Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Lingkungan Pemukiman dan Hubunganya dengan Kesehatan

2.1.1

Pengertian Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang

optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang


optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan air kotoran atau limbah dan sebagianya. Adapun yang dimaksud dengan
usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha memperbaiki atau mengoptimumkan
lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya
kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya (Azwar, 1979).
Al Slamet Riyadi mengemukakan bahwa defenisi lingkungan adalah tempat
pemukiman segala sesuatunya dimana mikroorganisme itu hidup berserta segala
keadaan dan kondisinya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat diduga
ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.
2.1.2

Pengertian Lingkungan Pemukiman


Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup yang digunakan sebagai

tempat

tinggal

dari

sekelompok manusia yang saling berinter - aksi serta

berhubungan setiap hari dalam rangka untuk mewujudkan masyarakat yang tenteram,
aman dan damai. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi

8
Universitas Sumatera Utara

sebagai hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan (Depkes RI, 1999).
Pemukiman adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk
tempat berlindung, termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,
perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rokhani serta keadaan
sosialnya, baik untuk keluarga maupun individu. Pemukiman atau perumahan sangat
berhubungan dengan kondisi ekonomi sosial, pendidikan, tradisi atau kebiasaan,
suku, geografi dan kondisi lokal. Selain itu lingkungan perumahan atau pemukiman
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan kualitas lingkungan
perumahan tersebut antara lain fasilitas pelayanan, perlengkapan, peralatan yang
dapat menunjang terselenggaranya kesehatan fisik,

kesehatan mental, kesehatan

sosial bagi individu dan keluarganya (Sarudji, 2010).


Menurut WHO Penyehatan lingkungan tempat pemukiman adalah segala
upaya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan tempat pemukiman beserta
lingkungannya dan pengaruhnya terhadap manusia. Hubungan Pemukiman dan
Kesehatan adalah Kondisi- kondisi ekonomi, sosial, pendidikan, tradisi/kebiasaan,
suku, geografi dan kondisi lokal sangat terkait dengan pemukiman/perumahan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang dapat menentukan kualitas
lingkungan perumahan / pemukiman antara lain : fasilitas pelayanan, perlengkapan,
peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya keadaan fisik, kesehatan mental,
kesejahteraan sosial bagi individu dan keluarganya (Kusnoputranto, 1996).

Universitas Sumatera Utara

10

2.1.3

Sanitasi Rumah
Pengertian Sanitasi yang dikemukakan oleh Elher dan Stell adalah usaha

usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat
merupakan mata rantai penularan penyakit. Sedangkan pendapat lain Sanitasi
merupakan usaha usaha pengawasan yang ada dalam lingkungan fisik yang
memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan
sosial (Kusnoprutanto, 1996).
Rumah adalah tempat berlindung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (
misalnya hujan, matahari, dan lain lain ) serta merupakan tempat untuk beristirahat
setelah bertugas memenuhi kebutuhan sehari hari. Dari pengertian tersebut sanitasi
rumah adalah usaha pengawasan terhadap suatu tempat yang dipakai untuk
berlindung dan beristirahat terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan penghuninya (Sarudji, 2010).
2.1.4

Rumah Sehat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan rumah sebagai tempat

untuk tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani, rohani dan sosial. Artinya dalam
rumah diperlukan segala fasilitas untuk tumbuh dan berkembang. Fasilitas tersebut
harus ada didekat rumah seperti sekolah, toko, pasar, tempat kerja, fasilitas air bersih,
sanitasi dan lain lain (Wahyuningsih, 1999).
Rumah sehat adalah tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk
beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun mental. APHA (American Public Health Association) telah merumuskan 4

Universitas Sumatera Utara

11

fungsi pokok dari rumah sebagai tempat tinggal yang sehat bagi setiap manusia dan
keluarga selama masa hidupnya yang meliputi : (Wahyuningsih, 1999)
1. Rumah adalah tempat memenuhi kebutuhan jasmani (fisik) manusia yang
pokok.
2. Rumah adalah tempat memenuhi kebutuhan rohani (psikis) manusia yang
pokok.
3. Rumah adalah tempat perlindungan terhadap penyakit menular.
4. Rumah adalah tempat perlindungan terhadap kecelakaan.
2.2

Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal


Rumah sehat dapat diartikan sebagia tempat berlindung, bernaung dan tempat

untuk beristirahat sehingga menimbulkan

kehidupan yang sempurna baik fisik,

rohani maupun sosial. Dengan adanya fungsi dan peranan dari rumah maka
selayaknya setiap individu mendapatkan rumah yang sehat dan layak (Depkes
RI,1994). Adapun persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal (Permenkes
No.829/1999) adalah sebagai berikut :
1.

Bahan bangunan
a.

Tidak terbuat dari bahan bahan yang dapat mengeluarkan zat zat
yang membahayakan kesehatan, antara lain :
1) Debu total tidak lebih dari 150g/m3
2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam
3) Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg

b.

Tidak

terbuat

dari

bahan

yang

dapat

menjadi

tumbuh

dan

berkembangnya mikroorganisme pathogen.

Universitas Sumatera Utara

12

2.

Komponen penataan ruang


Komponen rumah harus memiliki persyaratan fisik dan biologis sebagai
berikut :
a.

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b.

Dinding :
1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan daran ventilasi
sebagai tempat pertukaran udara.
2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah
dibersihkan.

c.

Langit langit harus mudah dibersihkan dan rawan kecelakaan.

d.

Ruang didalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu,
ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, dapur, kamar mandi dan
ruang bermain anak.

e.
3.

Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak
menyilaukan.

4.

Kualitas Udara
Kualitas udara dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a.

Suhu udara berkisar antara 18 300C

b.

Kelembaban udara berkisar antara 40% - 70%

c.

Konsentrasi gas SO2, tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam.

Universitas Sumatera Utara

13

5.

d.

Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam.

e.

Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m 2

Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari
luas lantai.

6.

Air
a.

Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang

b.

Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih


dan/atau air minum sesuai dengan peraturan perundang undangan yang
berlaku.

7.

Limbah
a.

Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

b.

Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran


terhadap permukaan tanah serta air tanah.

8.

Kepadatan Hunian Ruang Tidur


Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan lebih dari 2 orang dalam

satu ruang tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun.


2.3

Pengertian Campak
Penyakit campak dikenal juga dengan istilah morbilli dalam bahasa latin dan

meales dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular
yang disebabkan oleh virus dan dapat mendatangkan komplikasi serius, dengan gejala
gejala eksanterm akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran

Universitas Sumatera Utara

14

pernafasan, gejala gejala mata, kemudian diikuti erupsi makupopular yang


berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit (Carol, 2007).
Penyakit Campak adalah yang sangat potensial untuk menimbulkan wabah,
penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi campak. Tanpa program
imunisasi, 90% dari mereka yang mencapai usia 20 tahun pernah menderita Campak.
Dengan cakupan Campak yang mencapai lebih dari 90% dan merata sampai ke
tingkat desa diharapkan jumlah kasus Campak akan menurun oleh karena
terbentuknya kekebalan kelompok (Depkes RI, 2010).
Gejala klinis penyakit campak adalah demam > 38 selama 3 hari atau lebih
disertai bercak kemerahan berbentuk maku popular, batuk, pilek atau mata merah,
khas ditemukan bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian
dalam.(Soedarto,2004)
Tersangka KLB yaitu adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu
berturut turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan dengan
epidemiologi. Kriteria KLB campak yang diambil adalah 5 orang atau lebih penderita
suspek campak dalam 1 wilayah desa dalam 1 peroide waktu bulan yang
sama(Depkes RI,1994).
2.4

Penyebab Penyakit Campak


Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk golongan

paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris tengah
140 milimikron, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein,
yang dalamnya terdapat nulkeokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein
yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur heliks nucleoprotein

Universitas Sumatera Utara

15

yang berada dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukan tonjolan pendek, satu
protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin (Depkes RI,
1994).
2.5

Sifat Virus Campak


Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat,

apabila berada diluar tubuh manusia virus campak akan mati. Pada temperature
kamar virus campak kehilangan 60% sifat infeksitasnya selama 3 5 hari. Tanpa
media protein virus campak hanya akan hidup selama 2 minggu dan hancur oleh sinar
ultra violet, Virus Campak dapat tumbuh dengan cepat dan mencapai maksimum
selama 2 4 hari (Depkes RI, 1994).
Agent Campak adalah measles virus yang termasuk dalam famili
paramyxoviridae anggota genus morbilivirus. Virus Campak sangat sensitif terhadap
temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat celcius, bila
dimasukkan kedalam lemari es selama beberapa jam dan pembekuan lambat maka
infektifitasnya akan hilang, campak biasanya ditularkan melalui udara saat penderita
batuk atau bersin, campak merupakan infeksi manusia yang paling mudah ditularkan
dengan berada didalam ruangan yang sama dengan seseorang penderita campak dapat
menyebabkan infeksi (Chin, 2007).
2.6

Cara Penularan Penyakit Campak


Virus campak ditularkan dari orang ke orang,manusia merupakan satu-satunya

reservoir penyakit campak. Virus campak berada di secret nasoparing dan didalam
darah minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat setelah timbul ruam.
Penularan terjadi melalui udara dengan penyebaran droplet, kontak langsung dengan

Universitas Sumatera Utara

16

sekresi hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi
mulai dari hari pertama sebelum munculnya ruam, antara 1 2

hari sebelum

timbulnya gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Dengan masa inkubasi
berkisar antara 7 8 hari atau rata rata 10 hari.(Chin, 2007).
2.7

Distribusi Penyakit Campak

a. Orang
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak
anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau kadang kala pada remaja
dan dewasa. Penyebaran

penyakit campak berdasarkan umur berbeda dari satu

daerah dengan daerah lain, tergantung dari kepadatan penduduknya, terisolasi atau
tidaknya daerah itu. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil, epidemik
cenderung terjadi lebih luas dan berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan
memiliki imunitas seumur hidup (Chin, 2000).
b. Tempat
Berdasarkan tempat penyebaran penyakit campak berbeda, dimana pada
daerah perkotaan siklus epidemik campak terjadi setiap 2 4 tahun sekali, sedangkan
di daerah pedesaan (terpencil) penyakit campak jarang terjadi, tetapi bila sewaktu
waktu terjadi penyakit campak maka serangan dapat bersifat wabah dan menyerang
kelompok umur yang rentan (Depkes RI, 2009).
c. Waktu
Virus campak menagalami keadaan yang paling stabil pada kelembaban
dibawa 40%. Udara yang kering menimbulkan efek positif pada virus dan
meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat penghangat ruangan seperti

Universitas Sumatera Utara

17

pada musim dingin di daerah yang memiliki 4 musim, lain halnya dengan di Negara
tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi
populasi yang belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan
menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.(Haaneim, 2002)
Dari hasil penelitian oleh Jusak di rumah sakit umum daerah Dr. Sutomo,
ditemukan campak di Indonesia sepanjang tahun, dimana peningkatan kasus dapat
terjadi pada bulan maret dan mencapai puncak pada bulan Mei, Agustus, September
(Depkes RI, 1994).
2.8

Determinan Penyakit Campak

2.8.1

Faktor Host

a. Status iminusasi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut
(misalnya vaksin polio) (Depkes RI, 2004).
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak ia terpapar antigen yang serupa
tidak pernah terjadi penyakit. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anakanak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa,
sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya (Wahab, 2002).

Universitas Sumatera Utara

18

Tujuan memberikan imunisasi adalah untuk meningkatkan kekebalan anak


terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Balita yang tidak mendapat imunisasi campak kemungkinan kena penyakit campak
sangat besar. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan penularan agen
infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan untuk terpajan pada agen
tersebut (Chin, 2000).
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu
kali pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak ini diberikan melalui
subkutan. Imunisasi ini mempunyai efek samping seperti terjadinya ruam pada
tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam
memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. Campak lebih banyak di derita
pada balita dan anak usia sekolah, karena tubuhnya yang masih labih sehingga rentan
terhadap penularan penyakit campak (Hidayat, 2008).
Dari hasil penyelidikan tim Ditjen PPM & PLP dan fakulas Kedokteran UI
tentang KLB campak di desa Cinta Manis banyuasin Sumatera Selatan, ditemukan
balita yang tidak mendapatka imunisasi campak mempunyai resiko 5 kali lebih besar
untuk terkena campak disbanding balita yang mendapat imunisasi.
b. Status gizi
Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit campak dari pada balita yang gizi baik. Seperti penelitian Sulung di

Universitas Sumatera Utara

19

puskesmas Kori Kecamatan Kodi Utaran kabupaten smatera barat dengan desain
cross sectional terhadap anak berumur 6 bulan 15 tahun mendapatkan hasil bahwa
kejadian campak ada hubungannya dengan status gizi dimana anak dengan status gizi
kurang mempunyai resiko 2,9 kali lebih besar untuk terkena campak.
2.8.2

Faktor lingkungan
Virus campak sangat mudah menular, lingkungan merupakan salah satu faktor

penyebab penularan penyakit campak, faktor faktor lingkungan tersebut adalah


kepadatan hunian,ventilasi, pencahayaan dan keterjangkauan Pelayanan Kesehatan,
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi, adalah merupakan daerah yang rawan terhadap
penularan penyakit campak (Mukono, 2006). Penelitian Marniasih di Wilayah kerja
Puskesmas Natar Kabupaten Lampung Selatan bahwa faktor yang berhubungan
dengan kejadian campak adalah kondisi ventilasi dengan p-value=0,016 dan
penelitian Hardi di Desa Semangut Kecamatan Buntut Hulu Kabupaten Kapuas Hulu
Kalimantan Selatan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor lingkungan,
meliputi kepadatan Hunian (p=0,040) dan luas Ventilasi (p=0,0001), sehingga di
sarankan agar menyediakan program rumah sehat terutama di daerah potensial
wabah.
a. Kepadatan Hunian
Kepadatan hunian merupakan persemaian subur bagi virus, sekaligus sarana
eksperimen rekayasa genetik secara ilmiah (Acmadi, 2008). Kepadatan huniaan dapat
dapat mempermudah penularan yang menular melalui udara, terutama penyakit
campak yang penularannya terjadi saat percikan ludah atau cairan yang keluar ketika

Universitas Sumatera Utara

20

penderita bersin. Menurut Pudjiastuti (1998) kepadatan hunian juga mempengaruhi


kualitas udara dalam ruangan. Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk
penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan
semakin cepat udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam
rumah akan cepat meningkatkan dan akan menurunkan kadar O2 dalam rumah.
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan
menyebabkan over crowded, hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan
kurang konsumsi O2, juga bila salah satu anggota keluarga terkena infeksi penyakit
menular akan menularkan kepada anggota keluarga yang lain (Mukono, 2006).
Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

829/Menkes/SK/VII/ 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas kamar


tidur minimal 8 meter persegi dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur
dalam satu ruangan.
b. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai fungsi antara lain menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tetap segar. Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar dan
pengluaran udara kotor secara alamiah atau mekanis harus cukup, ventilasi
bermanfaat untuk sirkulasi udara dalam ruangan serta mengurangi kelembaban, suhu
ruangan dalam rumah yang ideal adalah berkisar antara 18 10 0C. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah sehingga
kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu

Universitas Sumatera Utara

21

tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini
akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri dan virus penyebab penyakit,
(Mukono, 2006).
Menurut Soedarto (1995) Ventilasi yang tidak baik akan menyebabkan
transmisi melalui udara dengan penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret
hidung atau tenggorokan dari orang-orang yang terinfeks Secara umum, penilaian
ventilasi rumah dengan cara membandingkan antara luas ventilasi dan luas lantai
rumah dengan menggunakan role meter.
Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

829/Menkes/SK/VII/ 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas ventilasi


alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Menurut Achmadi, ventilasi
mempengaruhi proses dilusi udara, juga dengan kata lain mengencerkan konsntrasi
debu ataupun kotoran terbawa keluar dan mati terkena sinar ultraviolet. Ventilasi juga
merupakan tempat untuk masuknya cahaya ultraviolet ke dalam rumah. Pengaruh
buruk berkurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya gas
CO2, adanya bagu pengap, suhu udara ruangan naik, dan kelembaban udara
bertambah. Kecepatan udara dikatakan sedang jika gerak udara 5 20 cm per detik
atau pertukaran udara bersih antara 25 - 30 cfm ( cubic feet per minute ) untuk setiap
yang berada di dalam ruangan.
c. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan
lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.

Universitas Sumatera Utara

22

Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang


dikerjakannya secara jelas dan cepat (Mukono, 2006).
Virus campak tidak memiliki daya tahan yang kuat. Pada temperature kamar
virus campak kehilngan 60% sifat infektisitasnya selama 3 5 hari dan akan hancur
oleh sinar matahari. Cahaya buatan yaitu sumber cahaya yang bukan alamiah seperti
lampu minyak tanah, listrik, lilin dan sebagainya (Mukono, 2006). Sinar matahari
merupakan pencahayaan alamiah mampu membunuh kuman pathogen. Cahaya yang
cukup untuk penerangan ruangan di dalam rumah merupakan kebutuhan kesehatan
manusia, penyakit campak berkaitan erat dengan ventilasi dan pencahayaan rumah
(Achmadi, 2001).
Menurut

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

829/Menkes/SK/ VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, pencahayaan


alami dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh
ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d. Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
Desa terpencil, pedalaman, daerah sulit, daerah yang tidak terjangkau
pelayanan kesehatan khususnya imunisasi, adalah merupakan daerah yang rawan
terhadap penularan penyakit campak, karena dengan keadaan yang demikian
masyarakat rata rata tidak membawa anak mereka untuk berobat ke Pelayanan
Kesehatan (Dinkes Sumut, 2010).

Universitas Sumatera Utara

23

2.9

Gejala Klinis Penyakit Campak

2.9.1

Stadium Kataral (Prodornal)


Biasanya berlangsung 4 5 hari,ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan

mata merah. Pada akhir stadium,kadang timbul bercak koplik (koplik spot) pada
mukosa pipi / daerah mulut,tetapi gelaja khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak koplik
ini berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah
kemerahan.
2.9.2

Stadium Erupsi
Stadium ini berlangsung setelah 4 7 hari,ditandai dengan batuk pilek

bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi,kadang-kadang anak


kejang kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik). Rash timbul
secara khusus yaitu mulai timbul didaerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi,
menjalar ke seluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka
bengkak.
2.9.3

Stadium Konvalensi (Penyembuhan)


Erupsi (bercak bercak) berkurang, meningglkan bekas kecoklatan yang

disebut hiperpigmentation, tetapi lama lama akan hilang sendiri, panas badan akan
menurun sampai normal bila tidak ada komplikasi.
2.10

Komplikasi Penyakit Campak


Komplikasi terjadi karena adanya penurunan daya tahan tubuh secara umum

sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal ini yang menyebabkan mudahnya
terjadi komplikasi sekunder antara lain :

Universitas Sumatera Utara

24

2.10.1 Bronchopneumonia
Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus campak menyerang epitel
salura

pernafasan

sehingga

terjadi

peradangan

disebut

radang

paru-paru.

Bronchopneumonia dapat disebabkan virus vampak sendiri atau oleh pneumococcus,


strepcoccus, dan staphylococcus yang menyerang epitel pada epitl saluran
pernapasan.
2.10.2 Otitis Media Akut
Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus campak ke dalam telinga
tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodomal dan stadium
erupsi.
2.10.3 Ensefalitis
Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi,biasanya
terjadi pada hari ke 4 7 setelah terjadi ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam
1.000 kasus campak. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik
maupun melaluii invasi langsung virus campak ke dalam otak.
2.10.4 Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita campak, penderita
mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke
dalam sel mukosa usus (Agus,2005).
2.11

Pencegahan Penyakit Campak

2.11.1 Pencegahan Tingkat Awal (Primordial Preventation)


Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih
dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan

Universitas Sumatera Utara

25

dengan memantapkan status kesehatan balita dengan imunisasi dan memberikan


makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
2.11.2 Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan ini merupaja upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit
campak.
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan
imunsasi campak untuk semua bayi.
b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahka, yang diberikan pada
semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi
sampai jangka waktu 4 5 tahun
2.11.3 Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini
mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan
ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas
penyakit, menceah komplikasi dam membatasi kecacatan.
2.11.4 Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertier Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga bartujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi
dan kematian. Adapun tindaka yang dilakukan adalah :
a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi Karen cadangan vitamin A akan turun secara
cepat terutam pada anak yang kurang gizi yang akan menurunkan imunitas
mereka (Depkes RI, 1997).

Universitas Sumatera Utara

26

2.12

Kerangka Konsep
Kerangka Konsep
Lingkungan Rumah :
Kepadatan hunian
Ventilasi
Pencahayaan

Status Imunisasi

Penyakit Campak

Pendidikan
Pekerjaan

Hipotesa
1. Ada hubungan antara Kepadatan Hunian terhadap kejadian penyakit Campak di
desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013.
2. Ada hubungan antara Ventilasi terhadap kejadian penyakit Campak di desa
Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013.
3. Ada hubungan antara Pencahayaan terhadap kejadian penyakit Campak di desa
Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas tahun 2013.
4. Ada hubungan antara Status Imunisasi Campak terhadap kejadian penyakit
Campak di desa Hutaimbaru Kecamatan Barumun Kabupaten Padang Lawas
tahun 2013.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai