Anda di halaman 1dari 17

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga
dimana rongga tersebut harusnya berada dalam keadaan normaltertutup
(Nanda, 2006).
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia
yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke
dalam kanalis inguinalis (Jong 2004).
Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk
melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat
turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar)
sesaat sebelum bayi dilahirkan.
2. Anatomi fisiologi
a. Usus halus
Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang dari
sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum) panjangnya 25 cm, usus kosong
(jejunum) 1-2 m, dan usus penyerapan (ileum) 2-4 m.
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong
(jejunum). Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
1

tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua


belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
empedu
2) Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum)
dan usus penyerapan (ileum). Panjangnya 1-2 meter, Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.,
panjangnya 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral
atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garamgaram empedu.
Fungsi usus halus :
a) Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum
akan mensekresi mukus guna melindungi mukosa usus.
b) Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell)
mensekresi sucrase, maltase, lactase dan enterokinase yang
bekerja pada disakarida guna membentuk monosakarida yaitu
peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang
mengaktifkan trypsinogen dari pankreas.
c) Mensekresi
hormon.
Sel-sel
endokrin

mensekresi

cholecystokinin, secretin, dan enterogastrone yang mengontrol


sekresi empedu, pancreatic juice, dan gastric juice.
2

d) Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu


dari hati masuk kedalam duodenum.
e) Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usus
kedalam kapiler darah dan lacteal dari villi.
f) Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik.
Gerakan mencampur disebabkan oleh kontraksi serabut otot
sirkuler pada usus menyebabkan chyme kontak dengan villi
untuk diabsorpsi
b. Usus besar ( colon )
Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya
1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum, colon, dan
rectum. Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon
terbagi menjadi colon ascending, colon transversal, colon descending, dan
bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah rectum dan anus.
Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk mengontrol
pembukaan anus.(Brunner & Suddarth, 2001)
Fungsi usus besar :
a) Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltik akan
menggerakkan zat sisa menuju kebagian distal.
b) Sekresi. Pada umumnya memproduksi mukus yang melindungi
mukosas akan tidak mengalami injury, melunakkan feces yang
memungkinkan bergerak dengan lancar kearah pelepasan dan
menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh bakteri.
c) Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan
mengabsorpsi

90%

air

dan

garam

dan

mempertahankan

keseimbangan cairan dan elektrolit. Mensintesa vitamin. Bakteri


pada usus halus akan mensintesa vitamin K, thiamin, riboflavin,
vitamin B12, dan folic acid.
3

d) Membentuk feses. Feses terdiri dari air dan massa padat.


Massa padat termasuk sisa makanan dan sel yang mati. Pigmen
empedu memberikan warna pada feses. Dan menstimulasi gerakan
isi usus kearah pelepasan.
e) Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh
keluar. Pada saat feses dan gas berada dalam rektum, tekanan dalam
rektum meningkat, menyebabkan terjadinya refleks defekasi.
3. Epidemiologi
Insiden hernia menduduki peringkat ke lima besar yang terjadi di Amerika
Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang dilakukan tiap
tahunnya. Hernia Inguinalis di sisi kanan adalah tipe hernia yang paling
banyak dijumpai pria dan wanita, sekitar 25% pria dan 2% wanita mengalami
hernia inguinalis. Angka kejadian Hernia inguinalis lateralis di Amerika dapat
di mungkinkan dapat terjadi karena anomali congenital atau karena sebab di
dapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh
kantong isi hernia
4. Etiologi
Penyebab dari hernia adalah
1) adanya peningkatan tekanan intra abdominal akibat adanya tindakan
valsava maneuver seperti batuk, mengejan, mengangkat benda berat atau
menangis.
2) Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena
sebab yang didapat.
3) Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong
dan isi hernia.

4) faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut
dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdominal
yang meninggi serta kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
5) Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa (16%).
6) Bertambahnya umur menjadi faktor risiko, dimungkinkan karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
7) Setelah apendektomi menjadi faktor risiko terjadi hernia inguinalis karena
kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan nervus
ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis.(Jong, 2004).
5. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis
inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi
rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol
keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan
akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada
lakilaki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara
spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan
ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka
5

isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen
yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau
kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga
perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul
letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat
2004).
6. Klasifikasi
a. Berdasarkan terjadinya:
1) Hernia bawaan atau congenital
2) Hernia didapat atau akuisita
b. Berdasarkan tempatnya:
1) Hernia Inguinalis Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela
paha (regio inguinalis).
2) Hernia femorali Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa
femoralis.
3) Hernia umbilikalis Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah isi
perut.
4) Hernia diafragmatik Adalah hernia yang masuk melalui lubang
diafragma ke dalam
rongga dada
c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel Yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum
abdominalis lagi tanpa operasi.
2) Hernia ireponibel Yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
6

3) Hernia akreta Yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong


hernia.
4) Hernia inkarserata Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.

7. Gejala klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual.
c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulitdi atasnya menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sasak nafas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
8. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha,
skrotum atau labia dalam posisi berdiri atau berbaring. Pasien diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris
dapat dilihat

b. Auskultasi : pada keadaan obstruksi yang sedang terjadi bising usus


terdengar keras, sering dan nada tinggi,setelah itu peristaltik terhenti,
bising usus tidak terdengar/hilang
c. Palpasi

: dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba

konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direpoisi.


Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada
anak-anak, kadang cincin hernia dapat teraba berupa annulus inguinalis
yang melebar.
9. Pemeriksaan diagnostic
a. Rontgen foto Pada abdomen akan menunjukkan kuantitas cairan atau gas
b. Pemeriksaan darah lengkap: Hb yang rendah dapat mengarah pada
anemia/kehilangan darah dan keseimbangan oksigenasi jaringan dan
pengurangan Hb yang tersedia dengan anestesi inhalasi,peningkatan Ht
mengidetifikasikan dehidrasi.Penurunan Ht mengarah pada kelebihan
cairan.
c. Waktu koagulasi mempengaruhi hemostatis intraoperasi/pascaoperasi
d. EKG: penemuan akan sesuatu yang sesuatu yang tidak normal
membutuhkan prioitas perhatian untuk memberikan anestesi.

10. Therapy/tindakan penanganan


a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan
tangan.
8

2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan


sementara, misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hernioplasty
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasty
sering dilakukan pada anak-anak
2) Hernioraphy
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan

kantong

diikat, dan dilakukan basiny plasty atau tehnik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan
pada orang dewasa.
3) Herniotomy
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan
pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis.
11. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan dengan isi hernia dan dinding kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali
b. Obstruksi usus
c. Perforasi
d. Nekrosis isi hernia dan kantong hernia akan berisi transudat berupa
cairan serosanguinu
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.

Pengkajian

a. Pengkajian Psikososial Dan Spiritual


1) Psikososial
9

Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain,
harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
2) Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
Apakah klien sering merasa gelisah?
Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
Ada atau banyak pikiran?
Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban yaMASALAH EMOSIONAL
POSITIF (+)
3) Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian, harapanharapan klien, dan lain-lain

b. Pengkajian Fungsional Lansia


Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ
Pengkajian ini meliputi observasi kemampuan klien untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari /Activity Daily Living
1) INDEKS KATZ
10

Termasuk/katagori manakah klien?


a) Mandiri dalam makan, kontinensia, (BAB/BAK), menggunakan pakaian, pergi ke
toilet, berpindah dan mandi
b) Mandiri semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas
c) Mandiri kecuali mandi dan salah satu fungsi di atas
d) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan salah satu dari fungsi di atas
e) Mandiri kecuali, mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
f) Mandiri kecuali, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu fungsi yang lain
g) Ketergantungan untuk semua fungsi diatas
h) Lain-lain (ketergantungan sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai A, B, C, D, E, F & G)
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun dia dianggap mampu
2)

MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS


Termasuk yang manakah klien?

NO
1

KRITERIA
Makan (Feeding)

Skor
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega,dll

Mandi (Bathing)

2 = Mandiri
0 = Tergantung dengan orang lain

Perawatandiri (Grooming)

1 = Mandiri
0 = Membutuhkan bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi,

Berpakaian(Dressing)

dan bercukur
0 = Tergantung dengan orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal mengancing baju)

Buang air kecil (Bladder)

2 = Mandiri
0 = Inkontinensiaataupakaikateterdantidakterkontrol
1 = Kadang inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur)
11

Nilai

Buang air besar (Bowel)

0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)


1 = Kadang Inkontinensia (sekali seminggu)

2 = Kontinensia (teratur)
0 = Tergantung bantuan orang lain

Penggunaan toilet

1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan


beberapa hal sendiri
8

2 = mandiri
0 = Tidak mampu

Transfer

1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)


2 = Bantuan kecil (1orang)
9

3 = Mandiri
0 = Imobilitas (tidak mampu)

Mobilitas

1 = menggunakan kursi roda


2 = Berjalan dengan bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
10

seperti tongkat)
0 = Tidak mampu

Naik turun tangga

1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)


2 = Mandiri
Keterangan :
20

: Mandiri

12-19

: Ketergantungan ringan

9-11

: Ketergantungan sedang

5-8

: Ketergantungan berat

0-4

: Ketergantungan total

c. Pengkajian Status Mental Gerontik


1)

Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental


Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10 pertanyaan
12

Skore
+

No

1
2
3
4

PERTANYAAN

Jawaban

Tanggal berapa hari ini?


Hari apa sekarang ini?
Apa nama tempat ini?
Berapa nomor telepon anda?
Alamat anda ?
(tanyakan bila tidak memiliki

5
6
7
8
9
10

telepon)
Berapa umur anda?
Kapan anda lahir?
Siapa presiden Indonesia sekarang?
Siapa presiden sebelumnya?
Siapa nama ibu anda?
Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu
seterusnya sampai bilangan
terkecil)

Penilaian SPMSQ:
Kesalahan 0-2

: fungsi intelektual utuh

Kesalahan3-4

: kerusakan intelektual ringan

Kesalahan5-7

: kerusakan intelektual sedang

Kesalahan8-10

: kerusakan intelektual berat

2) Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Nilai
maksimum
Orientasi
5

Nilai pasien

Pertanyaan

Menyebutkan dengan benar ?


13

o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
5

o Bulan
Dimana kita sekarang ?
o Negara.............................
o Wilayah............................
o Kota.................................
o Rumahsakit....................
o Lantai........

Registrasi
3

Sebutkan nama 3 objek: 1 detik untuk


mengatakan masing-masing. Beri 1 poin untuk
setiap jawaban yang benar

Perhatian dan kalkulasi


5

Seri 7s 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti


setelah 5 jawaban. Berganti eja kata
kebelakang

Mengingat
3

Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas.


Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran

Bahasa
9

Nama pensil dan melihat (2 poin)


Mengulang hal berikut: tidak ada jika, dan atau
tetapi (1 poin)
Nilai total

Keterangan:
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif
yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

d. Pengkajian Resiko Jatuh


14

Pengkajian resiko jatuh pada klien dewasa/lansia menggunakan Skala Morse


No
1

Tgl
Jam
Skor

Item Penilaian
Usia
a. Kurang dari 60

b. Lebih dari 60

c. Lebih dari 80
Defisit Sensori

a. Kacamata bukan bifocal

b. Kacamata bifocal

c. Gangguan pendengaran

d. Kacamata multifocal

e. Katarak / glaucoma

f. Hampir tidak melihat/ buta


Aktivitas

a. Mandiri

b. ADL dibantu sebagian

c. ADL dibantu penuh


RiwayatJatuh

a. Tidak pernah

b. Jatuh < 1 tahun

c. Jatuh < 1 bulan

d. Jatuh pada saat dirawat sekarang


Kognisi

a. Orientasi baik

b. Kesulitan mengerti perintah

c. Gangguan memori

d. Kebingungan

e. Disorientasi
PengobatandanPenggunaanAlatKesehatan

15

IA

a. > 4 jenis pengobatan


b. Antihipertensi/ hipoglikemik/ antidepresan

c. Sedative/ psikotropika/ narkotika

d. Infuse/ epidual/ spinal/ dower catheter/


traksi

2
2

Mobilitas
a. Mandiri

b. Menggunakan alat bantu berpindah

c. Kordinasi/ keseimbangan memburuk

d. Dibantu sebagian

e. Dibantupenuh/bedrest/nirse assist

f. Lingkungandenganbanyakfurnitur
Pola BAB/BAK

a. Teratur

b. Inkontinensia urine/feses

c. Nokturia

d. Urgensi/frekuensi
Komorbiditas

a. Diabetes/ penyakit jantung/ stroke/ ISK

b. Gangguan saraf pusat/ Parkinson

c. Pasca bedah 0-24 jam


Total skor
Keterangan
Resiko Rendah
Resiko Tinggi
Resiko Sangat Tinggi
Nama / paraf

3
0-7
8-13
14

Catatan:
1. Pengkajian awal resiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit.
Dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
16

2. Pengkajian ulang untuk pasien resiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode:
a. Setelah pasien jatuh(post Falls) dengan kode: PF
b. Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
c. Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer) dengan
kode: WT
d. Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
e. Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
Kode ini dituliskan pada kolom keterangan.
2.

Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik (luka insisi dan distensi abdominal)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
c. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan pasien tentang proses pembedahan
d. Risiko infeksi b.d proses insisi/ bedah

17

Anda mungkin juga menyukai