Anda di halaman 1dari 13

.

Penjelasan Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa

Inggris,

kebudayaan

disebut culture,

yang

berasal

dari

kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah
tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu
dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang
mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam
definisi budaya.
Perubahan sosial dan budaya yang terjadi seiring tekanan besar yang dilakukan
manusia terhadap sistem alam sekitar, menghadirkan berbagai macam risiko kesehatan dan
kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Sebagai contoh, kita terus mempertinggi
konsentrasi gas-gas tertentu yang menyebabkan meningkatkan efek alami rumah kaca (green
house) yang mencegah bumi dari pendinginan alami (freezing).

Jika seseorang sedang mengalami Haid atau menstruasi, lalu ia menginjak ibu jari
kaki temannya secara sengaja. Maka temannya itu akan mengalami menstruasi juga,
tidak lama setelah ibu jari kakinya diinjak. Hal ini menyatakan bahwa adanya
kepercayaan oleh orang-orang Yogyakarta. Karena percaya atau tidak percaya,
biasanya kejadian ini sungguh-sungguh terjadi. Karena ada pengalaman yang telah

banyak orang alami. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan, karena
menstruasi sendiri terjadi secara alamiah, dan tiap-tiap orang berbeda.

Orang tua dulu sering mengatakan bahwa tidak boleh jika makan tebu saat hamil.
Karena saat proses melahirkan nanti, sang ibu akan mengeluarkan darah dari
kandungannya. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan. Justru zat gula
yang ada pada tebu dapat menambah tenaga.

Tidak boleh memakan kerak saat hamil. Karena saat melahirkan nanti, plasenta bayi
akan sulit diambil.

Saat seorang istri sedang hamil, sebaiknya suami tidak membunuh hewan apa pun.
Karena bisa jadi anaknya nanti akan terlahir mirip dengan hewan yang dibunuhnya.
Menurut pengalaman, ada seorang gadis yang mirip dengan kera. Karena saat ibunya
mengandung gadis tersebut, ayahnya membunuh kera secara kejam di Tawangmangu,
Jawa Tengah.

Tidak boleh berbicara atau banyak bergerak saat membersihkan telinga. Karena
telinga akan mengalami gangguan, seperti congekan (otitis). Hal ini dikarenakan, jika
terlalu banyak bergerak takutnya akan terjadi goresan, dan dari goresan tersebut bisa
memicu infeksi.

Anak laki-laki sehabis khitanan tidak boleh makan telur. Karena lukanya tidak cepat
kering. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak benar, justru telur itu banyak
mengandung protein yang bagus untuk mempercepat pengeringan luka.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan

pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang
dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

B.

Unsur Kebudayaan

Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni sistem religi


dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa,
kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur
itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan.
C.

Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan


Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah :

1.

Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan

golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan
golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung
koroner, kanker, dan lain-lain.
2.

Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya

dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak
menderita kanker prostat.
3.

Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan

petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah
dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja di industri, misal di
pabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar
dengan debu.
4.

Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita

obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi,
dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status
ekonominya rendah.

Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan :

Self concept
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita

rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita
kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima apa yang kita
lakukan, kita akan meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya.

Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh,

anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan
pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan
medis, dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.
D.

Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan

Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan, yaitu:
1.

Pengaruh tradisi

Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan
masyarakat.
2.

Sikap fatalistis

Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh :
Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam
percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga
masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya
yang sakit.
3.

Sikap ethnosentris

Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan
kebudayaan pihak lain.
4.

Pengaruh perasaan bangga pada statusnya

Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk
makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah
diselidiki ternyata masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan
kambing, dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan
kambing.
5.

Pengaruh norma

Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan
karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan
dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
6.

Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Contoh :
masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka
mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.

7.

Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap perilaku kesehatan. Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh
terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa
makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa.

8.

Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan


Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan
masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika
melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan,
dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.
E.

Perubahan Sosial Budaya

Menurut Koentjaraningrat, bahwa perubahan budaya yang terjadi di masyarakat dapat


dibedakan ke dalam beberapa bentuk :
1.

Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat.

2.

Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar.

3.

Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan.


F.

1.

Makanan Dan Budaya

Definisi Makanan

Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsurunsur/ikatan
kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam
tubuh.
2.

Kebudayaan Menentukan Makanan

Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik
dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia
untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan,
diperlukan pengesahan budaya. Lewat konsep-konsep budaya itulah sejumlah makanan yang
menurut ilmu gizi sangat bermanfaat untuk dikonsumsi, tetapi dalam prakteknya bisa jadi
justru dihindari.
Contoh :

Adanya pantangan bayi dan anak tidak diberikan daging, ikan, telur, dan makanan yang

dimasak dengan santan dan kelapa parut sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan, sakit
perut, dan sakit mata .

Bagi gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas dan jenis pisang tertentu (yang

dianggap tabu) karena ada hubungan yang erat dengan siklus masa haid, hubungan kelamin
dan reproduksi .
Jadi, dapat kita pahami bahwa adanya masalah gizi di Indonnesia bukan hanya karena
masalah sosek, tapi juga karena alasan-alasan budaya, di mana ada ketersediaan makanan
tetapi terpaksa tidak dikonsumsi karena kepercayaan atau ketidaklaziman atau karena
larangan agama.
3.

Istilah Makanan Food Versus Nutrimen


Masalah

aktivitas

makan

tidak

semata-mata

sebagai

aktivitas

fisik

manusia untuk pemenuhan naluriahnya seperti lapar, tetapi juga di dalamnya dilekati
oleh pengetahuan

budaya.

Lewat

pengetahuan

budaya

itu,

masyarakat

manusia mengkategorikan makanan ke dalam dua istilah yaitu nutrimen (nutriment)


dan makanan (food).

Nutriment adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan

menjaga kesehatan organisme yang menelannya, terlepas dari apakah makanan itu
diperbolehkan atau dilarang dalam kaitannya dengan budaya.

Food adalah suatu konsep budaya. Sebagai konsep budaya, maka di dalamnya terdapat

penjelasan budaya mengenai kategori (bahan) makanan anjuran lawan makanan tabu
(larangan); makanan prestise lawan makanan rendah; makanan dingin lawan makanan panas,
dan sebagainya. Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu
produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma
termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu
yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya.

Jellife & Bennet 1962 menyatakan : Manusia dimana saja, bahkan dalam keadaan

sukar sekalipun, hanya makan sebagian dari bahan-bahan yang sebenarnya dapat dimakan
tersedia.
4.

Klasifikasi Makanan
Variasi klasifikasi makanan antara lain :

a.

Menurut prestise status

b.

Pertemuan sosial

c.

Usia

d.

Keadaan sehat sakit

e.

Nilai simbolik ritual

5.

Peranan Simbolik Makanan

a.

Sebagai ungkapan ikatan sosial

b.

Sebagai ungkapan kesetiakawanan kelompok

c.

Makanan dan stress

d.

Simbolisme makanan dalam bahasa

G.

Manfaat Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari Kebudayaan

1.

Di dalam semua religi atau agama, ada kepercayaan tertentu yang berkaitan

dengan kesehatan, gizi, dll. Misal : orang yang beragama Islam : tidak makan babi, sehingga
dalam rangka memperbaiki status gizi, seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan
makanan lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan agamanya.
2.

Dengan

mempelajari

organisasi

masyarakat,

maka

petugas

kesehatan

akan

mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa,
kelompok mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Sehingga dapat
dijadikan strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan
masyarakat.
3.

Petugas

kesehatan

juga

perlu

mengetahui

pengetahuan

masyarakat

tentang

kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan


mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu
dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
4.

Petugas

kesehatan

juga

perlu

mempelajari

bahasa

lokal

agar

lebih

mudah berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa
persaudaraan.

5.

Selain itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat. Karena

petugas kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada dimasyarakat

untuk

menyampaikan pesan kesehatan.


6.

Sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata pencaharian

ada kaitannya dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut.
7.

Teknologi dan peralatan masyarakat setempat. Masyarakat akan lebih mudah menerima

pesan yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan teknologi dan peralatan yang
dikenal masyarakat.
H.

Penjelasan Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah
proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif,
untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi
kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya
yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang
dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi
kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia
tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang
pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang
dianggap

'teranak

tirikan'

dalam

hal

jaminan

kesehatan

adalah

mereka

dari

golongan masyarakat kecil dan pedagang.


Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam
manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga
sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1.

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.


3.

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4.

Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

kesehatan.
5.

Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna.


Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti

memenuhi

kebutuhan

dasar

manusia,

yaitu

pangan, sandang, pangan, pendidikan,

kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah
tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia,
pemerintah, dan swasta bersama-sama.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua,
secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain:
1.

Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan

dan kesejahteraan hidup manusia.


2.

Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam

upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.


3.

Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat

dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau
wabah penyakit menular.
Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-usaha perbaikan atau
pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:
1.

Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

2.

Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas

oleh masyarakat.
3.

Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas

beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab
terjadinya perubahan ekosistem.

4.

Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri,

rumah sakit, dan lain-lain.


5.

Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.

6.

Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

7.

Survei sanitasi untuk

perencanaan,

pemantauan,

dan evaluasi program kesehatan

lingkungan.
I.

Hubungan Kesehatan dalam Sosial Budaya


Seperti kita ikuti bersama, akhir-akhir ini diskusi tentang global change banyak

diangkat. Berbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan politik mengharuskan
jalinan hubungan di antara masyarakat manusia di seluruh dunia. Fenomena ini dirangkum
dalam terminologi globalisation. Ditengah riuh rendah globalisasi inilah muncul wacana
Dampak Perubahan Sosial dan Budaya. Dampak dari perubahan sosial dan budaya sendiri
diartikan sebagai perubahan dalam skala besar pada sistem biofisik dan ekologi yang
disebabkan aktifitas manusia.
Perubahan ini terkait erat dengan sistem penunjang kehidupan planet bumi (lifesupport system). Ini terjadi melalui proses historis panjang dan merupakan agregasi pengaruh
kehidupan manusia terhadap lingkungan, yang tergambar misalnya pada angka populasi yang
terus meningkat, aktifitas ekonomi, dan pilihan-pilihan teknologi dalam memacu
pertumbuhan ekonomi. Saat ini pengaruh dan beban terhadap lingkungan hidup sedemikian
besar, sehingga mulai terasa gangguan-gangguan terhadap Sistem Bumi kita.
Selama abad 20 ini, suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,6 oC dan sekitar
pemanasan ini terjadi sejak tahun 1975. Dampak perubahan sosial dan budaya penting
lainnya adalah menipisnya lapisan ozon, hilangnya keaneragaman hayati (biodiversity),
degradasi kualitas lahan, penangkapan ikan melampaui batas (over-fishing), terputusnya
siklus unsur-unsur penting (misalnya nitrogen, sulfur, fosfor), berkurangnya suplai air bersih,
urbanisasi, dan penyebaran global berbagai polutan organik.
Dari kacamata kesehatan, hal-hal di atas mengindikasikan bahwa kesehatan umat
manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi di luar batas kemampuan daya dukung
ruang lingkungan dimana mereka hidup. Dalam skala global, selama abad ke belakang,
mulai tumbuh perhatian serius dari masyarakat ilmiah terhadap penyakit-penyakit yang
terkait dengan masalah lingkungan, seperti kanker yang disebabkan racun tertentu (toxin

related cancers), kelainan reproduksi atau gangguan pernapasan dan paru-paru akibat polusi
udara. Secara institusional International Human Dimensions Programme on Global
Environmental Change (IHDP) membangun kerjasama riset dengan Earth System Science
Partnership dalam menyongsong tantangan permasalahan kesehatan dan Dampak dari
perubahan sosial dan budaya.
Pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan umat manusia bukan pekerjaan
mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pendekatan interdisiplin diantaranya dari studi evolusi,
bio-geografi, ekologi dan ilmu sosial. Di sisi lain kemajuan teknik penginderaan jauh (remote
sensing) dan aplikasi-aplikasi sistem informasi geografis akan memberikan sumbangan
berarti dalam melakukan monitoring lingkungan secara multi-temporal dan multi-spasial
resolusi.
Dua faktor ini sangat relevan dengan tantangan studi dampak perubahan sosial dan
budaya terhadap kesehatan lingkungan yang memerlukan analisa historis keterkaitan dampak
perubahan sosial dan budaya dan kesehatan serta analisa pengaruh perubahan sosial dan
budaya di tingkat lokal, regional hingga global.
J.

Proses Perubahan Sosial dan Budaya Mempengaruhi Kesehatan Manusia


Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap kesehatan.

Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan
pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada alur paling atas, terlihat
bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan fisik (contohnya: suhu ekstrim atau
tingkat radiasi ultra violet) dapat mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara
langsung (misalnya sejenis kanker kulit).
Alur pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-proses
dengan kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan, fungsifungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi. Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak
mudahnya menemukan korelasi langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi
kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan
ini secara langsung atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga
utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi
iklim, keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial.
Para praktisi kesehatan dan lingkunganpun akan menemukan banyak domain
permasalahan baru di sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi-ekologi lokal,

sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala besar yang
bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini.
K.

Contoh Permasalahan yang Berhubungan Budaya dan Kesehatan


Sebagai contoh hubungan kebudayaan dengan kesehatan, menurut masyarakat

Yogyakarta yang mengikuti budaya Jawa, banyak adat atau ketentuan tertentu dalam
menjalani kehidupan yang berhubungan degan kesehatan. Diantaranya adalah:

Jika seseorang sedang mengalami Haid atau menstruasi, lalu ia menginjak ibu jari

kaki temannya secara sengaja. Maka temannya itu akan mengalami menstruasi juga, tidak
lama setelah ibu jari kakinya diinjak. Hal ini menyatakan bahwa adanya kepercayaan oleh
orang-orang Yogyakarta. Karena percaya atau tidak percaya, biasanya kejadian ini sungguhsungguh terjadi. Karena ada pengalaman yang telah banyak orang alami. Namun secara ilmu
kesehatan itu tidak dibenarkan, karena menstruasi sendiri terjadi secara alamiah, dan tiap-tiap
orang berbeda.

Orang tua dulu sering mengatakan bahwa tidak boleh jika makan tebu saat hamil.

Karena saat proses melahirkan nanti, sang ibu akan mengeluarkan darah dari kandungannya.
Namun secara ilmu kesehatan itu tidak dibenarkan. Justru zat gula yang ada pada tebu dapat
menambah tenaga.

Tidak boleh memakan kerak saat hamil. Karena saat melahirkan nanti, plasenta bayi

akan sulit diambil.

Saat seorang istri sedang hamil, sebaiknya suami tidak membunuh hewan apa pun.

Karena bisa jadi anaknya nanti akan terlahir mirip dengan hewan yang dibunuhnya. Menurut
pengalaman, ada seorang gadis yang mirip dengan kera. Karena saat ibunya mengandung
gadis tersebut, ayahnya membunuh kera secara kejam di Tawangmangu, Jawa Tengah.

Tidak boleh berbicara atau banyak bergerak saat membersihkan telinga. Karena

telinga akan mengalami gangguan, seperti congekan (otitis). Hal ini dikarenakan, jika terlalu
banyak bergerak takutnya akan terjadi goresan, dan dari goresan tersebut bisa memicu
infeksi.

Anak laki-laki sehabis khitanan tidak boleh makan telur. Karena lukanya tidak cepat

kering. Namun secara ilmu kesehatan itu tidak benar, justru telur itu banyak mengandung
protein yang bagus untuk mempercepat pengeringan luka.

Anda mungkin juga menyukai