PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad SAW telah meninggalkan warisan-warisan rohani yang
agung, yang telah menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia
selama dalam beberapa abad yang lalu. Warisan yang telah memberi pengaruh besar
pada masa lampau bahkan terlebih lagi pada masa yang akan datang. Hal ini karena
beliau telah membawa agama yang benar dan meletakkan dasar kebudayaan satusatunya yang akan menjamin kebahagiaan dunia ini. Agama dan kebudayaan yang
telah dibawa oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia melalui wahyu Allah
SWT sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi terpisahkan.
Kebudayaan sebagai hasil cipta manusia yang didasarkan kepada metodemetode ilmu pengetahuan dan kemampuan rasio, hal ini sama seperti yang menjadi
pegangan kebudayaan barat masa kita sekarang. Namun hubungan antara ketentuan
ketentuan agama dengan dasar kebudayaan itu erat sekali. Kebudayaan Islam berbeda
sekali dengan kebudayaan barat yang sekarang menguasai dunia. Perkembangan
kebudayaan ini, antara yang satu dengan yang lain sebenarnya merupakan hal yang
sangat mendasar, yang sampai menyebabkan dasar keduanya satu sama lain saling
bertolak belakang.
Kebudayaan Islam adalah penjelmaan iman dan al-amalussalihat dari seorang
muslim atau segolongan kaum muslimin atau kebudayaan Islam ialah manifestasi
keimanan dan kebaktian dari penganut Islam sejati, sedangkan menurut sarjana dan
pengarang Islam, Sidi Gazalba mendefinisikan kebudayaan Islam ialah cara berpikir
dan cara merasa Islam yang menyatakan diri dalam seluruh kehidupan dalam
segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu
waktu. Dasar dari kebudayaan Islam adalah kitab Allah (Al-Quran) dan sunnah RasulNya. Apabila ada segala hasil, corak dan ragam kebudayaan yang bertentangan
dengan ajaran agama Allah dan ajaran Rasul-Nya, maka tidak termasuk dalam
kebudayaan Islam sekalipun penciptanya adalah orang-orang Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kebudayaan dalam Islam?
2. Apa saja prinsip-prinsip dalam kebudayaan Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kebudayaan dalam Islam
J. Verkuyl mengatakan bahwa kebudayan berasal dari bahasa Sanksekerta,
yakni budaya, bentuk jamak dari budi yang berarti roh atau akal. Kata kebudayaan
berarti segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia.
Kebudayaan menurut para ahli:
mendefinisikan
kebudayaan
adalah
keseluruhan
manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang
harus didapatkan dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalamkehidupan
masyarakat.(Munthoha dkk, 1998: 8)
Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kebudayaan melekat dengan diri
manusia, artinya akan kebudayaan. Kebudayaan itu lahir bersama dengan kelahiran
manusia itu sendiri. (Tim Depag RI, 2004: 165).
Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal, berupa:
1. Cipta : kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia hal yang ada dalam
pengalamannya secara lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu
pengetahuan.
2. Karsa : kerinduan manusia untuk menyadari tentang asal-usul manusia sebelum
lahir dan ke mana manusia sesudah mati. Hasilnya berupa norma-norma dan
kepercayaan. Kemudian timbul bermacam-macam agama karena kesimpulan
manusia juga bemacam-macam.
3. Rasa
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
derajat
kemanusiaan.
Karena
mengandung
ajaran
yang
Dalam bidang hukum Islam, muncul ulama mazhab seperti Imam Hanafi,
Imam Syafii, dan Imam Malik.
Dalam bidang filsafat, muncul AL-Kindi (801), sebagai filosof Arab pertama,
yang berharap agar kaum muslimin menerima filsafat sebagai bagian
kebudayaan Islam, sebab filsafat tidak bertentangan dengan ajaran Islam. AlRazi (865) dan al-Farabi (870), mereka dikenal sebagai pembangun utama
sistem filsafat dalam Islam. Ibnu Miskawaih (930) merupakan pemikir
terkenal tentang pendidikan akhlak, karyanya yang terkenal adalah Tahdzib alAkhlaq. Tahun 1037 muncul Ibnu Sina, Ibnu Bajjah pada tahun 1138, Ibnu
Thufail pada tahun 1147, dan Ibnu Rusyd pada tahun 1126. Pada masa klasik
seorang raja dinasti Abbasiyah, yaitu Al-Mamun (813-833) terkenal sebagai
raja yang cendekiawan, karena perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan sangat
besar. Selain itu dinasti Umayyah di Spanyol yang didirikan Abdurrahman,
yang lolos dari kejaran Bani Abbasiyah pada tahun 750 M. mendirikan pusat
Pindahnya ibu kota negara dari syam ke Irak dan Baghdad. Baghdad
pada masa itu merupakan kotayang paling tinggi kebudayaannya.
2. Faktor Sosiografi
a) Meningkatkan kemakmuran umat Islam pada waktu itu.
b) Luasnya wilayah kekuasan Islam menyababkan banyak orang Persia
dan Romawi yang masuk Islam kemudian menjadi muslim yang taat.
Hal ini menyebabkan perkawinan campuran yang melahirkan
keturunan yang tumbuh memadukan kebudayaan yang berbeda.
c) Aktivitas Ilmiah
1) Penyusunan buku-buku ilmiah, berjalan melalui tiga fase yaitu
pertama adalah pencatatan pemikiran atau hadis atau hal-hal
lain pada kertas kemudian dirangkap. Kedua pembukuan dan
yang ketiga penyusunan dan pengaturan kembali buku.
7
2) Penerjemahan
merupakan
aktivitas
yang
paling
besar
2.
3.
dari sisi pemikiran, realitas yang terjadi adalah umat Islam cenderung menjadi
imitator, bahkan aplikator model barat. Di samping itu dalam konteks
pembangunan sosial politik dan ekonomi Negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam tidak bisa lepas dari konteks makro yaitu barat
sebagai decisiom makernya dan yahudi sebagai pengendalinya. Namun upaya
untuk maju akan terus dilakukan oleh umat Islam.
D. Masjid Sebagai Pusat Peradapan dan Kebudayaan Islam
Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara terminologi,
masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti
luas (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:295).
Pada umumnya, masjid dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah
khusus, seperti sholat. Padahal, masjid di jaman Nabi Muhammad saw berfungsi
sebagai pusat peradaban. Oleh sebab itu, masjid oleh umat Islam dijadikan sebagai
simbol persatuan umat. Sejak Nabi Muhammad saw mendirikan masjid pertama kali,
fungsi masjid masih orisinil kokoh sebagai pusat peribadatan dan peradaban.
Menurut Athiyah al-Abrasyi, umat Islam telah memanfaatkan masjid untuk
tempat ibadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan
pendidikan keagamaan, di mana dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum
agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi pemimpinpemimpin militer, dan bahkan sebagai istana tempat menerima duta asing. Pendek
kata masjid dijadikan sebagai pusat kerohanian dan sosial politik. (Athiyah alAbrasyi, 1984:58).
Namun, kondisi masjid-masjid saat ini sudah sangat berbeda. Fungsi masjid
mulai menyempit, orang banyak menggunakan masjid hanya untuk ibadah-ibadah
ritual semata. Fungsi masjid dapat lebih efektif jika di dalamnya disediakan fasilitasfasilitas yang diperlukan, seperti :
1. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagi disiplin
ilmu.
2. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum atau sesudah sholat
berjamaah.
9
3. Ruamg kuliah, yang bisa juga digunakan untuk pelatihan-pelatihan remaja masjid
(Muhaimin & Abdul Mujib, 1993:296).
Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah masjid di Indonesia dari tahun ke tahun
kian bertambah. Tetapi secara jujur diakui bahwa fungsionalisasinya belum optimal.
Salah satu jalan untuk memfungsikannya secara maksimal adalah dengan
menumbuhkan kesadaran umat akan pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan
dan mensejahterakan jamaahnya. Peran masjid perlu dioptimalkan. Sebab, menurut
Islam masjid mempunyai fungsi utama yang bertitik pusat kepada pusat pembinaan
umat manusia, yaitu sebagai pusat ibadah ritual dan ibadah sosial (Sudrajat Ajat,
2008:232).
E. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam lahir dan
berkembang dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari
budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat
sulit membedakan mana ajaran Islam dan mana budaya Arab. Masyarakat awam
menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran Islam.
Seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang Arab itu semua mencerminkan ajaran Islam,
bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia.
10
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan
dimana fungsi agama akan berperan lebih jelas, disebut dengan kebudayaan
Islam.
2. Prinsip-prinsip dalam kebudayaan Islam antara lain adalah; (1) menghormati
akal; (2) memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu; (3)
menghindari taklid buta; (4) tidak membuat kerusakan.
3. Sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan dalam 3 masa, yaitu masa
klasik, masa pertengahan dan masa modern.
4. Umat Islam memanfaatkan masjid untuk tempat ibadah dan sebagai lembaga
pendidikan dan pengetahuan Islam dan pendidikan kegamaan, dimana
dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum agama, sebagai tempat
pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi pemimpin militer dan bahkan
tempat menerima duta asing.
5. Dakwah Islam ke Indonesia lengkap dengan seni dan kebudayaannya, maka
Islam tidak lepas dari budaya Arab.
B. SARAN
Diharapkan pembaca memulai untuk meletakkan Islam sebagai pandangan
hidup dalam kehidupan keseharian kita, karena merupakan hak Islam untuk
menggunakan pandangan hidupnya (dalam bahasa Al-attas; Ar-Ruyyatu alIslam Li al wujud) untuk memahami setiap keberadaan, termasuk kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Munthoha dkk. 1998. Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : UII Press
Rohman, Abdul, dkk. 2015. Pendidikan Agama Islam. Purwokerto : UPT Percetakan dan
11
Penerbitan Unsoed
Sudrajat, Ajat dkk. 2009. Din Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum. Yogyakarta : UNY Press
12