Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai sekolah

tingkat menengah. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit,
membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selain mempunyai
sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk
memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran
berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara
guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model
dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya
tujuan pendidikan.
Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) matematika merupakan mata pelajaran yang
bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang
tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan
media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran.
Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2) banyak sekali
guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas,
lalu memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas yang
rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3M, yaitu membosankan,
membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus
dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai
secara maksimal.
Selama ini media pembelajaran yang dipakai adalah alat peraga yang terbuat dari triplekstripleks. Tetapi seiring dengan berkembangnya teknologi, media pembelajaran tersebut kurang
menarik perhatian dan minat siswa. Untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran yang
dapat lebih menarik perhatian dan minat siswa tanpa mengurangi fungsi media pembelajaran
secara umum.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikembangkan suatu tindakan yang dapat meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa berupa penerapan pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan media yang lebih menarik seperti VCD, power point dan lain-lain.
A.

Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah diatas kita dapat menemukan Rmusan Masalah sebagai
berikut:
1.

Apakah pengertian dari pembelajaran kooperatif?

2.
3.
4.
5.

B.

Bagaimana konsep pembelajaran Kooperatif?


Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran kooperatif?
Apakah model model yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif?
Apakah keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif

Tujuan

Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk :


1.
2.
3.
4.
5.

1.

Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui

pengertian dari pembelajaran kooperatif


konsep-konsep dalam pembelajaran kooperatif
langkah-langkah dari pembelajaran kooperatif
model model yang terdapat dalam pembejaran kooperatif
keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran kooperatif.

PEMBAHASAN
Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Slavin 1984 pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4
6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Menurut Priyanto 2007 pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki atiran-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah
siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan
bersama.
Menurut Nurhadi dan Senduk 2003 pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya
guru dan buku ajar,tetapi juga sesama siswa.
Menurut Lie 2002 pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang member
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang
terstruktur,dan dalam system ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Menurut Hamid Hasan pembelajaran kooperatif adalah bekerja bersama dalam mencapai
tujuan bersama.
Michaels 1977, pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan
nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama sama diantara sesama anggota
kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas , dan perolehan belajar.

Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka pembelajaran kooperatif dapat diartikan
sebagai suatu sistem pembelajaran dimana para siswa berkesempatan untuk saling bekerja
sama dalam sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang bersifat heterogen untuk
menyelesaikan tugas tersruktur dimana guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja.
2.

Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nurhadi dan Senduk(2003) dan Lie(2002) serta Stahl(1994) prinsip-prinsip dasar
pembelajaran kooperatif:
1.

Saling ketergantungan yang positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
bisa mencapai tujuan mereka.Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota
kelompok di batasi sampai dengan 4 orang saja, dan keempat anggota ini di tugaskan membaca
bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi.
Selanjutnyan, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini
mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar
yang lain bisa berhasil.
2. Tanggung Jawab Perorangan
Konsep ini merupakan akibat langsung dari konsep yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian
di buat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok
adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya
Sehingga secara individual siswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu mengerjakan dan
memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan juga bagi keberhasilan anggota
kelompoknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Penerimaan yang Menyeluruh oleh Siswa tentang Tujuan Belajar
Guru hendaknya mampu mengkondisikan kelas agar siswa menerima tujuan pembelajaran dari
sudut kepentingan kelas. Oleh karena itu, siswa dikondisikan untuk mengetahui dan menerima
kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerja sama
dalam mempelajari seperangkat pengetahuan dan ketrampilan yang telah ditetapkan untuk
dipelajari.
4. Interaksi yang Bersifat Terbuka
Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam
mendiakusikan materi dan tugas tugas yang diberikan oleh guru. Suasana belajar seperti itu
akan membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan keterbukaan dikalangan
siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Mereka akan saling memberi dan

menerima masukan, ide, saran dan kritik dari temannya secara positif, terbuka, dan
membantu untuk saling bekerja sama.
5. Perumusan Tujuan Belajar Siswa harus Jelas
Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, guru hendaknya memulai dengan merumuskan
tujuan pembelajaran dengan jelas dan spesifik. Tujuan tersebut menyangkut apa yang di
inginkan oleh guru untuk dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajarnya. Perumusan tujuan
harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Tujuan harus dirumuskan
dalam bahasa dan konteks kalimat yang mudah dimengerti oleh siswa secara keseluruhan.
6. Kelompok bersifat Heterogen
Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus bersifat heterogen
sehingga interaksi kerja sama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai
karakteristiksiswa yang berbeda. Dalam suasana belajar seperti ini akan tumbuh dan
berkembang nilai sikap, moral, dan perilaku siswa. Kondisi ini merupakan media yang sangat
baik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dan melatih ketrampilan dirinya dalam
suasana belajar yang terbuka dan demokratis.
7. Tindak Lanjut (Follow Up)
Setelah masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, selanjutnya
perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya,
termasuki juga: (a) bagaimana hasil kerja yang dihasilkan, (b) bagaimana mereka membantu
anggota kelompoknya dalam mengerti dan memehami meteri dan masalah yang di bahas, (c)
bagaimana sikap dan perilaku mereka dalam interaksi kelompok belajar bagi keberhasilan
kelompoknya, dan (d) apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan keberhasilan kelompok
belajarnya di kemudian hari. Oleh kerena itu, guru harus mengevaluasi dan memberikan
berbagai masukan terhadap hasil pekerjaan siswa dan aktivitas mereka selama kelompok
belajar tersebut bekerja.
8. Kepuasan dalam Belajar
Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dan
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilannya. Apabila siswa tidak
memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan akademis dari penggunakan
pembelajaran koopertif akan sangat terbatas (Stahl, 1992). Perolehan belajar siswa pun sangat
terbatas sehingga guru hendaknya mampu merancang dan mengalokasikan waktu yang
memedai dalam menggunakan model ini dalam pembelajarannya.
9. Tatap Muka
Setiap kelompok harus di berikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan
interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang mengutungkan
semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran

dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah
hasil masing-masing anggota.

10. Komunikasi antar Anggota


Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar di bekali dengan berbagai ketrampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan
cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan
berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk mengutarakan pendapat mereka.
11. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa
diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif.

3.

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah langkah pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan seperti berikut:


1.

langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana program
pembelajaran (guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin
dicapai dalam pembelajaran). Dalam merencanakan program pembelajaran harus
mengorganisasikan materi dan tugas-tugas siswa yang mencerminkan system kerja dalam
kelompok kecil (tugas tugas itu adalah untuk dibelajarkan dan dikerjakan secara bersama
dalam kelompok). Untuk memulaipembelajaran guru harus menjelaskan tujuan
pembelajaran, sikap, serta ketrampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh
siswa. Hal itu disebabkan agar siswa tahu dan memahami yang harus dilakukan selama proses
belajar mengajar berlangsung.
2.
Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi yang akan di
gunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil, dalam menyampaikan materi guru tidak menjelaskan dengan panjang lebar karena
nanti siswa akan mengembangkan dan memperdalam materi saat kerja kelompok. Guru
hanya menjelaskan materi dengen tujuan siswa mempunyai wawasan dan orientasi yang
mencakup tentang materi yang diajarkan.
3.
Melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membibing siswa baik
individual maupun kelompok, memehami meteri maupun sikap dan perilaku siswa selama
kegiatanbelajar berlangsung. Pemberian pujian dan kritik yang membangun dari guru dan
siswa lain merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan dalam bekerja kelompok.

4.

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya, dan guru
hanya bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengireksi
pengertian, pemahaman siswa terhadap materi dan hasil kerja yang telah ditampilkan.

4.

Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif

1)

Model STAD (Student Team Achievement Division)

Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John
Hopkin USA.
Langkah langkah Model pembelajaran STAD:
1.
2.
3.

4.

5.
6.

Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai


kompetensi dasar yang akan dicapai.
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh
skor awal.
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk penguatan
pemahaman materi (Slavin, 1995).
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.

Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan


hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
2)

Model Jigsaw

Pembelajaran kooperatif model jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dari Universitas Texas
USA.
Model ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Pendekatan ini digunakan dalam beberapa mata pelajaran. Model ini guru harus
memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skemata itu agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Langkah-langkah dalam penerapan jigsaw adalah sebagai berikut.
1.

Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri
dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,
sedang dan rendah serta jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang

2.

3.
4.

5.
6.

3)

berbeda serta kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Dalam tipe jigsaw ini,
setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.
Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan
presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk
menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu
dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

Model NHT (Number Heads Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya
NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau
mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan NHT :
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

4)

Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai


kompetensi dasar yang akan dicapai.
Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau
awal.
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 45 siswa,
setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.
Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor(nama) anggota
kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan
wakil jawaban dari kelompok.
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada akhir pembelajaran.
Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual
1.
Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya(terkini).

Model GI (Group Investigation)

Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasari atas minat anggotanya.
Pembelajaran dengan metode GI menuntut melibatkan siswa sejak perencanaan, Baik dalam
menentukan topic maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi (Nurhadi, Yasin dan
Senduk, 2004).
5)

Model Kancing Gemerincing

Dalam model ini digunakan dalam semua mata pelajaran. Masing masimg anggota kelompok
dalam model kancing gemerincing mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran dari anggota lain.
6)

Model Berkirim Salam dan Soal

Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan
ketermpilanmereka.siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa terdorong untuk
belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman sekelasnya.
5.
Keunggulan dan kelemahan Pembalajaran Kooperatif

Keunggulan Pembalajaran Kooperatif, dapat dijelaskan sebagai berikut:


1.

2.
3.
4.
5.

6.

7.
8.

6.

Melalui pembalajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi
dari berbagai sumber,dan belajar dari siswa yang lain.
Pembalajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
Pembalajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
Pembalajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
Pembalajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan social,termasuk pengembangan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan ketrampilan
mengatur waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
Melalui pembalajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji
ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan
masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung
jawab kelompoknya
Pembalajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi
dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.

Keterbatasan Pembalajaran Kooperatif

1.

Untuk memahami dan mengerti filosofi pembalajaran kooperatif memang butuh waktu.

Ciri utama pembalajaran kooperatif adalah siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika
tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari
guru,bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami
tidak pernah dicapai oleh siswa.
b.
Penilaian yang diberikan dalam pembalajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja
kelompok, sehingga kemampuan masing masing individu kurang terlihat. Namun demikian,
guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi
setiap individu siswa.
c.
Keberhasilan pembalajaran kooperatif dalam paya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin
tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
d.

Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting

utnuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada
kemampaun secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembalajaran kooperatif selain
siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif


Guru berperan sebagai fasilitator dan motifator, ketika semua berjalan lancar guru hendaknya
berkeliling dan mengamati beberapa tim bekerja.
Guru perlu campur tangan bila berada dalam situasi situasi berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Membawa kelompok kembali kepada target jika mereka kelihatan bergeser, kabur, dan
sangsi dengan apa yang dilakukan.
Memberikan umpan balik segera kepada kelompok tentang seberapa jauh mereka
memperoleh kemajuan dalam tugas atau aktifitas yang dilakukan.
Menjalaskan sesuatu yang (kurang atau belum jelas) atau memberikan informasi lanjut pada
keseluruhan kelas setelah mengamati adanya kesulitan dalam penguasaan materi.
Membantu mengembangkan keterampilan sosial melalui penghargaan dan pujian.
Mendorong dan memotifasi kelompok tentang bagaimana mereka memperoleh kemajuan
dalam tugasnya atau memberikan salamat kepada mereka saat mengalami kemajuan yang
baik dalam tugasnya.

KESIMPULAN

Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai sekolah
tingkat menengah. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit,
membosankan, bahkan menakutkan.
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan
pendidikan. Slavin 1984 pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri dari 4 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Menurut Priyanto
2007 pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang
memiliki atiran-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa
membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Nurhadi dan Senduk(2003) dan Lie(2002) serta Stahl(1994) prinsip-prinsip dasar
pembelajaran kooperatif:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Saling ketergantungan yang positif.


Tanggung Jawab Perorangan.
Penerimaan yang Menyeluruh oleh Siswa tentang Tujuan Belajar.
Interaksi yang Bersifat Terbuka.
Perumusan Tujuan Belajar Siswa harus Jelas.
Kelompok bersifat Heterogen.
Tindak Lanjut (Follow Up).
Kepuasan dalam Belajar.
Tatap Muka.
Komunikasi antar Anggota.

Dalam hal ini langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.

Langkah pertama yang dilakukan oleh guru adalah merancang rencana program
pembelajaran (guru mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran yang ingin
dicapai dalam pembelajaran).
2.
Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi yang akan di
gunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil, dalam menyampaikan materi guru tidak menjelaskan dengan panjang lebar karena
nanti siswa akan mengembangkan dan memperdalam materi saat kerja kelompok.
3.
Melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membibing siswa baik
individual maupun kelompok, memehami meteri maupun sikap dan perilaku siswa selama
kegiatanbelajar berlangsung.
4.
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya, dan guru
hanya bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan mengireksi
pengertian, pemahaman siswa terhadap materi dan hasil kerja yang telah ditampilkan.

Beberapa model pembelajaran kooperatif, antara lain model STAD (Student Teams
Achievement division), model jigsaw, model NHT(Number Heads Together), model GI(Group
Investigation), model Kencing Gemerincing, model Berkirim Salam dan Soal.

Pembelajaran koopertif memiliki kelebihan dan juga keterbatasan. Adapun kelebihannya


adalah Melalui pembalajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan
tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber,dan belajar dari siswa yang lain. Pembalajaran kooperatif dapat
mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal
dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Pembalajaran kooperatif dapat membantu
anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima
segala perbedaan.
Sedangkan keterbatasan dalam pembelajaran kooperatif adalah untuk memahami dan
mengerti filosofi pembalajaran kooperatif memang butuh waktu. Penilaian yang diberikan
dalam pembalajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok, sehingga kemampuan
individual tidak dapat terlihat. Keberhasilan pembalajaran kooperatif dalam paya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang,dan
lain sebagainya.
Dalam Pembelajaran kooperatif peran seorang guru sangatlah penting, selain sebagai motivator
seorang guru harus dapat terlibat langsung dalam situasi situasi dalam kelas. Guru perlu
campur tangan bila berada dalam situasi situasi berikut: Membawa kelompok kembali kepada
target jika mereka kelihatan bergeser, kabur, dan sangsi dengan apa yang dilakukan.
Memberikan umpan balik segera kepada kelompok tentang seberapa jauh mereka memperoleh
kemajuan dalam tugas atau aktifitas yang dilakukan. Membantu mengembangkan keterampilan
sosial melalui penghargaan dan pujian. Mendorong dan memotifasi kelompok tentang
bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam tugasnya atau memberikan salamat kepada
mereka saat mengalami kemajuan yang baik dalam tugasnya.

DAFTAR PUSTAKA
Wena Made. 2009. Strategi Pempelajaran Inovatif Kontemporer. jakarta Timur: PT Bumi
Aksara.
Solehatin Etin. Raharjo.2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Lie Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.
Jasmine Julia. 2007. Mengajar Berbasis Multiple Intellegences. Bandung:Nuansa.

Anda mungkin juga menyukai