Anda di halaman 1dari 30
@ ANALISIS WACANA DAN PENERAPANNYA Pidato Hmioh dalam Rangka Pengukuhan Guru Besar TKIP Malang Olen Dr. Soeseno Kartomihardjo Fakultas Pendidikan Babass dan Seni ANALISIS WACANA DAN PENERAPANNYA Pidato Imizh dalam Rangka Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang MILIK PERPUSTAKAAN IKIP_ MALANG oleh Dr. Soeseno Kartomihardjo Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MALANG. 1992 ee ee | ANALISIS WACANA DAN PENERAPANNYA ‘Yb. Bupak Rektor, para badirin yang saya hormati, Assalamu’alaikum Warabmatullabi Wabarabkatub, Perkenankantah saya pada bari yang sangat berbabagia ini, saya mexyampaikan pidato ilmiah saya, Karena Keahlian saya di bidang linguistiv/ilmu babasa, telaah yang saya Kemukakan di badapan sidang yang terhormat juga telaab tentang suatu aspek kecil di bidaug babasa Madirin yang terhor Analisis wacana merupakan cabang ihuw babasa yang dikembangkan ‘untuk menganalisis suato unit bahasa yang lebih besae dari pada kaliunat, Dalam ‘pay menguraikan svatu unit babasa Analisis Wacana (Selanjutnya disingkat AW) tidak teelepas dari penggunaan piranti cabang iliny babasa lainnya seperti yaug. dimiliki oleh senantik,sintaksis, fonologi dan lainsehagainya Disamping in AW memiliki picanti khusus yang tidak dipergunaks Dbahasa lainnya itu. AW berupaya menganalisis unit babasa yang lebib besar dari kalimat dan Jazim disebut wacana itu untuk sampai kepada suatu makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam. wacana lisan, atau oleb penulis dalam wacana tulis. Untuk mencapai tujuan tersebin AW banyak menggonakan pula sosiolinguistik, suatu cabang. ilu bahasa yang menelaa}s penggunaan babssa di dalam masyarakat, pirant pirantinya serta temuan-temuannya yang yenting. Oleb karena itu AW berupaya nuk menginterpretasiken satu wacana yang tidak terjangkau oleh semantik tertenty, sintaksis maupn cabang ilnu bobasa lainaya, oleh cabang ihn Di dalam menganalisis suatu ujaran seperti misalnys: (1) Mobil saya mogok, Pak, Sintoksis berhenti pada wjaran ity saja, termasuk struktur dalanybatia ujaran tersebut serta realisasinya di dalam stuktur permuka: Berbeda dengan metode yang digunakan sintaksis, AW dalain meng- interpretasikan wjaran yang sama smenghubungkannya dengan kooteks tempat /a atau diucapkaunys ujaran (1) tersebut, oraug-orang yang terlibat di interaksi, pengetabuan unum mereka, kebiasaan dan adatistiadat yang ‘beslaku di tempat itu dan lain sebagainya. Bila wjaran yang serupa diucapkan di islnya: ‘suate peanukiman di Amerika Serikat seperti (2) Exeuse me, my ear stalled, tanpa ragu-ragu pendengar akan menjawab (@) The garage is three blocks down this road. Dengan ketentuan babwa yang dimaksud garage adalah tempat penjualan bensin yang menyediakan juga seorang monti atau lebih. Sebab bila tidak kata ‘garage akan diganti dengan gas sation. Mobil merupakan alat ransportasi yang, fital dan dipergunakan oleb warga AS sampai di pelosok-pelosok. Oleh karena itu siapapun tabu bahwa bila sebuah mobil mogok hampir dapat dipastikan disebabkan oleh habisnya bensin. Bila terdapat kerusakan kecil pastilah dapat diatasi oleh mekanik yang disediakan oleh garage ersebut. Undang-undang Lalu Tintas di sana mengizinkan anya mobil yang layak jalan saja yang boleh Gioperasikan, ‘Sebaliknya di beberapa tempat di Jakarta wjaran (1) mungkin dijawab @) Didorong ys, Pak? ‘dengan barapan bsbwa pendorong ‘mobil sampai mesin mobil bidup Ia pendorongan dibentiken. Bila vjaran (1) ditujukan kepada pendengar yang tinggal di tempat ter pencil yang jarang dilewati kendaraan bermotor, pembicara akan mendapatkan jawaban seperti (@) Lalu diapakan, Pak? feb Karena itu untuk mendapatkan jawaban yang dikehendaki oleh ‘pembicara, vjaran (1) harus diubab menjadi lebib rinci dan jelas makswdnya seperti misalnya (5) Ada yang jual bensin di dekat sini, Pak? atau (© Bengkel mobil yang terdekat dari sini, di mana Pak? Dan seterusnya. Dalam kertas kerja yang singkat ini akan dibicarakan berbagai macam piranti yang dipergunakan di dalam AW serta contob-contob penerapanaya di dalam menganalisis berbagai wacana lisan maupun tulis yang terdapat dalam kehidupan kesebarian ‘an menerima upah setelah mendorong ‘atau sampai pemilik mobil minta agar Hadirin yang terhormat. Sekarang saya sampai pada perbedaan antara wacana lisan dam tulis. ‘Suatu wacana pada umumaya difahami sebagai suatu unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat, Jadi dapat berups paragraf, undangan yang ditulis di dalam kartu undangen atau media tulis innya, percakapan, cerita pendek dan lain sebagainya, Namun kenyataannya tidak senantiasa demikian, Seorang, ‘bu yang sedang memarabi pembantu rumah tangganya dapat diutarakan di dalam suatu wac yang cuksp panjang dan mungkin sekali divlang- ‘lang terus dalam bari itu atau babkan di dalam beberapa bari berturut-turut 2 setelab terjadi Kesalabian ‘besar” yang.dilakukan oleh sang pembants. Namun suaminya yang tidak banyak bicara mungkin merasa cukup mengatakan: (7) Jangan divlangi lagi. ingi pandangan mata yang penuh arti dari sang majikan lakidaki yang membuat sang pembanta menyadari kesalabanaya, merasa menyesal tanpa rerasa fersinggung. Oleh katena itu ujaran (7) tidak dapat diinterpretasikan seperti ape adanya, terlepas dari konteks dan faktor-faktor di var kebabasaan yang menipengarubi wakna seperti yang difshami sang pembantu dan sesuai dengan makna yang dikehendali majikan laki-laki, Kesesuaian makna antara pembant dan majikan merupakan basil proses interaksi yang cukup lama. Makna-makna semacam itu akan diakumulasikan oleh mereka menjadi sekum- pulan pengertian bersama, Pengungkapan pengertian semacam itu sering diujudkan dengan simbul-simbul Kebahasaan yang di dalam homunikasi keseharian dapat berbentuk, kat atau kata-kata, frasa, Kalimat tidak lengkay nada suara dan intonasi, babkam isyarat non verbal baik yang dikenal oleh masyarakat yada umumaya maupun yang dikenal kbusus oleb anggota keluarga yang bersangkutan, Di dalam Keluarga itu misalnya sang majikan laki- ‘dikenal sebagai orang yang vidak banyak bicara, berwibawa, tegas dalam kata dan tindakannya serta ujaran (7) dengan nada dan intonasi tertentu yang bias diucapkan oleh majiken laki-leki, makna dan bobotnya tidak kalab mendalamnya dibandingkan dengan wacana panjeng babkan bertele-tele seperti yang diucapkan oleh majikan perempuan. Karena wacana lisan diringi oleb berbagai faktor termasuk faktor-faktor nnow-babasa, maka wacana lisan sering pendek-pendek dan terdiri dari unit-unit yang juga pendek-pendek dan sering kurang lengkap dan kurang gramatikal. Sebaliknya wacana tulis biasanya lengkap dan lebih gramatikal, penuh infor- ‘masi penjelas agar tidak disalabtafsirkan oleh pembaca. Bila wacana isan peau dengan bentuk-béntuk informal, wacana tulis lebih banyak menggunakan Den tuk-bentuk baku, kecuali wacana yang memang disengaja oleh pewulisaya untuk ‘menonjolkan bentuk-bentuk yang informal untuk efek tertentu seperti dialog di dalam cerita pendek atau novel, surat kepada keluarga dekat atau teman akrab, wacana yang mengungkapkan kelucuan dan sebagainya. Walaupun demikian Xesdapat pula wacana tulis yang bentuknya sangat mirip dengan bentuk wacana sn. Wacans tus tesebut banyak dijumpai di dalam adpertensi, abel berbagai basil produksi pabrik obat-obatan dan makanan, manual, pemberitahuan atau peringatan yang dipasang di tempat tertentu dan lain sebagainya. Berikut ini diberikan beberapa contob: (®) Kocok dulu sebelum diminum (9) Shake before use (10) Hati-bati banyak anak i lll atm (21) Tenang ada vjian (12) Sing ngemek mati (13) Neamen gratis, (14) Fasten seat belt while seated (15) No loitering, Ujaran (8) terdapat di dalam label suaty obat batuk. Ujaran tersebut -merupukan instruksi kepada pemakai obat agar mengocok botol yang berisi obat, Datuk tersebut sebelum obat batuk itu diminum. Dalam ujaran (8) obat batuk ini tidak ditulis. Ujaran (9) dalam bahasa Inggris mirip dengan wjaran (8) tanpa konteks ujaran tersebut dapat diterjemabkan, ‘Silabkan bergoyang dulu sebelum Anda meaggunakannya’. Ujaran (10) ‘merupakan peringatan kepada pengendara kendaraan bermoter supaya berhati- i, tidak ngebut, sebab di kawasan itu banyak terdapat anak kecil yang sering. Bagi petugas KB peringstan itu lucu dan Jawa Timur. uga dimaksudkaa dan difahaminya sebageiperingatan agar orang yang berada di dekat gardu terscbut tidak menyentubnya sebab bisa berakibat fatal Karena alirn Tistrk bertegangen tinggi dan bukannya suatw informasi neh bahwa orang yang menyentuh gard tersebu tidak dup. Ujaras (13) difatam oleh para pengomen untuk ida ‘ngamen’di situ sebab tidak akan mendapat ioibalan apa pun. Ujaran (14) difabami sebagai permintaan perusthaan penerbangan agar para penumpang mengencangkan pengikat di kursi pada waktu mereka dudok (dan tidak didudukkan). Ujran (15) difabami sebagai larangen dari fihak Keamanan/polsi agar orang-orang. yang tidak berkepentingan tidak mondar-mandirberads di tempat itu. Larangan tersebut rerupakan bentuk babasa yang lazim dipaparkan dan bokannya Loitering is prohibited atau Loitering i not allowed atau Don’ loiter, dan seterusn Dari contob-contoh di ats dapat siambil kesimpulan babwa wacana tls ternyata tidak selalu lengkap ujudnya secara simak. Bogian-bagian tecentu dae kalimat-kalimat pada wacana its ads yang dtinggatkan dengan maksud- maksud tertentu, Ada yang karena ‘knowledge of the world” yang soma dan sama-sama difahami maknanya sepertt pada contoh (8). Ujaran it menjadi lebih lengkap bila kata obatnya disisipkan di depan Kata diminom. Hal yang serupaterjai pada wjaran (10) dan (11). Sedang, pada vjaran (13) ket Jengkapan itu menimbulkan efekIucv, scbingga pengamen tidak merasa ter singgung. Bila wacana tulis dalam bidang tertentu mengalami pemendekan dan penghilsrigan pads bagian-bagian tertentu, wacana lisan mengalami pengura- ngan dan penghilangan pada bagian-bagian tertentunya secara lebi hebat lagi. Ha ini terjadi karena wacana lisan banyak dibantu oleh berbagai faktor yang. memvngkinkan penghilangan itu, termasuk misalnya situasi dan suasana di tempat para partsipan berinteraksi, hubungan pribadi sebingga banyak pe- ngctabuan yang dipahami bersama scbingga banyak hal yang dapat dipradugakan, variasi babasa yang dipergunakan dengan intonasi tertentu dan berbagai macam piranti paralinguistik. Seseorang yang merasa sakunya igerayangi oleh tukang copet, bila ia memiliki keberanian, cukup mengucap- kan satu patab kata dengan intonasi tertenta (16) Copet. Para anggota SATPAM dan orang-orang yang memiliki keberanian dan tanggung jawab terhadap keamanan lingkungan segera bertindak untuk menangkap si pencopet. Para hadirin yang saya hormati. Kini marilah kita bicarakan konteks situasional yang pengarubnya begitu besar di dalam wacana, Sejak 1964 Hymes telah mengemukakan berbagai jenis konteks yang, dapat mempengoruhi makna di dalam suatu interaksi. Partisipan dalam suatu interaksi yang terdiri dari penyapa, pesapa dan pendengar memegang peranan yang sangat penting, termasuk status sosial mereka masing-masing, bubungas ‘mereka secara pribadi maupun dinas. Dengan pengalaman kita bergaul dengan, para anggota masyarakat, Kita dapat memabanii ujaran berikut sesuai dengan bal-bal tersebut. (17) Mas, di sini ada ujian. Jangan gaduh.) (18) Kopi dua, pisang goreng tiga, onde-onde satu. (Berapa rupiah semuanya?) (19) Meja bundar diatur di depan, yang panjang di belatang dan samping. Jangan Jupa memasang taplak meja, yang berexda di depan lainnya di belakang. (20)Maaf Pak, buku Bapak sudah saya kembalikan. Ibu yang menerimanya kematin, Ujaran (17) disampaikan oleh seorang dosen muda kepada sekelompok mahasiswa yang mengobrol di dekat ruang ujian. Ujaran (18) merupakan transaksi yang terjadi di warung kopi. Ujaran (19) disampaikan oleh KTU kepada para pegawai yang sedang menata meja kursi untuk suatu pesta per- pisahan, Ujaran (20) disampaikan oleh seorang mahasiswi kepada doscanys. Bentuk babasa, cara peayampaianaya dan makna yang tersurat maupun tersirat MILIK PERPUSTAKAAN IKIP MALANG dapat dipabami sesuai dengan siapa partisipannya, bagaimana bubungin mereka dan lain sebagainya. ~ Konteks berikutnya berbubungan dengan tempat dan waktu. Di pagi ari, 4i suatu kelas para mahasiswa sedang berdiskusi dipimpin oleb seorang dose Bahasa yang mereka pergunakan cukep formal yang oleh Martin Joos disebut consultative style. Malam barinya di tempat yang sama, dibadiri oleh partisipan ‘yang same ditambah mabasiswa baru dan dosen-dosen lainnya diadakan malam perkenalan, Suasananya menjadi lain, penuh Keakraban dan babasa yang diper- gunskanpun penub informalitas. Konteks berikutaya adalab topik, Dengan merggunakan topik tertentu suatu interaksi dapat berjalan dengan lancar. Namen dalam kebidupan Kesehariaa apa yang disebut ropik sering sangat kompleks sebingga para abli ‘wacana meramakannya kerangka topik, Berbicara tentang pembangunan dacrah misalnya, orang bisa berbicara tentang pembangunan jalan, gedung, ‘organisasi masyarakat, kedisiplinan berorganisasi, management, pembangunan

Anda mungkin juga menyukai