mensekresi
90%
air
dan
garam
dan
mempertahankan
4) faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut
dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdominal
yang meninggi serta kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
5) Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa (16%).
6) Bertambahnya umur menjadi faktor risiko, dimungkinkan karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan
berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.
7) Setelah apendektomi menjadi faktor risiko terjadi hernia inguinalis karena
kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan nervus
ilioinguinalis dan nervus iliofemoralis.(Jong, 2004).
5. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis
inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi
rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol
keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan
akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada
lakilaki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara
spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan
ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga
aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka
5
isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen
yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau
kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga
perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus
yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul
letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat
2004).
6. Klasifikasi
a. Berdasarkan terjadinya:
1) Hernia bawaan atau congenital
2) Hernia didapat atau akuisita
b. Berdasarkan tempatnya:
1) Hernia Inguinalis Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela
paha (regio inguinalis).
2) Hernia femorali Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa
femoralis.
3) Hernia umbilikalis Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah isi
perut.
4) Hernia diafragmatik Adalah hernia yang masuk melalui lubang
diafragma ke dalam
rongga dada
c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel Yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum
abdominalis lagi tanpa operasi.
2) Hernia ireponibel Yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga.
6
7. Gejala klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual.
c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulitdi atasnya menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sasak nafas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
8. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha,
skrotum atau labia dalam posisi berdiri atau berbaring. Pasien diminta
mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris
dapat dilihat
kantong
diikat, dan dilakukan basiny plasty atau tehnik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan
pada orang dewasa.
3) Herniotomy
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan
pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis.
11. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan dengan isi hernia dan dinding kantong hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali
b. Obstruksi usus
c. Perforasi
d. Nekrosis isi hernia dan kantong hernia akan berisi transudat berupa
cairan serosanguinu
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada orang lain,
harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
2) Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
Apakah klien sering merasa gelisah?
Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
Ada atau banyak pikiran?
Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban yaMASALAH EMOSIONAL
POSITIF (+)
3) Spiritual
Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian, harapanharapan klien, dan lain-lain
NO
1
KRITERIA
Makan (Feeding)
Skor
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega,dll
Mandi (Bathing)
2 = Mandiri
0 = Tergantung dengan orang lain
Perawatandiri (Grooming)
1 = Mandiri
0 = Membutuhkan bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi,
Berpakaian(Dressing)
dan bercukur
0 = Tergantung dengan orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal mengancing baju)
2 = Mandiri
0 = Inkontinensiaataupakaikateterdantidakterkontrol
1 = Kadang inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur)
11
Nilai
2 = Kontinensia (teratur)
0 = Tergantung bantuan orang lain
Penggunaan toilet
2 = mandiri
0 = Tidak mampu
Transfer
3 = Mandiri
0 = Imobilitas (tidak mampu)
Mobilitas
seperti tongkat)
0 = Tidak mampu
: Mandiri
12-19
: Ketergantungan ringan
9-11
: Ketergantungan sedang
5-8
: Ketergantungan berat
0-4
: Ketergantungan total
Skore
+
No
1
2
3
4
PERTANYAAN
Jawaban
5
6
7
8
9
10
telepon)
Berapa umur anda?
Kapan anda lahir?
Siapa presiden Indonesia sekarang?
Siapa presiden sebelumnya?
Siapa nama ibu anda?
Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu
seterusnya sampai bilangan
terkecil)
Penilaian SPMSQ:
Kesalahan 0-2
Kesalahan3-4
Kesalahan5-7
Kesalahan8-10
2) Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Nilai
maksimum
Orientasi
5
Nilai pasien
Pertanyaan
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
5
o Bulan
Dimana kita sekarang ?
o Negara.............................
o Wilayah............................
o Kota.................................
o Rumahsakit....................
o Lantai........
Registrasi
3
Mengingat
3
Bahasa
9
Keterangan:
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif
yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Tgl
Jam
Skor
Item Penilaian
Usia
a. Kurang dari 60
b. Lebih dari 60
c. Lebih dari 80
Defisit Sensori
b. Kacamata bifocal
c. Gangguan pendengaran
d. Kacamata multifocal
e. Katarak / glaucoma
a. Mandiri
a. Tidak pernah
a. Orientasi baik
c. Gangguan memori
d. Kebingungan
e. Disorientasi
PengobatandanPenggunaanAlatKesehatan
15
IA
2
2
Mobilitas
a. Mandiri
d. Dibantu sebagian
e. Dibantupenuh/bedrest/nirse assist
f. Lingkungandenganbanyakfurnitur
Pola BAB/BAK
a. Teratur
b. Inkontinensia urine/feses
c. Nokturia
d. Urgensi/frekuensi
Komorbiditas
3
0-7
8-13
14
Catatan:
1. Pengkajian awal resiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit.
Dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
16
2. Pengkajian ulang untuk pasien resiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode:
a. Setelah pasien jatuh(post Falls) dengan kode: PF
b. Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
c. Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer) dengan
kode: WT
d. Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
e. Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
Kode ini dituliskan pada kolom keterangan.
2.
Diagnosa keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik (luka insisi dan distensi abdominal)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah
c. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan pasien tentang proses pembedahan
d. Risiko infeksi b.d proses insisi/ bedah
17