Data Pasien:
Nama : Tn. H
Nama Wahana : RST TK IV
Telp : Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Audit
Pos
Nomor Registrasi :
Terdaftar sejak :
Herpes zoster region thorakalis dekstra. Pasien mengeluh nyeri dan panas di dada dan punggung sebelah kanan sejak
3 hari , serta demam sejak 5 hari. Sebelumnya pasien sudah mengkonsumsi obat sendiri, yaitu Paracetamol tablet
yang dibeli di warung.
2. Riwayat pengobatan:
Pasien diminumkan Asam Mefenamat 500mg tiap 8 jam, Asiklovir tablet 800mg 5x setiap hari, antasida tablet tiap 8
jam, Vitamin B kompleks 1 tablet tiap hari, ketorolac 30mg intravena per 8 jam, bedak salisil pada lesi yang belum
pecah dan salep gentamicin pada lesi di kulit yang sudah menjadi luka.
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:
Pasien menyangkal memiliki riwayat asma ataupun alergi makanan dan obat-obatan.
4. Riwayat keluarga:
Riwayat asma dan alergi dalam keluarga disangkal.
5. Riwayat pekerjaan:
6. Lain-lain:
Pasien suka mengkonsumsi gorengan, mie instan dan minuman dingin. Pasien memiliki kebiasaan mengorok saat
tidur sejak 2 bulan terakhir.
Daftar Pustaka:
a. Siregar RS. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Jakarta: ECG, 2005 ; 84-7
b. Martodihardjo S. Penanganan Herpes Zoster dan Herpes Progenitalis. Ilmu Penyakit kulit dan Kelamin. Surabaya:
Airlangga University Press, 2001.
c. Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2005; 110-2.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis herpes zooster.
2
Penyebab reaktivasi tidak diketahui pasti tetapi biasanya muncul pada keadaan
imunosupresi. Insidensi herpes zoster berhubungan dengan menurunnya imunitas terhadap VZV
spesifik. Selama proses varisela berlangsung, VZV lewat dari lesi pada kulit dan permukaan
mukosa ke ujung saraf sensorik menular dan dikirim secara sentripetal, naik ke serabut sensoris
ke ganglia sensoris. Di ganglion, virus membentuk infeksi laten yang menetap selama
kehidupan. Herpes zoster terjadi paling sering pada dermatom dimana ruam dari varisela
mencapai densitas tertinggi yang umumnya pada bagian (oftalmik) pertama dari saraf trigeminal
ganglion sensoris dan tulang belakang dari T1 sampai L2.
Gambaran evolusi ujud kelainan kulit pada herpes zoster
Munculnya lenting-lenting kecil yang
berkelompok
dan
beberapa
dapat
vesikel
berumbilikasi
dan
mulai
vesikel
pecah
menjadi
krusta
dan
scar jika
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang sangat dan
pruritus selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik erupsi kulit dari vesikel
berkelompok pada dasar yang Gejala prodormal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri
tekan intermiten atau terus menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir, beberapa
dermatom atau difus. Lesi baru timbul selama 3-5 hari. Bentuk vesikel dalam waktu 12 sampai
6
24 jam dan berubah menjadi pustule pada hari ketiga. Pecahnya vesikel serta pemisahan terjadi
dalam 2 4 minggu. Krusta yang mongering pada 7 sampai 10 hari. Pada umumnya krusta
bertahan dari 2 sampai 3 minggu. Pada orang yang normal, lesi lesi baru bermunculan pada 1
sampai 4 hari ( biasanya sampai selama 7 hari). Rash lebih berat dan bertahan lama pada orang
yang lebih tua, dan lebih ringan dan berdurasi pendek pada anak anak.
Pembagian Herpes Zooster menurut lokasi lesi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
proliferasi endotel pembuluh darah kecil, hemoragi fokal dan inflamasi bungkus ganglion.
Partikel virus dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan antigen virus herpes zoster dapat
dilihat secara imunofluoresensi.
Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis. Akan tetapi
pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang antara lain:
1.
Isolasi virus dengan kultur jaringan dan identifikasi morfologi dengan mikroskop
elektron.
2.
3.
Pengobatan topikal
Terapi topikal seperti lidokain patches, dan krim capsaicin dapat digunakan untuk
neuralgia paska herpes. Solutio Burrow dapat digunakan untuk kompres basah . Kompres
diletakkan selama 20 menit beberapa kali sehari, untuk maserasi dari vesikel,
membersihkan serum dan krusta, dan menekan pertumbuhan bakteri. Solutio Povidoneiodine sangat membantu membersihkan krusta dan serum yang muncul pada erupsi berat
dari orang tua. Acyclovir topikal ointment diberikan 4 kali sehari selama 10 hari untuk
pasien imunokompromised yang memerlukan waktu penyembuhan jangka pendek.
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya
pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat
disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
2. Zoster trigeminalis
herpes zoster bisa menyerang setiap bagian dari saraf trigeminus, tetapi paling sering
terkena adalah bagian oftalmika. Gangguan mata seperti konjungitvitis, keratitis,
dan/atau iridosiklitis bisa terjadi bila cabang nasosiliaris dari bagian oftalmika terkena
(ditunjukkan oleh adanya vesikel vesikel di sisi hidung), dan pasien dengan zoster
oftalmika hendaknya diperiksa oleh oftalmolog.
http://www.entusa.com/oral_pictures_htm/shingles_herpes_zoster.htm
Infeksi pada bagian maksila dari saraf trigeminus menimbulkan vesikel vesikel
unilateral pada pipi dan pada palatum.
biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi
seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus.
Umumnya akan sembuh spontan.
Plan
Diagnosis : Berdasarkan anamnesis pasien mengeluhkan demam dan gatal pada kulit yang
kemudian diikuti dengan munculnya ruam kulit yang terasa nyeri dengan riwayat varisela
sebelumnya sekitar 14 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan kelainan kulit berupa
vesikel berkelompok dengan dasar eritematosa dengan distribusi segmental unilateral di dada sisi
kanan antero-posterior dengan sebagian vesikel telah pecah dan membentuk krusta sehingga
mengarahkan diagnosis pasien mengarah herpes zoster thorakalis.
Pengobatan : Pasien sebaiknya diberikan obat-obatan yang dari 3 aspek berupa kausatif,
simptomatik dan suportif. Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya,
misalnya valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena.
Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang
dianjurkan adalah 5800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya
digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat. Obat
lain yang dapat digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir.
Valasiklovir diberikan 31000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma
tinggi. Selain itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA
polimerase. Famsiklovir diberikan 3200 mg/hari selama 7 hari. Maka pada kasus ini diberikan
obat antivirus berupa Asiklovir dengan dosis 5 x 800 mg selama 7 hari. Untuk aspek
simptomatik, dapat diberikan obat antiinflamasi non steroid yang memiliki efek antipiretik yang
besar dan memiliki efek antiinflamasi untuk mengurangi reaksi inflamasi yang terjadi. Pada
kasus diberikan Asam mefenamat dan Ketorolac intravena, pemberian dirutinkan di awal namun
dikurangi perlahan sehingga akhirnya diberikan hanya bila muncul nyeri saja. Untuk
memberikan efek proteksi mukosa lambung terhadap efeks samping penggunaan NSAID
diberikan antasida tablet.
11
Pemberian obat topikal diprlukan pada pasien dengan herpes zoster. Jika masih stadium
vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak
terjadi infeksi sekunder. Pada kasus diberikan bedak salisil untuk lesi yg belum pecah dan juga
salep gentamisin pada lesi yang sudah pecah menjadi krusta.
Pendidikan : Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan
kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun.
Usahakan agar vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk
mencegah infeksi sekunder jaga kebersihan badan.
12