10.
8. BIOFILM Proses pembentukan biofilm Surface
conditioning - Molekul organik menempel pada permukaan dan
menetralisir muatan permukaan Proses adhesi bakteri pioneer Bakteri planktonik menempel karena adanya gaya elektrostatik
maupun fisik, beberapa menempel permanen karena mengeluarkan
polimer ekstraseluler yang lengket. Bakteri pioneer biasanya
adalah Pseudomonas aeruginosa, yang mempunyai flagella.
11.
12.
9. BIOFILM Pembentukan 'Slime' - Polimer ekstraseluler
(terdiri dari polisakarida bermuatan dan netral) tidak hanya
menempelkan sel ke permukaan namun juga dapat 'menangkap'
sisa nutrien dari air, sehingga bakteri pioneer akan bereproduksi. Anak hasil reproduksi dari bakteri pioneer akan membentuk
polimer lagi dan menangkap nutrien hingga kembali bereproduksi -
Hal ini terjadi terus menerus hingga terbentuk lapisan yang licin
seperti gelatin
13.
14.
10. BIOFILM Kolonisasi sekunder - Selain mengangkap
nutrien, polimer ini juga akan menangkap mikroba tipe lain,
dimana mikroba ini akan memetabolisme buangan dari koloni
primer dan akan menghasilkan buangan yang dapat digunakan oleh
sel-sel lainnya Biofilm yang berfungsi penuh (fully functioning)
- Biofil dewasa bersifat kompleks dan kooperatif dalam hal
metabolisme. - Terdapat lapisan anaerob di bawah lapisan aerob. Jika telah mencapai ketebalan tertentu, adanya turbulensi akan
menyebabkan terlepasnya bagian biofilm menjadi planktonik dan
membentuk koloni di tempat yang baru
15.
16.
11. PENGGUNAAN AIR DALAM PRODUKSI SEDIAAN
FARMASI Hal-hal yang perlu diperhatikan : Proses yang
dilakukan : - Pencucian - Preparasi - Sintesis - Produksi Formulasi Bahan yang digunakan - Bahan awal - Produk jadi
TINGKAT KEMURNIAN AIR YANG DIGUNAKAN??
17.
18.
12. JENIS-JENIS AIR MENURUT USP Jenis Air
Penggunaan Sumber Persyaratan Drinking Water Digunakan untuk
tahap awal preparasi kimia dan tahap awal pembersihan dari
peralatan produksi farmasi Purified Water Drinking Water Harus
divalidasi Sterile Purified Water Merupakan purified water yang
dikemas dan disterilkan Purified Water Tidak digunakan untuk
sediaan parenteral, hanya jika diperlukan Water for injection Harus
divalidasi Sterile Water for injection Merupakan water of injection
yang dikemas dan disterilkan Water for injection Digunakan
sebagai pelarut untuk sediaan steril Water for injection Digunakan
22.
14. METODE PURIFIKASI AIR Hal-hal yang harus
diperhatikan : Hasil (efisiensi) dari sistem Kualitas feed water
Reliabilitas dan ketangguhan dari sistem penanganan (treatment)
Dukungan supplier, pemeliharaan dan biaya operasional
23.
24.
15. SISTEM PURIFIKASI AIR Hal-hal yang harus
diperhatikan : Leaching dari kontak dengan bahan Adsorpsi
Higienitas dan sanitasi Ketahanan terhadap korosi Kebocoran
Pertumbuhan mikroba. Toleransi agen pembersih dan sanitasi
Kemampuan dan kapabilitas output Instrumen, sensor, kontrol
dan poin sampling Ruang yang dibutuhkan untuk instalasi
peralatan Akses yang dibutuhkan untuk pemeliharaan
Regenerasi dan sanitasi.
25.
16. TAHAP PRE-TREATMENT Filtrasi primer dan
multimedia Koagulasi atau flokulasi Desalinasi Softening.
26.
27.
17. raw water in air filter S trap to sewer Water is kept
circulating To water softener & DI plant Pretreatment schematic
drawing cartridge filter 5 micrometers activated carbon filter spray
ball break tank air break to drain centrifugal pump float operated
valve sand filter excess water recycled from deioniser
28.
29.
18. brine and salt tank "soft" by pass valve water to deioniser
brine "hard" water in zeolite water softener -exchanges -Ca and
Mg for Na drain
30.
19. TAHAP FINAL TREATMENT Filtration
Disinfection Reverse Osmosis (RO) dan Deionisasi (DI)
Destilasi dan Ultrafiltrasi
31.
20. 6 5 3 4 2 6 3 45 2 Cationic column Anionic column
Hygienic pump Outlets or storage. Ozone generator UV light HCl
NaOH Eluates to neutralization plant Drain line Air break to sewer
from water softener Water must be kept circulating Typical
deionizer schematic 1 1 Return to deionizer Cartridge filter 5 m
Cartridge filter 1 m
32.
21. Reverse osmosis (RO) theory raw water High pressure
Feed water under pressure Reject water Semi-permeable
membrane Permeate water drain or recycle Low pressure Purified
water
33.
22. Typical 2-stage RO schematic Branch Second stage reject
water goes back to first stage buffer tank Branch 2nd stage buffer
tank Cartridge filter 1 m First stage filtrate feeds second stage RO
with excess back to 1st . stage buffer tank Second stage RO
cartridge 1st stage reject concentrate Air break to sewer Second
stage RO water meets Pharmacopoeia standards Outlets or storage
1st stage buffer tank Water from softener or de-ioniser Hygienic
pump Water returns to 1st stage buffer tank First stage RO
cartridge High pressure pump
34.
23. PEMBUATAN JENIS-JENIS AIR Jenis Air Treatment
Filtrasi, Softening Disinfeksi atau sanitasi Pembuangan logam besi
Presipitasi Pengurangan jumlah senyawa inorganik/organik Potable
Water/Drinking Water Purified water Disinfeksi dengan UV
Sanitasi dengan pemanasan Sanitasi secara kimia (ozon) Highly
Purified Water Ion exchange Ultrafiltration Reverse Osmosis Water
for Injection Destilasi (International and European Pharmacopeias)
35.
36.
24. SPESIFIKASI DESAIN Material yang kontak dengan
WPU (Water for Pharmaceutical Use) - Pipa - Valve dan fitting Seals - Diapraghma dan instrumen - Tangki Pompa
37.
38.
25. SPESIFIKASI DESAIN Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan : Kompabilitas - Terutama dengan suhu dan bahan
kimia yang digunakan pada sistem Leaching effect - Tidak
leaching pada rentang temperatur tertentu Ketahanan terhadap
korosi - PW, HPW dan WFI sangat korosif - Sebaiknya
menggunakan stainless steel 316 L - Melakukan sistem pasivasi
setelah instalasi dan modifikasi sesuai SOP
39.
40.
26. SPESIFIKASI DESAIN Penghalusan permukaan Mencegah kontaminasi biofilm dan mikroba - Retakan dan
permukaan tidak rata berasosiasi dengan kontaminasi dan korosi Jika menggunakan stainless steel dapat dihaluskan dengan cara
mekanis dan electropolishing Sambungan - Proses
penyambungan dilakukan dengan welding (las) dapat dikontrol
dengan cara : Kualifikasi operator, dokumentasi, weld logs,
inspeksi visual dari hasil welding
41.
42.
27. SPESIFIKASI DESAIN Tangki penyimpanan - Desain
dan ukuran Merupakan tempat 'buffer' antara generation dan
penggunaan Avoid ineffeciencies and equipment stress during
frequent on-off cycles Waktu penyimpanan tidak terlalu lama Kontrol kontaminasi Headspace (selalu dibasahi dengan spray
ball/distributor) Nozzles (tidak ada dead zone) Vent filters
(tipe, pengujian, pemanasan) Valve bertekanan dan burst discs
(desain sanitasi)
43.
44.
28. SPESIFIKASI DESAIN Pipa dan heat exchangers
(distribusi) - Loop harus terus bersirkulasi - Filtrasi tidak
dilakukan pada loop dan 'take-off point' - Heat exchangers :
Double tube plate, double plate dan frame type Didesain untuk
memastikan tidak ada air yang stasis - Jika air didinginkan
sebelum digunakan: dilakukan dalam waktu minimum, dan proses
tervalidasi
45.
29. SPESIFIKASI DESAIN Pompa sirkulasi (circulation
pump) - Desain sanitasi dengan seals yang baik - Stand by pump :
Dapat juga digunakan Dikonfigurasi sedemikian rupa agar
mencegah air terperangkap atau terbentuk dead zone
46.
30. KONTROL BIOKONTAMINASI Aliran sirkulasi
membentuk turbulensi yang berkesinambungan - Dengan
kecepatan yang telah dispesifikasi dan dimonitor Menghindari
adanya dead legs Pola valve yang higienis : diapraghma
Panjang pipa mengikuti jalur yang sependek mungkin Pipa untuk
sistem suhu ambient, diisolasi dari pipa panas.
47.
31. KONTROL BIOKONTAMINASI Dead legs Flow
direction arrows on pipes are important Water scours dead leg If
D=25mm & distance X is greater than 50mm, we have a dead leg
that is too long Dead leg section >1.5D Sanitary Valve D X
48.
32. KONTROL BIOKONTAMINASI Pressure gauges
dipisahkan dari membran sistem Pipa dipasang dengan
kemiringan tertentu memungkinkan untuk self drainage Sistem
dijaga pada temperatur tinggi (di atas 70 C) Menggunakan
lampu UV - Perhatikan :Kecepatan aliran, life-cycle dari lampu
Bahan material yang cocok
49.
33. KONTROL BIOKONTAMINASI Sanitasi periodik
dengan air panas Sanitasi periodik dengan 'super-heated hot
water' atau uap yang bersih - Reliable - Monitor suhu selama siklus
Sanitasi rutin dengan bahan kimia, misalnya ozon - Penghilangan
agen sebelum air digunakan sangat penting
Kualitas sumber raw water dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Potable water (air
minum) pada beberapa wilayah secara farmasi memiliki kualitas sangat rendah
sehingga tidak dapat diminum. Air tersebut harus dimurnikan dulu sebelum
digunakan dalam produksi farmasi. Variasi dapat terjadi secara musiman dan
kontaminannya juga bervariasi. Beberapa wilayah dipengaruhi oleh musim kemarau
dan penghujan. Beberapa wilayah lain dipengaruhi oleh 4 musim (winter, spring,
autumn & summer).
Variasi alami musiman, variasi kualitas & variasi kandungan mikroba juga dapat
terjadi pada city water, yaitu air minum yang dipasok oleh Perusahaan Air Minum
Kota. Konsekuensinya air tersebut perlu dimurnikan sebelum digunakan. Perlu
dilakukan langkah-langkah menghilangkan pengotor dan mengendalikan jumlah
mikroba untuk menghindari kontaminasi produk.
Tidak ada air murni (pure water) di alam karena sangat bervariasinya sumber air
dan sifat kimia unik air yang menyebabkan air menjadi pelarut universal. Otoritas
kesehatan mencatat terdapat lebih dari 90 jenis kontaminan yang bisa
mengkontamiansi air minum. Kontaminan dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok:
Kontaminan anorganik, misalnya chloramines, magnesium karbonat, kalsium
karbonat dan sodium klorida.
Kontaminan organik, misalnya residu detergen dan pelarut.
Kontaminan padatan, misalnya tanah liat, sols, cols dan tanah.
Kontaminan gas, misalnya nitrogen, karbondioksida dan oksigen.
Kontaminan mikroorganisme, kontaminan yang berpeluang menyebabkan kesulitan
besar karena jumlahnya dapat bertambah pada kondisi nutrisi sangat terbatas,
bahkan mampu berkembang pada pure water.
^_^
Perlakuan (treatment) yang harus dilakukan terhadap air sangat dipengaruhi oleh
sifat kimia air dan kontaminan yang ada. Kontaminan pada air dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti:
Hujan, yang dapat melarutkan asam dari atmosfer dan membawa kontaminan lain.
Erosi, yang membuat terbawanya mineral, tanah liat dan tanah.
Polusi, yang berasal dari atmosfir maupun kontaminasi air tanah.
Pelarutan, mineral dan padatan secara perlahan dapat terlarut di dalam air
simpanan.
Sedimentasi, mineral yang terlarut dapat mengalami pengendapan kembali
sehingga memampatkan pipa dan filter.
Dekomposisi, dapat terjadi pada kontaminan yang dapat terdegradasi.
Kontaminan mineral pada air bisa menimbulkan berbagai macam masalah sesuai
dengan jenis mineral yang mengkontaminasi. Kalsium dan magnesium
menyebabkan water hardness yang bila air dipanaskan/dididihkan akan
menyebabkan terbentuknya kerak pada alat. Besi dan mangan akan menyebabkan
perubahan warna air, bereaksi dengan produk obat dan bisa menjadi katalis proses