KELOMPOK TUTOR 6
Anchilostomosis et Demam Berdarah Dengue
Tutor Pembimbing:
dr. Anggelia Puspasari
Nama anggota
1. SISKA MELIANA
G1A112017
G1A112018
G1A112019
G1A112058
G1A112083
A. SKENARIO
An.B, 10 tahun, dibawa oleh ibunya ke tempat praktek dokter umum, dengan keluhan
demam. Demam dikeluhkan sejak 3 hari yang lalu, naik turun, kadang kala disertai dengan
menggigil. Menurut pengakuan sang ibu, An.B mulai lemas dan sering diam sejak 1 hari
terakhir. Bebrapa minggu sebelumnya An.B tidak nafsu makan dan cenderung malas
beraktifitas, perutnya buncit dan sering mengeluh gatal pada anusnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak lemah, kesdaran kompos mentis, TD:100/60
mmHg, nadi:100 kali/menit, nafas:25 kali/menit, temp:39,50C. Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan, konjungtiva palpebra anemis +/+, THT dalam batas normal, typoid tangue (-),
tampak ptechiae pada daerah dada, abdomen dan extremitas, pada pemeriksaan paru:
terdapat suara vesikular normal pada kedua daerah paru, abdomen membuncit, shiffing
dullnes (-) dan turgor kulit sedikit menurun dan tidak terdapat edema tungkai.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb:8 gr/dl, Ht:30 %, Leu: 3.600/ul, Tr:
100.000/ul, urinalisa: prot (+), leu 1-2/lpb, eri: 2-3/lpb. Pada pemeriksaan fese didapatkan
adanya cacing Ancylostomoma duodenale. Berat badan An.B 20 kg. Sebagai dokter di
pelayanan primer, apa yang anda lakukan pada An.B ini?
B. Klarifikasi istilah:
1. Demam
2. Gatal
3. Compos mentis
4. Tipoid tongue
5. Ptechiae
: bintik keunguan kecil pada permukaan tubuh seperti di kulit atau selaput
lendir yang disebabkan oleh pendarahan kecil. 1
6. Shiffing dullness
C. Identifikasi Masalah:
1. Jelaskan mekanisme demam dan variasi demam?
2. Jelaskan makna klinis demam 3 hari yang lalu, naik turun dan disertai menggigil?
3. Jelaskan makna klinis demam, lemas dan sering diam 1 hari terakhir?
4. Jelaskan makna klinis an.B tidak nafsu makan dan cenderung malas beraktivitas, perut buncit
dan sering mengeluh gatal pada anus sejak beberapa minggu sebelumnya dan apa penyebabnya?
5. Bagaimana interprestasi pemeriksaan fisik pada an.B disertai nilai atau keadaan normalnya?
6. Bagaimana interprestasi pemeriksaan laboratorium pada an.B disertai nilai atau keadaan
normalnya?
7. Jelaskan makna klinis terdapat cacing Ancylostoma duodenale pada feses?
8. Jelaskan mengenai cacing Ancylostoma duodenale?
9. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada an.B dan hitung status gizi berdasarkan bb/umur?
10. Sebutkan diferensial diagnosis pada keluhan an.B?
a. Demam 3 hari yang lalu:
b. Demam naik turun:
c. Lemas dan sering diam sejak 1 hari terakhir:
d. Perut buncit:
e. Gatal pada anus:
11. Apa yang terjadi pada an.B? an.B mengalami infeksi anchilostomosis et demam berdarah
dengue derajat II
I. Anchilostomosis
12. Apa definisinya?
13. Bagaimana epidemiologinya?
14. Sebutkan etiologinya?
15. Jelaskan pathogenesis dan patofisiologinya!
16. Jelaskan manifestasi klinisnya!
17. Jelaskan penatalaksanaan apa saja yang akan dilakukan (medika mentosa, non
medikamentosa, edukasi)!
18. Jelaskan apa saja yang harus di lakukan untuk pencegahan pada penyakit ini (individu dan
massal)!
19. Sebutkan komplikasi apa saja yang mungkin terjadi?
20. bagaimana prognosis penyakit ini?
D. KLARIFIKASI MASALAH
1. Jelaskan mekanisme demam dan variasi demam?2
Jawab :
Hiperpireksia >41,20C
Suhu tubuh dapat di ukur melalui aksila, oral dan rektum dengan perbedaan
selisih yang tidak terlalu jauh.
Demam menunjukkan bahwa tubuh memproduksi antibodi dan proliferasi sel
limfosit-T lebih banyak dari keadaan normal. Demam merupakan sistem pertahanan
tubuh untuk infeksi dan peninggian sushu badan memberikan suatu peluang kerja yang
optimal untuk pertahan tubuh.
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya
telah terangsan oleh pirogen eksogan yang berasal dari mikroorganisme atau merupakan
suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berasarkan suatu infeksi. Pirogen adalah protein
yang identik dengan interleukin-1. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan
asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang
langsung dapat menyebabkan suatu pireksia.
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi
perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien merasa demam.
Suhu tubuh dapat meningkat lagi bila aktivitas metabolisme meningkat karena
penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan
maka rasa demam bertambah.
Tipe demam: 2
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Disertai
keluhan menggigil dan berkeeringat. Bila demam tinggi kembali ke tingkat
normal disebut demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
normal. Perbedaan suhu dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu pada demam septik
c. Demam intermitten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana. (malaria)
d. Demam kontinyu
Suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpieksia.
e. Demam siklik
Krnaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.
2. Jelaskan makna klinis demam 3 hari yang lalu, naik turun dan disertai menggigil? 2,
Jawab :
Demam 3 hari menunjukkan serangan akut, naik turun bermakna demamnya bisa
remitten ataupun intermiten karna tidak disebutkannya perubahan suhu. Namun, dari gejala
lainnya lebih menunjukkan remitten. Menggigil merupakan kompensasi tubuh untuk
menyamakan persepsi suhu tubuh pada hipotalamus dengan seluruh tubuh.
3. Jelaskan makna klinis demam, lemas dan sering diam 1 hari terakhir?
Jawab :
-
demam terjadi karena adanya perlawan anti bodi tubuh terhadap mikroorganisme asing yg
masuk ke dalam tubuh menyebabkan pelepasan prostaglandin yang sehingga terjadi
perubahan suhu tubuh,4
lemas bisa terjadi karena kekurangan suplai makanan akibat anak tersebut nafsu makannya
berkurang dan juga adanya efek dari cacing Ancilostomiastoma duodenale yang memakan
darah yang menyebabkan anemia yang berdampak lemas dan diam. 2.3
4. Jelaskan makna klinis an.B tidak nafsu makan dan cenderung malas beraktivitas, perut
buncit dan sering mengeluh gatal pada anus sejak beberapa minggu sebelumnya dan apa
penyebabnya? 5
Jawab :
makna klinis tidak nafsu makan karena adanya proses inflamasi berupa demam sehingga
nafsu makan berkurang.
Cenderung malas beraktivitas disebabkan oleh An. B kurang medapatkan nutrisi, hal ini
dapat menyebabkan An. B lemas dan malas untuk beraktivitas karena tenaga nya yang
menurun
Perut buncit di sebabkan penumpukan cacing dlm jumlah banyak di dalam GI track yang
menyebebkan pembengkakan, dimana kita ketahui juga bahwa DBD menyebabkan
pembesaran hepar selain itu untuk perut buncit bisa di sebabkan karena cacing akan
melepaskan gas apabila telah mencerna makanan ( nutrisi ) dalam GI track.
Gatal pada anus disebabkan oleh cacing betina yang menempatkan ribuan telur setiap hari
yang dikeluarkan ke tanah melalui tinja. Hal ini dapat merangsang ujung saraf
mekanoreseptif dianus, kemudian impuls melalui serat C halus tak bermielin, sehingga akan
timbul perasaan gatal dan sensasi gatal.
5. Bagaimana interprestasi pemeriksaan fisik pada an.B disertai nilai atau keadaan
normalnya? 2. 5
Jawab :
NO PEMERIKSAAN
1 Lemah
2
INTERPRESTASI
Anemia, kurangnya
nutrisi
Sadar penuh
NILAI NORMAL
bersemangat
normal
Bayi : 70-90/50
Anak : 80-100/60
Remaja : 90-110/66
Dewasa muda :
110-125/60-70
Dewasa tua : 130-150/80-90
Bayi
: 120-130 x/mnt
Anak
: 80-90 x/mnt
Dewasa
: 70-80 x/mnt
Lansia
: 60-70 x/mnt
Kesadaran compos
mentis
TD: 100/60 mmHg
Nadi: 100x/menit
takikardi
Nafas: 25x/menit
normal
Bayi
Anak
Dewasa
: 30-40 x/mnt
: 20-30 x/mnt
: 16-20 x/mnt
Lansia
: 14-16 x/mnt
Tempratur: 39,50C
febris
Konjungtiva
palpebra anemis +/+
THT
Typoid tangue (-)
anemia
8
9
12
normal
Normal,
Menyingkirkan DD
demam typhoid
Ptechiae pada daerah Pendarahan
dada, abdomen dan
perdarahan di
extremitas (+)
subkutis yang
ditandai dengan
bercak bercak
kecil merah,
keadaan
trombositopenia
(+) suara vesikular
pada kedua daerah
paru
Abdomen buncit
13
14
10
11
15
(-) ptechiae
Normal, Tidak
terdapat asites
Kekurangan cairan
Elastis
PEMERIKSAAN
Hb: 8 gr/dl
INTERPRESTASI
Anemia berat
NILAI NORMAL
Ht: 30 %
Leu: 3.600/ul
6
7
150.000-400.000
Diagnosis pasti
infeksi
ankilostomosis
7. Jelaskan makna klinis terdapat cacing Ancylostoma duodenale pada feses? 2.3.8
Jawab :
Apabila di temukannya cacing atau telur cacing Ancylostoma duodenale pada feses,
sputum atau darah pada tinja maka merupakan diagnosis pasti infeksi ankilostomosis.
Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembap, dengan tingkat
kebersihan yang buruk. bentuk infektif dari cacing tersebut adalah bentuk filariform.
setelah cacing tersebut menetas dari telurnya, muncullah larva rhabditiform yang
kemudian akan berkembang menjadi larva filarifor.
Ujung posterior pada jantan mempunyai bursa copulatrix yang bentuknya khas
9. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada an.B dan hitung status gizi berdasarkan
bb/umur? 2
Jawab :
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7
hari
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20
mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary
refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
2. Laboratorium
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
Derajat Penyakit
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah ditemukan
trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
I
perdarahan ialah uji bendung.
Derajat Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
II
perdarahan lain.
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,
Derajat tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
III
sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak
gelisah.
Derajat Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
IV
adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian,
tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.
Rasa tidak enak pada perut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus), mencret-mencret
merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus yang terjadi lebih kurang dua minggu setelah
larva mengadakan penetrasi ke dalam kulit. Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi
cacing dan walaupun diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan anemia
tersebut tentunya tergantung pada keadaan gizi pasien.
sementara secara epidemiologis didasarkan atas berbagai catatan dan informasi terkait
dengan kejadian infeksi pada area yang sama dengan tempat tinggal penderita periode
sebelumnya. Pemeriksaan penunjang saat awal infeksi (fase migrasi larva) mendapatkan: a)
eosinofilia (1.000-4.000 sel/ml), b) feses normal, c) infiltrat patchy pada foto toraks dan d)
peningkatan kadar IgE. Pemeriksaan feses basah dengan fiksasi formalin 10% dilakukan secara
langsung dengan mikroskop cahaya. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan N. Americanus
dan A. duodenale. Pemeriksaan yang dapat membedakan kedua spesies ini ialah dengan faecal
smear pada filter paper strip Harada-Mori. Kadang-kadang perlu dibedakan secara mikroskopis
antara infeksi larva rhabditiform (L2) cacing tambang dengan larva cacing strongyloides
stercoralis.
Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing tambang di dalam
tinja pasien. Selain tinja, larva juga bisa ditemukan dalam sputum. Kadang-kadang terdapat
darah dalam tinja.
Status gizi anak B: 7
Rumus BB/U
Ket : Anak b berat 20 kg,umur 10 tahun.
Status gizi = 20/10 = 2,gizi baik sangat tinggi.
Penilaian
Antropometeri WHO-NCHS
N
Indeks
dipakai
yang Batas
Pengelompokan
Standart Baku
BB/U
TB/U
BB/TB
< -3 SD
Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD
Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD
Gizi baik
> +2 SD
Gizi lebih
< -3 SD
Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD
Pendek
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Tinggi
< -3 SD
Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD
Kurus
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Gemuk
Demam
naik
turun
Malaria
DHF
DHF
Malaria
Demam
Typhoid
Demam
Cikunguya
Demam
Influenza
TBC
Demam
Typhoid
Meningitis
Lemas dan
sering diam
sejak 1 hari
yang lalu
Anemia
Perut
Buncit
Demam
Influenza
DHF
Ascites et
causa
Hepatitis B
Sirosis
Hepatis
DHF
Malaria
Malnutrisi
Sindroma
Nefrotik
Gatal pada
anus
Demam disertai
ptechiae
Ascariasis
DHF
Ankilostomiasis
Rocky Mountain
Fever
Meningococcemi
a
Trombositopenia
purpura
Staphylococcemia
Enterobius
Vermicularis
Hemorrhoid
11. Apa yang terjadi pada an.B? an.B mengalami infeksi anchilostomosis et demam berdarah
dengue derajat II2.3.5.8
I. Anchilostomosis
12. Apa definisinya? 2.3.8
Jawab:
Ankilostomiasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus.
Telur cacing ditemukan pada feses orang yang terinfeksi cacing A.duodenale.
Dalam tanah lembab dan teduh, telur dapat menetas 1-2 hari, sedangkan pada tanah yang
kurang baik, telur menetas hingga 3 minggu.
Larva masuk kedalam tubuh manusia menembus kulit hingga jaringan bawah kulit,
saluran getah bening dan pembuluh darah.
Hari ketiga etelah menembus kulit, larva sudah di paru-paru lalu ke pembuluh darah
alveolus ke bronkus, trakea dan bersama air ludah tertelan ke dalam usus halus.
Pada usus halus, cacing menempel pada mukosa usus dan menyebabkan perlukaan dan
menggambil nutrisi tubuh hospes yang dpat menyebabkan anemia (pendarahan) dan
malnutrisi sekunder kususnya zat besi.
18. Jelaskan apa saja yang harus di lakukan untuk pencegahan pada penyakit ini! 2.3.8
Jawab :
Dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1972, DHF hanya dilaporkan di pulau Jawa
Epidemi di luar pulau Jawa, dilaporkan pada tahun 1972 (Sumatera Barat dan
Lampung), 1973 (Riau, Sulawesi Utara, dan Bali), dan 1974 (Kalimantan Selatan dan
Nusa Tenggara Barat)
Sampai pada tahun 1983, kasus DHF telah dilaporkan di seluruh provinsi di
Indonesia, kecuali Timor Timur
Di Indonesia, pengaruh musim tidak begitu jelas, tetapi secara garis besar didapatkan
kasus yang meningkat antara bulan September hingga November, dengan mencapai
puncaknya antara bulan Maret hingga Mei
Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin penderita, tetapi kematian ditemukan lebih
banyak pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki laki.
helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit
virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi.
Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemagglutinasi,
antibodi fiksasi komplemen. Proses diatas menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang
merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala
lainnya. Dapat terjadi manifetasi perdarahan karena terjadi aggregasi trombosit yang
menyebabkan trombositopenia, tetapi trombositopenia ini bersifat ringan.
Sistim vaskuler
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler
yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20%
pada kasus-kasus berat, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa perubahan
sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat. Jika penderita sudah
stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan
penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor:
perubahan vaskuler, trombositopeni dan kelainan koagulasi.
Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan
trombositopeni, dan banyak diantaranya penderita menunjukkan koagulogram yang
abnormal.
sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM yang
cepat.
Pembersaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi (20
mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillaryrefill
time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
Laboratorium:
o Trobositopenia (100.000/l atau kurang)
o Adanya kebocoran plasma larena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan
manifestasi sebagai berikut:
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis kerja DBD.
Jawab :
Penatalaksanaan
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obatobatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.
(maksimal
pemberian koloid
10-
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian
yang terlalu sedikit.
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal dan ibuprofen karena dapat
memicu adanya pendarahan
: 7 ml/kgBB/jam
: 3 ml/kgBB/jam
Pantau tanda vital dan diuresis tiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara
bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
kompensasi (compensated shock)
Perlakuan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4L/menit secara nasal
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 20ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematorkrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfusi darah/komponen.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan terlalu banyak daripada pemberian yang
trelalu sedikit.
Kelebihan cairan merupakan komplikasi penting dalam penanganan syook. Hal ini terjadi
karena :
Kelebihan dan/atau pemberian cairan yang terlalu cepat
Penggunaan jenis cairan yang hipotonik
Pemberian cairan intravena yang terlalu lama
Pemberian cairan intravena yang jumlahnya terlalu banyak dengan kebocoran hebat
Tanda awal :
Napas cepat
Tarikan dinding dada ke dalam
Efusi pleura yang luas
Asites
Edema periorbital atau jaringan lunak
Tanda lanjut kelebihan cairan yang berat :
Edema paru
Sianosis
Syok ireversibel
Tatalaksana kelebihan cairan berbeda tergantung pada keadaan apakah klinis masih
menunjukkan syok atau tidak:
Anak yang masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan yang berat
sangat sulit utuk ditangani dan berada pada risiko kematian yang tinggi, rujuk
segera
Jiika syok sudah pulih namun anak masih sukar bernafas atau bernafas cepat
dan mengalami efusi luas, berikan obat minum atau furosemid intravena
1mg/kgBB/dosis sejali atau dua kali sehari selama 24 jam dan terapi oksigen
Jika syok sudah pulih dan anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena
dan jaga anak agar tetap istirahat ditempat tidur selama 24-48 jam. Kelebihan
cairan akan diserap kembali dan hilang melalui diuresis
Indikasi Pasien Rawat :
Penderita tersangka demam berdarah derajat 1 dengan panas 3 hari atau lebih sangat
dianjurkan untuk dirawat
Tersangka demam berdarah derajat 1 disertai hiperpireksia atau tidak mau makan atau
muntah-muntah atau kejang-kejang atau hematokrit cenderung meningkat dan
trombosit cenderung turun harus dirawat.
Seluruh derajat 2, 3, 4
27. Jelaskan apa saja yang harus di lakukan untuk pencegahan pada penyakit ini ! 2.3.8
Jawab :
1. Pemberantasan
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara; Menguras, menutup, mengubur barang bekas yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
2. Fogging atau pengasapan
Foging dilaksanakan pada kasus-kasus dengan PE positif, 2 penderita positif atau lebih,
ditemukan 3 penderita demam dalam radius 100 m dari tempat tinggal penderita DBD Positif
atau ada 1 penderita DBD meninggal
3. Abatisasi
Yaitu dengan menaburkan bubuk abate ke dalam bak mandi atau tempat penampungan air.
4. Sistem kewaspadaan dini
Laporan penderita penyakit dari rumah sakit dikirim ke Puskesmas di wilayah penderita untuk
dilakukan penyelidikan epidemiologi.
2.3.8
Jawab :
Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan
penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara
langsung berhubungan dengan penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang,
terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial
E. HIPOTESIS
F. Mind mapping
An. B
Keluhan
utama
Demam
menggigil
Perut buncit
Tidak nafsu
makan
3 hari yang
Ankilostomi
Demam Berdarah
Dengue
Definisi
Epidemiologi
Klasifikasi
Etiologi
Patogenesis dan
patofisiologi
Manifestasi klinis
Penatalaksanaan
Komplikasi
prognosis
Definisi
Epidemiologi
Klasifikasi
Etiologi
Patogenesis dan
patofisiologi
Manifestasi klinis
Penatalaksanaan
Komplikasi
prognosis
G. DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31 (Alih Bahasa :
AlbertusAgung Mahode ). Jakarta : EGC