(SKILL LABORATORY)
BLOK 2.3 (DASAR-DASAR PATOLOGI)
KONTRIBUTOR
KOORDINATOR BLOK
SEKRETARIS BLOK
: dr. Emiyati
TIM BLOK
STUDENT CENTER TEACHING: Bagian Ilmu Penyakit Dalam SMF Interne , RSD. Raden
Mattaher , Jambi .
KATA PENGANTAR
Proses pembelajaran pada Blok 2.3 (Dasar-dasar Patologi) ini merupakan integrasi dari
ilmu sistem digesti dan urinari serta sistem endokrin dan reproduksi. Dalam blok ini, mahasiswa
akan mempelajari dasar-dasar patologi yang akan diterapkan pada pembelajaran mengenai
berbagai penyakit pada blok-blok berikutnya
Untuk mendukung kemampuan tersebut, dalam blok ini mahasiswa akan dititikberatkan
pada metode belajar mandiri secara aktif serta keterampilan menyatakan pendapat baik secara
verbal maupun tertulis, terdiri dari sesi kuliah tatap muka, diskusi kelompok, dan skills lab.
Proses pembelajaran ini telah disusun sedemikian rupa dengan maksud agar mahasiswa dapat
mengembangkan kemampuan analisis, evaluasi dan argumentasi dalam konteks sosial budaya
masyarakat Indonesia dengan mempertimbangkan aspek etika kedokteran dan humaniora.
Dalam rangka mencapai tujuan akhir yaitu menjadi dokter keluarga, selain mempunyai
perilaku yang baik, beretika, seorang dokter juga harus terampil serta mampu berkomunikasi
secara efektif. Dalam blok 2.3 (Dasar-Dasar Patologi) ini mahasiswa akan mempelajari tentang
skills lab anamnesis dan penulisan rekam medis, bantuan hidup dasar, penutupan dan
pembalutan luka, serta skills terintegrasi dengan blok sebelumnya. Untuk masing-masing materi
skill lab akan dilakukan dalam 3 sesi , yang pertama merupakan sesi terbimbing dimana
mahasiswa akan didampingi oleh seorang tutor untuk masing-masing kelompok, sesi kedua
adalah feedback (proses evaluasi), dan sesi ketiga adalah ujian OSCE yang akan diadakan pada
akhir semester. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, mahasiswa diharapkan dapat
mengikuti skill lab dengan sebaik-baiknya.
Jambi,
Juni 2014
DAFTAR ISI
KONTRIBUTOR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR KOMPETENSI
28
DASAR-DASAR ANAMNESIS
32
45
DAFTAR KOMPETENSI
Berdasarkan SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) 2012, ada beberapa level
kompetensi yang harus dipenuhi oleh mahasiswa kedokteran untuk menjadi seorang dokter.
Daftar Keterampilan Klinis dikelompokkan menurut sistem tubuh manusia untuk
menghindari pengulangan. Pada setiap keterampilan klinis ditetapkan tingkat kemampuan yang
harus dicapai di akhir pendidikan dokter dengan menggunakan Piramid Miller (knows, knows
how, shows, does). Tingkat kemampuan tersebut, sebagai berikut:
Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan
psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan
keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan
komplikasi yang mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui
perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat
menggunakan ujian tulis.
Tingkat kemampuan 2 (Knows How): Pernah melihat atau didemonstrasikan
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan
penekanan pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatanuntuk
melihat dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau
pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 2 dengan menggunakan ujian tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus
secara tertulis dan/atau lisan (oral test).
Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah
supervise
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang
biomedik dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat
dan mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan
langsung pada pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga
dan/atau standardized patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan
5
KETERAMPILAN
LEVEL KOMPETENSI
1.
4A
2.
4A
3.
Alloanamnesis
dengan
anggota
keluarga/orang lain yang bermakna
4A
4.
Memperoleh
data
keluhan/masalah utama
mengenai
4A
5.
4A
6.
4A
TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu melakukan Bantuan Hidup Dasar sesuai dengan kebutuhan pasien.
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti keterampilan klinik mengenai Bantuan Hidup Dasar ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
1. Memeriksa tingkat kesadaran berdasarkan penilaian AVPU
2.
3.
4.
5.
6.
Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada korban henti nafas dan henti jantung
7.
RENCANA PEMBELAJARAN
1) Pra-sesi
- Mahasiswa menyaksikan video pemberian bantuan hidup dasar
http://www.youtube.com/watch?v=xtOZN4F4DSo
http://www.youtube.com/watch?v=OTXGbdOdH2M
http://www.youtube.com/watch?v=FREYDwotESE
SKENARIO KLINIS
Pada suatu hari, Anda sedang lari pagi di Gubernuran, tiba-tiba Anda melihat seorang
laki-laki berusia 60 tahun terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Apa yang Anda lakukan untuk menolongnya?
TINJAUAN TEORI
Basic Life support / Bantuan Hidup Dasar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang mengancam
jiwa. Sedangkan bantuan yang diberikan pada pasien /korban yang dilakukan dirumah sakit
sebagai kelanjutan dari BHD disebut Bantuan Hidup Lanjut/Advance Cardiac Life Support
(ACLS).
Yang dilakukan pada saat pertama kali menemukan pasien/korban adalah melakukan
penilaian dini guna menemukan adanya suatu keadaan yang mengancam jiwa. Aapun indikasi
dilakukannya bantuan hidup dasar (BHD) adalah :
1. Henti Napas
Merupakan suatu keadaan berhentinya pernapasan spontan disebabkan karena ganggguan
jalan napas baik parsial maupun total atau karena gangguan pusat pernapasan.
Adapun penyebab dari henti napas, yaitu :
a. Sumbatan jalan napas
Jalan napas dapat mengalami sumbatan total ataupun parsial. Sumbatan jalan napas
total dapat menyebabkan henti jantung secara mendadak karena berhentinya suplai
oksigen ke otak maupun ke miokard. Sumbatan jalan napas parsial umumnya lebih
lambat menimbulkan henti jantung, namun usaha yang dilakukan tubuh untuk bernapas
dapat menyebabkan kelelahan.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan sumbatan jalan napas :
- Benda asing ( termasuk darah)
- Muntahan
- Edem laring atau bronkus akibat trauma langsung pada wajah atau tenggorokan
- Spasme laring atau bronkus baik akibat radang atau trauma
- Tumor
b. Gangguan paru
8
Kondisi-kondisi paru yang menyebabkan gangguan oksigenasi dan ventilasi antara lain :
- Infeksi
- Aspirasi
- Edema paru
- Kontusio paru
- Keadaan tertentu yang
2. Henti Jantung
Merupakan suatu keadaan berhentinya sirkulasi peredaran darah karena kegagallan jantung
untuk melakukan kontraksi secara efektif, keadaan tersebut bisa disebabkan oleh penyakit
primer dari jantung atau penyakit sekunder non-jantung.
Kondisi primer penyebab henti jantung, yaitu :
- Gagal jantung
- Tamponade jantung
- Miokarditis
- Kardiomiopati
- Hipertrofi
- Fibrilasi ventrikel yang mungkin disebabkan oleh iskemia miokard, infark miokard,
tersengat listrik, gangguan elektrolit, atau karena konsumsi obat-obatan.
9
Survey primer BHD merupakan suatu pendekatan ABC yang menggunakan serangkaian
pemeriksaan yang berurutan.
A = Airway control atau penguasaan jalan nafas
B = Breathing Support atau bantuan pernafasan
C = Circulatory Support atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan Pijatan Jantung
Luar dan menghentikan perdarahan besar
INGAT!!! Sebelum melakukan survey BHD, kita harus memastikan bahwa lingkungan sekitar
penderita aman untuk melakukan pertolongan, dilanjutkan dengan memeriksa kemampuan
respon penderita,
sambil meminta pertolonan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat.
Alur bantuan
hidup dasar
10
Sebelum melakukan
pasien/korban, yaitu:
1. Memastikan keamanan lingkungan
Aman bagi penolong maupun aman bagi pasien/korban itu sendiri.
11
12
Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran, maka lidah mungkin jatuh ke belakang
dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan seperti ini dapat segera diperbaiki dengan cara
mengangkat dagu (head-tilt and chin-lift maneuver) atau dengan mendorong rahang ke bawah
ake arah depan (jaw-thrust maneuver). Airway selanjutnya dapat dipertahankan dengan airway
orofaringeal (oropharyngeal airway) atau nasofaringeal (nasopharyngeal airway). Tindakan
yang digunakan untuk membuka
airway dapat menyebabkan
atau
prosedur
ini
harus
Jari-jemari salah satu tangan diletakkan di bawah rahang, yang kemudian secara hati-hati
diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan.
Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut. Ibu
jari dapat juga diletakkan di belakang gigi seri (incicivus) bawah, dan dengan dagu secara
bersamaan hati-hati diangkat. Sedangkan tangan yang lain letakkan di dahi penderita dan
menekan kepala penderita ke bawah.
Maneuver chin-lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher. Manuver ini berguna pada
korban trauma karena tidak membahayakan penderita dengan kemungkinan patah ruas
13
tulang leher, dan tidak juga beresiko mengubah patah tulang tanpa cedera spinal menjadi
patah tulah dengan cedera spinal.
Apabila ditemui tanda-tanda cedera tulang belakang servikal maka lakukan imobilisasi leher
secara manual. Hal ini untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang belakang
bagian leher pasien. Setelah itu lakukan Jaw-thrust maneuver.
Jaw-thrust maneuver
Maneuver mendorong rahang (jaw-thrust)
dilakukan dengan cara memegang sudut
rahang bawah (angulus mandibulae) kiri dan
kanan, dan mendorong rahang bawah ke
depan. Pertahankan posisi mulut pasien/korban
tetap terbuka .Bila cara ini dilakukan sambil
memegang masker dari alat bag-valve, dapat dicapai kerapatan yang baik dan ventilasi yang
adekuat.
Bersihkan Jalan Nafas
Dilakukan untuk memastikan jalan nafas bebas dari sumbatan karena benda asing. Jenis-jenis
suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas, yaitu :
Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian
atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan
cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk
tangan yang digunakan untuk chin-lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk
14
menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan
korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan
oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah fingersweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu
rongga mulut dari cairan-cairan.
Gambar 4 Teknik membuka jalan nafas jaw-thrust
Sumber: American heart association; BLS
disebakan
karena
pembengkakan (edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver headtilt and chin-lift atau jaw-thrust saja.
B ( BREATHING SUPPORT) Bantuan Pernafasan
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada
saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.
Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma. Setiap
komponen ini harus dievaluasi secara cepat.
Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan. Auskultasi dilakukan
untuk memastikan masuknya udara dalam paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara
atau darah dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding
dada yang mungkin mengganggu ventilasi.
Breathing support terdiri dari 2 tahapan, yaitu :
1. Memastikan pasien/korban tidak bernafas
Dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut dalam waktu kurang dari 10 detik :
a. Lihat (Look)
- Apakah penderita mengalami agitasi atau tampak bingung. Agitasi memberi kesan
adanya hipoksia, dan tampak bingung memberi kesan adanya hiperkarbia.
- Sianosis menunjukkan hipoksemia yang disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan
dapat dilihat dengan mudah pada kuku-kuku dan kulit sekitar mulut.
15
- Lihat adanya retraksi dan penggunaan otot-otot nafas tambahan. Bila ada merupakan
bukti tambahan adanya gangguan airway.
b. Dengar (Listen) adanya suara-suara abnormal. Pernafasan yang berbunyi (suara nafas
tambahan) menunjukan pernafasan yang tersumbat.
- Mendengkur (snoring), berkumur (gurgling), dan bersiul (crowing sound, stridor)
mungkin berhubungan dengan sumbatan parsial pada faring atau laring.
- Suara parau (horseness, dysphonia) menunjukkan sumbatan pada laring
- Penderita yang melawan dan berkata-kata kasar (gaduh gelisah) mungkin mengalami
hipoksia dan sering disalah artikan sebagai kondisi keracunan/mabuk.
c. Rasakan (Feel) lokasi trakhea dengan cepat tentukan apakah trakhea berada di tengah.
a. Mulut ke mulut
Merupakan metode yang mudah dan cepat. Oksigen yang dipakai berasal dari udara yang
dikeluarkan oleh penolong. Cara melakukan pertolongan adalah:
-
Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang dilanjutkan dengan menjepit hidung
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang melakukan head tilt chin lift.
Buka sedikit mulut pasien, tarik napas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong
melingkari mulut pasien, kemudian tiupkan lambat, setiap tiupan selama 1 detik dan
pastikan dada terangkat.
Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut pasien, lihat
apakah dada pasien turun waktu ekshalasi.
Penolong meniupkan udara melalui sungkup yang diletakkan diatas dan melingkupi
mulut serta hidung pasien. Sungkup terbuat dari plastik transparan sehingga muntahan
dan warna bibir pasien dapat terlihat.
Tentukan lokasi kompresi dada dengan cara dua jari penolong ( telunjuk dan jari tengah)
menelusuri tulang iga pasien/korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu
tulang dada (sternum)
Dari tulang dada (sternum), cari processus xiphoideus, 2- 3 jari ke atas dari processus
xiphoideus, daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.
Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan
diatas telapak tangan yang lain. Hindari jari-jari menyentuh dinding dada pasien/korban.
Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien/korban dengan tenaga
dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan 1,5
2 inchi ( 4 5 cm)
Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi
semula setiap kali kompresi. Waktu penekanan dan melepaskan kompresi harus sama.
Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas 30 : 2 baik oleh satu penolong maupun dua penolong.
Kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit. Dilakukan selama 5 siklus.
19
Tindakan kompresi yang benar akan menghasilkan tekanan sistolik 60 80 mmHg dan diastolik
yang sangat rendah. Selang waktu mulai dari menemukan pasien/korban sampai dilakukan
tindakan bantuan sirkulasi tidak lebih dari 30 detik.
Jika tidak ada denyut jantung dilakukan kompresi dan bantuan nafas dengan ratio 30 : 2
Jika ada nafas dan denyut jantung teraba letakkan korban pada posisi pemulihan (recovery
position)
Jika tidak ada nafas tetapi teraba denyut jantung, berikan bantuan nafas selama 1 menit
dengan kecepatan 1 nafas setiap 6 detik dan monitor denyut jantung setiap saat.
4. Mungkin perlu diatur posisi tangan korban pengganjal kepala dan bila memungkinkan
tekuk pinggul dan kaki penopang agar ada di posisi menopang tubuh
22
ALUR BHD
PASTIKAN LINGKUNGAN AMAN
PERIKSA KESADARAN KORBAN (AVPU)
Unresponsive
MINTA PERTOLONGAN
PERBAIKI POSISI KORBAN
BEBASKAN AIRWAY
-
BREATHING
(Look, Listen and Feel)
ADA NAFAS
Recovery Position
EVALUASI
EVALUASI
23
NIM
:
SKOR
No
TAHAPAN
0
Meminta pertolongan
EVALUASI
7
8
9
10
11
12
13
25
JUMLAH
26
Keterangan:
INSTRUKTUR
0 = Tidak melakukan
1 = Melakukan tetapi salah/kurang tepat
2 = Dapat melakukan dengan benar
Nilai Mahasiswa =
KISARAN NILAI
JML
NILAI
JML
NILAI
JML
NILAI
JML
NILAI
JML
NILAI
26
100
21
80,77
16
61,54
11
42,31
23,08
25
96,15
20
76,92
15
57,69
10
38,46
19,23
24
92,31
19
73,08
14
53,85
34,62
15,38
23
88,46
18
69,23
13
50
30,77
11,53
22
84,61
17
65,38
12
46,15
26,92
07,69
03,85
26
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, dkk. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut ACLS Indonesia. Cetakan
Kedua. Jakarta : PERKI; 2010
Agus subagjo, dkk. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Dasar BCLS Indonesia.
Edisi 2011. Cetakan pertama. Jakarta : PERKI; 2011
American Heart Association. Guidelines for CPR and ECC; 2010
Purwoko. Bantuan Hidup Dasar (BHD). Surakarta : FK UNS
www.bupa.co.uk
www.huntermedic.zoomshare.com
www.jevuska.com
www.pennmedicine.org
27
RENCANA PEMBELAJARAN
1) Pra-sesi
a. Pemberian tugas bagi mahasiswa untuk mempelajari materi pasien terintegrasi dari
berbagai sumber termasuk materi skills lab dari blok-blok sebelumnya yang
berhubungan dengan materi penatalaksanaan pasien terintegrasi, dan merangkumnya
dalam bentuk artikel. (agar mahasiswa memiliki pengetahuan dasar tentang
anamnesis)
2) Sesi Pembelajaran
1. Mahasiswa secara bergantian dalam satu kelompok berlatih kasus dengan berperan
sebagai dokter.
2. Hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa adalah:
a. Mempraktekkan keterampilan anamnesis
b. Mempraktekkan keterampilan pemeriksaan fisik
28
c. Menentukan diagnosis
d. Memberikan terapi (termasuk menulis resep)
e. Menyampaikan edukasi kepada pasien
3. Yang berperan sebagai pasien adalah pasien simulasi.
4. Instruktur bertugas untuk mengobservasi dan memberikan feedback.
1. Tn.Robi 45 tahun datang dengan ke IGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 1 jam yang
lalu. Nyeri dada menjalar kelengan kiri, berlangsung lebih dari 15 menit, dan dirasakan
seperti tertindih beban berat. Keluhan tidak berkurang dengan istirahat. Selain itu, pasien juga
mengeluh ada perasaan cemas dan keringat dingin. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak
setahun yang lalu. Ayah Tn.robi 1 tahun yang lalu meninggal karena penyakit jantung
hipertensi.
Sebagai seorang dokter apa yang akan anda lakukan?
Lakukan anamnesis singkat, pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan fisik jantung
CHECK LIST
NAMA:
NIM :
PEMERIKSAAN TANDA VITAL DAN PX JANTUNG
No
Kriteria Penilaian
Skor
0
Menggali:
RPS
29
RPD
RPK
Kebiasaan dan lingkungan
5
Pemeriksaan Nadi
10
11
Pemeriksaan respirasi
12
13
14
15
16
17
Inspeksi
18
Palpasi
19
Perkusi
20
21
30
22
Auskultasi
23
24
25
26
65
Keterangan :
0 = tidak melakukan
Instruktur
Nilai Mahasiswa =
KISARAN NILAI
JML
NILAI
65
64
63
62
61
60
59
58
100
98
97
95
94
92
91
89
JML
57
56
55
54
53
52
51
50
NILAI
88
86
85
83
82
80
78
77
JML
49
48
47
46
45
44
43
42
NILAI
75
74
72
71
69
68
66
65
JML
41
40
39
38
37
36
35
34
NILAI
63
62
60
58
57
55
54
52
JML
33
32
31
30
29
28
27
26
NILAI
51
49
48
46
45
43
42
40
31
dalam
suatu
proses
interaktif,
meningkatkan
RENCANA PEMBELAJARAN
1) Pra-sesi
a. Pemberian tugas bagi mahasiswa untuk mempelajari materi anamnesis dari
berbagai sumber, dan merangkumnya dalam bentuk artikel. Diberikan sebelum
pemberian kuliah skill lab anamnesis, dan dikumpulkan sebelum kuliah. (agar
mahasiswa memiliki pengetahuan dasar tentang anamnesis)
b. Menyaksikan video anamnesis dokter-pasien.
(http://www.youtube.com/watch?v=YKF3Eo5m1P4)
c. Mengerjakan working plan (menjawab beberapa pertanyaan tentang anamnesis)
32
TINJAUAN TEORI
Komunikasi terhadap pasien terdiri dari 3 hal yang harus berjalan secara paralel yaitu
seperti yang terdapat pada diagram di bawah :
33
Lalu pada saat melakukan tahap komunikasi dokter-pasien, ada dua hal yang harus
diperhatikan yaitu :
Kemampuan
menjalin
hubungan
sambung
rasa
dengan
pasien
(The Fundamental
pekerjaan.
kepekaan seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap
penyakitnya.
Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.
5. Faktor yang memperberat keluhan.
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan,
fisik, keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman tertentu yang menambah
sakit, seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas
makan/ minum menambah sakit menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan
pankreas. Aktifitas fisik dapat menambah sakit pada pankreatitis, kholesistitis, apendisitis,
perforasi, peritonitis dan abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada
pleuritis.
36
Adakah ikterik ?
Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.
2. Mulai berfikir organ mana
menggunakan
keterampilan
interpersonal
sehingga
dibutuhkan
(untuk wanita).
37
kesehatan dan
kepercayaan).
38
39
Dari dua bagan di atas dapat kita lihat ada beberapa bagian dari anamnesis.
A. Tahap-tahap anamnesis yang terdiri atas:
1. Initial exploration
2. Further exploration : Untuk menggali lebih dalam mengenai keluhan pasien, baik dari
sisi penyakit maupun perspektif pasien.
3. Essential background information.
Baik disease framework maupun illness framework termasuk dalam tahap further
exploration.
Dari dua bagan di atas dapat kita lihat pula bahwa tujuh butir mutiara anamnesis (The
Sacred Seven) merupakan bagian dalam disease framework, dan berguna untuk mencari
kemungkinan penyakit apa yang diderita pasien.
Untuk empat pokok pikiran
(The Fundamental
sebagai berikut : Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) bagian dari initial exploration; Riwayat
Penyakit Dahulu
(RPD),
Riwayat
Kesehatan
Keluarga
serta
Riwayat
Sosial dan
40
kesempatan
pada pasien
untuk menceritakan
permasalahan
yang
dengan
penuh
perhatian.
Berilah
kesempatan
pada
pasien
untuk
berkala
buatlah
ringkasan
dari pernyataan
untuk
41
CONTOH KASUS
Seorang laki-laki umur 35 tahun mengeluh nyeri pinggang.
Anamnesis yang sistematis adalah :
Dengan menggunakan pertanyaan terbuka, galilah mengenai keluhan utama
pasien, yaitu pada kasus ini adalah : Nyeri pinggang.
Pada penggalian informasi lebih lanjut tanyakan :
1. Lokasi nyeri
3. Kuantitas nyeri
4. Kualitas nyeri
: nyeri tumpul.
5. Faktor pemberat
6. Faktor peringan
: kaku
Sistemik
Keuangan
42
NAMA :
NIM
SKOR
NO
KRITERIA
0
Page 43
pernah diderita
b. Menanyakan penyakit lain yang dulu [pernah diderita
dan sesuai/berhubungan dengan kemungkinan
diagnosis atau diagnosis banding
c. Menanyakan riwayat kesehatan yang berhubungan
dari riwayat rawat inap
8
9
10
Keterangan :
0 = tidak melakukan
Instruktur
Page 44
Nilai Mahasiswa =
JML NILAI
30
100
29
97
28
93
27
90
26
87
25
83
24
80
JML NILAI
23
77
22
73
21
70
20
67
19
63
18
60
17
57
JML NILAI
16
53
15
50
14
47
13
43
12
40
11
37
10
33
JML NILAI
9
30
8
27
7
23
6
20
5
17
4
13
3
10
REFERENSI
Ebook bates guide to physical examination
www.gobookee.org/bates-guide-to-physical-examination/
Manual skill lab semester 2, Universitas Negeri Sebelas Maret, 2012
fk.uns.ac.id Diakses 25 Oktober 2013
Silvermann, After, Kurtz, Draper, The Cambridge Calgary Observation Guide,
www.gp-training.net Diakses 26 Oktober 2013,
Standar Kompetensi Dokter Indonesia edisi ke dua 2012, Konsil Kedokteran Indonesia, 2012
www.inamc.or.id Diakses 26 Oktober 2013,
Page 45
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti keterampilan klinik pembalutan dan penutupan luka ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
1. mampu merencanakan dan mempersiapkan alat dan bahan untuk pemasangan bidai,
pembalutan luka dan pemasangan mitella.
2. Mampu menerangkan ke pasien (inform consent) tentang tindakan yang akan dilakukan
dan persetujuan atas tindakan tersebut.
4. Mampu mengajarkan kepada petugas kesehatan lainnya bagaiman cara memasang bidai,
pembalutan lika dan pemasangan mitella yang benar.
RENCANA PEMBELAJARAN
1) Pra-sesi
Mahasiswa melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyaksikan video pemasangan bidai
http://www.youtube.com/watch?v=xtOZN4F4D
b. Menyaksikan video pembalutan luka dan pemasangan mitella
c. Membuat workplan dengan template sebagai berikut:
Page 46
TINJAUAN TEORI
Pembidaian
Pembidaian atau spinting adalah salah satu cara pertolongan pertama pada
cedera/trauma pada sistem mukuloskeletal. Pembidaian bertujuan untuk menggimmobilisasi
ekstremitas yang mengelami cidera, mengurangi rasa nyeri, dan mencegah kerusakan
jaringan lebih lanjut.
Pengetahuan tentang tata cara pemasangan bidai sangat penting diketahui oleh
dokter untuk dapat memberikan tindakan pertama pada cedera muskuloskeletal sambil
menunggu tindakan yang definitif.
Tujuan Pembidaian
Terdapat lima tujuan pembidaian pada cedera muskuloskeletal :
1. Untuk mencegah derakan fragmen patah tulanga tau sendi yang mengalami dislokasi.
2. Untuk mencegah kerusakan jaringan lunak sekitar tulang yang patah.
3. Untuk mengurangi perdarahan dan bengkak.
4. Untuk mencegah terjadinya syok
5. Untuk mengurangi nyeri
Prosedur
1. Melakukan inform consent.
2. Mempersiapkan alat dan bahan untuk pembidaian yang sesuai dengan ekstremitas yang
cedera.
3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembidaian.
4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
5. Melakukan stabilitas manual pada tungkai yang mengalami cidera, dengan melakukan
gentle inline traction.
6. Melakukan padding pada tulang-tulang yang menonjol, untuk mencegah terjadinya ulkus
dekubitus.
Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA
Page 47
7. Melakukan pemasangan bidai melewati sendi proksimal dan distal dari tulang yang patah,
dan memfiksasi menggunakan verban gulung atau verban elastis dengan metode roll on.
8. Mengelevasikan tungkai yang sudah terpasang bidai.
9. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
PEMBIDAIAN PADA HUMERUS
Page 48
Page 49
Page 50
Prosedur
1. Melakukan inform consent.
2. Mempersiapkan alat balutan dengan ukuran yang tepat sesuai tungkai yang akan
dibalut.
3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembalutan.
4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
5. Melakukan stabilitas manual pada tungkai yang mengalami cidera pada posisi yang
diinginkan.
Page 51
Langkah 1
Page 52
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
LANGKAH SPIRAL TURN
Page 53
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Page 54
Langkah 5
Langkah 6
Langkah 7
Langkah 8
LANGKAH SPIRAL REVERSE TURN
Page 55
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Page 56
Langkah 5
Langkah 6
Langkah 7
LANGKAH SPICA TURN (FIGURE OF EIGHT)
1. UNTUK BAHU
Langkah 1
Page 57
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5
Page 58
Langkah 6
UNTUK KAKI
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Page 59
Langkah 4
Langkah 5
Langkah 6
Langkah 7
Page 60
Langkah 8
Mitella
Mitella adalah suatu teknik immobilisasi ekstremitas ataf menggunakan balutan berbentuk
segitiga. Mitella biasa digunakan untuk mengimmobilisasi cedera pada bahu, lengan atas dan
lengan bawah. Mitella dilakukan dengan menggunakan balutan segitiga yang berukuran 50100 cm yang terbuat dari cotton.
Tujuan Mitella
Terdapat lima tujuan pemasangan mitella pada cedera musculoskeletal:
1. Untuk menggimmobilisati lengan atas.
2. Untuk memberikan efek elevasi pada ekstremitas atas.
3. Untuk memberikan efek anti grafitasi pada cedera sendi bahu
Prosedur:
1. Melakukan inform consent.
2. Mempersiapkan alat balutan dengan ukuran yang tepat sesuai ekstremitas yang akan
dipasang mitella.
3. Harus melakukan proteksi diri sebelum melakukan pembalutan.
4. Melakukan pemeriksaan neurovaskuler distal.
5. Memposisikan ekstremitas atas pada posisi adduksi dan rotasi interna sendi bahu,
fleksi 90o sendi siku.
Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA
Page 61
6. Lakukan pemasangan mitella dengan sisi runcing ke arah sendi siku, dan dua sisi
runcing lainnya diikatkan ke samping leher.
7. Bagian akral diusahakan tidak tertutup mitella.
8. Periksa kembali neurovaskuler distal
Mittela
Gambar mitela
Sumber www.ensiklopediapramuka.com
Page 62
Armsling
Gambar armsling
Sumber www.ensiklopediapramuka.com/
Untuk Dada
Sumber www.ged.free-ed.net/
Blok 2.3 | Dasar-Dasar Patologi | 2013 | FKIK UNJA
Page 63
Untuk pinggul
Sumber www.ged.free-ed.net/
Membuat lipatan mittela menjadi bandage
Page 64
Page 65
Untuk lengan
KRITERIA
NILAI
0
- Inspeksi
- Palpasi
- Gerakan
Memilih pembalut dengan tepat
Hasil pembalutan
-
10
Keterangan :
0 = tidak melakukan
Instruktur
Page 66
Nilai Mahasiswa =
JML NILAI
10
100
9
90
8
80
7
70
6
60
5
50
JML NILAI
4
40
3
30
2
20
1
10
Daftar Pustaka
www.ensiklopediapramuka.com/ diakses pada tanggal 9 Oktober 2013
www.ged.free-ed.net diakses pada tanggal 9 Oktober 2013
Page 67