Anda di halaman 1dari 43

Skenario

Vina , hamil aterm, merasakan mules yang menjalar ke pinggang dan mengeluarkan darah
disertai lendir dari vagina. Vina segera di bawa ke UGD. Di UGD, dokter menjelaskan
bahwa gejala tersebut merupakan tanda inpartu yang berarti vina akan segera melahirkan
bayinya. Berdasarkan hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri dan denyut jantung janin
(DJJ) dokter menyimpulkan bahwa taksiran berat janin vina dalam batas normal dan
kondisi janin baik, sedangkan dari pemeriksaan vaginal toucher (baca: vaginal tuse)
dokter menyimpulkan bahwa kondisi panggul vina memungkinkan untuk terjadinya
persalinan normal sehingga kecil sekali kemungkinan terjadi distosia dan tidak ada
kelainan presentasi dan letak janin intruterin. Dokter akan memantau kala 1 persalinan
melalui partograf.
Setelah janin selesai dilahirkan, dokter berusaha melahirkan plasenta namun tidak
berhasil karena terjadi retensio plasenta yang mengakibatkan perdarahan post partum.
Dokter kemudian melakukan manual plasenta, dan berhasil dengan baik. Namun vina
masih harus dipantau secara ketat selama masih dalam masa nifas.
Klarifikasi Istilah

Kehamilan aterm

: Usia kehamilan cukup bulan yaitu antara 38-42

minggu
Tanda Inpartu

: Tanda yang menggambarkan seorang wanita akan

memasuki proses persalinan


Pemeriksaan Vaginal Toucher : Pemeriksaan dalam untuk menilai organ reproduksi

wanita
Distosia
Presentasi
Partograf

janin dan seluruh proses persalinan


Kala 1 persalinan
: Fase pertama mulai dari HIS persalianan sampai

pembukaan serviks lengkap


Plasenta

melalui perdarahan retro-plasenta


Manual plasenta
: tindakan melepas plasenta secara manual dengan

tangan ditempat implantasinya dan melahirkan keluar uterus.


Perdarahan post partum
: Perdarahan lebih dari 500 ml dalam 24 jam setelah
bayi lahir

: Kesulitan yang dialami pada saat persalinan


: Bagian terbawah dari janin
: alat pencatatan persalinan untuk menilai kadar ibu,

: Akar janin yang berfungsi untuk pertukaran nutrisi

Masa nifas

: Masa yang dimulai sejak satu jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 42 hari setelah masa itu dengan organ reproduksi wanita
yang kembali ke ukuran normal
Definisi Masalah
1. Jelaskan perbedaan hamil preterm, aterm, dan postterm ?
2. Bagaimana mekanisme mules yang menjalar ke pinggang dan mengeluarkan darah
yang disertai lendir dari vagina ?
3. Apa saja tanda-tanda inpartu ?
4. Jelaskan mengenai pemeriksaan fundus uteri ! (tujuan, cara pemeriksaan dan
interpretasi)
5. Jelaskan mengenai pemeriksaan denyut jantung janin ! ( tujuan, cara pemeriksaan
dan interpretasi)
6. Bagaimana cara menentukan taksiran berat badan janin normal ?
7. Jelaskan mengenai pemeriksaan vaginal toucher !
8. Apa saja jenis-jenis dari kondisi panggul ibu ?
9. Bagaimana mekanisme persalinan normal ?
10. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan normal ?
11. Apa saja syarat-syarat persalinan normal ?
12. Bagaimana langkah Asuhan Persalinan Normal ?
13. Jelaskan mengenai distosia ! (penyebab, mekanisme, komplikasi)
14. Bagaimana tanda-tanda kondisi janin intrauterin yang baik ?
15. Bagaimana presentasi, letak, dan posisi janin yang normal ?
16. Jelaskan mengenai partograf !
17. Bagaimana fisiologi kelahiran plasenta ?
18. Jelaskan mengenai retensio plasenta ! ( penyebab, mekanisme, tanda-tanda,
tatalaksana dan komplikasi)
19. Jelaskan mengenai perdarahan post partum (penyebab, jenis-jenis, cara mendiagosis,
tatalaksana dan komplikasi)
20. Bagaimana teknik melakukan manual plasenta ?
21. Apa saja indikasi dan kontra indikasi manual plasenta ?
22. Apa saja hal-hal yang perlu di pantau selama masa nifas ?
Analisis Masalah
1. Jelaskan perbedaan hamil preterm, aterm, dan postterm ?1,2,4
Lamanya kehamilan yang normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kadang- kadang kehamilan berakhir sebelum waktunya dan
ada kalanya melebihi waktu yang normal.
Berakhirnya kehamilan menurut lamanya kehamilan dibagi menjadi :
Lamanya kehamilan Berat anak
<20 minggu
<500g
20-28 minggu
500-1000g

istilah
Abortus
Partus imatur

Persalinan kurang bulan

(preterm)
28.37Minggu
37.42Minggu

1000-2500
g
>2500g

>42 minggu

Partus premature
Partus matur
Partus serotin

Persalinan cukup bulan


(aterm)
Persalinan lewat waktu
(posterm)

2. Bagaimana mekanisme mules yang menjalar ke pinggang dan mengeluarkan darah


yang disertai lendir dari vagina ?1,2,4
Hal ini dikarenakan kontraksi otot polos uterus pada persalinan terasa sangat nyeri,
dan hal ini merupakan sesuatu yang unik dibanding kontraksi otot fisiologis lainnnya.
Penyebab nyeri tidak diketahui secara pasti, tetapi sudah diusulkan beberapa
kemungkinan :

Hipoksia pada miometrium yang berkontraksi


Penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah oleh berkas-

berkas otot yang saling bertautan.


Peregangan serviks sewaktu dilatasi
Peregangan peritoneum yang terletak di atas fundus.

Selanjutnya, impuls nyeri ditransmisi oleh segmen saraf spiralis T11-T12 dan L1.
Dilanjutkan dengan nyeri pada kala II yang terjadi karena regangan serviks, regangan
perineum, dan regangan/robekan dari struktur dalam saluran vagina itu sendiri.
Kemudian rasa nyeri ditransmisi melalui saraf pundendal melalui pleksus sakral ke
ganglia saraf posterior pada S2-S4.
Mekanisme keluarnya darah yang disertai lendir pada vagina :
Saat persalinan Serviks berdilatasi dan menipis terjadi robekan-robekan dan
ruptur pembuluh darah ada serviks terlepas sumbatan mukus (mucous plug) yang
selama kehamilan menumpuk di kanalis servikalis berupa lendir yang bercampur
darah.
Teori Persalinan

Teori penurunan hormon


1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen
dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim

dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
kadar progesteron turun.
Teori plasenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang

menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan

kontraksi rahim.
Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot

rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.


Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontraksi uterus.

3. Apa saja tanda-tanda inpartu ?1,2,4

Rasa sakit oleh adanya his dengan karakteristik :


-

Kontraksi terjadi dengan interval yang teratur.

Interval secara bertahap memendek.

Intensitas secara bertahap meningkat.

Nyeri di punggung dan abdomen.

Serviks membuka.

Nyeri tidak hilang dengan sedasi.


Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.

Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

4. Jelaskan mengenai pemeriksaan fundus uteri ! (tujuan, cara pemeriksaan dan


interpretasi)1,2,4,5
Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri (leopold 1) : Untuk menentukan usia
kehamilan dan bagian apa yang terdapat dalam fundus uteri.
Cara pemeriksaan fundus uteri :

Kaki penderita dibengkokkan pada lutut dan lipat paha

Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita, dan melihat kearah muka


penderita

Rahim dibawa ke tengah

Tingginya fundus uteri ditentukan

Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus

Sifat kepala : keras, bundar, dan melenting


Sifat bokong : lunak, kurang bundar dan kurang melenting
Pada letak lintang fundus uteri kosong
Interpretasi
Sebelum bulan k-III fundus uteri belum dapat diraba dari luar.
Akhir bulan III (12 minggu) F. ut. 1- 2 jam diatas symphysis.
Akhir bulan IV (16 minggu) pertengahan antara symphysis post
Akhir bulan V (20 minggu) 3 jari bawah pusat
Akhir bulan VI (24 minggu) setinggi pusat
Akhir bulan VII (28 minggu) 3 jari atas pusat
Akhir bulan VIII (32 minggu) pertengahan pros. Xyphoideus pusat
Akhir bulan IX (36 minggu) sampai arcus costarum atau 3 jari dibawah proc.
Xyphoideus
Akhir bulan X ( 40 ming) pertengahan antara pros. Xyphoideus - pusat.
Jadi fundus uteri paling tinggi pada akhir bulan ke IX. Setelah bulan ke IX fundus
uteri pada primigravida turun lagi karena kepala mulai turun kedalam rongga
panggul

5. Jelaskan mengenai pemeriksaan denyut jantung janin !1,2,4


Bunyi jantung anak baru dapat didengar pada akhir bulan V, walaupun dengan
doptone sudah dapat didengar pada akhir bulan 3 dan dengan ultrasonik pulsasi,
jantung sudah dapat dilihat pada umur kehamilan 7 minggu.
Frekuensi bunyi jantung anak lebih cepat dari orang dewasa, yaitu sekitar 120-160
kali/menit. Mekanisme pengaturannya dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis, sistem
saraf parasimpatis, baroreseptor, kemoreseptor, sistem saraf pusat, dan sistem
hormonal. Karena badan anak dalam posisi kifosis dan didepan dada terdapat lengan
anak, bunyi jantung paling jelas terdengar disisi punggung anak dekat kepala.
Hal-hal yang dapat diketahui dari bunyi jantung anak :
Dari adanya bunyi jantung anak
- Tanda pasti kehamilan
- Anak hidup

Dari tempat bunyi jantung anak didengar


- Presentasi anak
- Posisi anak (kedudukan punggung)
- Sikap anak (habituasi)
- Adanya anak kembar

Jika bunyi jantung terdengar disebelah kiri atau kanan di bawah pusat, presentasi
bayi adalah presentasi kepala. Jika bunyi jantung terdengar disebelah kiri atau
kanan setinggi atau diatas pusat, presentasi bayi adalah presentasi bokong (letak
sungsang). Jika bunyi jantung terdengar disisi yang berlawanan dengan bagianbagian kecil, sikap anak fleksi. Jika terdengar sesisi dengan bagian-bagian kecil,
sikap defleksi. Pada anak kembar, bunyi jantung terdengar pada dua tempat
dengan sama jelasnya dan dengan frekueni yang berbeda (perbedaan lebih dari
10/menit).

Dari sifat bunyi jantung anak


- Keadaan anak
Keadaan sehat bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya antara 120-160
-

kali permenit.
Bising tali pusat
Bising tali pusat bersifat meniup karena tali pusat tertekan. Dengan

mengubah sikap ibu, bising ini sering hilang


- Gerakan anak yang bersifat pukulan dari dalam rahim
Ibu
- Bising rahim
Rahim bersifat bising dan frekuensi bising rahim sama dengan denyut nadi
ibu. Bising rahm dihasilkan oleh arteri uterina

Bunyi aorta
Freuensi bunyi aorta sama dengan denyut nadi ibu, untuk membedaknnya
dengan bunyi jantung anak nadi ibu harus di pegang
Bising usus
Bising usus bersifat tidak teratur disebabkan udara dan cairan yang ada
dalam usus ibu.

Cara pemeriksaan Denyut Jantung Janin


1. Stetoskop Monoaural (Laennec)
Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak jantung janin
secara manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada usia kehamilan 17-22
minggu. Cara pemeriksaan menggunakan laennec:
- Baringkan Ibu hamil dengan posisi telentang
- Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi punggung janin
- Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung janin
- Hitung total detak jantung janin
Cara menghitung Denyut Jantung Janin
Mendengarkan selama 3x5 detik , Kemudian jumlah bunyi jantung dalam
3x5 detk dikalikan dengan 4.
Misalnya
I (5det)
11

II (5det)
12

III (5det)
11

10

14

Keterangan
Djj = 4 x (11+12+11) = 136 /menit
Teratur, anak baik
Djj= 4 x (10+14+9) = 132 / menit
Tidak teratur, asfiksia
Djj = 4x (8+7+8) = 92/ menit
Teratur, asfiksia

- Catat hasil dan beritahu hasil pada klien


2. USG (Ultrasonografi)
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz
2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pemeriksaan
USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

Pervaginam : Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan


pemeriksaan dalam
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada Rahim
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi
- Tidak menyebabkan keguguran.

Perabdominan
- Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
3. Non Stress Test (NST)
NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada
umur kehamilan 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai gambaran
denyut jantung janindengan gerakan/akivitas janin.
Cara pemeriksaan :
- Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
- Tekanan darah diukur setiap 10 menit.
- Dipasang kardio dan tokodinamometer.
- Frekuensi jantung janin dicatat.
- Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi.
- Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit.
- Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit
tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan
pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan
-

pagi hari setelah 2 jam sarapan).


Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST

secara individual.
4. Velosimetri Doppler
Velosimetri Doppler adalah alat dalam biomedik yang sering digunakan untuk
mendeteksi detak jantung janin pada ibu hamil. Dapat dilakukan pada kehamilan
12 minggu.Velosimetri Doppler menggunakan sensor Ultrasound dengan
frekuensi 2 MHz untuk mendeteksi detak jantung janin berdasarkan prinsip
doppler, yaitu memanfaatkan prinsip pemantulan gelombang yang dipancarkan
oleh sensor ultrasound.
Cara Pemeriksaan
- Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang.
- Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan
- Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin.
- Hitung detak jantung janin : Dengar detak jantung janin selama 1 menit,
-

normal detak jantung janin 120-140 /menit.


Catat hasil pemeriksaan jantung janin pada buku Kartu Ibu dan Buku KIA

6. Bagaimana cara menentukan taksiran berat badan janin normal ?


Taksiran BB janin

Dihitung dari HPHT

Ditambah 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup feeling life

Menurut spigelberg taksiran BB janin dapat ditentukan dengaan mengukur tinggi


fundus uteri dari simfisis, maka dapat diperoleh tabel :

22-28 minggu

24-25 cm di atas simfisis

28 mg

26,7 cm di atas simfisis

30 mg

29,5-30 cm di atas simfisis

32 mg

29,5-30 cm di atas simfisis

34 mg

31 cm di atas simfisis

36 mg

32 cm di atas simfisis

38 mg

33 cm di atas simfisis

40 mg

37,7 cm di atas simfisis

Menurut Mac Donald adalah modifikasi spiegelberg, yaitu jarak fundus- simfisis
dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan

Ahlfeld : ukuran kepala-bokong = panjang anak sebenernya. Bila diukur jarak


kepala-bokong janin adalah 20 cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan.

Rumusan Johnson-Tausak : Taksiran ini hanya berlaku untuk janin persentasi


kepala. Rumusnya adalah : (tinggi fundus uteri dalam cm-n)x155 = berat (gram)
Bila kepala belum melewati PAP maka n=13
Bila kepala diatas atau pada spina iskiadika maka n=12
Bila kepala dibawah spina iskiadika maka n=11

Sumber lain menyebutkan bahwa berat janin dapat diperkirakan berdasarkan usia
kehamilan
minggu ke 25

650 - 670 gr

minggu ke 26

750 780 gr

minggu ke 27

870 890 gr

minggu ke 29

1100 1200 gr

minggu ke 30

1510 1550 gr

minggu ke 31

1550 1560 gr

minggu ke 32

1700 1750 gr

minggu ke 33

1800 1900 gr

minggu ke 34

2000 2010 gr

minggu ke 35

2300 2350 gr

minggu ke 36

2400 2450 gr

minggu ke 37

2700 2800 gr

7. Jelaskan mengenai pemeriksaan vaginal toucher ! 6


Tujuan :
- Menentukan apakah sudah masuk dalam keadaan inpartu
- Untuk menentukan faktor janin dan panggul
- Menentukan taksiran persalinan
Indikasi
- Ketuban pecah bagian bawah janin masih tinggi
- Menentukan tindakan yang akan dilakukan
- Sebagai bagian tindakan di dalam menegakkan diagnosa kehamilan muda
- Pada primigravida dengan usia kehamilan lebih dari 37 minggu digunakan
untuk melakukan eveluasi kapasitas panggul (pelvimetri klinik) dan
menentukan apakah ada kelainan pada jalan lahir yang diperkirakan akan
-

mengganggu jalannya proses persalinan pervaginam


Pada saat masuk kamar bersalin dilakukan untuk menentukan fase

persalinan dan diagnosa letak janin


Pada saat inpartu digunakan untuk menilai apakah kemajuan proses

persalinan sesuai dengan yang diharapkan


Pada saat ketuban pecah digunakan untuk menentukan ada tidaknya

prolapsus bagian kecil janin atau tali pusat


Pada saat inpartu, ibu tampak ingin meneran dan digunakan untuk

memastikan apakah fase persalinan sudah masuk pada persalinan kala II.
Kontraindikasi :
- Perdarahan per vaginam
- Placenta letak di bawah.
Cara melakukan vaginal toucher :

Tutupi badan ibu dengan sarung atau selimut.


Minta ibu berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
(mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu sama
lain).

Lakukan terlebih dahulu vulva higiene dengan cara letakkan bengkok di depan

vulva
pasang sarung tangan steril (hand scoon)

ambil kapas sublimat/DTT secukupnya; bersihkan bagian kiri dan kanan labia
mayora, bersihkan bagian kiri dan kanan labia minora, terakhir bersihkan bagian
tengah.

Periksa genetalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan)
termasuk kandilomata, varikositosis vulva atau rectum, atau luka parut di
perineum.

Tahap berikutnya pemeriksaan inspekulo untuk melihat keadaan jalan lahir.

Labia minora disisihkan kekiri dan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan
kiri dari sisi kranial untuk memaparkan vestibulum.

Masukkan jari tengah diikuti jari telunjuk kedalam vaginadan melakukan palpasi
pada serviks. Pada saat memasukkan jari minta klien untuk nafas dalam.

Menentukan dilatasi (cm) dan pendataran serviks (prosentase)

Menentukan keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, bila sudah
pecah tentukan :
1. Warna
2. Bau
3. Jumlah air ketuban yang mengalir keluar

Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi (berdasarkan denominator)


serta derajat penurunan janin berdasarkan stasion.

Menentukan apakah terdapat bagian janin lain atau talipusat yang berada
disamping bagian terendah janin.

Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan ke dua jari pemeriksa (hati-hati),

lepaskan kedua sarung tangan


Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk bersih dan kering.
Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya.

Yang dinilai dalam pemeriksaan Vaginal Toucher


Untuk mengetahui keadaan cervix :
- Apakah cervix kaku atau lunak
- Apakah cervix sudah mendatar atau belum
- Apakah bibir cervix masih tebal atau tipis
- Berapa pembukaan
Keadaan ketuban
- Apakah ketuban ada atau tidak
- Bagaimana keadaan ketuban
Tentukan presentasi dan posisi dari anak
- Tentukan apa yang menjadi bagain depan
- Untuk menentukan posisi maka jari kita pergi dulu kebawah symphysis,
kemudian digerakkan kebelakang

Turunnya kepala
Tentukan ada atau tidak adanya caput succedaneum dan berapa besarnya caput

succedaneum tersebut.
Periksa apakah ada bagian anak yang menumbung seperti tangan, lengan, kaki

atau tali pusat.


Memeriksa kemungkinan adanya tumor uterus atau ovarium
Identifikasi bagian terendah janin
Menilai kapasitas panggul

8. Apa saja jenis-jenis dari kondisi panggul ibu ?1,2,8


Dalam obsetri dikenal 4 jenis panggul ( pembagian Caldwell dan Moloy, 1993) yang
mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut :

Jenis ginekoid : panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas
panggul hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama

dengan transversa. Jenis ini ditemukan pada 45% perempuan


Jenis android : bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Umumnya pria
mempunyai jenis seperti. Panjang diameter anteroposterior hampir sama
dengan diameter tranversa, akan tetapi yang terakhir ini adalah jauh lebih
mendekati sakrum. Dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan
gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit kedepan. Jenis ini ditemukan

pada 15% perempuan


Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Panjang
diameter antero-posterior lebih besar daripada diameter transvesa. Jenis ini
ditemukan pada 35% perempuan.

Jenis platipelloid : jenis ini adalah jeis ginekoid pada arah muka belakang.
Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini
ditemukan pada 5% perempuan

9. Bagaimana mekanisme persalinan normal ?1,2,4


Fisiologi Persalinan

Hampir 96% janin intrauterin memiliki presentasi kepala.


58% di antaranya, ubun-ubun kecil berada di kiri depan
23% di kanan depan
11% di kanan belakang
8% di kiri belakang
Kala Persalinan

Proses persalinanterdiridari 4 kala yaitu :


1. Kala I (kala pembukaan)
Waktu untuk pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap (10 cm) ditandai
dengan keluarnya lendir bercampur darah, karena serviks mulai membuka dan
mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis
servikalis. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu:
a. Fase laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm
berlangsung 7-8 jam.
b. Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase.

Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan 4 cm.

Periode dilatasi maksimal: selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat


menjadi 9 cm.

Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi


10 cm atau lengkap.

2. Kala II (kala pengeluaran janin)


Pada kala II, his terkoordinir, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otototot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena
tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau BAB, dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka perineum
merenggang, dengan his mengedan terpimpin akan lahirkan kepala, diikuti oleh
seluruh badan janin, kala II pada primi 1 -2 jam, pada multi -1 jam.
3. Kala III (kala pengeluaran uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebenar, uterus terasa keras dengan fundus
uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 x sebelumnya. Beberapa
saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri, dalam waktu 1-5 menit
seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau

dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri, seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir, pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Ada 3 tanda lepasnya plasenta :

Perubahan ukuran dan bentuk uterus.

Tali pusat memanjang.

Semburan darah.
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri:

Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas symphisis tali pusat
ditegangkan, jika tali pusat masuk berarti belum lepas, jika diam/maju berarti
sudah lepas.

Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti belum
lepas, bila diam/turun berarti sudah lepas.

Klein
Sewaktu ada his, rahim kita dorong sedikit, bila bergetar kembali berarti belum
lepas, bila diam/turun berarti sudah lepas.

4. Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Sebelum meninggalkan wanita postpartum harus diperhatikan 7 pokok penting yaitu
:
-

Kontraksi uterus harus baik

Tidak ada perdarahan pervaginam atau perdarahan lain pada alat genital lainnya

Plasenta dan selaput ketuban telah lahir dengan lengkap

Kandung kencing harus kosong

Luka pada perineum telah terawat dengan baik, dan tidak ada hematom

Bayi dalam keadaan baik

Keadaan masuknya kepala janin melintasi pintu atas panggul terbagi 3 yaitu,
sinklitimus, asinklitimus anterior dan asinklitimus posterior.

Gambar. Sinklitimus dan asinklitimus

Gerakan pada janin saat persalinan :


Turunnya kepala
- Masuknya kepala dalam pintu atas panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi
bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan.
-

Majunya kepala
Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan biasanya baru mulai pada kala II.
Pada multipara majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul
terjadi bersamaan.
Yang menyebabkan majunya kepala ialah:

Tekanan cairan intrauterine.


Tekanan langsung oleh fundus pada bokong.
Kekuatan mengejan.
Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim.
Fleksi
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga ubun ubun kecil
jelas lebih rendah dari ubunubun besar. Keuntungan daru bertambahnya fleksi
ialah ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir : diameter suboccipito
bregmatica (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm).

Putaran paksi dalam


Pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan ke bawah symphysis.
Sebab sebab putaran paksi dalam:
-

Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah kepala.
Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat
sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara M. levator ani kiri
dan kanan.
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.
Ekstensi
Disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan
dan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.Pada kepala,
bekerja dua kekuatan, yang satu mendesaknya kebawah, dan yang satunya disebabkan
tahanan dasar panggul menolaknya ke atas. Resultannya ialah kearah depan atas.
Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah simphysis, yang dapat maju karena
kekuatan tersebut adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput sehingga pada
pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut
dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kearah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam.gerakan ini disebut putaran restitusi. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga
belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sesisi.
Hal ini disebabkan karena ukuran bahu (diameter bisacromial) menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi
hypomochlion (subocciput menjadi pusat pemutaran) untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah
dengan paksi jalan lahir.

Gambar. Cardinal movements persalinan dan pelahiran dengan posisi oksiput kiri
anterior

10. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan normal ?


Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan normal :1,2,5

Power: His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
Passage: Keadaan jalan lahir
PAP (Pintu Atas Panggul)
Bidang ini terletak miring dengan bidang horisontal membentuk sudut 55 derajat dan
disebut inklinasi pelvis. Makin kecil sudut inklinasi, prognosis persalinan makin jelek.
Ukuran yang penting adalah :
- Konjungtiva vera
: 11cm
- Diameter tranversa : 12,5-13 cm
- Konjungtiva obsterika : 10,6 cm
PTP (Pintu tengah panggul)
Merupakan bagian panggul yang paling sempit, karena terdapat spina iskiadika,
apalagi bila menonjol.
- Batas depan : tepi bawah simfisis
- Batas lateral : spina iskiadika
- Batas belakang : sakrum setinggi S3-4
Ukuran yang penting :
- Distansia interspinasum : 10,5cm
- Diamaeter anteroposterior : 12cm
PBP (Pintu Bawah Panggul)
Terdiri atas dua bidang :
- Batas depan : tepi bawah simfisis
- Batas lateral : tuber iskiadikum
- Batas belakang : artikulasio sakrokoksigea
Ukuran yang penting :
-

Diameter anteroposterior :11,5-12 cm


Diatansia intertuberosum : 10,5-11cm
Arkus pubis : 90

Panggul sempit

PAP
-

diameter transversa <11cm


diameter anteroposterior <10cm
konjugata diagonalis <11,5cm

distansia interspinasum(DIS) <9,5cm

PTP

PBP
-

Distansia intertuberosum (DIT) <8cm


Diameter anteroposterior (DAP) <11,5cm
DIT + diameter sagital posterior <15cm

Pelvis dengan ukuran yang berada diantara kedua batas-batas tersebut dapat diktakan
sebagai boderline pelvic contraction.
Bidang hodge, untuk menentukan sampai manakah bagian terendah janin turun dalam
panggul dalam persalinan

Bidang hodge I : bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium.

Bidang hodge II : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I terletak setinggi
bagian bawah simfisis

Bidang hodge III : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I dan II terletak
setinggi spina ischiadica kanan dan kiri.pada rujukan lain, bidang hodge III
disebut juga bidang O .kepala yang berada diatas 1 cm disebut (-1)atau
sebaliknya

Bidang hodge IV : bidang yang sejajar dengan bidang hodge I, II, dan III
terletak setinggi os koksigis.

Passanger: Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan


anatomik mayor)
Selain itu juga berpengaruh faktor psikologi ibu, fisik ibu, dan posisi dari janin

11. Apa saja syarat-syarat persalinan normal ?1

Ketuban pecah

Perubahan pada vagina dan dasar panggul

Pelepasan plasenta

Pemisahan amniokorion

Ekstrusi plasenta

Syarat Partus Normal :


Bayi
- BB > 2500 dan <3500
- APGAR baik
- Tidak ada kelainan janin
- Tidak gamelli
- Suhu tubuh >37C

Ibu
- Kehamilan aterm 37 bulan
- Tidak ada komplikasi kehamilan
- Nifas tidak ada komplikasi
- Lama persalinan <16 jam dan > 3 jam

12. Bagaimana langkah Asuhan Persalinan Normal ?1


Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta pencegahan komplikasi terutama perdarahan

pasca persalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir.


60 langkah asuhan persalinan normal
Melihat tanda dan gejala kala dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
- Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
- Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan /atau
vaginanya
- Perineum menonjol
- Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung

suntik.
Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi
tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran
ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke
belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang

benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung


tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah # 9).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban
belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian
melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 180 kali / menit ).
- Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
- Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil

hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.


Menyiapkan ibu dan keluarga untuk memantau proses pimpinan meneran
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
- Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin
-

sesuai

dengan

pedoman

persalinan

aktif

dan

mendokumentasikan temuan-temuan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran.
(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
13.
Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
- Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan
-

untuk meneran
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(tidak meminta ibu berbaring terlentang).


Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu.
Menganjurkan asupan cairan per oral.
Menilai DJJ setiap lima menit.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu
-

tidak mempunyai keinginan untuk meneran


Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-

kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.


Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.


Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong kelahiran bayi
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang
lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak
menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat
kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau
kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
- Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
-

bagian atas kepala bayi.


Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua

tempat dan memotongnya.


21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.
Lahir Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di
masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat
kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan
kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu
dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran
siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian
bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi
saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati

hati membantu kelahiran kaki.


Penanganan bayi baru lahir
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jka bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk

bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.


Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah

mengaspirasinya terlebih dahulu.


Penegangan Tali Pusat Terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat

35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang
(dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, menghentikan penegangan
tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.
- Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.


Mengeluarkan Plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
- Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
-

sekitar 5 10 cm dari vulva.


Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 menit :
1. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
2. Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
3. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
5. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak

kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
- Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama.
Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang tertinggal.

Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).


Menilai perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
- Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik
mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit

laserasi yang mengalami perdarahan aktif.


Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
44. Menempatkan

klem

tali

pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat
sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul
mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
- 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
- Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
- Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang

sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.


Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan

dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.


50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.

52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
-

pasca persalinan.
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca

persalinan.
- Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi

(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi


54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan

menggunakan air

disinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5%
dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

13. Jelaskan mengenai distosia ! 1,2,3


Definisi
Distosia adalah persalinan yang sulit dan di tandai dengan kemajuan persalinan yang
lambat. Persalinan yang normal ialah persalinan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung spontan dalam 18 jam.
Klasifikasi
Penyebab distosia dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu :
Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, yaitu:
- Kelainan his merupakan penyebab terpenting dan tersering dari distosia.
Kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya kelainan dinding perut, seperti luka
parut baru pada dinding perut, diastase muskulus rektus abdominis, atau kelainan

keadaan umum ibu seperti sesak napas atau adanya kelelahan ibu.
Distosia karena adanya kelainan letak janin atau elainan fisik janin, misalnya
presentasi bahu, presentasi bahu, presentasi muka, presentasi bokong, anak besar,
hidrosefal, dan monstrum.

Distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir baik bagian keras (tulang), seperti
adanya panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul maupun bagian yang lunak
seperti adanya tumor-tumor baik pada genitalia interna maupun pada viscera lain di
daerah panggul yang menghalangi jalan lahir.
Komplikasi Distosia
Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion
menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga
terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat
aspirasi cairan amnion yang terinfeksi adalah konsekuensi serius lainnya.
Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam
uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan
Ruptura uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama
partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan mempunyai riwayat
seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul demikian
besar sehingga kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen

bawah uterus menjadi sangat teregang kemudian dapat menyebabkan ruptura


Cincin retraksi patologis
Terjadi pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan karena persalinan
yang terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah

uterus. Hal ini menandakan ancaman rupturnya segmen bawah uterus.


Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi tidak
maju untuk waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak diataranya
dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan
sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah
melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau

rektovaginal.
Cedera otot-otot dasar panggul
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin
serta tekanan kebawah akibat upaya mengejan ibu. Hal ini dapat meregangkan dan
melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik

otot, saraf dan jaringan ikat yang menimbulkan efek-efek pada otot-otot dasar

panggul seperti prolaps organ panggul , inkontinensia urin dan alvi


Efek pada janin
Apabila panggul sempit dan terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus

dapat mengakibatan kematian janin dan neonatus.


Molase kepala janin
Akibat tekanan his yang, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang
tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase(
molding moulage). Molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi
pembuluh darah janin, dan perdarahan intrakranial janin.

14. Bagaimana tanda-tanda kondisi janin intrauterin yang baik ?


Denyut jantung janin 100-180 x/menit.
Adanya gerakan janin yang dirasakan ibu.
Ukuran tinggi uterus sesuai dengan usia kehamilan.
15. Bagaimana presentasi, letak, dan posisi janin yang normal ?1,2,4

Letak janin
Letak janin adalah hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu. Terdiri atas
memanjang, melintang dan oblik. Letak memanjang terjadi pada lebih dari 99%

persalinan aterm.
Presentasi janin
Bagian terpresentasi adaah bagian tubuh janin yang terendah di dalam maupun di
bagian terdekat jalan lahir. Terdiri atas kepala, bokong, bahu, majemuk, wajah dan
dahi. Presentasi kepala terjadi sekitar 96,8%; bokong 2,7%; dan presentasi lain di

bawah 1%.
Postur atau sikap janin
Sikap janin terbentuk pada beberapa bulan terakhir kehamilan. Normalnya, janin
membentuk massa ovoid yang secara kasar sesuai dengan bentuk rongga rahim.
Janin menjadi terlipat atau membungkuk ke arah dirinya sendiri sehingga
punggung menjadi berbentuk cembung; kepala menjadi fleksi maksimal sehingga
dagu hampir menyentuh dada; paha terfleksi di depan abdomen; dan tungkai
tertekuk pada lutut. Pada presentasi kepala, lengan biasanya menyilang di depan

dada atau sejajar pada masing-masing sisi.


Posisi janin
Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang dianggap sebagai presentasi
janin terhadap sisi kanan atau kiri jalan lahir. Sehingga, presentasi memiliki dua

posisi yaitu kanan dan kiri. Oksiput, mentum (dagu) dan sakrum janin masingmasing menjadi penentu pada presentasi verteks, wajah atau bokong.
16. Jelaskan mengenai partograf ! 1,4,5
Tujuan partograf
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks melalui periksa dalam.


Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian

juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.


Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan,
pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medis ibu bersalin dan bayi baru lahir.

Manfaat partograf
Mencatat kemajuan persalinan
Mencatat kondisi ibu dan bayinya
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyakit persalinan
Menggunaka informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
dan tepat waktu
Cara mengisi partograf
Halaman depan partograf
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase
aktif persalinan; dan kolom untuk mencatat hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, termasuk :
1. Informasi tentang ibu
Nama, umur.
Gravida, para, abortus(keguguran)
Nomor catatan medik/nomor puskesmas
Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah: tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu)
2. Waktu pecahnya selaput ketuban
3. Kondisi janin:
DJJ (denyut jantung janin)
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit(lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin).
Warna dan adanya air ketuban
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalm dan nilai warna

air ketuban jika selaput ketuban pecah.


Dalam partograf gunakan:
U: ketuban utuh (belum pecah)
J: ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M: ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D: ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K: ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
4. Penyusupan (molase) kepala janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat
dan gunakan lambang:
0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2: tulang kepala janin saling tumpang tindih,tapi masih dapat dipisahkan.
3: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
5. Kemajuan persalinan
Pembukaan servik
Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan
jika ada tanda-tanda penyulit)

Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin


Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih
sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian
terbawah atau presentasi janin.

Garis waspada dan garis bertindak


Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
1 cm per jam.jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus
dipertimbangkan

pula

adanya

tindakan

intervensi

yang

diperlukan,misalnya: amniotomi, infus oksitosin atau persiapan rujukan.


6. Jam dan waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan
Catat waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.

Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan


Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks
di garis waspada. Kemudian catat waktu aktual pemeriksaan ini di kotak
waktu yang sesuai.

7. Kontraksi uterus
Frekuensi dan lamanya
Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit.
8. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan Iv dan
dalam satuan tetesan permenit.
Obat-obtan lainnya dan cairan IV yang diberikan
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan/atau cairan IV.
9. Kesehatan dan kenyamanan ibu
Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
- Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
- Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif
-

persalinan
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam dan cata

temperatur tubuh
10. Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya
Jumlah cairan per oral yang diberikan
Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur.
Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgin, bidan,dokter

umum)
Persiapan sebelum melakukan rujukan
Upaya rujukan

Halaman belakang partograf


Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal hal yang
terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan tindakan yang
dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV ( termasuk bayi baru lahir ). Itulah
sebab nya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.
Catatan persalinan adalah terdiri atas unsur unsur berikut:

Data dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan,
catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada
masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di

samping jawaban yang sesuai.


Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,

masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.


Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah

penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.


Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,
pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia
uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada

tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih
dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping

jawaban yang sesuai.


Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk
menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian
pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan,
dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah
disediakan.

17. Bagaimana fisiologi kelahiran plasenta ? 4


Setelah bayi lahir His mempunyai amplitudo tingginya sama hanya frekuensinya
berkurang akibatnya uterus akan mengecil sehingga mengakibatkan lepasnya
plasenta dari dinding uterus selama 6-15 menit dan karena adanya tekanan dari fundus
uteri plasenta lahir secara spontan ( fisiologis )
Tanda-tanda plasenta telah lepas :
1. Perubahan letak dan tinggi fundus, tinggi fundus adalah sepusat ibu atau 1 cm di
atas pusat. Bentuk fundus dari melebar jadi membulat
2. tali pusat semakin memanjang
3. darah mendadak dan singkat
18. Jelaskan mengenai retensio plasenta ! 1,2,3

Definisi
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah
kelahiran bayi, atau 1 -2 jam post partum tanpa perdarahan yang berlebihan jika home birth

plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan dan infeksi.
Penyebab
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua
sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).
2. Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga
terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserasio plasenta).

Penanganan :
1. Resusitasi. Pemasangan IV-line dan kateter, diberikan cairan kristaloid. Monitor
2.
3.
4.
5.

jantung : nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen.


Drips oksitosin 20 IU dalam 500 ml RL atau NaCL 0,9% sampai uterus berkontraksi.
Coba dilahirkan plasenta dengan Brandt Andrews, diberikan drips oksitosin.
Jika palsenta tidak dapat lepas, lakukan manual plasenta atas dasar iundikasi.
Jika manual plasenta tidak memungkinkan untuk dilakukan, keluarkan plasenta

dengan tang/cunam abortus, lanjutkan kuretase.


6. Pemberian obat ureterotonika, suntikan atau oral.
7. Antibiotika jika ada infeksi.
18. Jelaskan mengenai perdarahan post partum! 1,3
Definisi

Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan atau hilangnya darah500 cc atau lebih


yang terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan dapat terjadisebelum, selama, atau sesudah
lahirnya plasenta.
Berdasarkan saat terjadinya perdarahan postpartum dapat dibagi menjadi :

Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage)yang terjadi dalam 24


jam pertama setelah persalian dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai

robekan jalan lahir, dan sisa sebagian plasenta.


Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24
jam persalinan, biasanya karena sisa plasenta

Penyebab
1. Perdarahan dari tempat inplantasi plasenta
Hipotoni sampai atonia uteri
- Akibat anestesi
- Distensi berlebihan (gemelli, anak besar,hidramnion)
- Partus lama,partus kasep
- Partus presipitatus/partus terlalu cepat
- Persalinan karna induksi oksitosin
- Multiparitas
- Pernah atonia sebelumnya
Sisa plasenta
- Kotiledon/selaput ketuban tersisa
- Plasenta susenturiata
- Plasenta akreata, inkreata, prakeata
2. Perdarahan karena robekan
- Episistomi yang melebar
- Robekan pada perineum, vagina dan serviks
- Ruptur uteri
3. Gangguan koagulasi
Jarang terjadi namun bisa memperburuk keadaan di atas, misalnya trombositopenia,
sind HELLP,preeklamsia, solusio plasenta, kematian janin dalam kandungan, emboli
air ketuban.
Gejala Klinis

Perdarahan pervaginam
Konsistensi rahim lunak
Fundus uteri naik (jika pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan darah atau

selaput janin
Tanda-tanda syok

Tatalaksana
a. Hentikan perdarahan
b. Cegah/atasi syok

c. Ganti darah yg hilang /transfusi atau beri cairan RL, plasma ekspander, Dextrans
Atasi penyebab

komplikasi perdarahan post partum


-

Anemia

Kehilangan banyak darah (>500cc jam pertama)

Syok hipovolemik

Ibu meninggal

Sindrom sheehan yaitu kegagalan laktasi, amenore, atrofi payudara, rontok rambut
pubis dan aksila,superinvolusi uterus,hipotiroidi, dan insufisiensi korteks adrenal.

20. Bagaimana teknik melakukan manual plasenta ?2


Analgesi terlebih dahulu. Setelah mencapai fundus melewati dinding abdomen dengan
satu tangan, tangan yang lain masuk ke vagina dan masuk ke uterus, sepanjang tali
pusat. Secepat mungkin plasenta di di tangkap, tepi plasenta dicari dan tepi tangan
menyelip di antara plasenta dan dinding rahim. Kemudian dengan punggung tangan
yang kontak dengan uterus, plasenta di lepaskan dari perlekatannya dengan uterus
dengan gerakan yang sama sepeti merobek kertas dari buku. Setelah plasenta terlepas
semua, plasenta harus di genggam dengan seluruh tangan kemudian berangsur-angsur
di tarik. Membrane yang diangkat helai demi helai pada saat yang sama secara hatihati dari desidua, gunakan cincin forceps untuk mengenggam mereka jika perlu. Cara
lain adalah dengan mengosongkan cavitas uteri denghan sponge laparatomi.

Gambar. Teknik Manual Plasenta


21. Apa saja indikasi dan kontra indikasi manual plasenta ?2
Indikasi manual plasenta:
a. Perdarahan kala III lebih dari 200cc atau perdarahan aktif.
b. Penderita dalam narkose.
c. Riwayat perdarahan postpartum habitualis.
d. Tali pusat putus
kontraindikasi dilakukannya manual plasenta?
a. Plasenta inkreta: apabila plasenta telah menembus miometrium.
b. Plasenta perkreta: apabila plasenta telah menembus perimetrium.

23. Apa saja hal-hal yang perlu di pantau selama masa nifas ?1,2,4,7
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.Lama masa nifas ini yaitu 6 8 minggu.

Involusi Alat-alat Kandungan


1.

Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi ) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil.
Tinggi Fundus dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

2. Bekas Implantasi Plasenta


Setelah persalinan bekas implantasi merupakan suatu lukadengan permukaan yang
kasar dan menonjol ke dalam kavum uteridengan diameter 7,5 cm dan sering disangka
sebagai bagianplasenta yang tertinggal. Setelah 2 minggu diameter 3,5 cm danpada 6
minggu mencapai 2,4 cm.
3. Perubahan Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan uterus mempunyai banyak pembuluhdarah yang besar tetapi karena
setelah persalinan tidak diperlukanlagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus
mengecil lagidalam nifas.
4. Perubahan Pada Serviks
Beberapa hari setelah placenta dapat dilalui oleh 2 jari,pinggir-pinggirnya tidak rata
tetapi retak-retak karena robekandalam persalinan.
5. Pengeluaran Lochia
Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri danvagina. Lochia
merupakan sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim, terutama luka bekas
implantasi plasenta. Sifat lochia berubah seperti sekret luka, berubah menurut tingkat
penyembuhan luka

Lochia Rubra (cruenta)


- Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-seldesidua, vernik
kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.
- Lochea Sanguinolenta
- Berwarna kuning, berisi darah dan lendir hari ke 3 7 pascapersalinan.
Lochia Serosa

Setelah 3-4 hari, lochia berupa darah encer


Lochia Alba
Pada hari ke 10 menjadi cairan putih kekuning-kuningan

Lochia Statis
Lochea tidak lancar keluarnya.

Lochia Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

6. Dinding Perut dan Peritonium


Setelah persalinan dinding longgar karena terlalu lamatetapi biasanya pulih kembali
dalam 6 minggu.
7. Saluran Kencing
Buang air sulit selama 24 jam pertama, kemungkinanterdapat sparme. Urine dalam
jumlah yang besar akan dihasilkandalan waktu 12 36 jam waktu nifas, setelah
plasenta dilahirkankadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akanmengalami
penurunan yang mencolok, keadaan ini menyebabkandiuresis uterus yang akan
berdilatasi, akan kembali normal dalamwaktu 6 minggu.
8. Payudara
Keadaan mammae 2 hari pertama nifas dengan keadaan kehamilanbelum mengandung
susu, tetapi mengandung colostrum yangdapat dikeluarkan dengan memijat areola
mammae pada hari ke 3post partum, mammae menjadi besar dan keras serta nyeri
inimerupakan tanda permulaan sekresi ASI.

Kerangka Konsep
Vina, hamil aterm
Anamnesis :

Merasa mules yang menjalar


kepinggang mengeluarkan darah
disertai lendir dari vagina

Pemeriksaan :
-

Tinggi fundus uteri

Denyut jantung janin

Taksiran berat janin

Kondisi janin

Diagnosis :

Adanya
tanda-tanda

Vina

inpartu

melahirkan

Fisiologi

Asuhan

persalinan

akan

Kelainan

Fisiologi

persalinan

presentasi

kelahiran

normal

dan letak

plasenta

Masa nifas

Distosia

segera

janin

plasenta

intrauterin

Retensio
partograf

Plasenta
Perdarahan
post partum

Daftar Pustaka
1. Prawiroharjo,Sarwono.2012. Ilmu Kebidan edisi IV. Jakarta : PT Bina Pustaka
2. Cunningham,F.G.,Leveno,K.J.et.al.2012. Obsetri Williams edisi 23. Jakarta : EGC

3. Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2010. Obstetri Patologi Fakultas Kedokteran


Universitas Padjadjaran Edisi 2. Jakarta: EGC.
4. Wirakusumah, Firman F. 2010. Obsetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi edisi 2.
Jakarta : EGC
5. Siswosudarmo. 1992. Obsetri Fisiologi. Yogyakarta : Lab / UPF Kebidanan dan
Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran UGM
6. Mochtar, Rustam, Prof. Dr, MPH. 1998. Sinopsis Obtetri, Obstetri Fisiologi dan
Patologi, Jilid 1. Jakarta: EGC.
7. JNKR-KR/POGI & JHPIEGO Corporation. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan
Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Edisi ketiga. Jakarta : Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik.
8. Williams Obstetrics, Twenty-Third Edition. 2010. USA: The McGraw-Hill
Companies, Inc

Anda mungkin juga menyukai