Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyak orang menyalahartikan skizofrenia sebagai kepribadian terbelah
dimana seseorang dapat berprilaku normal namun tiba-tiba dapat berubah menjadi
aneh atau berbahaya. Kenyataannya, skizofrenia ditandai oleh terbelahnya hubungan
normal antara persepsi, mood, pikiran, perilaku, dan kontak dengan kenyataan.1
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering.Hampir 1%
penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia
biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki
biasanya antara 25-35 tahun.Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila
dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.2
Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara
bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen konsitensi dengan rentang tersebut,
penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National
Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3
persen. Kira-kira 0.025 sampai 0.05 persen populasi total diobati untuk skizofrenia
dalam satu tahun. Walaupun dua pertiga dari pasien yang diobati tersebut
membutuhkan perawatan di rumah sakit, hanya kira-kira setengah dari semua pasien
skizofrenik mendapat pengobatan, tidak tergantung pada keparahan penyakit.3
Diagnosis skizofrenia, menurut sejarahnya, mengalami perubahan-perubahan.
Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakkan
diagnostik adalah DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) dan PPDGJ-III/ICDX.Dalam DSM-IV terdapat kriteria objektif dan spesifik untuk mendefinisikan
skizofrenia.Belum ada penemuan yang patognomonik untuk skizofrenia. Diagnosis
berdasarkan gejala atau deskripsi klinis dan merupakan suatu sindrom.2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.Pada umumnya ditandai oleh
penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta
oleh afek yang tidak wajar.Kesadaran yang jernih tetap terpelihara, walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Skizofrenia Katatonik adalah satu tipe skizofrenia yang ditandai oleh ketegangan
(katatonia), negativisme, dan stupor atau gaduh.1
2.
Etiologi
Skizofrenia merupakan suatu kelompok gangguan dengan penyebab yang
Genetik
Dapat dipastikan bahwa ada juga faktor keturunan yang juga menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga-keluarga skizofrenia dan terutama anak kembar satu telur. Angka
kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 1,8 %; bagi saudara kandung 7 15 %;
bila anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7 16 %; bila
kedua orang tua menderita skizofrenia 40 68 %; bila kembar satu telur
(monozigot) 61 86 %.
Ganja
Orang yang menghisap ganja pada usia remaja besar peluangnya menderita
skizofrenia, kemungkinan karena ganja mengganggu perkembangan saraf.
Orang yang memiliki gen katekol-O-metil transferase homozigot bepeluang
10 kali lebih besar menderita skizofrenia bila mereka menghisap ganja. Hal
ini merupakan contoh interaksi antara lingkungan dan gen.
Lingkungan
Skizofrenia berhubungan dengan penurunan sosio-ekonomi dan kejadian
hidup yang berlebihan pada tiga minggu sebelum onset kejadian. Penderita
skizofrenia pada keluarga dengan ekspresi emosi tinggi, keluarga yang
berkomentar kasar dan mengkritik secara berlebihan memiliki peluang lebih
besar untuk kambuh.
Neurokimia
Pada skizofrenia terdapat alur umum yang memperlihatkan adanya
keterlibatan kelebihan dopamin atau aktivitas berlebihan pada alur
mesolimbik (obat perangsang seperti amfetamin, melepaskan dopamin dan
menyebabkan psikosis; antipsikotik yang menghambat reseptor dopamin,
mengobati psikosis dengan baik). Peningkatan serotonin di saraf pusat
terutama 5HT dan kelebihan NE di forebrain terjadi pada beberapa penderita
skizofrenia. Setela pemberian antagonis terhadap neurotransmitter tersebut
terjadi perbaikan klinis skizofrenia.
5. Postur Katatonik
Mempertahankan dengan sengaja satu kedudukan tubuh yang tidak wajar
dan bizarre.
2.6.
2.7.
Diagnosis Banding
Skizofrenia katatonik
Gangguan skizoafektif
Gangguan afektif berat
Penyalahgunaan zat yang kronik
Pedoman Diagnostik
2.7.1.Pedoman Diagnostik Skizofrenia:4
Harus ada satu gejala berikut yang sangat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).
a. Thought
-
b. Delusion
-
c. Halusinasi auditorik
-
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas.
e)
Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
yang menetap, atau terjadi setiap hari selama seminggu atau berbulanbulan.
f)
emosional
yang
menumpul
atau
tidak
wajar,
biasanya
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.
Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya:
a) Stupor : amat berkurangnya terhadap reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan serta aktivitas spontan.
b) Gaduh gelisah : tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang
tak dipengaruhi oleh stimuli eskternal.
c) Menampilkan posisi tubuh tertentu : secara sukarela mempertahankan atau
menampilkan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh.
d) Negativisme : tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap
semua perintah atau upaya untuk menggerakan, atau pergerakan kearah
yang berlawanan.
e) Rigiditas : mempertahankan posisi yang kaku untuk melawan upaya
mengerakkan dirinya.
f) Fleksibilitas cerea/waxy flexibility : mempertahankan anggota gerak dan
tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar.
g) Gejala-gejala lain seperti command automatism : kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah dan pengulangan kata-kata serta kalimatkalimat.
2.8. Penatalaksanaan
a. Psikofarmaka
Pada dasarnya semua obat antipsikosis mempunyai efek primer (efek klinis)
yang sama pada dosis ekivalen. Perbedaan utama pada efek sekunder (efek
samping).Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan dan efek samping obat. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif
pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal (golongan generasi kedua), sebaliknya
jika gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah
tipikal (golongan genersi pertama).1
Trifluoperazin (stelazine)
Dosis anjuran: 10 15 mg/hari
c.
Fluphenazine (anatensol)
Dosis anjuran: 10 15 mg/hari
iii. Rantai piperadine
Thioridazine
Dosis anjuran: 150 600 mg/hari
B. Butyrophenone
Dosis anjuran: 150 600 mg/hari
10
11
atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa
dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur
tubuh aneh dapat diturunkan.2
2. Terapi Berorientasi-Keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali
mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari).
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi
keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,
anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena
skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari
penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga
dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah
penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan
relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik.
Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan
terapi keluarga.2
3. Terapi Kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah,dan hubungan dalam kehidupan nyata.Kelompok mungkin terorientasi secara
perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.Terapi kelompok
efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan
cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi
pasien skizofrenia.2
4. Psikoterapi Individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan
12
menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi
pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami
pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak
emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien.2
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik.Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban
dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi
jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah
sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah
lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama
yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah
tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.2
c. Hospitalisasi
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,
prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
dasar.Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan
efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat.Rehabilitasi dan penyesuaian
yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.2
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka.Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari
keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.Rencana
pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial.Perawatan
di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan
13
termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang
membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.2
2.9.
Prognosis
Sebanyak 90% dengan episode psikotik pertama, sehat dalam waktu satu
tahun tetapi 80% mengalami episode selanjutnya dalam 5 tahun, dan 10% meninggal
akibat bunuh diri.1
Faktor-faktor prognostik :1
-
Baik
Memiliki pasangan
Sedang
Onset-dini,
Stressor jelas
Akut
Gejala positif, komponen afektif,
Gejala negatif
subtipe paranoid
Kepribadian pramorbid baik
IQ tinggi
CitraCT/MRI normal
Afek datar/tumpul
Penyalahgunaan zat
IQ rendah
Riwayat keluarga positif
menjalin
Buruk
Lajang
hubungan,
14
Isolasi sosial
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Skizofrenia
ditandai
dengan
penyimpangan
yang
fundamental
dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.
Pada skizofrenia katatonik gangguan psikomotor lebih terlihat menonjol,
seringkali muncul bergantian antara imobilitas motorik (stupor) dan aktifitas
berlebihan (kegembiraan), kekakuan postur tubuh, echolalia, dan echopraxia dapat
terjadi.
Penyebab skizofrenia tidak diketahui.Diduga adanya keterlibatan genetik,
biologis, lingkungan, dan psikologis dalam terjadinya skizofrenia.Salah satu teori
yang banyak mendapat perhatian adalah keterlibatan neurotransmitter.
Pasien yang mengalami skizofrenia memiliki gejala seperti delusi, halusinasi,
gangguan bentuk pikiran dan perilaku, bahasa yang terganggu, dan ada yang berupa
perilaku
katatonik.Kebanyakan
penderita
memiliki
ketidakmampuan
untuk
menjalankan fungsi hidup seperti biasa, namun ada juga yang hanya memiliki
gangguan aktivitas tetap seperti bekerja, ataupun ketidakmampuan dalam
berkomunikasi.
Terapi skizofrenia meliputi psikofarmaka dan psikoterapi.Pemilihan jenis
antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping
obat.Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat
antipsikosis atipikal (golongan generasi kedua), sebaliknya jika gejala positif lebih
menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal (golongan generasi
pertama).Dalam psikoterapi, bisa digunakan metode individual, keluarga, ataupun
15
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir N. Skizofrenia. In Elvira DS, Hadisukanto G, editors. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 173198.
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri S Edisi Ketujuh Jilid
Satu,Wiguna Made editor. Tangerang: Binarupa Aksara; 2010.
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III Salim R, editor.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; 2001.p.46-50.
4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis
.Jakarta.2001.
5. Skizofrenia . In Puri.BK dkk. , editors. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2011.147-163
17