesadaran manusia tersebut muncul karena adanya tindakan yang
sewenang-wenang dari penguasa, perbudakan, penjajahan, ketidak adilan,
kezaliman, dan lain-lain yang melanda umat manusia pada umumnya.

Sejarah umat manusia sejak awal sejarah Mesir kuno sampai sekarang sudah
hampir 60 abad atau 600 tahun, sedangkan pengakuan terhadap hak-hak
asasi manusia brarulah berumur 1/3 abad atau 30 tahun. Jadi, pengakuan
atau kesadaran manusia akan hak asasinya secara menyeluruh dan meliputi
segenap umat manusia memerlukan waktu perkembangan berpuluh-puluh
abad.

Perkembangan sejarah telah memperlihatkan trejadinya penjajahan kelompok


manusia yang satu terhadap kelompok manusia yang lain. Ketika itu,
perlakuan kelompok manusia yang memang dalam peperangan terhadap
kelompok yang kalah adalah seperti perlakuan terhadap barang miliknya dan
merupakan hal yang di anggap biasa saja sehingga perbudakan meraja rela.
Dalam masyarakat suatu bangsa terdapat golongan-golongan yang berbeda-
beda haknya. Hal itu di karenakan perbedaan kedudukannya dalam
masyarakat. Masyarakat terbagi atas golongan bangsawan atau nikrat,
golongan pendeta, dan golongan rakyat biasa. Kaum bangsawan dan para
pendeta mempunyai berbagai hak istimewa yang tidak mungkin di miliki oleh
rakyat biasa. Keadaan itu berlangsung secara turun temurun.

Adapun dua peristiwa dalam sejarah dunia yang menghasilkan rumusan yang
mirip dengan rumusan hak-hak asasi manusia ialah Revolusi Amerika yang di
mulai pada Tahun 1776 dan Revolusi Prancis yang meletus pada Tahun 1789.
Revolusi amerika menghasilkan prnyataan kemerdekaan. Ketika itu, tiga
belas daerah jajahan inggris di pantai timur benua Amerika Utara melepaskan
diri dari kekuasaan kerajaan inggris. Sejak itu berdirilah Negara Amerika
Serikat. Dalam pernyataan kemerdekaan itu terdapat rumusan sebagai
berikut, ..bahwa semua orang di ciptakan sama, mereka di anugrahi hak-hak
tertentu oleh Tuhan Maha Pencipta

Dalam perkembangan Revolusi Prancis menghasilkan beberapa pernyataan


yang lazim disebut pernyataan hak-hak manusia dan warga Negara. Dalam
pernyataan itu terdapat rumusan, manusia di lahirkan sama dalam
keadaan merdeka dan memiliki hak-hak yang sama. Dengan adanya
pernyataan itu, hilanglah hak-hak istimewa golongan bangsawan dan gereja.
Suasana persamaan hak di Prancis makin mantap pada zaman Napoleon.
Ketika itu di nyatakan bahwa segenap penduduk Prancis mendapat perlakuan
hukum yang sama.

Kejadian di atas sebenarnya telah di awali oleh kejadian-kejadian di Inggris,


yaitu di bidang kenegaraan. Disamping itu, terdapat pula pengaruh Rousseau
seorang filsof Prancis yang menganut faham tentang kedaulatan rakyat.
Pengaruh kedua peristiwa itu, terutama revolusi Perancis cepat meluas di
Eropa dan menimbulkan perubahan-perubahan kearah tercapainya
persamaan hak bagi seluruh bangsa dan Negara. Walaupun demikian
keadaan masih jauh dari pengakuan persamaan hak yang meliputi segenap
umat manusia di seluruh dunia.

C. Lembaga Perlindungan HAM


1. Komisi Nasional HAk Asasi Manusia
Tujuan di adakannya Komnas HAM adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi
manusia dengan pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB, serta deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia.
b. Meningkatkan perlindungan dan penegakan Hak Asasi Manusia.

2. Kepolisian Negara Republik Indonesia


Adapun tugas pokok kepolisian Negara RI adalah:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
b. Menegakkan Hukum;
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.

3. Komisi Perlindungan Anak Indonesia


Adapun tugas-tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah:
a. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan yang berkaitan dengan
perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pegaduan
masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan evaluasi dan pengawasan
terhadap penyelanggaran perlindungan anak, Memberikan laporan, saran,
masukan, dan pertimbangan dalam rangka perlindungan anak.

D. Hak Asasi Manusia Dalam Islam


Sejak mula sebelum lahirnya berbagai gagasan tentang HAM, islam telah
meletakkan dasar yang kuat. Islam memandang bahwa kedudukan manusia
adalah sama dan hanya dibedakan dari sudut ketakwaannya; tidak ada
paksaan dalam beragama; dan tidak boleh satu kaum menghina kaum yang
lain. Rasululah Muhammad SAW sendiri bersabda, bahwa setiap manusia di
lahirkan dalam keadaan suci.

Landasan pijak keterkaitan dengan hak tersebut dalam islam dikenal melalui
dua konsep; yaitu hak manusia (haq alinsan) dan hak allah. Hak manusia itu
bersfat relative sedangkan hak allah adalah mutlak, tetapi antara kedua hak
tersebut saling melandasi satu sama lain.

E.Prinsip-prinsip HAM dalam islam


Hak asasi manusia dalam islam sebagaimana termaktub dalam fikih menurut
Masdar F. Masudi, memiliki lima perinsip utama, yaitu:
Hak perlindungan terhadap jiwa
Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh
dilanggar oleh siapapun. Allah berfirman dalam surat al-baqarah ayat 32:
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang menyelamatkan
kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menyelamatkan
kehidupan manusia semuanya.

Hak perlindungan keyakinan


Dalam hal ini Allah telah mengutip dalam alquran yang berbunyi la iqrah fi-
dhin dan lakum dinukum waliyadin

Hak perlindungan terhadap akal pikiran


Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini telah di terjemahkan dalam
perangkat hokum yang sangat elementer, yakni tentang haramnya makan
atau minum hal-hal yang dapat merusak akal dan pikiran manusia.
Hak perlindungan terhadap hak milik
Hak perlindungan terhadap hak milik telah dimaksudkan dalam hukum
sebagaimana telah diharamkannya dalam pencurian.

F. Contoh-Contoh Pelanggaran HAM


1. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih
pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
2. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada
suatu mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan
kepada setiap mahasiswa.
3. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM
terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki
berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
4. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan
pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna
jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang tertib dan lancar.
5. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada
suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM
terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang
sesuai dengan minat dan bakatnya.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Hak-hak asasi manusia dapat dibagi atau dibedakan menjadi:
1) Hak-hak asasi pribadi atau Personal Right yang meliputi kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan
bergerak.
2) Hak-hak asasi ekonomi atau Property Right, yaitu hak untuk memiliki
sesuatu, membeli dan menjualnya serta memanfaatkannya.
3) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hokum
dan pemerintahan atau yang biasa disebut Right of Legal Equality.
4) Hak-hak asasi politik atau Political Right, yaitu hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), dan
mendirikan partai politik.
5) Hak-hak asasi social dan kebudayan atau Social and Cultur Right,
misalntya hak untuk memilih Pendidikan dan mengembangkan kebudayaan.
6) Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan atau Prosedural Right, misalnya pengaturan dalam hal
penangkapan, penggeledahan dan peradilan.

Prinsip-prinsip HAM dalam islam


Hak asasi manusia dalam islam sebagaimana termasuk dalam fikih menurut
Masdar F. Masudi, memiliki lima perinsip utama, yaitu:
Hak perlindungan terhadap jiwa
Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh
dilanggar oleh siapapun. Allah berfirman dalam surat al-baqarah ayat 32:
"Bahwa sesungguhnya barang siapa yang membunuh seorang manusia
bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat
kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barang siapa yang menyelamatkan kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah menyelamatkan kehidupan manusia
semuanya."

Hak perlindungan keyakinan


Dalam hal ini allah telah mengutip dalam alquran yang berbunyi la iqrah fi-
dhin dan lakum dinukum waliyadin

Hak perlindungan terhadap akal pikiran


Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini telah di terjemahkan dalam
perangkat hokum yang sangat elementer, yakni tentng haramnya makan atau
minum hal-hal yang dapat merusak akal dan pikiran manusia.

Hak perlindungan terhadap hak milik


Hak perlindungan terhadap hak milik telah dimaksudkan dalam hukum
sebagaimana telah diharamkannya dalam pencurian.

SARAN-SARAN
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-
injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu
menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain

DAFTAR PUSTAKA
Hussain, syekh syaukat. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Diterjemahkan
oleh: Abdul Rachim. Jakarta: Gema Insani.1996.

DEMOKRASI DAN MUSYAWARAH (ISLAM)

a. Demokrasi
Isitilah demokrasi berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada
abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah
berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem demokrasi di banyak negara.

Kata Demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik.
Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan rakyat) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga
jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar
satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar
ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.

Semenjak kemerdekaan 17 Agustus 1945, Undang-Undang Dasar 1945 memberikan


penggambaran bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Dalam mekanisme
kepemimpinannya Presiden harus bertanggung jawab kepada MPR dimana MPR adalah
sebuah badan yang dipilih dari Rakyat. Sehingga secara hirarki seharusnya rakyat adalah
pemegang kepemimpinan negara melalui mekanisme perwakilan yang dipilih dalam pemilu.
Indonesia sempat mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1956 ketika untuk pertama
kalinya diselenggarakan pemilu bebas di indonesia, sampai kemudian Presiden Soekarno
menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami
masa Demokrasi Pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan
kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam alam demokrasi pada tahun 1998
ketika pemerintahan junta militer Soeharto tumbang. Pemilu demokratis kedua bagi
Indonesia terselenggara pada tahun 1999 yang menempatkan Partai Demokrasi Indonesia-
Perjuangan sebagai pemenang Pemilu.

b. Musyawarah

Secara etimologis, musyawarah berasal dari kata syawara yang pada mulanya
bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga
mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain, termasuk
pendapat. Musyawarah dapat juga berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu. Kata
musyawarah pada dasarnya hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan makna
dasarnya.

Karena kata musyawarah adalah bentuk mashdar dari kata kerja syawara yang dari
segi jenisnya termasuk kata kerja mufaalah (perbuatan yang dilakukan timbal balik), maka
musyawarah haruslah bersifat dialogis, bukan monologis. Semua anggota musyawarah bebas
mengemukakan pendapatnya. Dengan kebebasan berdialog itulah diharapkan dapat diketahui
kelemahan pendapat yang dikemukakan, sehingga keputusan yang dihasilkan tidak lagi
mengandung kelemahan.

Musyawarah atau syura adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan
peraturan di dalam masyarakat mana pun. Setiap negara maju yang menginginkan keamanan,
ketentraman, kebahagiaan dan kesuksesan bagi rakyatnya, tetap memegang prinsip
musyawarah ini. Tidak aneh jika Islam sangat memperhatikan dasar musyawarah ini. Islam
menamakan salah satu surat Al-Quran dengan Asy-Syura, di dalamnya dibicarakan tentang
sifat-sifat kaum mukminin, antara lain, bahwa kehidupan mereka itu berdasarkan atas
musyawarah, bahkan segala urusan mereka diputuskan berdasarkan musyawarah di antara
mereka. Sesuatu hal yang menunjukkan betapa pentingnya musyawarah adalah, bahwa ayat
tentang musyawarah itu dihubungkan dengan kewajiban shalat dan menjauhi perbuatan keji.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surat Asy-Syura 42: 37-38 : Dan (bagi)
orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, dan apabila mereka marah,
mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan-
Nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Dalam ayat di atas, syura atau musyawarah sebagai sifat ketiga bagi masyarakat Islam
dituturkan sesudah iman dan shalat. Menurut Taufiq asy-Syawi, hal ini memberi pengertian
bahwa musyawarah mempunyai martabat sesudah ibadah terpenting, yaitu shalat, sekaligus
memberikan pengertian bahwa musyawarah merupakan salah satu ibadah yang tingkatannya
sama dengan shalat dan zakat. Maka masyarakat yang mengabaikannya dianggap sebagai
masyarakat yang tidak menetapi salah satu ibadah.

Abdul Karm Zaidan menyebutkan bahwa musyawarah adalah hak ummat dan
kewajiban imam atau pemimpin. Dalilnya adalah firman Allah SWT yang memerintahkan
kepada Nabi Muhammad SAW untuk bermusyawarah dengan para sahabat.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap


mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 3: 159)

Ayat di atas turun dalam konteks Perang Uhud, di mana pasukan Islam nyaris
mengalami kehancuran gara-gara pasukan pemanah yang ditempatkan Nabi di atas bukit

tidak disiplin menjaga posnya. Akibatnya posisi strategis itu dikuasai musuh dan dari sana
mereka balik menyerang pasukan Islam. Namun demikian Nabi tetap bersikap lemah-lembut
dan tidak bersikap kasar kepada mereka.

Sebenarnya sebelum perang Uhud Nabi sudah bermusyawarah terlebih dahulu dengan
para sahabat tentang bagaimana menghadapi musuh yang akan datang menyerang dari
Mekkah, apakah ditunggu di dalam kota atau disongsong ke luar kota. Musyawarah akhirnya
memilih pendapat yang kedua. Dengan demikian, perintah bermusyawarah kepada Nabi ini
dapat kita baca sebagai perintah untuk tetap melakukan musyawarah dengan para sahabat
dalam masalah-masalah yang memang perlu diputuskan bersama.

Mengomentari perintah musyawarah kepada Nabi dalam ayat di atas Muhammad


Abdul Qadir Abu Faris menyatakan: Jika Rasulullah SAW yang mashum dan mendapatkan
penguat wahyu, sampai tidak pernah berbicara dengan nafsu telah diperintahkan dan
diwajibkan oleh Allah SWT agar bermusyawarah dengan para sahabatnya, sudah tentu, bagi
para hakim dan umara, musyawarah sangatlah ditekankan.

Bahkan Rasulullah SAW yang memiliki kedudukan yang sangat mulia itu banyak
melakukan musyawarah dengan para sahabat beliau seperti tatkala mencari posisi yang
strategis dalam perang Badar, sebelum perang Uhud untuk menentukan apakah akan bertahan
di dalam kota atau di luar kota, tatkala Nabi berencana untuk berdamai dengan panglima
perang Ghathafan dalam perang Khandaq, dan kesempatan lainnya.

Memang, musyawarah sangat diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang


paling baik di samping untuk memperkokoh persatuan dan rasa tanggung jawab bersama.
Ali ibn Ab Thalib menyebutkan bahwa dalam musyawarah terdapat tujuh hal penting yaitu
mengambil kesimpulan yang benar, mencari pendapat, menjaga kekeliruan, menghindarkan
celaan, menciptakan stabilitas emosi, keterpaduan hati.

1. OPINI DAN PERMASALAHAN

Kita hidup di dunia ini tak akan pernah lepas dari kejaran masalah-masalah, baik itu
masalah pribadi maupun masalah yang menyangkut kesejahteraan rakyat. Sebagai makhluk
sosial, kita tak akan bisa hidup tanpa orang lain yang membantu kita, karena kita diciptakan
oleh Allah SWT berpasang-pasangan dan diwajibkan untuk saling membantu serta saling
melengkapi. Kenapa kita harus saling melengakpi dalam hidup ini? Karena manusia itu kan
tidak ada yang sempurna, oleh karena itu kita harus saling melengkapi agar ketika kita
ditimpa musibah, kita dapat menyelesaikannya bersama.

Demokrasi saat ini sudah banyak diperbincangkan bahkan diagung-agungkan yang


katanya sebagai solusi dari suatu permasalahan. Katanya sich, demokrasi itu sebuah
kebebasan berpendapat setiap individu. Tapi pendapat yang bagaimana nich! menurut
pengetahuan yang saya dapat, memang benar demokrasi itu sebuah kebebasan setiap
individu, meskipun individu tersebut orang awam artinya orang tersebut tidak mengerti
masalah yang sedang dihadapi, dan dia seakan-akan dipaksa untuk memberikan pendapatnya,
secara otomatis pasti dia memberikan pendapat sesuka hatinya, meskipun pendapatnya itu
bertentangan dengan agama. Kalo udah kayak gitu, apakah demokrasi itu sejalan dengan
ajaran agama kita yakni agama Islam? Dan apakah demokrasi akan membawa kejayaan untuk
Islam?

Pemungutan suara atau biasa disebut dengan voting sering digunakan oleh lembaga-
lembaga atau organisasi-organisasi baik dalam sebuah negara maupun dalam sebuah
perkumpulan biasa, di dalam mengambil sebuah sikap atau dalam memilih seorang pimpinan
dan lain-lain. Cara ini sudah menjadi sesuatu yang gak asing lagi di mata kita, karena semua
permasalahan diselesaikan dengan cara mengambil suara mayoritas atau dengan pemungutan
suara itu. Dengan pemungutan suara secara otomatis siapa saja / masyarakat umum bisa
dilibatkan di sini. Padahal kan banyak diantara masyarakat itu gak tau. Dan dalam memilih
seorang pemimpin umat pun cara itulah yang digunakan, walaupun orang itu tidak tahu apa
dan bagaimana kriteria seorang pemimpin umat menurut konsep Islam.

Pemungutan suara atau voting boleh digunakan dalam pengambilan sebuah sikap atau
keputusan, tapi tidak untuk menentukan pemimpin umat. Sebab, ini menyangkut kehidupan
berbangsa dan bernegara yang cakupannya sangat luas. Kenapa saya menganggap voting itu
dibolehkan dalam pengambilan sebuah keputusan atau sikap? Karena pada zaman Nabi
Muhammad SAW banyak sekali bentuk praktek voting di zaman nabi Muhammad SAW,
yang intinya memang menggunakan jumlah suara sebagai penentu dalam pengambilan
keputusan.

Misalnya, ketika musyawarah menentukan sikap dalam menghadapi perang Uhud.


Sebagian kecil shahabat punya pendapat sebaiknya bertahan di Madinah, namun kebanyakan
shahabat, terutama yang muda-muda dan belum sempat ikut dalam perang Badar
sebelumnya, cenderung ingin menyongsong lawan di medan terbuka. Maka Rasulullah SAW
pun ikut pendapat mayoritas, meski beliau sendiri tidak termasuk yang mendukungnya.

Sebelumnya dalam perang Badar, juga Rasulullah SAW memutuskan untuk


mengambil suara terbanyak, tentang masalah tawanan perang. Umumnya pendapat
menginginkan tawanan perang, bukan membunuhnya. Hanya Umar bin Al-Khattab saja
berpendapat bahwa tidak layak umat Islam minta tebusan tawanan, sementara perang masih
berlangsung. Tetapi, kesemuanya itu tetap dilakukan dengan cara musyawarah terlebih
dahulu, tidak seenaknya menentukan keputusan.

Setelah kita melihat contoh-contoh pada zaman Rasulullah SAW, menggunakan


voting sebagai pemutusan sebuah sikap, tetapi bukan untuk menentukan seorang pemimpin
umat. Apa yang terjadi di Negara kita? Negara ini menggunakan voting sebagai penentu
untuk menentukan siapa pemimpin Negara, Daerah, dll. Jadi, voting hanya boleh dipakai
untuk menentukan sikap atau keputusan yang tidak bersinggungan dengan syariah (aqidah).

Arti dari Pemungutan suara (PEMILU) itu sendiri adalah pemilihan pemimpin dengan
cara mencatat nama yang dipilih atau dengan mencoblos salah satu calon yang diinginkan
(disuka) atau dengan kata lain voting. Pemungutan suara ini, meskipun memiliki arti:
pemberian hak pilih, tapi gak perlu digunakan dalam pemilihan pemimpin, apalagi ini dalam
menentukan pemimpin umat yang cakupannya lebih besar, bahkan besar banget!!

Cara itulah yang digunakan oleh negara demokrasi seperti Indonesia. Dengan
pemungutan suara (demokrasi) menentukan seorang pemimpin dengan pelaksanaannya yang
dinamakan dengan PEMILU (Pemilihan Umum), seperti yang telah dijelaskan di atas.
Dengan pemilu, seluruh rakyat memilih calon pemimpin negara (yang dikasih nama Presiden
itu). Jadi, seluruh warga baik yang awam maupun yang cerdas atau yang berpendidikan,
berhak menentukan pemimpinnya yang nantinya dia yang menjalankan roda pemerintahan di
negara tersebut. Kekuasaan / kedaulatan itu semuanya berada di tangan rakyat secara mutlak.

Dengan cara dan praktek kayak gini bisa aja seorang yang gak layak menjadi
pemimpin (Pemabuk, Koruptor, Pemerkosa, dll) keluar menjadi pemenangnya, terus gimana
nasib negara ini kalo yang jadi pemimpin itu pemabuk, koruptor, pemerkosa, dll. Adapun
yang pantas dan berhak menjadi pemimpin malah tersingkir atau malahan gak dipandang
sama sekali !
Sedangkan dalam Islam metode pemungutan suara ini tidak dibenarkan (penentuan
seorang pemimpin ummat), yang digunakan adalah metode musyawarah (syuro) dan
mengajarkan bahwa kedaulatan itu bukan berada di tangan manusia, tetapi berada di tangan
Allah SWT dan Rasul-Nya dan berpegang teguh kepada Al-Quran dan Hadits. Allah SWT
pun berfirman:

Surat Al-Ahzab: 36 yang artinya: Dan tidaklah patut laki-laki yang mumin dan
tidak (pula) bagi perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguh di telah sesat, sesat yang
nyata.

Surat An-Nisaa: 58 yang artinya: Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu


menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil.

Surat An-Nisaa itu pun menjelaskan bahwa dalam menentukan pemimpin atau
memberi amanat itu hanya kepada yang mampu menerima dan melaksanakan amanat
tersebut, artinya dia mampu dan termasuk dalam kriteria seorang pemimpin yang
dimaksudkan Islam tadi.

Kepemimpinan adalah sebuah amanat yang sangat agung, yang menyangkut tentang
seluk-beluk kehidupan manusia. Oleh karena itu amanat ini harus diserahkan kepada yang
berhak menerimanya menurut pandangan syariat. Proses pemungutan suara bukanlah cara
yang tepat untuk penyerahan amanat tersebut. Karena cara itu tidak bisa menjamin kalo
amanat itu tersampaikan kepada yang berhak. Bahkan di lapangan pun telah terbukti kalo
yang menerima amanat itu bukan orang-orang yang berhak menerimanya, misalnya saja
seorang pemimpin yang selalu ragu-ragu dalam mengambil sebuah kebijakan, sebab di dalam
Islam itu seorang pemimpin itu harus tegas dalam menentukan kebijakan atau keputusan-
keputusan; dan bisa saja pemimpin tersebut adalah seorang KORUPTOR.

Pemimpin Negara (Kepala Negara), menurut Al-Baqillani, harus berilmu pengetahuan


yang luas, karena ia memerlukan para hakim yang berlaku adil. Dengan ilmunya itu ia dapat
mengetahui apakah putusan hakim sesuai dengan ketentuan hukum atau tidak dan apakah
sesuai dengan asas keadilan. Syarat lain, kepala negara harus bertindak adil dalam segala
urusan, berani dalam peperangan, dan bijaksana dalam mengorganisir militer yang bertugas
melindungi rakyat dari gangguan musuh. Dan dalam segala tindakannya itu harus bertujuan
untuk melaksanakan Syariat Islam. Artinya dalam mengatur kepentingan umat harus
sesuai dengan Syariat Islam.

Tidak berbeda dari Al-Baqillani, Al-Baghdadi menyatakan: Kelompok kami


berpendirian bahwa orang yang berhak memegang jabatan khalifah (Pemimpin Negara) harus
memiliki kualitas berikut: 1) berilmu pengetahuan, minimal untuk mengetahui apakah
undang-undang yang dibuat para mujtahid sah menurut hukum agama dan peraturan-
peraturan lainnya; 2) bersifat jujur dan saleh; 3) bertindak adil dalam menjalankan segala
tugas pemerintahan dan berkemampuan.

Jadi, sudah jelas dari kedua kelompok di atas tadi menjelaskan bahwa syarat menjadi
seorang pemimpin negara itu adalah harus orang yang memiliki ilmu pengetahuan,
minimalnya dia harus tahu apakah undang-undang yang dibuatnya tidak keluar dari batas-
batas hukum agama Islam yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits. Kita lihat di
Indonesia, apakah undang-undang kita masih dalam batas-batas yang telah dibatasi oleh
pedoman agama kita yakni Al-Quran dan Hadits? Menurut kaca mata saya, undang-undang
yang diterapkan di negara ini sudah melenceng dari Al-Quran dan Hadits, contohnya saja
penjualan minuman keras masih merajalela bahkan dibiarkan beroperasi. Dan yang lebih
parah lagi, pemilihan seorang pemimpin (kepala negara) dilaksanakan dengan cara
pemungutan suara, padahal Islam tidak mengajarkan seperti itu. justru islam mengajarkan
bahwa dalam penentuan seorang pemimpin itu dilaksanakan dengan cara bermusyawarah.
Sebenarnya bukan keluar dari Al-Quran dan Hadits saja, demokrasi pun sudah tidak sesuai
lagi dengan pedoman hidup negara kita yakni Pancasila. Seperti yang tercantum dalam sila ke
4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah, kebijaksanaan dalam permusyawaratan,
perwakilan. Disini dikatakan bahwa kebijaksanaan dalam permusyawaratan bukanlah
kebijaksanaan dalam demokrasi. Jadi, jelas sekali ternyata demokrasi bukan hanya tidak
sesuai dengan pedoman agama kita (Al-Quran dan Hadits), tetapi dengan Pancasila pun
sudah tidak sesuai.

Sebenarnya Pancasila yang ada di negara kita ini sudah benar, sebab isi silanya itu
merupakan isi yang sesuai dengan ajaran agama Islam, isinya itu tidak keluar dari pagar
pembatas Al-Quran dan Hadits.

Kalo dalam demokrasi itu sich nash-nash syariat dan hukum-hukum Allah itu gak
dianggap, tapi yang dianggap dan dijadikan acuan dalam demokrasi ini adalah Hukum
Rakyat. Jadi rakyat adalah sumber hukum dalam setiap permasalahan ummat. Oleh karena
itu, orang-orang mendefinisikan demokrasi itu dalam undang-undang dengan sebutannya
Kedaulatan sepenuhnya berada di tangan Rakyat, sehingga demokrasi bisa disebut dengan
nama hukum mayoritas rakyat (suara terbanyak).

Di dalam Islam dalam menentukan seorang pemimpin ummat tidak menggunakan


demokrasi (suara mayoritas), tapi Islam menyelesaikan masalah ummat atau bahkan
menentukan pemimpin umat itu dengan cara Musyawarah (Syuro). Jadi setiap permasalahan
yang ada, diselesaikan dengan Musyawarah. Kan musyawarah itu didefinisikan dengan
mengeluarkan pendapat setiap anggota musyawarah itu. Nanti dulu donk? Kita selidiki dulu,
siapa yang berhak mengeluarkan pendapat itu? Dan anggota musyawarah itu, siapa? Nah,
yang berada di Majelis Syuro itu adalah ahl al-hall wa al-aqd dan ahl al-ikhtiyar, yang
artinya orang yang berkompeten untuk melepas dan mengikat. Nah, sekarang udah jelas
nich, siapa yang berada di Majelis Syuro itu, yakni orang-orang yang berkompeten di
bidangnya masing-masing, seperti Ulama, Kepala Negara, dan para pemuka masyarakat yang
berusaha mewujudkan kemaslahatan rakyat. Kalo gitu, Islam tidak mengenal yang namanya
Hak Asasi Manusia (HAM) donk? Jangan salah, Islam mengenal yang namanya HAM, lihat
salah satu anggota musyawarah di atas, Para Pemuka Masyarakat. Nah, sebelum ada para
pemuka masyarakat itu, dia meminta pendapat masyarakatnya terlebih dahulu, dan
selanjutnya ditampung oleh tokoh masyarakat itu dan disampaikan di Majelis Syuro itu.
Kenapa hanya Tokoh Masyarakat saja yang dibawa ke majelis syuro? Karena pada dasarnya
manusia itu gak semuanya berkompeten. Dan menurut teori Mc. Gregor, jika manusia diberi
kebebasan, mereka akan melakukannya menurut cara mereka sendiri / sesuaka hati meskipun
itu melanggar peraturan. Jadi, di dalam Islam yang berada di dalam majelis Syuro adalah para
wakil rakyat.
Ada yang mengatakan bahwa pemungutan suara adalah bagian dari musyawarah.
Tentu saja amat berbeda jauh antara Musyawarah mufakat menurut Islam dengan
pemungutan suara ala Demokrasi, yakni perbedaan itu diantaranya:

1. Dalam musyawarah mufakat, keputusna ditentukan oleh dalil-dalil walaupun suaranya


minoritas

2. Anggota musyawarah adalah ahli ilmu (ulama) dan orang-orang shalih, adapun di
dalam pemungutan suara anggotanya bebas siapa saja

3. Musyawarah hanya perlu dilakukan jika tidak ada dalil yang jelas dari Al-Quran dan
As-Sunnah. Adapun dalam pemungutan suara, walaupun sudah ada dalil yang jelas
seterang matahari, tetap saja dilakukan karena yangberkuasa adalah suara terbanyak,
bukan Al-Quran dan As-Sunnah.

Mengenai masalah para wakil rakyat, Islam punya kriteria tersendiri bagi orang-orang
yang duduk di Majelis Syuro. Ada tiga syarat, yaitu:

1. Sifat adil terhadap siapa saja dan senantiasa memelihara wibawa dan nama bik;

2. Mempunyai pengetahuan yang memadai tentang seluk-beluk negara (ketatanegaraan)


sehingga mampu menentukan pilihan dengan membedakan siapa yang paling berhak
untuk diangkat menjadi Imam (Kepala Negara); dan

3. Wawasan luas dan kebijaksanaan sehingga mampu menilai berbagai alternatif serta
memilih yang terbaik untuk umat sesuai dengna kemaslahatannya dan menjauhkan
yang dapat membahayakannya.

Dan disamping hal tersebut juga perlu diperhatikan bahwa ia juga harus senantiasa
memperhatikan tradisi yang ada di masyarakat itu sendiri. Jadi, para wakil rakyat harus
memperhatikan tradisi atau budaya yang terdapat dalam masyarakat yang sedang diwakili
oleh wakil rakyat itu. Dengan adanya ketiga syarat itu, diharapkan para wakil rakyat itu akan
dapat mewakili kamuan dan kehendak rakyat yang diwakilinya.

Pada buku yang saya baca dengan judul Demokrasi Sejalan dengan Islam?, saya
setuju dengan apa yang dikatakan di dalam buku ini, mengenai perbedaan demokrasi dengan
syuro yang diibaratkan bagaikan langit dan bumi, yang perbedaannya itu, ialah:

Syuro adalah aturan dan manhaj rabbaniy, sedangkan demokrasi adalah hasil karya
manusia yang serba kekurangan yang selalu diombang-ambing oleh hawa nafsu dan
emosi.

Syuro adalah bagian dari syaraiat Allah SWT, dien-Nya dan hukum-Nya, sedangkan
demokrasi adalah penentangan terhadap hukum Allah SWT.

Syuro dilakukan dalam masalah yang tidak ada nash di dalamnya, adapun dalam
masalah yang sudah ada nashya maka tidak ada syuro.

Jadi, di point ke tiga disebutkan bahwa syuro itu sendiri digunakan jika dalam suatu
masalah itu tidak ada nash di dalamnya, baru diadakan syuro. Dan orang-orang yang berada
di dalamnya itu pun harus orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Dan jika masalah itu
sudah ada nash nya, maka syuro itu pun tidak berlaku. Jadi, penyelesaiannya itu dengan cara
mengikuti hukum yang udah diturunkan oleh Allah SWT yakni Al-Quran dan Hadits. Karena
yang menentukan hukum itu bukanlah manusia, tetapi manusia lah yang wajib mentaati
aturan yang diturunkan oleh Allah SWT, Rasul-Nya dan kemudian kepada pemimpin kaum
muslimin.

2. HASIL DISKUSI

Pendapat orang itu berbeda-beda, jadi kalo ada yang berbeda pendapat jangan marah
ya? Setelah saya berdiskusi dengan keluarga, saudara serta teman-teman saya, banyak yang
didapat dari diskusi tersebut. Pertama-tama saya bertanya terlebih dahulu, Apakah
demokrasi itu menurut mereka? Dan apakah musyawarah menurut mereka (Islam)? Kenapa
saya bertanya seperti itu? Untuk pertanyaan yang pertama, karena sebelum berdiskusi terlalu
jauh, kita harus sepakat dulu, satukan pikiran, apakah demokrasi itu? Sebab yang sedang kita
bahas adalah demokrasi, dan apakah musyawarah itu? kenapa saya bertanya musyawarah?
Karena di dalam Islam yang dipakai bukan demokrasi (menurut saya), tetapi Musyawarah?
Jadi, saya pun harus bertanya tentang musyawarah itu, agar kita semua tahu apa musyawarah
itu, apa bedanya dengan demokrasi? Apakah berbeda, ataukah sama dengan demokrasi? Jika
yang saya tanya itu tidak tahu atau pun tidak sepaham dengan saya, saya mencoba untuk
meluruskannya.

Pertama, lawan diskusi saya menjawab, bahwa demokrasi adalah kebebasan


berpendapat yang dikenal dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Dan demokrasi yang diterapkan di Indonesia itu adalah Demokrasi Pancasila. Lalu, definisi
musyawarah pun dijawab, bahwa musyawarah katanya sama dengan demokrasi, kedua-
duanya sama-sama mengeluarkan pendapat. Jadi, menurut mereka musyawarah dan
demokrasi itu gak ada bedanya. Kemudian saya pun sepakat dengan jawaban dia yang
pertama, mengenai demokrasi itu, tetapi saya terus menambahkan jawaban dia tentang
kebebasan berpendapat tadi, bahwa demokrasi merupakan kebebasan berpendapat yang
dimiliki oleh setiap Individu, itu menurut pengamatan saya berdasarkan apa yang telah
terjadi di negeri ini. Nah, individu disini berarti kan setiap manusia memiliki hak untuk
mengeluarkan pendapatnya, walaupun pendapatnya itu keluar dari batasan. Yang namanya
manusia itu kan tidak semuanya pintar, paham, serta berwawasan luas. Manusia itu ada yang
pintar dan ada pula yang bodoh, ada yang baik dan ada pula yang jahat. Nah, bagaimana
dengan orang jahat itu, apakah dia akan mengeluarkan pendapat yang benar? Nah, tentang
demokrasi yang dianut oleh negara Indonesia itu, kata dia adalah Demokrasi Pancasila,
tetapi menurut saya demorkasi itu sendiri sudah bertentangan dengan Pancasila, yakni pada
sila ke 4, yang mana isinya Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah, kebijaksanaan dalam
permusyawaratan, perwakilan kita lihat, disitu dibilang bahwa permusyawaratan bukan
dalam Demokrasi, Perwakilan. Lalu, dia pun diam. Dan saya juga gak sepakat dengan
jawaban mereka yang kedua tentang musyawarah? Lalu, saya pun menjawab tentang
musyawarah tadi, bahwa musyawarah memang betul bebas mengeluarkan pendapat, tetapi
bebas disini tidak sebebas yang mereka kira, menurut ajaran islam kebebasan berpendapat
dalam bermusyawarah itu memiliki batas-batas tertentu yaitu dengan tidak keluar dari
syariah yakni Al-Quran dan Hadits.

Lalu, saya bertanya : Jika demokrasi itu sejalan dengan Islam, bagaimana dengan
pemilu? Pemilu itu kan pemilihan umum yang dilaksanakan untuk memilih seorang
pemimpin negara dan ummat, dan yang ada dalam pemilu itu kan cara pemilihannya dengan
cara voting, artinya dengan penentuan suara terbanyak / suara mayoritas? Dia pun
menjawab: Memang menurut saya voting itu memang tidak sesuai dengan islam, karena itu
seperti kita bermain judi / gambling, artinya dalam pemilihan seorang Kepala Negara itu
ditentukan dengan cara perjudian (untung-untungan). Menurut dia, demorkasi yang
diterapkan di Indonesia sudah mengacu kepada demokrasi liberal, yang mana demokrasi
liberal itu sistem yang diterapkan oleh negara Amerika. Amerika menerapkan demokrasi
liberal, yang mana disana kebebasan berpendapat atau mengeluarkan aspirasi atau apapun itu,
dibebaskan disana sebebas-bebasnya.

Ah, ternyata dia gak setuju juga dengan yang namanya voting, dimana voting ini
sudah diterapkan di Indonesia sebagai cara pemilihan seorang pemimpin. Kan saya bilang
pada dia, bahwa pemilihan seorang pemimpin, apalagi pemimpin ummat di dalam islam itu
menggunakan sistem musyawarah (syuro), dimana orang-orang yang ada di dalam majelis
syuro itu bukan orang sembarangan, yakni mereka adalah orang-orang yang memiliki potensi
di bidangnya masing-masing, seperti ulama, kepala negara, tokoh masyarakat, dimana
mereka yang mewakili dan dipercayai oleh masyarakat untuk mewakilinya. Mereka
mengeluarkan pendapatnya masing-masing dan diseleksi apakah pendapatnya itu benar
ataukah keluar dari Al-Quran dan Hadits. Nah, lalu saya bilang lagi pada dia, bahwa yang
diterapkan di Indonesia itu bukannya mengeluarkan pendapat untuk memilih seorang
presiden, tetapi hanya mencoblos poster atau nama presiden yang dia sukai, yang mana di
suka itulah yang dipilih, apakah pilihannya itu benar atau tidak, itu lain urusan? Terus, dia
menjawab: Jika seluruh rakyat Indonesia disuruh untuk mengeluarkan pendapatnya di
gedung rakyat, apa yang terjadi? Dan kalau gitu Islam tidak memberi kebebasan kepada
rakyat untuk memberikan pendapatnya donk? Katanya. Nah, saya pun menjawab: Tenang
cuy, kita lihat yang pernah diterpakan oleh presiden Soeharto, waktu zaman dia, pemilu itu
tetap dilaksanakan dan rakyat pun tetap mengeluarkan hak pilihnya. Tetapi, bedanya hasil
pilihan rakyat di setiap daerah itu, pertama ditampung terlebih dahulu oleh wakil rakyat dan
kemudia dimusyawarahkan kembali di gedung rakyat, kurang lebih seperti itu lah? Nah, di
dalam Islam pun kurang lebih kayak gitu, pertama pilihan masyarakat ditampung kepada
tokoh masyarakat atau pun wakil rakyat tadi, kemudian dimusyawarahkan dengan tokoh-
tokoh yang lainnya yang tergabung dalam majelis syuro itu, jadi, gak sembarang orang yang
terdapat dalam majelis syuro itu menurut saya. Menurut saya antara pemerintahan yang
dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono dengan pemerintahan Presiden Soeharto,
lebih bagus Soeharto, itu saya lihat dari sistem pemilihan umumnya, yang tidak sepenuhnya
diserahkan kepada rakyat, tetapi tetap ada proses pengolahan di gedung rakyat itu.

Setelah itu, saya pun bertanya kembali kepadanya. Bagaimana? Apakah demorkasi
itu masih sesuai atau sejalan dengan Islam? Tetapi, dia menjawab: Aah. saya tetap dalam
pendirian saya, bahwa demokrasi itu memang sejalan dengan Islam. Dia tetap kekeh, ya
udah lah, saya gak memaksa dia (saudara), keluarga dan teman saya tadi. Saya tetap
menghargai pendapat mereka, kan namanya juga manusia, memiliki pemikiran yang berbeda-
beda.

3. KESIMPULAN

Yang namanya negara itu pasti memerlukan seorang pemimpin, karena tanpa adanya
seorang pemimpin, maka akan dibawa kemana negara ini. Setiap pemimpin negara itu pasti
memiliki tujuan masing-masing, dimana tujuan itu tidak lain yaitu ingin mencapai sebuah
kesejahteraan untuk rakyatnya. Apakah dengan demokrasi, tujuan negara ini akan terwujud?
Dan apakah dengan sembarang pilih pemimpin, tujuan negara akan terwujud?
Untuk menentukan seorang pemimpin terutama pemimpin ummat dan negara itu
jangan sembarangan untuk memilihnya, karena jika kita salah pilih, maka akibatnya akan
fatal yang akan berdampak kepada rakyat dan negara itu sendiri. Apakah kita mau dijajah
kembali, oleh Belanda misalnya?. Tentu tidak, kan? Oleh karena itu mari kita mulai
perubahan ini dimulai dari diri kita sendiri, karena hanya kita yang dapat membuat sebuah
perubahan itu untuk negara ini.

Mungkin kita pun bingung, bagaimana cara merubahnya? Jika saya harus merubah
sistem demokrasi, itu sangat tidak mungkin, karena apa? Karena saya hanyalah seorang
Mahasiswa yang tidak mampu untuk melakukan itu, saya tidak punya wewenang dan saya
tidak punya kemampuan untuk melakukannya, saya hanya Mahasiswa ecek-ecek,
hehe..hehe

Setiap ideologi yang ada di setiap negara itu pasti memiliki tujuan yang baik, tetapi
tak dapat dipungkiri juga, bahwa kemampuan manusia itu sangat terbatas. Terus, apa
sebenarnya yang harus kita rubah? Orangnya kah? Atau sistemnya yang kita rubah?, yang
sudah saya bilang tadi, bahwa sistem itu tidak mungkin saya rubah. Menurut saya, mungkin
dari orangnya tadi yang perlu kita rubah. Mulai dari yang pertama, jika dalam PEMILU 2009
nanti, jangan sampai kita terpengaruh oleh bujukan-bujukan setan yang hanya memberikan
kenikmatan sesaat, misalnya jangan sampai kita mudah untuk disogok oleh para oknum-
oknum yang tidak bertanggungjawab, sebab itu akan berakibat kepada negara dan kita
sebagai rakyatnya nanti. Kita harus berfikir ke depan, jangan hanya berfikir konsumtif yang
hanya memikirkan kejadian pada saat itu juga, tetapi kita harus berfikir panjang. Bagaimana
negara ini akan berubah, jika kita hanya mampu menerima Uang Suap yang memberi
kenikmatan sesaat kepada kita. Mari kita berfikir panjang!!

Nah yang kedua, kita dalam memilih seorang pemimpin rakyat, kita harus mampu
mengenal calon pemimpin kita terlebih dahulu. Jangan memilih presiden secara subjektif,
artinya kita memilih, jangan karena calon presiden itu sodara kita atau mungkin calon
presiden itu ganteng. Mari kita pilih pemimpin kita berdasarkan apa yang dimiliki oleh
calon tersebut. Artinya, apakah orang tersebut mampu memimpin negara dan rakyatnya
kelak? Kita pilih berdasarkan kriteria seorang pemimpin yang telah diberikan oleh Islam,
yakni apa yang telah dipaparkan oleh Al-Baghdadi, yang menyatakan: Kelompok kami
berpendirian bahwa orang yang berhak memegang jabatan khalifah (Pemimpin Negara) harus
memiliki kualitas berikut: 1) berilmu pengetahuan, minimal untuk mengetahui apakah
undang-undang yang dibuat para mujtahid sah menurut hukum agama dan peraturan-
peraturan lainnya; 2) bersifat jujur dan saleh; 3) bertindak adil dalam menjalankan segala
tugas pemerintahan dan berkemampuan.

Walaupun begitu tetaplah syariat islam yang nomor 1 (satu), hanya dengan syariat
Islam, negara ini akan merasakan kesejahteraan. Setelah saya berkicau kesana-kemari,
walaupun dari tadi gak ada yang mau ngalah, semuanya tetap pada pendiriannya masing-
masing dan saya juga tetap pada pendirian saya. Nah, akhirnya saya memberi kesimpulan
bahwasanya Demokrasi itu tidak sejalan dengan Islam yang mana di dalam islam itu
tidak ada demokrasi, tetapi yang ada hanyalah musyawarah (syuro), untuk menentukan
seorang pemimpin ummat khususnya. Mari kita bersama-sama untuk menerapkan kembali
musyawarah yang sebenarnya sudah menjadi pedoman hidup kita yakni yang terdapat dalam
Pancasila, sila ke 4. Hanya dengan bermusyawarah, kita akan mendapatkan sebuah jawaban
yang mendekati kebenaran bahkan kebenaran, karena kita bermusyawarah tidak hanya
mengeluarkan pendapat sesuka kita, tetapi musyawarah dalam Islam itu adalah berpendapat
yang tidak keluar dari Al-Quran dan Hadits. Yang mana Al-Quran adalah kitab suci yang
diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, yang isinya
sudah tidak diragukan lagi dan isinya pun mencakup segala seluk beluk kehidupan yang
terdapat di dunia dan di akhirat. Dan Hadits yakni ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW
pada saat Baginda kita masih hidup di dunia ini.

Ingat kawan!! Ideologi Islam adalah yang terbaik daripada ideologi-ideologi yang
terdapat di dunia ini, karena ideologi Islam bukan manusia yang sengaja membuatnya, tetapi
Allah SWT yang menurunkannya dan diamanhkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk
meng-syiarkannya ke seluruh penjuru dunia. Jadi, jangan sekali-kali menyamakan demokrasi
dengan musyawarah (syuro) yang terdapat dalam Islam. Keduanya itu memiliki perbedaan
yang sangat jauh sekali. Bagaikan langit dan bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qaadir Haamid, Tijani. 2001. Pemikiran Politik dalam Islam; Terjemahan oleh Abdul
Hayyie al-Kattani dkk dari Ushulul Fikris-Siyaasi fil-Quraanil-Makki. Jakarta:
Gema Insani Pers

http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

http://klinikmahathir.blogspot.com/2007/05/demokrasi-gaya-malaysia-lebih-diyakini.html

http://lkii.icminorthamerica.org/bahan/LKII/Musyawarah.pdf

Muhammad Al-Maqdisiy, Abu. 2008. Demokrasi Sejalan dengan Islam?. Jakarta: Ar Rahmah
Media

MEMAHAMI DEMOKRASI DALAM ISLAM


Posted by Taufiq Hidayatullah Rabu, 22 Mei 2013 2 comments
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHIWABARAKATUH
Islam mengajarkan umatnya untuk melaksanakan demokrasi dalam kehidupan
sehari-hari. Demokrasi merupakan suatu tata pergaulan yang mengutamakan
perasaan hak dan kewajiban serta mendahulukan musyawarah dalam
mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama.

Islam tidak mengenal kasta sebab Allah swt. tidak membedakan hamba-hamba-
Nya dari kedudukan dan hartanya. Allah swt. semata-mata membedakan
kedudukan umat-Nya dari amal ibadahnya. Oleh karena itu, selayaknya umat
Islam menyeimbangkan kehidupan dunia dengan kehidupan akhiratnya. Di sini
saya akan mendeskripsikan ayat-ayat tentang demokrasi dan semoga para
pembaca dapat memahami dan menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.









Q.S Ali Imran ayat)



(159

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu .
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya. (Q.S Ali Imran ayat 159)

Dalam ayat di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

1. Allah swt. telah memberikan rahmat kepada Nabi Muhammad saw.


sehingga dapat bersikap lemah lembut terhadap kaum muslimin di
sekitar beliau. Apabila beliau bersikap kasar dan keras hati, niscaya orang-
orang itu akan meninggalkan Nabi Muhammad saw. Hal ini terkait dengan
perbuatan beberapa sahabat yang tidak menaati perintah Nabi
Muhammad saw. pada saat terjadinya perang Uhud sehingga
menyebabkan kekalahan kaum Muslimin.

2. Allah swt. memerintahkan Nabi Muhammad saw. agar memaafkan dan


memohonkan ampun bagi para sahabatnya. Setelah itu beliau
diperintahkan segera bermusyawarah dengan mereka untuk memecahkan
persoalan yang mereka hadapi.

3. Apabila musyawarah itu telah mencapai mufakat, bertawakkallah kepada


Allah swt. karena Allah swt. menyukai orang-orang yang bertawakkal.

Surah Ali Imran Ayat 159 menyebutkan tiga hal secara berurutan untuk
dilakukan sebelum bermusyawarah, yaitu sebagai berikut :

1. Bersikap lemah lembut. Orang yang melakukan musyawarah harus


menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala. Jika tidak,maka
mitra musyawarah akan pergi menghindar.

2. Memberi maaf dan bersedia membuka diri. Kecerahan pikiran hanya dapat
hadir bersamaan dengan sirnanya kekerasan hati serta kedengkian dan dendam.

3. Memohon ampunan Allah sebagai pengiring dalam bertekad, kemudian


bertawakal kepada-Nya atas keputusan yang dicapai

Yang diharapkan dari musyawarah adalah mufakat untuk kebenaran karena Nabi
Muhammad saw. Di dalam bermusyawarah, kadang terjadi perselisihan pendapat
atau perbedaan.


Q.S asy-Syura)









(ayat 38

Dan bagi orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan tuhannya dan


mendirikan sholat sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka, dan mereka menafkahi sebagian dari rezeki yang kami berikan
kepada mereka (Q.S asy-Syura ayat 38)
Dalam ayat tersebut Allah menyerukan agar umat Islam mengesakan dan
menyembah Allah SWT. Menjalankan shalat fardu lima waktu tepat pada
waktunya. Apabila mereka menghadapmasalah maka harus diselesaikan dengan
cara musyawarah. Rasulullah SAW sendiri mengajak para sahabatnya agar
mereka bermusyawarah dalam segala urusan, selain masalah-masalah hukum
yang telah ditentukan oleh Allah SWT.















(Q.S An-Nahl ayat 125)

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S An-Nahl ayat 125)

Dalam ayat ini, Allah swt. memberikan pedoman tentang cara berdakwah untuk
mengajak manusia kepada agama dan jalan Allah swt. Beberapa cara yang harus
dipergunakan umat Islam dalam berdakwah adalah sebagai berikut.

1. Dengan hikmah, yaitu perkataan yang benar dan jelas serta dapat
membedakan hal-hal yang benar dan salah. Dalam hal ini, umat Islam
dalam berdakwah harus bisa menjelaskan bahwa ajaran agama Islam
menunjukkan kepada manusia jalan yang benar.

2. Dengan pengajaran yang baik, yaitu cara-cara penyampaian yang baik


dan sesuai dengan etika dan tata krama pergaulan. Hal ini dicontphkan
Nabi Muhammad saw. ketika turunnya ayat yang melarang minum
khamar. Larangan itu tidak serta merta dijalankan seketika itu juga, tetapi
diberitahukan sedikit demi sedikit sehingga umat Islam dapat
menerimanya dengan baik.

3. Dengan perbantahan yang baik, yaitu menggunakan kata-kata yang halus,


sopan, serta menghindari kata-kata yang tajam dan menususk hati. Dalam
proses berdakwah, tidak jarang terjadi perbedaan pendapat yang
melahirkan perbantahan. Seorang Muslim, apabila menghadapi hal itu
dalam berdakwah, harus melakukannya dengan kata-kata yang halus dan
sopan. Hati seprang akan lebih terbuka apabila sesuatu itu disampaikan
dengan baik.

Musyawarah merupakan suatu keharusan dan termasuk salah satu tanda orang
yang mematuhi seruan Allah SWT. Adapun hal-hal yang harus di musyawarahkan
hanya menyangkut persoalan duniawi seperti urusan rumah tangga, ekonomi,
sosial, budaya, politik dan sebagainya. Sedang persoalan Agama bersifat mutlak,
ketentuannya termaktub dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.

Anda mungkin juga menyukai