menyatakan akan meneliti lebih lanjut hal tersebut.1 Namun hal ini
sesungguhnya sangat disayangkan. Bagi masyarakat bahari yang
sejati, pencurian produk budaya bukanlah hal yang mengejutkan.
Karena bagi mereka, setiap produk kebudayaan adalah hasil dialog
dan interaksi dari segala macam kebudayaan. Sehingga
identitasnya bercampur menjadi satu dan dimiliki secara bersama.
Ini yang seharusnya disadari oleh masyarakat kita, bahwa
masyarakat kita mampu mempengaruhi dan dipengaruhi. Jika sudah
seperti itu, persaudaraan akan terbangun dengan erat dan tidak ada
lagi konflik yang timbul.
Selain reog yang ditemukan di negeri lain, alat musik angklung
juga mengalami hal yang sama. Angklung adalah alat musik yang
terbuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi
disebabkan oleh benturan badan pipa bambu). Dalam
perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke
seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat
sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain
ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun
sempat menyebar di sana.
Penyebaran alat musik angklung hingga ke Thailand adalah
bukti kuat nenek moyang kita mengadakan perlayaran dan
mengenalkan baik bermaksud secara sengaja atau tidak kepada
mereka. Namun perlu diketahui, bahwa jenis angklung yang ada di
setiap daerah memiliki keunikan yang berbeda.baik yang ada di
Thailand dan juga di tanah air sendiri. adapun jenis-jenis angklung
yang ada adalah Angklung Kanekes yang ada di suku badui,
Angklung Reyog, Angklung Banyuwangi, Angklung Bali. Variasi inilah
yang menjadi bukti bahwa alat musik kita adalah dimiliki orang yang
bahari yang berkarakter fleksibel, menyesuaikan daerah yang
memainkannya.