Anda di halaman 1dari 2

Evaluasi

1. Uji Reologi
Formulasi yang dikembangkan dituangkan ke dalam adaptor sampel kecil dari
viskometer sinkrotektrik Brookfield dan dengan kecepatan sudut yang meningkat
secara bertahap dari 0,5 sampai 100 rpm. Lalu kecepatan sudut dibalik. Rata-rata dua
pembacaan digunakan untuk menghitung viskositas. Formulasi yang dikembangkan
dituangkan ke dalam wadah salep dan pH formulasi dinaikkan menjadi 7,4 dengan
menambahkan larutan natrium hidroksida 0,5 N. Hail reologi gel dipelajari dengan
menggunakan T-bar spindle (E).
2. Uji In Vitro
Alat uji disolusi yang sudah dimodifikasi yaitu USP XXI digunakan untuk
mengevaluasi profil disolusi in vitro menggunakan membran selofan (ukuran pori:
0,45 ), yang tidak menghambat proses pelepasan difusi obat. Hal ini dilakukan
dengan menempatkan obat pada membran. Dalam waktu 15 menit, 100% disolusi
obat akan didapat. Karena ukuran partikel resin lebih besar dari ukuran pori
membran, maka resin tidak dapat melewati membran. Media disolusi yang digunakan
adalah ATF (artificial tear fluid atau cairan air mata buatan). Sebuah silinder kaca
berdiameter 2,5 cm terbuka di kedua ujungnya dirancang untuk penelitian ini. Selofan
yang sebelumnya direndam semalaman dalam ATF kemudian diambil, dikeringkan
dan diikatkan ke salah satu ujung silinder. 1 ml formulasi dimasukkan ke dalam
membran selofan. Selanjutnya, silinder kaca diletakkan pada poros alat USP tipe 1,
dikeranjang seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Silinder kemudian disuspensikan
dalam medium disolusi yang dijaga pada suhu 37 0,5 C sehingga membran hanya
menyentuh media disolusi. Kecepatan poros perangkat metalik diatur pada kecepatan
50 rpm. Larutan diambil pada interval waktu 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, dan 24 jam
dan diganti dengan volume disolusi yang sama dengan jumlah yang diambil.
Kemudian diencerkan dengan ATF dan dianalisis dengan JASCO V530 UV
Spectrophotometer pada 270 nm. Pelepasan persen kumulatif obat dihitung dan grafik
pelepasan kumulatif persen versus waktu diplot. Setiap percobaan direplikasi
sebanyak enam kali.
3. Uji Antimikroba
Uji antimikroba ditentukan dengan uji difusi menggunakan teknik cawan petri.
Pengenceran hidroklorida siprofloksasin dalam aquades (sebagai larutan standar)
disiapkan. Formulasi diencerkan sesuai dengan aquades. Semua larutan di atas
disterilkan dan dituang ke dalam cawan yang berisi medium agar nutrient steril untuk
uji organisme (Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus). Setelah
dilakukan difusi larutan selama 2 jam, cawan agar diinkubasi pada suhu 37 C selama
24 jam. Zona penghambatan (ZOI) yang diukur di sekitar masing-masing cawan
dibandingkan dengan kontrol. Seluruh percobaan kecuali inkubasi dilakukan di
laminar air flow (LAF). Setiap larutan dilakukan tiga kali replikasi. Baik kontrol
positif maupun negatif dipertahankan selama penelitian berlangsung.
4. Uji Iritasi Mata
Uji iritasi mata secara in vivo dilakukan sesuai dengan teknik Draize
(Organization for Economic Co-operation and Development [OECD, 1987]).
Penilaian potensi iritasi mata formulasi oftalmik adalah sesuai dengan pedoman
OECD nomor 405 (OECD, 1987). Dengan demikian, enam kelinci albino betina
masing-masing dengan berat 2 sampai 3 kg digunakan untuk mempelajari formulasi.
Formulasi steril diaplikasikan sekali sehari selama 21 hari dan kelinci diamati secara
berkala untuk kemerahan, bengkak, dan pembilasan mata, seperti yang disebutkan
dalam pedoman OECD.
5. Uji Stabilitas Dipercepat
Formulasi sterilisasi yang dipilih disimpan pada suhu ruangan 4 1 C (27
1 C), 37 1 C, dan 45 1 C untuk jangka waktu 3 bulan. Formulasi dievaluasi
pada interval periodik untuk pH, transisi gel, reologi, disolusi obat secara in vitro,
sterilitas, dan kandungan obat dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) dengan kolom Spherisorb ODS 2 (5 ) (250 4,6 mm). Fase geraknya
adalah 25: 75: 0,6 asetonitril: air: trietilamina dan pH disesuaikan sampai 4,0 dengan
menggunakan asam fosfat pada laju alir 1,00 ml / menit. Deteksi dilakukan pada
maks 276 nm. Masa simpan formulasi yang dikembangkan dihitung dengan
menggunakan plot Arrhenius.

Anda mungkin juga menyukai