Anda di halaman 1dari 34

SKENARIO 1

KELOMPOK TUTOR 6
Anchilostomosis et Demam Berdarah Dengue

Tutor Pembimbing:
dr. Anggelia Puspasari

Nama anggota

1. SISKA MELIANA

G1A112017

2. LUSI NOVIA ALISMA

G1A112018

3. DIGA ANA RUSFI

G1A112019

4. YOGA ZUNANDI PRATAMA G1A112057


5. VIDIA HIKMANA

G1A112058

6. THOMAS GREDIO SAPUTRA G1A112060


7. ALVIN PRATAMA

G1A112083

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi


Tahun Ajaran 2014-2015

A. SKENARIO
An.B, 10 tahun, dibawa oleh ibunya ke tempat praktek dokter umum, dengan keluhan
demam. Demam dikeluhkan sejak 3 hari yang lalu, naik turun, kadang kala disertai dengan
menggigil. Menurut pengakuan sang ibu, An.B mulai lemas dan sering diam sejak 1 hari
terakhir. Bebrapa minggu sebelumnya An.B tidak nafsu makan dan cenderung malas
beraktifitas, perutnya buncit dan sering mengeluh gatal pada anusnya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tampak lemah, kesdaran kompos mentis, TD:100/60
mmHg, nadi:100 kali/menit, nafas:25 kali/menit, temp:39,50C. Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan, konjungtiva palpebra anemis +/+, THT dalam batas normal, typoid tangue (-),
tampak ptechiae pada daerah dada, abdomen dan extremitas, pada pemeriksaan paru:
terdapat suara vesikular normal pada kedua daerah paru, abdomen membuncit, shiffing
dullnes (-) dan turgor kulit sedikit menurun dan tidak terdapat edema tungkai.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb:8 gr/dl, Ht:30 %, Leu: 3.600/ul, Tr:
100.000/ul, urinalisa: prot (+), leu 1-2/lpb, eri: 2-3/lpb. Pada pemeriksaan fese didapatkan
adanya cacing Ancylostomoma duodenale. Berat badan An.B 20 kg. Sebagai dokter di
pelayanan primer, apa yang anda lakukan pada An.B ini?

B. Klarifikasi istilah:
1. Demam

: peningkatan suhu tubuh di atas normal yang di sebabkan oleh infeksi,


rektal> 38 c, oral > 37,8, aksila> 37,2. 1

2. Gatal

: sensasi kulit yang iritatif yang menimbulkan rangsanganuntuk


menggaruk. 1

3. Compos mentis

: kesadaran penuh baik terhadap dirinya dan lingkungan1

4. Tipoid tongue

: lidah kotor dengan tepi kemerahan. 1

5. Ptechiae

: bintik keunguan kecil pada permukaan tubuh seperti di kulit atau selaput
lendir yang disebabkan oleh pendarahan kecil. 1

6. Shiffing dullness

: suara pekak yang berpindah-pindah saat perkusi akibat adanya cairan


bebas di rongga abdomen. 1

C. Identifikasi Masalah:
1. Jelaskan mekanisme demam dan variasi demam?
2. Jelaskan makna klinis demam 3 hari yang lalu, naik turun dan disertai menggigil?
3. Jelaskan makna klinis demam, lemas dan sering diam 1 hari terakhir?
4. Jelaskan makna klinis an.B tidak nafsu makan dan cenderung malas beraktivitas, perut buncit
dan sering mengeluh gatal pada anus sejak beberapa minggu sebelumnya dan apa penyebabnya?
5. Bagaimana interprestasi pemeriksaan fisik pada an.B disertai nilai atau keadaan normalnya?
6. Bagaimana interprestasi pemeriksaan laboratorium pada an.B disertai nilai atau keadaan
normalnya?
7. Jelaskan makna klinis terdapat cacing Ancylostoma duodenale pada feses?
8. Jelaskan mengenai cacing Ancylostoma duodenale?
9. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada an.B dan hitung status gizi berdasarkan bb/umur?
10. Sebutkan diferensial diagnosis pada keluhan an.B?
a. Demam 3 hari yang lalu:
b. Demam naik turun:
c. Lemas dan sering diam sejak 1 hari terakhir:
d. Perut buncit:
e. Gatal pada anus:

11. Apa yang terjadi pada an.B? an.B mengalami infeksi anchilostomosis et demam berdarah
dengue derajat II

I. Anchilostomosis
12. Apa definisinya?
13. Bagaimana epidemiologinya?
14. Sebutkan etiologinya?
15. Jelaskan pathogenesis dan patofisiologinya!
16. Jelaskan manifestasi klinisnya!
17. Jelaskan penatalaksanaan apa saja yang akan dilakukan (medika mentosa, non
medikamentosa, edukasi)!

18. Jelaskan apa saja yang harus di lakukan untuk pencegahan pada penyakit ini (individu dan
massal)!
19. Sebutkan komplikasi apa saja yang mungkin terjadi?
20. bagaimana prognosis penyakit ini?

II. Demam berdarah dengue


21. Apa definisinya?
22. Bagaimana epidemiologinya?
23. Sebutkan etiologinya?
24. Jelaskan pathogenesis dan patofisiologinya!
25. Jelaskan manifestasi klinisnya!
26. Apa saja klasifikasinya?
27. Jelaskan penatalaksanaan apa saja yang akan dilakukan (medika mentosa, non
medikamentosa, edukasi)!
28. Jelaskan apa saja yang harus di lakukan untuk pencegahan pada penyakit ini (individu dan
massal)!
29 . Sebutkan komplikasi apa saja yang mungkin terjadi?
29. bagaimana prognosis penyakit ini?

D. KLARIFIKASI MASALAH
1. Jelaskan mekanisme demam dan variasi demam?2
Jawab :

Suhu tubuh normal 36,5-37,20C.

Suhu subnormal < 360C.

Hiperpireksia >41,20C

Hipotermi < 350C

Suhu tubuh dapat di ukur melalui aksila, oral dan rektum dengan perbedaan
selisih yang tidak terlalu jauh.
Demam menunjukkan bahwa tubuh memproduksi antibodi dan proliferasi sel
limfosit-T lebih banyak dari keadaan normal. Demam merupakan sistem pertahanan
tubuh untuk infeksi dan peninggian sushu badan memberikan suatu peluang kerja yang
optimal untuk pertahan tubuh.
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya
telah terangsan oleh pirogen eksogan yang berasal dari mikroorganisme atau merupakan
suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berasarkan suatu infeksi. Pirogen adalah protein
yang identik dengan interleukin-1. Di dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan
asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang
langsung dapat menyebabkan suatu pireksia.
Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi
perifer sehingga pengeluaran panas menurun dan pasien merasa demam.
Suhu tubuh dapat meningkat lagi bila aktivitas metabolisme meningkat karena
penambahan produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan
maka rasa demam bertambah.
Tipe demam: 2
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Disertai
keluhan menggigil dan berkeeringat. Bila demam tinggi kembali ke tingkat
normal disebut demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
normal. Perbedaan suhu dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu pada demam septik

c. Demam intermitten
Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut
kuartana. (malaria)
d. Demam kontinyu
Suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpieksia.
e. Demam siklik
Krnaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode
bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu
seperti semula.

2. Jelaskan makna klinis demam 3 hari yang lalu, naik turun dan disertai menggigil? 2,
Jawab :
Demam 3 hari menunjukkan serangan akut, naik turun bermakna demamnya bisa
remitten ataupun intermiten karna tidak disebutkannya perubahan suhu. Namun, dari gejala
lainnya lebih menunjukkan remitten. Menggigil merupakan kompensasi tubuh untuk
menyamakan persepsi suhu tubuh pada hipotalamus dengan seluruh tubuh.
3. Jelaskan makna klinis demam, lemas dan sering diam 1 hari terakhir?
Jawab :
-

demam terjadi karena adanya perlawan anti bodi tubuh terhadap mikroorganisme asing yg
masuk ke dalam tubuh menyebabkan pelepasan prostaglandin yang sehingga terjadi
perubahan suhu tubuh,4

lemas bisa terjadi karena kekurangan suplai makanan akibat anak tersebut nafsu makannya
berkurang dan juga adanya efek dari cacing Ancilostomiastoma duodenale yang memakan
darah yang menyebabkan anemia yang berdampak lemas dan diam. 2.3

4. Jelaskan makna klinis an.B tidak nafsu makan dan cenderung malas beraktivitas, perut
buncit dan sering mengeluh gatal pada anus sejak beberapa minggu sebelumnya dan apa
penyebabnya? 5
Jawab :

makna klinis tidak nafsu makan karena adanya proses inflamasi berupa demam sehingga
nafsu makan berkurang.

Cenderung malas beraktivitas disebabkan oleh An. B kurang medapatkan nutrisi, hal ini
dapat menyebabkan An. B lemas dan malas untuk beraktivitas karena tenaga nya yang
menurun

Perut buncit di sebabkan penumpukan cacing dlm jumlah banyak di dalam GI track yang
menyebebkan pembengkakan, dimana kita ketahui juga bahwa DBD menyebabkan
pembesaran hepar selain itu untuk perut buncit bisa di sebabkan karena cacing akan
melepaskan gas apabila telah mencerna makanan ( nutrisi ) dalam GI track.

Gatal pada anus disebabkan oleh cacing betina yang menempatkan ribuan telur setiap hari
yang dikeluarkan ke tanah melalui tinja. Hal ini dapat merangsang ujung saraf
mekanoreseptif dianus, kemudian impuls melalui serat C halus tak bermielin, sehingga akan
timbul perasaan gatal dan sensasi gatal.

5. Bagaimana interprestasi pemeriksaan fisik pada an.B disertai nilai atau keadaan
normalnya? 2. 5
Jawab :
NO PEMERIKSAAN
1 Lemah
2

INTERPRESTASI
Anemia, kurangnya
nutrisi
Sadar penuh

NILAI NORMAL
bersemangat

normal

Bayi : 70-90/50
Anak : 80-100/60
Remaja : 90-110/66
Dewasa muda :
110-125/60-70
Dewasa tua : 130-150/80-90
Bayi
: 120-130 x/mnt
Anak
: 80-90 x/mnt
Dewasa
: 70-80 x/mnt
Lansia
: 60-70 x/mnt

Kesadaran compos
mentis
TD: 100/60 mmHg

Nadi: 100x/menit

takikardi

Nafas: 25x/menit

normal

Bayi
Anak
Dewasa

: 30-40 x/mnt
: 20-30 x/mnt
: 16-20 x/mnt

Lansia

: 14-16 x/mnt

Tempratur: 39,50C

febris

Normal : 36,6oC - 37,2 oC


Sub Febris : 37 oC - 38 oC
Febris : 38 oC - 40 oC
Hiperpireksis : 40 oC - 42 oC
Hipotermi : Kurang dari 36 oC
Hipertermi : Lebih dari 40 oC

Konjungtiva
palpebra anemis +/+
THT
Typoid tangue (-)

anemia

Konjungtiva palpebra berwarna


kemerahan

8
9

12

normal
Normal,
Menyingkirkan DD
demam typhoid
Ptechiae pada daerah Pendarahan
dada, abdomen dan
perdarahan di
extremitas (+)
subkutis yang
ditandai dengan
bercak bercak
kecil merah,
keadaan
trombositopenia
(+) suara vesikular
pada kedua daerah
paru
Abdomen buncit

13

Shitting dullnes (-)

14

Turgor kulit sedikit


menurun
Edem tungkai (-)

10

11

15

(-) ptechiae

Abdomen tidak buncit dan


tidak kempis

Normal, Tidak
terdapat asites
Kekurangan cairan

Elastis

6. Bagaimana interprestasi pemeriksaan laboratorium pada an.B disertai nilai atau


keadaan normalnya? 5
Jawab :
N
O
1

PEMERIKSAAN
Hb: 8 gr/dl

INTERPRESTASI
Anemia berat

NILAI NORMAL

Anemia ringan : 9,5-13


Anemia sedang: 8-9,5
Anemia berat: < 8

Ht: 30 %

Leu: 3.600/ul

Tr: 100.000 /ul

Urinalisa: prot (+),


leu 1-2 /lpb
Eri: 2-3/lpb
Feses (+) cacing
Anchylostomosis
duodenale

6
7

Anemia defisiensi Anak 6 bl 5 th < 33%


besi
Anak 5 th 12 th <35%
Anak 12 th 15 th <36 %
Dws lk <39%
Dws pr tdk hami 36%
Ibu hamil 33%
Makrositter: defisiensi vit B12
Mikrositter: defisiensi besi
Leukopenia,
4.000-10.000
Keadaan leucopenia
ini menunjukkan
adanya infeksi virus.
Trombositopenia,
Keadaan
trombositopenia
berkaitan dengan
peninkatan resiko
perdarahan hebat
hipoalbumin

150.000-400.000

Diagnosis pasti
infeksi
ankilostomosis

7. Jelaskan makna klinis terdapat cacing Ancylostoma duodenale pada feses? 2.3.8
Jawab :
Apabila di temukannya cacing atau telur cacing Ancylostoma duodenale pada feses,
sputum atau darah pada tinja maka merupakan diagnosis pasti infeksi ankilostomosis.

8. Jelaskan mengenai cacing Ancylostoma duodenale? 6


Jawab :

Tersebar di daerah tropis dan sub tropis

Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembap, dengan tingkat
kebersihan yang buruk. bentuk infektif dari cacing tersebut adalah bentuk filariform.

setelah cacing tersebut menetas dari telurnya, muncullah larva rhabditiform yang
kemudian akan berkembang menjadi larva filarifor.

Cacing silinder kecil, berwarna putih keabu-abuan.

Ukurannya agak lebih besar dan panjang dibandingkan Necator americanus,


-

Jantan 8 mm sampai 11mm, diameter 0,4 0,5 mm

Betina 10mm sampai 13mm,diameter 0,6 mm

Pada waktu istirahat/relaxasi curvatura anterior searah dengan lengkungan tubuh


sehingga menyerupai huruf C

Betina memiliki caudal spine

Ujung posterior pada jantan mempunyai bursa copulatrix yang bentuknya khas

Cacing betina dapat memproduksi 10.000 hingga 30.000 telur perhari.

Jangka hidup rata-rata Ancylostoma duodenale adalah satu tahun.

9. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada an.B dan hitung status gizi berdasarkan
bb/umur? 2
Jawab :

Demam Berdarah Dengue 2.3.5.8


1. Klinis
Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:

Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7
hari

Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:


o uji bendung positif
o petekie, ekimosis, purpura
o perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
o hematemesis dan atau melena

Pembesaran hati

Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi ( 20
mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary
refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.

2. Laboratorium

Trombositopenia (100 000/l atau kurang)

Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan manifestasi


sebagai berikut:
o Peningkatan hematokrit 20% dari nilai standar
o Penurunan hematokrit 20%, setelah mendapat terapi cairan

o Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.

Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.

Derajat Penyakit
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah ditemukan
trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
I
perdarahan ialah uji bendung.
Derajat Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
II

perdarahan lain.
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat,

Derajat tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
III

sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak

gelisah.
Derajat Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan
IV

darah tidak terukur.

Diagnosis Anchilostomosis 2.3.5.8


Untuk kepentingan diagnosis infeksi cacing tambang dapat dilakukan secara klinis dan
epidemiologis. Secara klinis dengan mengamati gejala klinis yang terjadi pada penderita seperti :
Stadium larva:
Bila banyak larva filariform sekaligus menembus kulit, maka terjadi perubahan kulit yang
disebut grown itch. Perubahan pada paru biasanya ringan.
Stadium dewasa:
Gejala tergantung pada spesies, jumlah cacing, dan keadaan gizi penderita (Fe dan
Protein). Tiap cacing A.duodenale menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,08-0,34 cc sehari.
Biasanya terjadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat eosinofilia. Bukti

adanya toksin yang menyebabkan anemia belum ada. Biasanya tidak menyebabkan kematian,
tetapi daya tahan berkurang dan prestasi kerja menurun.
Rasa tidak enak pada perut, kembung, sering mengeluarkan gas (flatus), mencret-mencret
merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus yang terjadi lebih kurang dua minggu setelah
larva mengadakan penetrasi ke dalam kulit. Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infestasi
cacing dan walaupun diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan anemia
tersebut tentunya tergantung pada keadaan gizi pasien.
sementara secara epidemiologis didasarkan atas berbagai catatan dan informasi terkait
dengan kejadian infeksi pada area yang sama dengan tempat tinggal penderita periode
sebelumnya. Pemeriksaan penunjang saat awal infeksi (fase migrasi larva) mendapatkan: a)
eosinofilia (1.000-4.000 sel/ml), b) feses normal, c) infiltrat patchy pada foto toraks dan d)
peningkatan kadar IgE. Pemeriksaan feses basah dengan fiksasi formalin 10% dilakukan secara
langsung dengan mikroskop cahaya. Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan N. Americanus
dan A. duodenale. Pemeriksaan yang dapat membedakan kedua spesies ini ialah dengan faecal
smear pada filter paper strip Harada-Mori. Kadang-kadang perlu dibedakan secara mikroskopis
antara infeksi larva rhabditiform (L2) cacing tambang dengan larva cacing strongyloides
stercoralis.
Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing tambang di dalam
tinja pasien. Selain tinja, larva juga bisa ditemukan dalam sputum. Kadang-kadang terdapat
darah dalam tinja.
Status gizi anak B: 7
Rumus BB/U
Ket : Anak b berat 20 kg,umur 10 tahun.
Status gizi = 20/10 = 2,gizi baik sangat tinggi.
Penilaian

Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB

Antropometeri WHO-NCHS
N

Indeks

dipakai

yang Batas
Pengelompokan

Sebutan Status Gizi

Standart Baku

BB/U

TB/U

BB/TB

< -3 SD

Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD

Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD

Gizi baik

> +2 SD

Gizi lebih

< -3 SD

Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD

Pendek

- 2 s/d +2 SD

Normal

> +2 SD

Tinggi

< -3 SD

Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD

Kurus

- 2 s/d +2 SD

Normal

> +2 SD

Gemuk

10. Sebutkan diferensial diagnosis pada keluhan an.B? 2.3.8


jawab :
Demam 3
hari

Demam
naik
turun

Malaria

DHF

DHF

Malaria

Demam
Typhoid
Demam
Cikunguya
Demam
Influenza

TBC
Demam
Typhoid
Meningitis

Lemas dan
sering diam
sejak 1 hari
yang lalu
Anemia

Perut
Buncit

Demam
Influenza
DHF

Ascites et
causa
Hepatitis B
Sirosis
Hepatis
DHF

Malaria

Malnutrisi
Sindroma
Nefrotik

Gatal pada
anus

Demam disertai
ptechiae

Ascariasis

DHF

Ankilostomiasis

Rocky Mountain
Fever
Meningococcemi
a
Trombositopenia
purpura
Staphylococcemia

Enterobius
Vermicularis
Hemorrhoid

11. Apa yang terjadi pada an.B? an.B mengalami infeksi anchilostomosis et demam berdarah
dengue derajat II2.3.5.8

I. Anchilostomosis
12. Apa definisinya? 2.3.8
Jawab:
Ankilostomiasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus.

13. Bagaimana epidemiologinya? 2.3.8


Jawab :
Epidemiologi ankilstomiasis yaitu :

Infeksi sering terjadi di semua negara tropis dan subtropics

Ankilostomiasis merupakan penyakit endemic di Indonesia

Cacing Ancylostoma duodenale dan Necator americanus banyak dimukan di daerah


yang mempunyai tanah yang lembab dan teduh seperti daerah pertambangan dan
perkebunan

Banyak ditemukan pada orang orang dengan sosio-ekonomi yang rendah.

14. Sebutkan etiologinya? 2.3.8


Jawab :
Ankilostomiasis disebabkan oleh infeksi cacing Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus.
15. Jelaskan pathogenesis dan patofisiologinya! 2.3.8
Jawab :

Telur cacing ditemukan pada feses orang yang terinfeksi cacing A.duodenale.
Dalam tanah lembab dan teduh, telur dapat menetas 1-2 hari, sedangkan pada tanah yang
kurang baik, telur menetas hingga 3 minggu.
Larva masuk kedalam tubuh manusia menembus kulit hingga jaringan bawah kulit,
saluran getah bening dan pembuluh darah.
Hari ketiga etelah menembus kulit, larva sudah di paru-paru lalu ke pembuluh darah
alveolus ke bronkus, trakea dan bersama air ludah tertelan ke dalam usus halus.
Pada usus halus, cacing menempel pada mukosa usus dan menyebabkan perlukaan dan
menggambil nutrisi tubuh hospes yang dpat menyebabkan anemia (pendarahan) dan
malnutrisi sekunder kususnya zat besi.

16. Jelaskan manifestasi klinisnya! 2.3.8


Jawab :
a.
b.
c.
d.

anemia : cacing dewasa menyebabkan kehilangan darah 0,03 ml/hr


lemah, lesu, pusing, nafsu makan menurun, polineuritis
retradasi mental maupun fisik jika infeksi lama dan berat
gatal pada kaki, pruritus kulit, dermatitis kadang ruam makulo papula sampai vesikel
merupakan gejalaa infasi larva cacing.
e. Larva di paru-paru dapat menyebabkan gejala batuk darah oleh karena pecahnya kapilerkapiler dalam alveoli paru. Berat ringgannya tergantung banyaknya larva cacing yang
masuk dalam kulit
f. Rasa tidak enak pada perut, kembung, flatus, mencret yang merupakan gejalaa iritan pada
usus halus yang terjadi lebih dari dua minggu setelah larva penetrasi ke kulit.
g. Anemia 10-20 minggu setelah invasi cacing, memerlukan 500 cacing dewasa, tetapi
tergntung keadaan nutrisi host.
17. Jelaskan penatalaksanaan apa saja yang akan dilakukan! 2.3.8
Jawab :
-

Pirantel pamoat 10 mg/kg (maksimal 1 gr) dosis tunggal


Mebendazol 100 mg dua kali sehari selama 3 hari
Albendazol dengan dosis oral tunggal 400 mg
Piperazin 25 mg/kgBB, maksimum dosis pada dewasa 3,5gr
Nitazoksanid 2x500 mg untuk dewasa
Non medikamentosa

Memakai alas kaki ketika berjalan


Perbaikan gizi pada penderita yang terinfeksi

18. Jelaskan apa saja yang harus di lakukan untuk pencegahan pada penyakit ini! 2.3.8

Jawab :

Memakai alas kaki ketika berjalan.


Menjaga higenitas individu dan lingkungan, dengan mandi dua kali setiap hari, mencuci
tanggan sebelum dan setelah makan.
Setiap 6 bulan sekali meminum obat anti cacingan. Seperti pirantel pamoat dan lain-lain

19. Sebutkan komplikasi apa saja yang mungkin terjadi? 2.3.8


Jawab :

Kerusakan kulit akibat dermatitis


Anemiaa berat, gangguan pertumbuhan, perkembangan mental dan payah jantung

20. bagaimana prognosis penyakit ini? 2.3.8


Jawab :
Prognosis setelah pengobatan dan terapi dengan tepat dan benar maka akan dapat
membaik.

II. Demam berdarah dengue


21. Apa definisinya? 2.3.8
Jawab :
DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) adalah penyakit infeksi virus Dengue yang disertai
dengan perdarahan dan ditemukan hipoproteinnemia dan trombositopenia.
22. Bagaimana epidemiologinya? 2.3.8
Jawab :
Epidemiologi DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) yaitu :

Istillah Haemorrhagic Fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina


pada tahun 1953

Di Indonesia, DHF pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968

Di Jakarta laporan pertama kali pada tahun 1969

Dari tahun 1968 sampai dengan tahun 1972, DHF hanya dilaporkan di pulau Jawa

Epidemi di luar pulau Jawa, dilaporkan pada tahun 1972 (Sumatera Barat dan
Lampung), 1973 (Riau, Sulawesi Utara, dan Bali), dan 1974 (Kalimantan Selatan dan
Nusa Tenggara Barat)

Sampai pada tahun 1983, kasus DHF telah dilaporkan di seluruh provinsi di
Indonesia, kecuali Timor Timur

Di Indonesia, pengaruh musim tidak begitu jelas, tetapi secara garis besar didapatkan
kasus yang meningkat antara bulan September hingga November, dengan mencapai
puncaknya antara bulan Maret hingga Mei

Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin penderita, tetapi kematian ditemukan lebih
banyak pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki laki.

23. Sebutkan etiologinya? 2.3.8


Jawab :
DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) disebabkan oleh virus Dengue. Virus ini termasuk
dalam kelompok Arbovirus, yang mempunyai 4 serotipe. Sampai saat ini, diketahui beberapa
nyamuk sebagai vector Dengue. Di Indoonesi, ae. aegypti sebagai vector terpenting di daerah
perkotaan, dan ae. albopictus sebagai vector di daerah pedesaan.

24. Jelaskan pathogenesis dan patofisiologinya! 2.3.4.8


Jawab :
Patofisiologi
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue( DBD) disebabkan oleh virus
yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan klinis.
Perbedaan yang utama adalah pada peristiwa shok yang khas pada DBD. shok itu disebabkan
karena kebocoran plasma yang diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue hal ini
tidak terjadi.
Manifestasi klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus
akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap oleh makrofag. Segera terjadi
viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai.
Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag
menjadi APC(Antigen Presenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-

helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit
virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi.
Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemagglutinasi,
antibodi fiksasi komplemen. Proses diatas menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang
merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala
lainnya. Dapat terjadi manifetasi perdarahan karena terjadi aggregasi trombosit yang
menyebabkan trombositopenia, tetapi trombositopenia ini bersifat ringan.

Sistim vaskuler
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler
yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20%
pada kasus-kasus berat, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa perubahan
sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat. Jika penderita sudah
stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat, menimbulkan
penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS melibatkan 3 faktor:
perubahan vaskuler, trombositopeni dan kelainan koagulasi.
Hampir semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan
trombositopeni, dan banyak diantaranya penderita menunjukkan koagulogram yang
abnormal.

Sistim respon imun


Setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuiti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari.
Akibat infeksi virus ini muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti
netralisasi, antihemaglutinin, anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah
IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi
sekunder kadar antibodi yang telah ada meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90
hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik
antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer
antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG
meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat
ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis infeksi

sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM yang
cepat.

25. Jelaskan manifestasi klinisnya! 2.3.8


Jawab :
(WHO Tahun 1997)
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus selama 2-7 hari.
Terdapat manifestasi pendarahan yang terdiri dari

Uji Bendung positif

Petekie, ekimosis, purpura

Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi

Hematemesis dan atau melena

Pembersaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi (20
mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillaryrefill
time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.

Laboratorium:
o Trobositopenia (100.000/l atau kurang)
o Adanya kebocoran plasma larena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan
manifestasi sebagai berikut:

Peningkatan hematokrit 20% dari nilai standar

Penurunan hematokrit 20% setelah mendapat terapi cairan

Efusi pleural/perikardial, asites, hipoproteinemia.

Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis kerja DBD.

Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue


a. Suhu > 37,5 derajat celcius
b. Ptekie, ekimosis, purpura
c. Perdarahan mukosa
d. Rumple Leed (+)
e. Hepatomegali
f. Splenomegali
g. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda efusi pleura dan asites.
h. Hematemesis atau melena (PMK no 5 ttg panduan praktik klinis dokter di FASYANKES
primer)

26. Jelaskan penatalaksanaan apa saja yang akan dilakukan ! 2.3.8.9

Jawab :
Penatalaksanaan

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok


Anak dirawat di rumah sakit

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.

Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obatobatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.

Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:


o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral

Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.

Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock).

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok

Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.

Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.

Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB


secepatnya

(maksimal

30 menit) atau pertimbangkan

pemberian koloid

10-

20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.

Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.

Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada pemberian
yang terlalu sedikit.

A. Penatalaksanaan DBD tanpa syok


Anak dirawat dirumah sakit:

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare

Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal dan ibuprofen karena dapat
memicu adanya pendarahan

Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang

Berikan hanya larutan isotonik dan seperti ringer laktat/asetat

Kebutuhan cairan parenteral


-

Berat badan <15 kg

: 7 ml/kgBB/jam

Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

Berat badan >40 kg

: 3 ml/kgBB/jam

Pantau tanda vital dan diuresis tiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam

Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara
bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 2448 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan

Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
kompensasi (compensated shock)

B. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue dengan Syok

Perlakuan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4L/menit secara nasal

Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetat secepatnya

Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi oemberian kristaloid 20 ml/kgBB/jam


maksimal 30 ml/kgBB/jam

Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 20ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematorkrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfusi darah/komponen.

Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan terlalu banyak daripada pemberian yang
trelalu sedikit.

C. Tatalaksana Komplikasi Pendarahan


Jika terjadi pendarahan berat, segera beri darah bila mungkin. Bila tidak, beri koloid dan
segera rujuk..
D. Penanganan Kelebihan Cairan

Kelebihan cairan merupakan komplikasi penting dalam penanganan syook. Hal ini terjadi
karena :
Kelebihan dan/atau pemberian cairan yang terlalu cepat
Penggunaan jenis cairan yang hipotonik
Pemberian cairan intravena yang terlalu lama
Pemberian cairan intravena yang jumlahnya terlalu banyak dengan kebocoran hebat
Tanda awal :
Napas cepat
Tarikan dinding dada ke dalam
Efusi pleura yang luas
Asites
Edema periorbital atau jaringan lunak
Tanda lanjut kelebihan cairan yang berat :
Edema paru
Sianosis
Syok ireversibel
Tatalaksana kelebihan cairan berbeda tergantung pada keadaan apakah klinis masih
menunjukkan syok atau tidak:
Anak yang masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan yang berat
sangat sulit utuk ditangani dan berada pada risiko kematian yang tinggi, rujuk
segera
Jiika syok sudah pulih namun anak masih sukar bernafas atau bernafas cepat
dan mengalami efusi luas, berikan obat minum atau furosemid intravena
1mg/kgBB/dosis sejali atau dua kali sehari selama 24 jam dan terapi oksigen
Jika syok sudah pulih dan anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena
dan jaga anak agar tetap istirahat ditempat tidur selama 24-48 jam. Kelebihan
cairan akan diserap kembali dan hilang melalui diuresis
Indikasi Pasien Rawat :

Penderita tersangka demam berdarah derajat 1 dengan panas 3 hari atau lebih sangat
dianjurkan untuk dirawat

Tersangka demam berdarah derajat 1 disertai hiperpireksia atau tidak mau makan atau
muntah-muntah atau kejang-kejang atau hematokrit cenderung meningkat dan
trombosit cenderung turun harus dirawat.

Penderita demam berdarah derajat 1 pada follow up berikutnya ditemukan status


mental berubah, nadi menjadi cepat dan kecil, kaki tangan dingin, tekanan darah
menurun, oliguria harus dirawat (adanya tanda-tanda syok)

Segala bentuk manifestasi pendarahan

Sangat lemah sehingga asupan oral tidak adekuat

Mengantuk, lemah badan, tidur sepanjang hari ketika penurunan suhu

Jumlah trombosit <100.000/l dan atau ada kecenderungan penurunan trombosit


diikuti kenaikan hematokrit 10-20%

Nyeri abdomen akut hebat

Bukti adanya kebocoran plasma (efusi pleura, asites, dll)

Seluruh derajat 2, 3, 4

Tempat tinggal yang jauh dari RS

Indikasi Pasien Pulang :


Keadaan umum baik dan masa akritis telah berlalu atau .7 hari sejak panas.
Keadaan umum baik ditandai dengan :

Nafsu makan membaik

Keadaan klinis penderita membaik

Tidak demam paling sedikit 24 jam tanpa antipiretik

Tidak dijumpai distress pernapasan minimal syok teratasi

Trobosit .50.000 mm3

27. Jelaskan apa saja yang harus di lakukan untuk pencegahan pada penyakit ini ! 2.3.8
Jawab :
1. Pemberantasan
Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara; Menguras, menutup, mengubur barang bekas yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
2. Fogging atau pengasapan
Foging dilaksanakan pada kasus-kasus dengan PE positif, 2 penderita positif atau lebih,
ditemukan 3 penderita demam dalam radius 100 m dari tempat tinggal penderita DBD Positif
atau ada 1 penderita DBD meninggal

3. Abatisasi
Yaitu dengan menaburkan bubuk abate ke dalam bak mandi atau tempat penampungan air.
4. Sistem kewaspadaan dini
Laporan penderita penyakit dari rumah sakit dikirim ke Puskesmas di wilayah penderita untuk
dilakukan penyelidikan epidemiologi.

28. Sebutkan komplikasi apa saja yang mungkin terjadi? 2.3.8


Jawab :
Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue biasanya ringan dan dapat
sembuh sendirinya.
Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam adalah komplikasi
paling sering pada bayi dan anak-anak.
Epistaksis, petekie, dan lesi purpura tidak umum tetapi dapat terjadi pada derajat manapun.
Keluarnya darah dari epistaksis, muntah atau keluar dari rektum, dapat memberi kesan keliru
perdarahan gastrointestinal. fase febril, astenia berkepanjangan, depresi mental, bradikardia, dan
ekstrasistol ventrikular dapat terjadi.
Komplikasi akibat pelayanan yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat terjadi berupa
kelebihan cairan (fluid overload), hiperglikemia dan hipoglikemia, ketidak seimbangan elektrolit
dan asam-basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis yang buruk.

29. bagaimana prognosis penyakit ini?

2.3.8

Jawab :
Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan syok, tetapi dengan
penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan <1% kasus. Keselamatan secara
langsung berhubungan dengan penatalaksanaan awal dan intensif. Pada kasus yang jarang,
terdapat kerusakan otak yang disebabkan syok berkepanjangan atau perdarahan intrakranial

E. HIPOTESIS

An.B mengalami infeksi Anchilostomiasis et Dengue Hemoragik Fever stage II

F. Mind mapping

An. B
Keluhan
utama
Demam
menggigil

Perut buncit
Tidak nafsu
makan

3 hari yang

Ankilostomi

Demam Berdarah
Dengue

Definisi
Epidemiologi
Klasifikasi
Etiologi
Patogenesis dan
patofisiologi
Manifestasi klinis
Penatalaksanaan
Komplikasi
prognosis

Definisi
Epidemiologi
Klasifikasi
Etiologi
Patogenesis dan
patofisiologi
Manifestasi klinis
Penatalaksanaan
Komplikasi
prognosis

G. DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland, W.A Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland Ed.31 (Alih Bahasa :
AlbertusAgung Mahode ). Jakarta : EGC

2. W.Sudoyo,Aru.2009. Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta : Interna Publishing


3. Hasssan, rusepno., dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid:2. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI
4. Kumar, cotran, robbins. 2011. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta:EGC
5. Gandasoebrata,R.2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta:Penerbit Dian Rakyat
6. Susanto,inge,.Dkk. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi ke empat. Jakarta:
departemen parasitologi FKUI
7. Baron, R.A dan Byrne, D.(2004). Psikologi Sosial. Jilid 1. Edisi 10. Jakarta : Erlangga
8. Sumarmo, S. Poorwo. Soedarmo. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi
kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
9. Dengue: Guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control, WHO, 2009

Anda mungkin juga menyukai