Anda di halaman 1dari 2

Soal :

1. Apabila bank pailit apakah nasabah memperoleh ganti rugi?


2. Berikan contoh dan dasar hukumnya!
Jawaban :
1. Dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) UU no 37 tahun 2004 dan pasal 1139 dan
pasal 1149 KUHPerdata tidak menentukan kedudukan kreditur bagi nasabah,
sehingga nasabah dapat dikategorikan sebagai kreditur konkuren, Yang
berarti nasabah mendapat pembayaran dari sisa pembagian harta pailit
setelah kreditor separatis dan kreditor preferen. Kreditor konkuren adalah
kreditor yang mempunyai hak mendapatkan pelunasan secara bersamasama tanpa hak didahulukan. Kreditor konkuren adalah kreditor yang biasa
yang tidak dijamin dengan gadai, fidusia, hipotik dan hak tanggungan dan
pembayarannya dilakukan secara berimbang, sehingga dasar hukum yang
dapat digunakan oleh nasabah dalam hal bank mengalami kepailitan adalah
pasal 1131 dan pasal 1132 KUHPerdata, Yang pada intinya menentukan
bahwa pembayaran utang debitor (bank) kepada kreditor konkuren
(nasabah) dilakukan secara berimbang. Selain itu dalam UU no 24 tahun
2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) khususnya pada pasal 54
ayat (1) huruf F disebutkan bahwa bagian simpanan dari nasabah penyimpan
yang tidak dibayarkan penjaminannya dan simpanan dari nasabah
penyimpan yang tidak dijamin pembayarannya WAJIB dilakukan oleh bank.
Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas, maka nasabah berhak untuk
mendapatkan ganti rugi apabila bank mengalami kepailitan, dan hak haknya
dijamin oleh UU no 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS).
2. Contohnya : pada kasus bank century tahun 2008 yang mengalami
kepailitan, dana di bank century tidak mencukupi untuk mengganti dana
nasabah sehingga LPS sebagai lembaga penjamin simpanan melaksanakan
tugasnya dengan menjamin/mengganti dana nasabah yang masih belum
dibayarkan bank century sesuai pasal 54 UU no 24 tahun 2004 tentang LPS.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Akhir November 2008, PT Bank Century Tbk dialihkan dari Bank Indonesia ke
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sebagai bank gagal.
Untuk pertamakalinya, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga
Penjamin Simpanan (UU LPS) diuji dalam menangani suatu bank umum yang
berskala cukup besar. Setelah beberapa bulan ditangani oleh LPS, kondisi Bank
Century mengalami banyak perbaikan.
Perlindungan hukum bagi para nasabah penyimpan dalam UU LPS, yaitu:
Dalam Pasal 19 Ayat (1) UU LPS menyebutkan:
Klaim Penjaminan dinyatakan tidak layak dibayar apabila berdasarkan rekonsiliasi
dan/atau verifikasi:
a.
b.

data Simpanan nasabah dimaksud tidak tercatat pada bank;


Nasabah Penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar;
dan/atau

c.

Nasabah Penyimpan merupakan pihak yang menyebabkan keadaan bank


menjadi tidak sehat.

UU LPS telah memberi jalan bagi nasabah penyimpan yang merasa dirugikan,
yaitu Pasal 20 ayat (1) UU LPS telah mengatur, dalah hal nasabah penyimpan merasa
dirugikan, maka yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada LPS yang
didukung dengan bukti nyata dan jelas; atau melakukan upaya hukum melalui
pengadilan. Dan pada ayat (2), apabila LPS menerima keberatan tersebut atau
perintah pengadilan, LPS hanya membayar sesuai dengan penjaminan berikut bunga
yang wajar.
Tentu saja ketentuan ayat (1) adalah sesuatu yang sifatnya it goes without saying ,
artinya tanpa ada ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut, nasabah
dapat saja menggugat LPS. Sedangkan dalam ayat (2) sebetulnya bersifat Lex
specialis dan lebih melindungi LPS sendiri.
Perlindungan hukum lain yang dapat ditempuh oleh nasabah adalah dengan
menggunakan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Dalam hal ini pelaku usaha wajib memberikan kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian apabila jasa yang diterima atau dimanfaatkan oleh konsumen tidak
sesuai dengan perjanjian.
Menurut ketentuan Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tersebut, pelaku
usaha memiliki kewajiban-kewajiban:
1.
2.

3.
4.

5.

6.

7.

beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.

Anda mungkin juga menyukai