Anda di halaman 1dari 7

1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Media tanam sangatlah penting bagi tanaman dalam pertumbuhannya.


Salah satu fungsi media tanam diantaranya sebagai tempat tumbuh tanaman,
sebagai tempat melekatnya akar tanaman, sebagai penyedia unsur hara tanaman.
Media tanam sangatlah banyak dan bermacam-macam jenisnya, ada media tanah
dan ada juga media bukan tanah. Pada praktikum Dasar Budidaya Tanaman
digunakan beberapa media termasuk juga media tanah dan yang kedua yaitu
media bukan tanah yang meliputi:1). serbuk kayu,2). cocopeat,3). kompos,4).
sekam padi,dan 5). pasir. Dari beberapa media tersebut akan digunakan sebagai
media tanam bagi beberapa bahan tanam (jagung, pegagan, kacang panjang,
kacang hijau, sansiviera, dan ubi jalar).
Pada praktikum Media dan Bahan Tanam untuk mengetahui media dan
bahan tanam yang cocok bagi tanaman, karena tidak semua tanaman cocok di
tanam pada media tertentu, dan juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman pada media tanam tertentu diantaranya suhu, kelembaban,
daya menahan air, ketersediaan unsur hara pada media tanam tertentu. Faktorfaktor tersebutlah yang bisa mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

1.2.Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini diantaranya untuk mengetahui media tanam
yang cocok dan baik bagi bahan tanam yang diuji. Membandingkan media tanam
yang cocok untuk masing-masing media bahan tanam

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Media Tanam
Media tanam sangatlah penting dalam budidaya tanaman. Media tanam
sendiri adalah tempat bagi tanaman untuk bisa berdiri tegak dan menjadi tempat
bagi akar tanaman melekat untuk memperkokoh berdirinya suatu tanaman
(Purwanto.2008).
Menurut Niaga(2005) menyatakan bahwa media tanam merupakan
komponen utama ketika akan bercocok tanam atau budidaya tanaman dan media
yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman yang akan di tanam.
Media tumbuh suatu tanaman tidak selalu tanah, media tumbuh tanaman
yang baik bisa mensuplai air, nutrisi dan udar pada akar tanaman
(Handreck.2005). Kita bisa menanam tanaman bukan pada media tanah tetapi
tanaman tidak bisa hidup tanpa adanya air. Media tanam yang baik dicirikan
dengan mampu menahan air atau mempunyai kemampuan menahan air yang
sangat baik (Gunawan.2006).
2.2.Fungsi Media Tanam
Media tanam yang merupakan tempat hidup tanaman memiliki fungsi
menyangga perakaran tanaman agar bisa berdiri tegak dan tidak mudah roboh
diterpa angin, selain itu fungsi lain dari media tanam dapat menunjang
pertumbuhan

tanaman

dalam

hal

menyediakan

unsur

hara

dan

air

(Wiryanta.2007).
Media tanam menurut Darmono(2010) berfungsi sebagai tempat
melekatnya akar tanaman dan sebagai tempat menyimpan air dan unsur hara.
Sedangkan menurut Subardja (2004) media tanam menyediakan 4 kebutuhan
tanaman yaitu menyediakan air, menyediakan unsur hara, menyediaka udara dan
sebagai tempat bertumpu akar tanaman.

2.3.Macam-macam MediaTanam
2.3.1.Tanah
Tanah ,erupakan bahan lepas yang tersusun dari batuan yang melapuk.
Media tanah yang baik untuk budidaya tanaman sebaiknya diambil dari bagian
atas yaitu bagian top soil (Harjowigeno.2009).
Dipilihnya tanah bagian top soil karena tanah pada bagian ini lebih
gembur dan subur serta memiliki jumlah pori-pori tanah yang berukuran kecil
(pori mikro) lebih banyak dari pada pori-pori yang berukuran besar.
Terdapat 3 tipe tanah menurut Harjowigeno(2009), yaitu tanah pasir, tanah
debu, dan tanah liat. Tanah dengan tekstur pasir memiliki drainase yang daik
tetapi memiliki tingkat menyimpan air yang buruk. Tanah dengan tekstur debu
memiliki drainase yang lebih rendah dari pasir tetapi lebih baik dalam menyimpan
air. Sedangkan tanah dengan tekstur Liat memiliki darainase yang lebih rendah
dari pada pasir dan debu tetapi memiliki kemampuan menyimpan air yang lebih
bak dari keduanya.
2.3.2.Bukan Tanah
Media bukan tanah merupaka media tanam yang bisa berasal dari media
organik dan media anorganik. Media tanam yang terasuk dalam kategori media
organik umumnya berasal dari kompone organisme hidup, misalnya bagian dari
tanaman seperti daun, batang, bunga, buah atau kulit kayu (Hidayat.2005).Media
organik memiliki banyak macam, diantaranya arang, batang pakis, kompos, moss,
pupuk kandang, cocopeat, sekam padi, dan humus.
Sedangkan media anorganik merupakan media tanam yang bukan berasal
dari sisa tanaman ataupun bukan berasal dari sisa sisa makhluk hidup ataupun
berasal dari bahan sintesis. Contoh dari media anorganik Gel, pasir, kerikil, spons,
perlit dan Styrofoam.

2.4.Syarat Media Tanam Yang Baik


Media tanam memiliki fungsi sebagai tempat melekatnya akar serta
menyimpan air dan unsure hara. Menurut Darmono (2010) media tanam memiliki
beberapa persyaratan antara lain tidak lekas lapuk, tidak menjadi sumber penyakit,
mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mampu mengikat air dan zat hara
secara baik.
Media tanam yang mempunyai banyak rongga member peluang bagi akar
tanaman untuk tumbuh dan berkembang ke segala arah karena akar mendapat
banyak oksigen.
2.5.Bahan Tanam
Bahan tanam adalah bagian dari pohon induk yang digunakan untuk
memperbanyak tanaman baik untuk perbanyakan secara generatif atau untuk
perbanyakan secara generative (Jumin.2012).
Jumin (2012) juga menyatakan bahwa bahan tanam yang baik harus
berasal dari pohon induk yang sehat, mudah dibiakkan, memiliki produktivitas
tinggi, berbatang kekat atau kuat, tumbuh normal, serta memiliki prakaran yang
kuat dan rimbun.
Bahan tanam yang akan ditanam pada media bisa berupa bii, benih dan
bibit. Wirawan (2002) membeikan pengertian dan perbedaan diantara biji, benih
dan bibit. Biji merupakan salah satu bagian tanaman yang berfungsi sebagai unit
penyebaran atau perbanyakan tanaman secara alamiah.
Benih merupakan biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga
dapat menjadi arana dalam memperbanyak tanaman, sedangkan bibit adalah benih
yang telah mengalami perkecambahan atau benih yang disemaikan.
2.6.Macam-macam Tipe Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan bagian-bagian biji
lainnya yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi
tumbuhan baru (Setyowati.2006)

Menurut

(Aryulina.2007)

berdasarkan

letak

perkecambahan,

tipe

perkecambahan dibedakan menjadi 2, yaitu perkecambahan epigeal dan


perkecambahan hypogeal.
a) Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
bagian hipokotil terangkat ke atas permukaan tanah. Kotiledon sebagai cadangan
makanan akan melakuka proses pembelahan dengan sangat cepat untuk
membentuk daun.

b) Perkecambahan Hipogeal
Perkecambahan hypogeal merupakan perkecanbahan yang ditandai dengan
terbentuknya bakal batang yang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan
kotiledon tetap berada di dalam tanah.

2.7. Perbanyakan Generative dan Vegetatif


2.7.1 Perbanyakan Generatif

Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan yang dilakukan


dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan dan
bunga betina. Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin
tetapi

pada

saat

ini

penyerbukan

sering

dilakukan

oleh

manusia

(Agromedia.2010).
Keunggulan tanaman hasil perbanyakan generatif adalah sistim perakaran
yang kuat. Selain itu tanaan hasil perbanyakan secara generatif juga sering
digunakan untuk konservasi lahan kritis
2.7.2 Perbanyakan Vegetatif
Perbanyakan secara vegetatif merupakan cara perbanyakan tanaman
dengan cara tidak kawin atau menggunakan bagian dari tumbuhan. Perbanyakan
tanaman secara vegetative memiliki jenis yang berbeda diantaranya grafting,
budding, cangkok, dan stek (Agromedia.2010)
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dibagi menjadi 2 yaitu vegetatif
alami dan vegetatif buatan.
2.7.4. Keuntungan dan kerugian perbanyakan Generatif dan vegetatif
Keuntungan dari perbanyakan generatif diantaranya menurut (Lewis.2008)
diantaranya adalah system perakara yang lebih kuat dan rimbun dengan perakaran
tunggang dan sering digunakan sebagai batang bawah (Rootstock), sementara itu
kekurangan dari perbanyakan secara generatif yaitu sifat biji sering menyimpang
dari indukan karena mutasi gen dan kelemahan yang lain dari generatif yaitu
untuk mendapatkan biji secara generatif harus menunggu tanaman berbuah dan
menghasilkan biji.
Keuntungan dari perbanyakan vegetatif menurut (Rao.2006) diantaranya
tanaman yang sulit dan lama untuk menghasilkan biji bisa di perbanyak dengan
menggunakan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan vegetatif lebih murah karena
bahan tanam bisa didapat dari bagian tanaman. Sedangkan kekurangnnya adalah
tanaman dengan perbanyakan vegetatif tidak mempunyai variasi karena sifat yang
identik dengan induk. Tanaman dengan vegetatif tidak memiliki system perakaran
yang kuat.

2.7.4.Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perbanyakan Vegetatif


dan Generatif
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu perbanyakan
baik perbanyakan secara generatif maupun perbanyakan secara vegetatif. Faktorfaktor tersebut menurut Vega (2011) diantaranya faktor ekternal dan internal.
Factor eksternal yang mempenyaruhi keberhasilan suatu perbanyakan
diantaranya Suhu lingkungan, kelembaban, cahaya matahari, dan factor hama dan
penyakit tanaman.
Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan adalah faktor
hormon. Hormon pada tumbuhan yang mempengaruhi adalah hormon Auksin dan
Giberelin. Hormon Auksin mempengaruhi pertumbuhan tanaman ke atas dan
hormon Giberelin mempengaruhi pertumbuhan tanaman menyamping atau
membesar.

Anda mungkin juga menyukai