ISLAM
Oleh: Risa Farihatul Ilma
Abstrak
Salah satu kelebihan Islam adalah keragamannya. Sejak masamasa awal sejarahnya, Islam tampil sangat beragam dengan
puluhan mazhab dan ratusan aliran pemikiran. Mazhab-mazhab dan
aliran ini merupakan kekayaan Islam, karena mereka adalah cermin
dari perbedaan pemikiran.Kaum muslim akan menjadi kuat jika
mereka saling menghargai pandangan-pandangan yang berbeda,
bukan saling mencaci dan memusuhinya. Perbedaan adalah takdir
yang sudah digariskan Tuhan. Tugas umat beragama adalah
menerimanyadan menyikapinya secara positif sebagai anugrah
yang diberikan Tuhan ini.
Adalah
mereka
Jaringan
Islam
Liberal
yang
mencoba
ormas
itu
seakan
berlomba
satu
sama
lain
untuk
mendapat
ancaman
yang
mematikan
dari
kelompok-
sebagai lawan dari paham teokrasi, hak-hak perempuan, kebebasan berpikir, hak-hak
non-Muslim dan gagasan kemajuan.3
Harun Nasution dan Nurcholish Madjid bisa dikatakan sebagai
pioneer dalam mengembangkan Islam Liberal di Indonesia. Bila
harun berhasil mengembangan sayap gerakannya ke IAIN-IAIN
seluruh Indonesia, maka Nurcholish mempromosikan gagasannya ke
masyarakat-khususnya kelas menengah ke ata- lewat Paramadinanya, baik lewat paket kajian-kajian Paramadina, kajian bulanan,
Universitas Paramadina Mulya, atau buku-buku Paramadina. 4
Menurut Fachri Aly dan Bactiar Effendi terdapat sedikitnya empat versi Islam
liberal, yaitu modernisme, universalisme, sosialisme demokrasi, dan neo modernisme.
Modernisme mengembangkan pola pemikiran yang menekankan pada aspek
rasionalitas dan pembaruan pemikiran Islam sesuai dengan kondisi-kondisi modern.
Tokoh-tokoh yang dianggap mewakili pemikiran modernisme antara lain Ahmad
Syafii Maarif, Nurcholish Madjid, dan Djohan Effendi. Adapun universalisme
sesungguhnya merupakan pendukung modernisme yang secara spesifik berpendapat
bahwa, pada dasarnya Islam itu bersifat universal. Betul bahwa Islam berada dalam
konteks nasional, tetapi nasionalisasi itu bukanlah tujuan final Islam itu sendiri.
Karena itu, pada dasarnya, mereka tidak mengenal dikotomi antara nasionalisme dan
Islamisme. Keduanya saling menunjang. Masalah akan muncul kalau Islam yang menasional atau melokal itu menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap hakikat
Islam yang bersifat universal. Pola pemikiran ini, secara samar-samar terlihat pada
pemikiran Jalaluddin Rahmat, M. Amien Rais, A.M. Saefuddin, Endang Saefudin
Anshari dan mungkin juga Imaduddin Abdul Rahim.5
Mereka percaya bahwa betapapun, Islam bersifat universal, namun kondisikondisi suatu bangsa, secara tidak terelakkan, pasti berpengaruh terhadap Islam itu
sendiri. Ada dua tokoh intelektual yang menjadi pendukung utama neo modernisme
3 Charles Kurzman. Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer teang
Isu-isu Global (Jakarta: paramadina, 2003), .h 14-16
miliki
adalah
menjawab
tantangan
zaman
dengan
sementara
kaum
beragama
tertatih-tatiih
mengikuti
oleh
JIL
yaitu:
Pertama,
membuka
ruang
diskusi,
buku yang bagus dan riset-riset. Ketiga, dalam jangka panjang ingin
membangun semacam lembaga pendidikan yang sesuai dengan visi
JIL mengenai Islam.12
Kajian-kajian yang telah dilakukan oleh JIL telah menghasilkan
beberapa pemehaman secara umum sebagai berikut:
1. JIL percaya bahwa isi dan substansi (ideal moral) ajaran
agama Islam jauh lebih penting daripada bentuk dan labelnya.
Dengan menekankan substansi ajaran moral, sangat mudah
bagi kaum substansialil ini untuk mencari common ground
dengan penganut agama dan kaum moralis lainnya untuk
membentuk aturan public bersama.
2. walau Islam (al-Quran) itu bersifat universal dan abadi,
namun ia tetap harus terus menerus diinterpretasi ulang
untuk merespon zaman yang terys berubah dan berbeda.
Zaman pasca industry menjelang abad 21 ini jelaslh berbeda,
secara ekonomi, politik, dan kultur dengan zaman ketika Islam
pertama kali turun di era sebelum industry, lebih dari seribu
tahun lalu.
3. Karena keterbatasan
pikiran
manusia,
mustahil
mereka
mereka.
Dengan
sikap
ini,
mereka
akan
lebih
liberal
sangat
menjunjung
kemerdekaan
berpikir
dan
pelajar
dan
intelektual
muda
Indonesia
belajar
ke