Anda di halaman 1dari 15

1.

Verbal Repertoar
Repertoar bahasa atau verbal repertoar adalah semua
bahasa beserta ragam-ragam bahasa yang dimiliki atau
dikuasai seorang penutur. Misalnya melalui hasil pendidikan
atau

pergaulannya

dengan

penutur

bahasa

di

luar

lingkungannya, seorang menguasai bahasa ibunya dan bahasa


Indonesia, selain itu, dia menguasai pula satu bahasa daerah
lain atau lebih, juga menguasai bahasa asing, bahasa Inggris
atau bahasa lainnya.
Sebagai contoh:
Seorang anak yang menguasai dua bahasa karna kedua
orang tuanya berasal dari Negara yang berbeda. Ibunya
asli Indonesia dan ayahnya asli Amerika. Nah, karena
itulah seorang anak ini menguasai dua bahasa.
2. Peristiwa Tutur dan Tindak Tutur
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsunnya
interaksi linguistic dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan
satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat dan situasi
tertentu (Chaer dan Agustina, 1995: 61).
Sebagai contoh:
Antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada
waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasinya. Peristiwa serupa kita dapatijuga dalam
acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, siding
di pengadilan, dan sebagainya.
Tindak tutur (istilah kridalaksana penuturan atau speech
act, speech event) adalah pengajaran kalimat untuk diketahui
oleh pendengar (Kridalaksana, 1984: 154). Chaer (1995: 65),

menyatakan bahwa tindak tutur merupakan gejala individu


bersifat psikolinguistik dan keberlangsungan ditentukan oleh
kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi
tertentu.
Tindak

tutur

yang

dilangsungkandengan

kalimat

performatif oleh Austin (1992: 100-102) dirumuskan sebagai


tiga peristiwa tindakan yang berlangsung sekaligus yaitu:
a. Tindak Lokusi
Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan
sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of
Saying Something.
Contoh:
Ikan paus adalah binatang menyusui.
Kalimat di atas diutarakan oleh penuturnya sematamata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi
untuk melakukan sesuatu apalagi untuk memengaruhi
lawan tuturnya. Informasi yang diutarakannya adalah
termasuk jenis binatang apa paus itu. Bila diamati secara
seksama konsep lokusi itu adalah konsep yang berkaitan
dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal
ini dipandang sebagai satu satuan yang terdiri dari dua
unsur, yakni subjek/ topic dan predikat/ coment (Nababan
dalam Wijana 1996: 18).
b. Tindak ilokusi
Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan
atau menginformasikan sesuatu dapat juga dipergunakan
untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur
yang terbentuk adalah tindak tutur ilokusi. Tindak ilokusi
disebut juga The Act of Doing Something.

Contoh:
Rambutmu sudah panjang.
Kalimat di atas bila diucapkan oleh seorang laki-laki
kepada pacarnya, mungkin berfungsi untuk menyatakan
kekaguman

atau

kegembiraan.

Akan

tetapi,

bila

diutarakan oleh seorang ibu kepada anak lelakinya, atau


oleh

seorang

istri

kepada

suaminya,

kalimat

ini

dimaksudkan untuk menyuruh atau memerintahkan anak


atau suami tersebut untuk memotong rambutnya.
c. Tindak perlokusi
Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang
sering kali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi
yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini
dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh
penuturnya.

Tindak

tutur

yang

pengutaraannya

dimaksudkan untuk memengaruhi lawan tutur disebut


dengan tindak perlokusi. Tindak ini disebut The Act of
Affecting Someone.
Contoh:
Kemarin saya sangat sibuk.
Kalimat di atas bila diutarakan oleh seseorang yang
tidak dapat menghadiri undangan rapat kepada orang
yang mengundangnnya, kalimat ini merupakan tindak
ilokusi untuk memohon maaf, dan perlokusinya yang
diharapkan

adalah

orang

yang

mengundang

dapat

memakluminya.
3. Keistimewaan Bahasa Manusia
Dengan bahasa manusia sebagai mahluk sosialdapat
berhubungan satu sama lain secara efektif. Dengan bahasa kita
menyatakan perasaan, pendapat, bahkan dengan bahasa kita
berpikir dan bernalar. Tanpa bahasa manusia tidak dapat

berkomunikasi antar sesamanya, dan juga tidak akan dapat


mengeluarkan ekspresinya dan pendapatnya. Manusia dan
bahasa sudah menjadi satu ke satuan yang tidak dapat
dipisahkan

lagi

dari

kehidupan

ini,

manusia

sangat

membutuhkan bahasa. Oleh sebab itu, agar komunikasi berjalan


dengan lancar, tidak menimbulkan salah paham, kita perlu
terampil berbahasa baik lisan maupun tulis.
Sebagai contoh:
Kita bisa melihat kepada orang-orang yang sukses dalam
berbica di depan orang banyak (public speaking) nya
yang memukau, luar biasa sekali dan bisa menghipnotis
audiensnya, Bung Karno, mantan Presiden pertama RI
Soekarno, siapa yang tidak mengetahui sejarah beliau.
Yang menarik dari dirinya adalah ketika di membawakan
pidatonya, semua orang menjadi terpana dan terdiam
bagaikan di ancam dengan pisau tajam. Itu karena bahasa
yang digunakan Bung Karno bisa menghipnotis semua
orang yang mendengarkan pidatonya tersebut.
4. Berbagai jenis perbuatan
Perbuatan dapat digolongkan menjadi empat golongan,
yakni:
1) Interperatif
Interpretative ialah perbuatan yang diperoleh
dari hasil pengamatnya.

Contoh:
Saat saya mengamati teman saya yang sedang
mengerjakan tugas yang begitu susah. Di situ
saya melihat dia benar-benar fokus pada yang
dia

kerjakan.

Seakan-akan

dia

tidak

memperhatikan lagi orang-orang yang ad di


sekitarnya.
2) Noninterpretatif
Perbuatan yang tidak mungkin diinterpetasi lain
oleh pengamatnya dari apa yang terlihat dalam
perbuatannya.
Contoh:
Saat saya melihat seseorang yang sedang asyik
dengan hpnya, apa yang kita lihat itu mungkin
bukan gambaran yang sebenarnya tentang yang
yang dilakukan orang itu. Bahwa ia sedang
duduk memang suatu gambaran, sebab duduk
tidak dapat ditafsirkan lain. Akan tetapi, bahwa
orang itu sedang dalam keadaan santai dan
membaca,

itu

hanyalah

interpretasi

dari

pengamatan yang kita lihat, antara lain adalah:


ia bersandar di kursi, tampaknya tidak ada yang
dipikirkan, dan di tangannya ada hp yang sedang
diamatinya. Apa yang kita amati itu belum tentu
menggambarkan

keadaan

orang

itu

yang

sebenarnya. Sebab mungkin justru ia sedang ada


masalah, apakah masalah dengan orang tua,
teman atau dengan yang ada di sekitarnya. Ia
hanya member kesan kepada orang lain bahwa
ia sedang santai, seperti tidak ada masalah dan
berharap orang di sekitarnya menafsirkannya
demikian.
3) Tidak disengaja
Perbuatan yang tidak dilatarbelakangi sumbersumber

tertentu

yang

mendorong

terjadinya

perbuatan tersebut. Biasanya perbuatan yang seperti


ini tidak menuntut tanggung jawab.

Contoh:
Saat seorang ibu yang sedang ada di pasar baru
menyadari bahwa ia lupa membawa dompet.
Perbuatan itu di luar kehendaknya.
4) Disengaja
Perbuatan yang dilatarbelakangi sumber-sumber
seperti: tujuan, motivasi, kehendak, dan intensitas
(lambang).
Contoh:
Seseorang yang sengaja mengajak temannya ke
kanting

makan,

dia

sadar

jika

dia

tidak

membawa uang sepersen pun, karena dia ingin


jika

temannya

yang

dia

panggil

itu

yang

membayar makannya nanti. Karena dia tahu


teman

yang

dia

panggil

itu

baru

saja

beasiswanya keluar. Hal ini adalah perbuatan


yang disengaja.
5. Perbuatan komunikatif dan perbuatan nonkomunikatif
Sebagai contoh:
Seorang yang sedang menyapu lantai.
Orang tidak akan mengatakan bahwa orang itu
memegang

sapu

dan

menggerakkannya.

Cukuplah

dikatakan bahwa ia sedang menyapu lantai. Seluruh


perbuatan

itu

hanya

mendukung

satu

fungsi

yaitu

menyapu. Menyapu bukanlah stimulus yang menghendaki


respons,
tanggapan.

bukan

ransangan

Perbuatan

nonkomunikatif.

yang

demikian

mengharapkan

disebut

perbuatan

Sebagai contoh:
seorang

mahasiswa

mengacungkan
pertanyaan
bermaksud

tangan

guru,

yang
untuk

padahal

menggaruk

dikira

menjawab
ia

hanya

kepalanya

karena

gatal.
6. Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Komunikasi

verbal

adalah

bentuk

komunikasi

yang

disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara


tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati
porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau
keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang
non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun
pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang
disampaikan.

Sebagai contoh :
Komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan
menggunakan media, contoh seseorang yang bercakapcakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal
melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung
antara

komunikator

dengan

komunikan.

Proses

penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan


berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.
Komunikasi nonverbal dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Gerak-gerik anggota badan, perubahan mimic, tepuk
tangan,

dan

sejenisnya

dapat

dipakai

sebagai

sarana

komunikasi verbal. Demikian pula alat-alat seperti sirene, peluit,


kentongan, dan sebagainya (yang bersifat auditif), dan sinar
lampu cermin, bendera dan sebagainya (yang bersifat visual)
dan dpergunakan sebagai sarana komunikasi nonverbal.
Sebagai contoh:
Seorang wasit sepak bola yang membunyikan peluitnya
untuk

menegur

pemain

sepak

bola

yang

sedang

melakukan pelanggaran ketika permainan berlangsung.

7. Komunikasi Bahasa
1. Contoh Komunikasi searah
Dalam dunia militer kita dapat ketahui bahwa militer menganut
sistem komando, dimana para prajurit harus menuruti apa yang di
inginkan atasannya, dan tanpa adanya sanggahan. Di militer
komunikator lebih tepat diberikan kepada atasan, sedangkan komunikan
disini adalah bawahan dari atasan tersebut, karena di militer mempunyai
dasar loyalitas (kesetiaan/kemauan pada suatu pekerjaan tersebut).
2. Contoh komunikasi dua arah
Misalnya seseorang yang berkomunikasi dengan orang lain
melalui telepon, tentunya hal tersebut membutuhkan timal balik dari
kedua penutur. Seperti yang kita ketahui komunikasi dua arah dapat
terjadi secara berganti-ganti di mana si pengirim bias menjadi penerima
dan penerima bias menjadi pengirim.
8. Bahasa dan Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul
Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa
bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan
kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana
bahasa

berada

dibawah

lingkup

kebudayaan.10

Namun

pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan

kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni


hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi.
Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan
merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau
kebudayaan itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia
di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem
yang berfungsi sebagai saranaberlangsungnya interaksi itu.
Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti
anak kembar siam, du buah fenomena sangat erat sekali
bagaikan dua sisi mata uang, sisi yang satu sebagai sistem
kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem kebudayaan.
Sebagai contoh:
Dalam budaya Inggris pembedaan kata saudara (orang
yang lahir dari rahim yang sama) berdasarkan jenis
kelamin: brother dan sister. Padahal budaya Indonesia
membedakan berdasarkan usia: yang lebih tua disebut
kakak dan yang lebih muda disebut adik. Maka itu brother
dan sister dalam bahasa Inggris bisa berarti kakak dan
bisa juga berarti adik.
9. Bahasa dan Tingkat Sosial Masyarakat
Berbicara tentang bahasa dan masyarakat tentu tidak
terlepas dengan kebudayaan yang ada pada suatu masyarakat,
maka

titik

tolaknya

adalah

hubungan

bahasa

dengan

kebudayaan dari masyarakat yang memiliki variasi tingkattingkat sosial. Ada yang menganggap bahasa itu adalah bagian
dari masyarakat, namun ada yang menganggap bahasa dan
kebudayaan itu dua hal yang berbeda, tetapi hubungan antara
keduanya

erat,

sehingga

tidak

dapat

dipisahkan,

yang

menganggap bahasa banyak dipengaruhi oleh kebudayaan,


sehingga apa yang ada dalam kebudayaan akan tercermin

dalam bahasa. Di sisi lain ada juga yang mengatakan bahwa


bahasa sangat mempengaruhi kebudayaan dan cara berfikir
manusia, atau masyarakat penuturnya.
Sebagai contoh:
Dialek yang berbeda dari masing-masing daerah yang
membuktikan

bahwa

bahasa

dengan

tingkat

sosial

masyarakat saling berhubungan. Meskipun bahasa yang


digunakan itu bukan bahasa daerah melainkan bahasa
Indonesia, tetap saja dialek dari daerahnya itu tetap
mengikut dalam bahasa Indonesia. Dan ada orang yang
sperti itu.

10.

Bahasa dan Jenis Kelamin


Aspek pembeda kebahasaan yang tidak selalu ada dalam

bahasa adalah jenis kelamin. Menurut penelitian memang ada


sejumlah masyarakat, tutur pria berbeda dengan tutur wanita.
Dalam penelitian-penelitian linguisti terkadang wanita tidak
dipakai sebagai informan karena alasan-alasan tertentu.
Sebagai contoh:
Pembeda kebahasaan pada jenis kelamin salah satunya
terjadi pada suara dan intonasi. Volume suara pria lebih
besar daripada wanita. Pada segi intonasi, intonasi bagian
akhir pada wanita lebih panjang dibandingkan pria.
11.

Bahasa dan Usia


Usia merupakan

salah

satu

rintangan

sosial

yag

membedakan kelompok-kelompok manusia.


Sebagai contoh:
Tentu sudah kita ketahui bahwa perbedaan usia itu sangat
berpengaruh pada bahasa kita terutama cara berbicara

kita. Salah satu yang menandai adalah pada suara.


Seperti yang kita ketahui, perbedaan suara pada
12.

Variasi Bahasa
Bell (1995: 51) mengemukakan bahwa variasi-variasi

bahasa yang ada di masyarakat bersifat sistematis dan bukan


bersifat acak, karena bahasa mempunyai dua aspek mendasar,
yaitu bentuk dan makna. Aspek bentuk meliputi bunyi, tulisan,
dan

strukturnya.

Aspek makna

meliputi

makna

leksikal,

fungsional, dan struktural. Jika diperhatikan lebih rinci lagi, kita


akan

melihat

bahasa

dalam

bentuk

dan

maknanya

menunjukkan perbedaan kecil maupun perbedaan yang besar


antara pengungkapan yang satu dengan pengungkapan yang
lainnya.
Sebagai contoh:
Perbedaan dalam hal pengucapan /a/ yang diucapkan
oleh seseorang dari waktu satu ke waktu yang lain. Begitu
juga dalam hal pengucapan kata /putih/ dari waktu yang
satu

ke

waktu

yang

lain

mengalami

perbedaan.

Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa seperti ini dan yang


lainnya dapat disebut dengan variasi bahasa.
13.

Jenis Bahasa
Lingua franca (bahasa Latin yang artinya adalah "bahasa bangsa

Franka") adalah sebuah istilah linguistik yang artinya adalah "bahasa pengantar"
atau "bahasa pergaulan" di suatu tempat di mana terdapat penutur bahasa yang
berbeda-beda. Ayatrohaedi menerjemahkan istilah ini dengan istilah basantara,
dari kata "basa" atau "bahasa" dan "antara".
Sebagai contoh:
Bahasa Melayu atau bahasa Indonesia di Asia Tenggara. Di kawasan ini
bahasa ini dipergunakan tidak hanya oleh para penutur ibunya, namun
oleh banyak penutur kedua sebagai bahasa pengantar. Contoh yang lain
adalah bahasa Inggris di pentas internasional.

14.

Bilingualisme dan Diglosia


Istilah bilingualisme (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia

disebut juga kedwibahasaan. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya


seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri
atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang
menjadi bahasa keduanya (disingkat B2).
Sebagai contoh:
seseorang yang bisa menguasai bahasa bugis sebagai bahasa ibunya atau
B1, ia juga mampu berbahasa Indonesia sebagai bahasa kedua atau B2.
Diglosia adalah suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian
fungsional atas variasi-variasi bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di
masyarakat. Yang dimaksud ialah bahwa terdapat perbedaan antara ragam
formal atau resmi dan tidak resmi atau non-formal.
Sebagai contoh:
Contohnya misalkan di Indonesia terdapat perbedaan antara bahasa tulis
dan bahasa lisan. Contoh diglosia pada masyarakat Bugis-Bone: toh.
Kamu toh, belum pi mu bayar hutangmu sama saya.
15.

Alih Kode dan Campur Kode


Alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari
satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan
bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa. Alih
kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa
(languagedependency) dalam masyarakat multilingual. Dalam
masyarakat multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak
hanya menggunakan satu bahasa. Dalam alih kode masingmasing bahasa masih cenderung mengdukung fungsi masingmasing

dan

dan

masing-masing

fungsi

sesuai

dengan

konteksnya. Appel memberikan batasan alih kode sebagai


gejala peralihan pemakaian bahasa karena perubahan situasi.
Sebagai contoh:

Konteks seorang petugas yang bekerja di sebuah kantor


pemerintah sedang melayani seorang perempuan yang
akan membuat kartu tanda pencari pekerjaan.
P1: Ijazahnya sudah dibawa semua?
P2: Ini, Pak.
P1: Lho, dari Semarang ya?
P2: Iya Pak.
P1: Kok gak golek gawean di Semarang aja, kan rame di
sana.
P2: Orang tua saya kan tinggalnya di sini. Lagian cari
kerja di Semarang juga susah.
Campur
penutur

kode

(code-mixing)

menggunakan

suatu

terjadi
bahasa

apabila
secara

seorang
dominan

mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa


lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristk
penutur, seperti latar belakang sosiltingkat pendidikan, rasa
keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian
atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena keterbatasan
bahasa,

ungkapan

padanannya,

dalam

sehingga

bahasa

ada

tersebut

keterpaksaan

tidak

ada

menggunakan

bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi.


Sebagai contoh:
Ketika berlari pagi melewati hanggar pesawat latih di
kompleks

pendidikan

penerbangan, saya

berpapasan

dengan mekanik.
Tanya: Ngapain pagi-pagi udah disini?
Jawab: Pesawatnya perlu di run-up, diinspeksi, dicek
oli, busi. Leading

gear terbuka.

Potongan singkat percakapan diatas menunjukan bahwa


terdapat campur kode dalam kalimat-kalimat jawaban yang
diberikan oleh mekanik. Apakah mekanik-mekanik ini ingin
menampilkan diri sebagai kelompok masyarakat elite, lebih
tinggi dari rekan-rekan sekampungnya? Agaknya kalimatkalimat

campur

kode

tersebut

sudah

merupakan

gaya

berbahasa sehari-hari di antara sesama mekanik di lingkungan


kerja seperti di hanggar pesawat. Penggunaan campur kode
ini

didorong

oleh

keterpaksaan.

Konsep

seperti run-

up, inspection (inspeksi), leading gear seakan-akan tidak


ada

padanannya

dalam

bahasa

Indonesia.

Untuk

diketahui, run-up berarti pemanasan mesin pesawat tebang


mengikuti

prosedur

tertentu

ditetapkan. Diinspeksi sama


pemeriksaan

terhadap

dioperasikan

sesuai

yang

dengan

pesawat
dengan

terbang

telah

mengadakan
yang

ketentuan

akan
yang

dipersyaratkan. Landing gear bukan sekedar roda tetapi alat


pendarat pada pesawat tebang, termasuk roda dan ponton
(yang khusus dirancang untuk pesawat amfibi).

16.

Interferensi dan Integrasi


Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa

dan dipandang sebagai pengacu karena merusak sistem suatu bahasa. Menurut
para ahli istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Wenreich ( Abdul
Chaer Leoni Agustina 1953:120) untuk menyebut adanya perubahan sistem
suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan
adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang
dilakukan oleh penutur yang bilingual. Contoh : jika penutur bahasa Jawa
mengucapkan kata-kata berupa nama tempat yang berawal bunyi /b/, /d/, /g/, dan

/j/, misalnya pada kata Bandung, Deli, Gombong, dan Jambi. Seringkali orang
Jawa

mengucapkannya

dengan

/mBandung/,

/nDeli/,/nJambi/,

dan

/nGgombong/. Sehubung dengan interferensi dalam bidang fonologi, Weinreich


membedakan adanya tipe interferensi substitusi (seperti halnya oleh penutur
Bali), interferensi overdiverensiasi (seperti halnya penutur dari Tapanuli dasn
Jawa), interferensi (seperti penutur

Jepang), dan interferensi reinterpretasi

seperti penutur Hawai).


Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau
bulat. Berbeda dengan Mackey menjelaskan bahwa integrasi adalah unsur-unsur
bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi
warga bahasa tersebut.

Tidak

dianggap lagi sebagai unsur pinjaman atau

pungutan. enyerapan unsur asing dalam rangka pengembangan bahasa Indonesia


bukan hanya melalui penyerapan kata asing itu yang disertai dengan
penyesuaian lafal dan ejaan, tetapi banyak pula dilakukan dengan cara :
penerjemahan langsung, dan penerjemahan konsep. Penerjemahan langsung,
artinya

kosakata

itu

dicarikan

padanannya

dalam

bahasa

Indonesia.Misalnya:Airport menjadi bandar udara, Paardekrachi menjadi tenaga


kuda, Samen werking menjadi kerja sama dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai