PENDAHULUAN
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama
kurang lebih 10 minggu.1,2 Literatur lain menyebutkan bahwa mual dan muntah
terjadi 50-70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita
hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44% mengalami muntahmuntah.4 Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida.1,2 Klebanoff dkk, melaporkan bahwa lebih separuh dari 9000 wanita
mengalami muntah pada awal kehamilan.2 Borowski and associates (2003) dari
penelitiannya didapatkan 1.6% dari 9500 wanita hamil dilakukan rawat inap.
Gazmararian,dkk (2002) mempelajari lebih dari 46.000 wanita dan 0.8%
memerlukan hospitalisasi antepartum untuk hiperemesisnya.3
Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga
berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul
asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan
di rumah sakit. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan.3 Literatur lain
menyebutkan perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. 4
Literatur lain menyebutkan puncak terjadinya hiperemesis gravidarum ialah pada
minggu ke delapan dan kedua belas kehamilan.3 Sindrom ini ditandai dengan
adanya muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis karena
kelaparan, alkalosis, yang disebabkan menurunnya asam lambung dan
hipokalemia.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum (HG) adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi
buruk karena terjadi dehidrasi.1 Selain itu dapat diartikan hiperemesis gravidarum
adalah muntah-muntah yang cukup berat sehingga menyebabkan penurunan berat
badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam
hidroklorida dalam muntahan dan hipokalemia.2
2.2 Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai
pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada
minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22
minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2%
kehamilan.3,4
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.
Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya
mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan.
Insiden dikatakan meningkat pada masyarakat barat yang tinggal di daerah
perkotaan dibandingkan dengan pedesaan.4
Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi
masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.4 Morbiditas yang
ditimbulkan berupa :
1. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang
bekerja.
meningkatkan
frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan
penderita. 5
Apabila intensitas muntahnya sangat berat dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung, sehingga kadang kala dapat muncul gejala seperti
muntah darah. Gejala ini dikenal dengan nama Mallory-Weiss Syndrome. Pada
umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.4
Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara faktor
endokrin, imunologi gastrointestinal, enzim metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi
dan psikologi. 5
a. Endokrin
1. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Sampai saat ini HCG dikatakan sebagai penyebab utama dari hiperemesis
gravidarum karena dikaitkan adanya peningkatan signifikan dari HCG pada
ibu dengan hiperemesi gravidarun.5 mekanisme timbulnya masih belum
jelas namun dikatakan akibat efek stimulasi pada sistem sekresi dari GIT
dan stimulasi dari fungsi tiroid karena memiliki struktur yang mirip dengan
Thyroid Stimulating Hormon (TSH).5
Penelitian lainnya mengatakan peningkatan HCG bukan merupakan satu
satunya penyebab melainkan ada isoform spesifik dari HCG yang juga
mengakibatkan Hiperemesis gravidarum (HG). Ini ditandai dengan adanya
HCG yang lebih asam (pH <4). Kebanyakan bentuk isoform ini merupakan
akibat dari kelainan genetik ataupun hasil adaptasi terhadap lingkungan.5
2. Progesteron
Aktivitas hormonal pada saat corpus luteum merupakan paling tinggi pada
trimester pertama ketika HG sering terjadi. Penelitian menunjukkan pada
pasien dengan HG memiliki kadar progesteron yang lebih rendah. 5
3. Estrogen
Estrogen memiliki beberapa mekanisme yang dapat mengakibatkan
timbulnya HG. Kadar estrogen yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan
waktu transit dari usus dan pengosongan lambung yang dapat
mengakibatkan meningkatnya akumulasi cairan akibat peningkatan
hormone steroid. Perubahan pH pada GIT dapat meningkatkan risiko
infeksi Helicobacter Pylori sehingga dapat mengakibatkan munculnya
gejala GIT. 5
4. Thyroid Hormones
Kelenjar tiroid secara fisiologis akan meningkatkan sekresinya pada saat
kehamilan mengakibatkan peningkatan sementara tiroksin dalam darah
yang dikenal dengan nama Gestational Transient Thyrotoxicosis (GTT).
Bersamaan dengan HCG, tiroid memiliki peranan penting dalam timbulnya
HG. Mekanisme masih belum jelas, namun kemungkinan karena memiliki
struktur yang mirib dengan HCG.5
5. Leptin
Leptin merupakan hormone yang memliki peranan dalam mengatur berat
badan dan memiliki struktur yang hampir sama dengan sitokin. Hubungan
antara HG dan leptin didapatkan berdasarkan fakta bahwa leptin sering
ditemukan pada jaringan adipose dan fungsi utamanya adalah mengurangi
rasa lapar dan meningkatkan konsumsi energi dengan cara berinteraksi
dengan kortisol, tiroid dan insulin. Kadar leptin sering ditemukan pada ibu
hamil salah satunya dengan HG namun mekanismenya masih belum jelas.5
6. Adrenal Cortex
mereka hamil. 5
Tingkat I.
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,
penderita merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan
merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit,
tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan
mata cekung.1,4
Tingkat II.
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik
dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi
turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam
bau pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing.1,4
Tabel 1. Gejala Hiperemesis Gravidarum
Parameter
Kondisi umum
Tingkat I
Lemah
Tingkat II
Tingkat II
Lebih lemah dan Lebih buruk
Kesadaran
Nyeri epigastrium
Muntah
Tekanan darah
Nadi
Turgor kulit
Mata
BAK
Keton urin
Compos mentis
+
>10 kali
Menurun
>100 x/mnt
Menurun
Cekung
Normal
-/+
apatis
Apatis
++
Sering
Menurun
Meningkat
Menurun
Cekung, + ikterus
Oligouria
> +2
Somnolen
++
Berhenti
Menurun
Meningkat
Menurun
Cekung, + ikterus
Oligouria-anuria
Tingkat III.
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi
menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan
mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati.1,4
2.5 Diagnosis
Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
10
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan
muntah. Mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis
makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari
anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres, lingkungan sosial
pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis,
penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan tertentu, jika pasien
dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid
dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan
hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi
gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan
pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen,
kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk
mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.
11
Appendiksitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendiksitis akut keluhan nyeri tekan pada
perut sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa
appendiksitis akut keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda
defance musculare, dan rebound tenderness juga bisa dijadikan petunjuk
untuk membedakan wanita hamil dengan appendiksitis akut dan tanpa
appendiksitis akut.3,7,8
Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi
disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu
dilakukan pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada
urine, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah. 3,7,8
12
Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat
biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai
peningkatan SGOT dan SGPT yang nyata. Kadang-kadang sulit
membedakan pasien hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda
kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis dengan wanita
hamil yang sebelumnya memang sudah menderita hepatitis. Anamnesa
yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis. 3,7,8
Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang
hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi
hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai
hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya
dihindari karena berbahaya bagi janin. 3,7,8
2.7
Penatalaksanaan
2.7.1 Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain :
1
Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang
normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia
kehamilan 4 bulan. 1,4
Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi
yang lebih sering. 1,4
Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. 1,4
Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau
minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 1,4
13
berlangsung lama.
Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal.
Dehidrasi, yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering
Adanya aseton dalam urine.4
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan
rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu :
1 Obat-obatan.
Obat-obat yang diberikan pada wanita hamil harus memperhitungkan efek
samping dari obat tersebut agar tidak menimbulkan efek teratogenik bagi
janinnya. Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen
multivitamin, antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan
kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti
pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam
mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti histamin yang dianjurkan adalah
doxylamine dan dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan untuk
menghambat secara langsung kerja histamin pada reseptor H 1 dan secara
tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di
pusat muntah.
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan
dalam menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat
14
3 Isolasi.
Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran
udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang
diperbolehkan untuk keluar masuk kamar tersebut. Pasien tidak diberikan
makan ataupun minum selama 24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejalagejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.6,7
4 Terapi psikologik.
Terapi psikologik pada wanita hamil dapat bermanfaat. Hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses
fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik
lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan
muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.
5
Cairan parenteral.
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama
terjadi gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga
pasokan darah berkurang.2 Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis
dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan
(pure dehidration). Maka tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu
mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume normal, osmolaritas yang
efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk keseimbangan asam basa.
Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara cermat
berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium, defisit
kalium dan ada tidaknya asidosis.2
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari.
Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B
kompleks dan vitamin C, dapat diberikan pula asam amino secara intravena
apabila terjadi kekurangan protein.1
16
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu
diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu
tubuh dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.
Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum
membaik dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun
makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan
penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan
aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan salah satu cara
menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan sistem
poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.1
Tabel 2. Daldiyono score9
No
Gejala klinis
Score
Muntah
Apatis
T 90 mmHg
T 60 mmHg
N 120 x/menit
Turgor Kulit
10
11
Extremitas Dingin
12
13
Sianosis
14
Usia 50 60
15
Usia > 60
-1
-2
17
: Pasien dipuasakan
Infus Dextrosa 10%/ 5 % : RL = 4 : 1, 36 tetes/menit per 24 jam
Injeksi Primperan (Metokloperamid) 3 x 1 amp/hari
Injeksi Neurobion 500 (Vitamin B1, B6, B12) 1 x 1 amp/hari
Monitoring urin keton I, berat badan
Hari 1
: Cabut infus
Primperan (Metokloperamid) tab 3 x 1 / hari
Neurobion 500 (Vitamin B1, B6, B12) tab 2 x 1 / hari
Diet hiperemesis I (roti kering/bakar)
Monitoring urin keton II, berat badan
Hari 2
18
2.7.4
Karbohidrat tinggi
Lemak rendah
Protein sedang
Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
19
Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi
kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
c) DietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan.
Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan
semua zat gizi.
2.8
Komplikasi
Prognosis
Penelitian di Amerika melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada
kehamilan merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah
tersebut menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada
kehamilan 12 minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh
persen mengalami mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap
mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.8,9,10
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada
usia kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.10
20
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas Pasien
Nama
: KTM
3.2
Umur
: 25 tahun
Agama
: Hindu
Pendidikan
: Tamat SMA
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Alamat
Suku/Bangsa
: Bali/Indonesia
Status Nikah
: Menikah
Tanggal MRS
Anamnesis
Keluhan utama :
Perjalanan penyakit
Pasien datang sadar dengan keluhan mual dan muntah sejak 1 minggu yang
lalu, muntah-muntah awalnya hanya terjadi pada pagi hari dan setelah
makan dan minum, namun sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit
muntah dialami lebih dari 10 kali per hari dengan volume 1/2-3/4 gelas, isi
muntahan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya,
pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin
bertambah berat setelah makan dan minum, dan berkurang saat istirahat.
Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemah hingga tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa kering. Nafsu
makan dirasakan menurun karena pasien takut muntah. BAB dan BAK
dirasakan semakin menurun. Pasien buang air kecil 2x dalam sehari dengan
volume + 200 cc.
21
Ini
Riwayat ANC:
Perawatan antenatal dilakukan di Sp.OG. PP test (+), USG (+)
Riwayat Kontrasepsi: tidak ada
Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita:
Riwayat hipertensi, kencing manis, sakit jantung, asma, dan tumor
disangkal.
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:
Riwayat hipertensi, kencing manis, sakit jantung, asma, dan tumor pada
keluarga disangkal.
3.3
Pemeriksaan Fisik
Status present
Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
22
Nadi
: 110 x/menit
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 37 C
Berat badan
: 50 kg
Tinggi badan
: 155 cm
Status general
Kepala
: Normocephali
Mata
Telinga
Hidung
Leher
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
: ~ st. ginekologi
Ekstremitas
+/ +
Status Ginekologi
Abdomen
Vagina
Inspeksi V/V : Flx (-), Fl (-)
P (-), Livide (+)
VT
23
3.4
Pemeriksaan Penunjang
22 Oktober 2012
Darah Lengkap
WBC
( 3,6 11 )
RBC
( 4,4 5,9 )
HGB
14,2 mg/dl
( 13,2 17,3)
HCT
41,4%
( 40 62 )
PLT
( 150- 450 )
6
+3
Negatif
+1
N
+3
+1
Negatif
Kuning keruh
(5 8)
(negatif)
(negatif)
(negatif)
N
(negatif)
1mg/dl
(negatif)
(negatif)
Kuning
Urin Lengkap
Ph
Leukosit
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Eritrosit
Warna
Ultrasonografi :
3.6 Penatalaksanaan
Pdx
:-
Tx
MX
KIE
23-10-
Mual
St.Present
Hiperemesis
2012
(+),
T : 110/70
Gravidarum
Muntah
mmHg
Grade II hari
(-),
N : 84 x/menit
Nyeri
R : 24 x/menit
ulu hati
Tax: 36,3oC
P
Pdx: -
Tx :
1. Diet
hiperemesis I
(-)
St. General
Mata
: An -/-,
(roti kering)
2. IVFD Dex 5% :
RL ~ 4:1 ~
28tts/mnt
3. Ondasentron 1
ampul tiap 8
jam
4. Neurobion 1
ampul tiap 24
jam
St. Gin
Abd : TFU ttb,
distensi (-),
Mx :
25
BU(+)N, turgor
- Obs keluhan
kulit N
- Vital sign
- BB @ hari
Vag : dbn
- Ketonuria @ hari
BB : 50 kg
Ketonurin : -
keluarga
24-10-
Mual (-),
St.Present
Hiperemesis
2012
Muntah
T : 110/70
Gravidarum
(-)
mmHg
Grade II hari
N : 80 x/menit
II
R : 20 x/menit
Tax: 36,7oC
St. General
Mata
: An -/-,
cowong -/-
Pdx : -
Tx :
1. Diet
hiperemesis II
(bubur saring)
2. Aff infus
3. Ondansentron
3x1 tab
Thorax : Cor/Po
dbn
4. Neurobion 2x1
tab
edema -/-
St. Gin
Abd : TFU ttb,
Mx :
distensi (-),
- Obs keluhan
BU(+)N. Turgor
- Vital sign
- BB @ hari
- Ketonuria @ hari
Vag : dbn
26
keluarga
Ketonurin : -
25-10-
Keluhan
St.Present
Hiperemesis
2012
(-)
T : 110/80
Gravidarum
mmHg
Grade II hari
N : 82 x/menit
III
Pdx : USG
Tx :
R : 20 x/menit
1. Diet
Tax: 36,5oC
Hiperemesis III
(makan bebas)
St. General
Mata
2. Ondansentron
: An -/-,
3x1 tab
3. Neurobion 1x1
dbn
tab
Mx :
Obs keluhan
distensi (-),
Vital Sign
BU(+)N, turgor
Kontrol
kulit normal
poliklinik
kebidanan
Vag : dbn
BB : 51 kg
Ketonurin : -
BPL
27
28
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1
Diagnosis
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena
berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan
muntah yang berat, dimana keluhan tersebut sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari dan pekerjaanya. Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi
dehidrasi karena kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Pada
pemeriksaan fisik penderita, hal ini ditandai dengan ditemukan mata
cowong, adanya peningkatan frekuensi denyut nadi, lidah terasa kering,
BAK yang sedikit-sedikit dengan frekuensi yang menurun dan turgor yang
menurun pada penderita.
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya
riwayat telat haid sejak tanggal 8 September 2012, pasien sudah melakukan
tes kehamilan dengan hasil yang positif, sedangkan pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya hiperpigmentasi pada areola mama, inspekulo vagina
vulva ditemukan warna porsio livide, dan pada pemeriksaan dalam
ditemukan pembesaran korpus uteri sesuai dengan umur kehamilan 6-8
minggu. Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil
positif hamil 6-7 minggu.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah yang pada pemeriksaan urin
ditemukan adanya keton positif (+3).
Pasien didiagnosis hiperemesis gravidarum tingkat II, karena penderita
tampak lemah, turgor menurun, lidah kering, mata cekung, tensi turun dan
oliguria. Pada pemeriksaan urin didapatkan keton positif. Pada penderita ini
29
30
Defisit=
skor
x 10 BB x 1<
15
Defisit=
5
x 10 %x 50 x 1<
15
Defisit=1,67<
saluran
cerna
pasien.
Pemberian
makanan
akan
31
32
BAB 5
RINGKASAN
Pasien didiagnosa dengan hiperemesis gravidarum grade II berdasarkan hasil dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penyebab terjadinya
hiperemesis gravidarum inibelum diketahui secara pasti. Penanganan yang
diberikan pada pasien ini adalah terapi cairan, diet, obat-obatan dan psikoterapi.
Dilakukan monitoring keluhan, vital sign, cairan masuk, cairan keluar, ketonuria,
BB tiap hari.Dalam perjalanannya penderita mengalami perbaikan keadaan
umum, keluhan muntah-muntah sudah tidak dikeluhkan lagi dan dari pemeriksaan
keton urin memberikan hasil negatif. Pasien diizinkan pulang pada tanggal 25
Oktober 2012.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Rustam, 2001, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC.
2. Hartanto H. Penyakit Saluran Cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric
Williams. Edisi ke-21. Jakarta: EGC. 2005. hal 1424-1425.
3. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu
Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
Jakarta;2002; hal. 275-280.
4. Ogunyemi DA, 2012. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available
from: http://www.emedicine.com (Accesed : 24 Oktober 2012).
5. Verberg MFG, Gillott DJ dan Grudzinskas JG. 2005. Hyperemesis
Gravidarum, a literature review. Human Reproduction Update.vol 11.
No.5. pp. 527-539.
6. Goldberg D, Szilagyi A, Graves L: Hyperemesis gravidarum and
Helicobacter pylori infection: a systematic review. Obstet Gynecol 2007,
110:695-703.
7. Sheehan P. Hyperemesis gravidarum assessment and management. Aust
Fam Physician 2007,36:698-701.
8. Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring for women with nausea
and vomiting in pregnancy : new approaches. British Journal of
Midwifery, May 2008, Vol 16, No. 5.
9. Asih, Kampono dan Prihartono. Hubungan pajanan infeksi Helicobacter
pylori dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Majlah Obstetri
Ginekologi Indonesia. Vol 33, no 3 Juli 2009.
10. Einarson A, Maltepe C, Bukovic R, Koren G. Treatment of nausea and
vomiting in pregnancy: an updated algorithm. Can Fam Physician 2007,
53 (12):2109-2111.
34