Anda di halaman 1dari 8

Multi Slice Computed Tomography (MSCT)

I.Pendahuluan
Kemajuan teknologi alat diagnostik yang pesat saat ini sudah sangat dirasakan
manfaatnya dalam mendiagnosis adanya gangguan struktur morfologi organ tubuh. Diharapkan
dengan adanya alat diagnostik yang baik, maka dapat dilakukan diagnosis secara tepat dan cepat,
sehingga akan sangat membantu pasien mendapat penanganan yang cepat, tepat dan efisien.
Dalam mendiagnosis struktur morfologi organ tubuh sangat diperlukan modalitas radiologi
sesuai dengan kemampuan alat dan karakteristik organ yang akan dinilai. Modalitas yang
digunakan dalam bidang radiologi seperti radiologi konvensional (foto Rontgen), Computed
Tomography Scanning (CT-scan), Magnetic Resonancy Imaging (MRI), Ultrasonography (USG)
2D, 3D, 4D, dan pencitraan nuklir, semuanya berkembang pesat. Pada tulisan ini akan membahas
MSCT untuk organ jantung.
Sejarah perkembangan CT-scan untuk menilai jantung
Pada awal tahun 1970-an, setiap slice gambar yang terbentuk memerlukan waktu lebih
dari 10 detik dan dengan adanya gerakan/denyut jantung yang cepat penilaian struktur jantung
menjadi sulit, dan saat itu hanya dapat mendeteksi adanya kelainan yang besar seperti tumor di
jantung. Akhir tahun 1980-an, dengan menggunakan helical scanner, dan continuous detector,
memungkinkan membuat gambar arteri koronaria akan tetapi belum dapat mendeteksi adanya
stenosis. Pada tahun 1990-an, adanya kemajuan detektor, generator tabung sinar X, dan
komputer dapat dibuat CT multi-row (4 slice, 16 slice, 64 slice,) dan dengan kombinasi "ECG
gating" secara retrospektif dapat merekonstruksi irisan gambar sehingga dapat menilai dengan
baik arteri koronaria. Contoh survey alat produksi Centre Cardiologique du Nord dari GE,
menggunakan multi slice computed tomography (MSCT), pada awalnya, di tahun 2000
mengunakan 4 detektor (light speed plus), pada tahun 2001 dengan 8 detektor (light speed ultra),
dan akhir tahun 2002 dengan 16 detektor (light speed pro) dan pada akhir 2004 menggunakan 64
detektor (light speed VCT). Diharapkan yang berikutnya 256 slice.
Sebagai perbandingan pada pemeriksaan jantung untuk MSCT 4 slice, agar
mendapatkan gambar yang cukup baik, pasien harus dapat menahan napas sekitar 45 detik,
sedangkan dengan 16 slice diperlukan 20 detik. Makin banyak jumiah detektor yang digunakan

akan menghasilkan kualitas dan resolusi gambar yang makin baik. Selain itu dengan MSCT
memungkinkan membuat gambar semua organ tubuh dalam 3 D. Khususnya pada organ jantung,
saat ini menggunakan MSCT 16 dan 64 slice (beberapa jurnal merekomendasikan 64 slice).
Dengan tambahan ECG Triggering pada MSCT dan pemberian kontras iodium injeksi
saat dilakukan pemeriksaan, maka dapat dibuat gambar anatomi dimensi dan konfigusi ruangruang jantung serta arteri koronaria dengan jelas. Selain penilaian di atas juga dapat menilai
jumlah kalsium (calsium score) yang ada di arteri koronaria. Rekonstruksi saat fase diastolik
maupun sistolik, memungkinkan penilaian fungsional secara umum ataupun segmentasi fungsi
ventrikel. Beberapa meneliti melaporkan MSCT 16 slice mempunyai sensitifitas (82% - 95%),
spesifisitas (95% - 96%) serta negative predictive value (96% - 99%) dalam mendeteksi adanya
stenosis arteri koronaria.
Penggunaan MSCT cardiac
Saat ini penggunaan pemeriksaan CT-scan jantung (Cardiac-MSCT) makin banyak
dilakukan dan telah dijadikan sebagai salah satu pilihan pemeriksaan rutin jantung. Hal ini
diakibatkan karena pemeriksaan ini tidak invasif dan dapat memberikan informasi tentang
struktur morfologi anatomi organ jantung dan vaskulernya begitu maksimal. MSCT (terutama 64
slice) mampu memberikan data informasi baik berupa morfologi anatomi maupun fungsionalnya,
juga dapat memberikan detail data struktur jantung berikut variasinya serta struktur organ di
mediastinum (terutama pembuluh darah). Disamping itu juga diharapkan dapat memberikan
informasi data lesi necrotik atau iskemik, reversibel atau irreversibel sehingga memungkinkan
pemberian terapi yang efektif dan efisien kepada pasien. MSCT jantung yang tidak invasif ini
sangat bermanfaat karena hanya dengan satu jenis pemeriksaan (sebelumnya menggunakan
coronography, myocardial scintigraphy, dan echocardiography) dapat menganalisa data klinis
yang cukup diperlukan untuk menentukan jenis dan tindakan terapi bagi pasien.
Analisa dari hasil pencitraan cardiac MSCT yang sering digunakan saat ini berupa:
penilaian morfologi jantung, kalsium skor arteri koronaria dan CT angiografi koronaria. Pada
MSCT 64 slice juga dimungkinkan untuk menilai fungsional struktur jantung. Kalsium skor,
merupakan teknik penilaian perluasan kalsifikasi di arteri koronaria dengan menggunakan angka
(lihat interpretasi kalsium skor). Penelitian awal kalsium skor menggunakan EBCT (electron
beam CT), tetapi sekarang menggunakan multi-slice CT yang scan lebih cepat dan lebih akurat.

Telah dibuktikan adanya korelasi langsung banyaknya kalsium skor dengan resiko penyakit
jantung koroner (atherosclerosis and plaque formation). Makin tinggi kalsium skor, makin tinggi
kemungkinan adanya stenosis a. koronaria. Calsium score nol (O), belum dapat menyingkirkan
adanya soft plaques, tetapi secara statistik dapat menyingkirkan adanya penyakit jantung koroner
bermakna (dapat terlihat lebih baik dengan CT angiogram). Dengan ditemukannya calsium skor
yang tinggi, sangat mungkin disertai adanya soft plaque, yang apabila soft plaque tersebut ruptur
maka akan menyebabkan acute heart attack.
Interpretasi calcium scores
MSCT sangat baik untuk mendeteksi dan mengukur banyaknya kalsium di pembuluh
darah koroner. Calcium score (CS) pada tiap pembuluh darah koroner mencerminkan banyaknya
kalsium pada pembuluh darah tersebut. Nilai CS > 100 mengindikasikan mempunyai resiko
tinggi PJK. CS yang lebih tinggi menunjukkan aterosklerosis plak yang lebih banyak. CS tidak
secara langsung menunjukkan persentasi penyempitan pada pembuluh darah koroner, tetapi CS
yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan yang lebih besar adanya stenosis pada pembuluh
darah koroner tersebut. Teknik ini sudah disetujui dan digunakan oleh American College of
Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA).
Nilai interpretasi kalsium score sbb:
Penilaian Fungsional Jantung dengan CT-scan
Penilainan fungsional jantung pertama kali dengan CT scanner 64-slice. Parameter
fungsional yang dinilai antara lain:
1. Gerakan katup dan segmen-segmennya
2. Pelengkap data penilaian arteri koronaria, contoh:
Hypokinetik dinding anterior dan septum, berhubungan dengan stenosis LAD.
Systolic dysfunction, lesi bermakna dan perlu terapi.
Systolic dysfunction positif, perlu dilanjutkan pemeriksaan nuklir (stress-thallium) atau
pemeriksaan stress-perfusion MRI, karena MRI dapat mendeteksi perubahan perfusi pada awal
stenosis (ischemic).
Systolic dysfunction, selalu disertai perubahan perfusi.
3. Ejection fraction

Ejection fraction dapat dinilai dengan adanya ukuran kapasitas end-diastolic dan endsystolic, akan tetapi beberapa penelitian melaporkan ejection fraction dengan MSCT
underestimates 5-10% dibanding pengukuran dengan MRI (digunakan MRI sebagai gold
standard)
Yang dapat dinilai pada CT Scan jantung
- Kalsifikasi (arteri koronaria, katup, mycardium, pericardium).
- Abnormalitas ruang-ruang jantung (dilatasi, penipisan mycordium, old scars/infaction,
aneurisma, trombus atrium atau ventrikel, tumor)
- Gangguan fungsi (hypomotility, reduced right ventricular function)
Indikasi cardiac CT
Penelitian Coronary calsium scoring
- Pasien dengan atypical chest pain
- Screening pada asymptomatic subjects dengan kecurigaan resiko PJK rendah/sedang
Coronary artery disease (main branches)
Regional wall thickness
Penilaian potency of coronary artery bypass graft
Penyakit jantung bawaan
- pasien dewasa sebelum dilakukan operasi
- pasien dengan cardiac pacemarker
Indikasi perluasan/tambahan pada cardiac CT
Functional:
- Ejection fraction
- Cardiac output
- Regional motility
Indikasi akan datang untuk cardiac CT
Mycordial viability after infarction, PTA, or Stenting
Valvular disease
Tidak ada indikasi:
penyakit a. koronaria bagian distal.
Indikasi pemeriksaan umum yang sering dilakukan pada Cardiac CT antara lain:
1. Adanya resiko penyakit jantung ringan atau sedang

2. Evaluasi anatomi cardiac/pericardial, adanya massa, trombus, dll


3. Kasus-kasus chest pain
4. Evaluasi setelah bypass grafts dan pemasangan stents. Pada keadaan ini, sering
disertai artefak stent dan menyebabkan penilaian stenosis stent tidak jelas (tergantung material,
tipe dan lokasi stent). Beberapa laporan menyatakan sensitifitas CT-angiografi dalam mendeteksi
adanya sumbatan pada bypass 100% adanya penyempitan 60% - 96%.
5. Evaluasi gerakan dinding jantung dan fungsi katup.
6. Mendeteksi adanya anomali jantung.
Persiapan pasien
Agar dapat dihasilkan kualitas gambar yang baik, selain dari kemampuan alat, juga
persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan, persiapan meliputi:
1. Denyut jantung kurang dari 70 kali/menit, kalau perlu di beri beta-blocker. Beberapa
keadaan dengan kontra indikasi pemberian beta-blocker antara lain:
a. Ashma Bronchiale
b. AV block
c. Hypotensi berat
d. Gagal jantung berat
e. Intolerance to beta-blockers
2. Sebelumnya hindari kopi, atropin, theophyline.
3. Contras Material (iodium) injection (fungsi ginjal baik, tidak alergi kontras)
Beberapa keterbatasan dan kelebihan pada MSCT untuk penilaian jantung:

MSCT angiografi, pada keadaan calsium score yang tinggi disertai denyut
jantung yang tinggi akan ditemukan "motion artifacts" yang dapat menyulitkan

dalam menginterpretasi gambar (menentukan stenosis).


Coronary CTA, hanya murni sebagai alat diagnosis, tidak seperti kateterisasi
selain untuk diagnostik juga dapat sebagai tindakan terapi (pemasangan stent).
Oleh karena itu, pada pasien yang secara klinis sudah jelas dengan gambaran
adanya stenosis a. koronaria tentu dengan pemeriksaan Coronary CTA kurang

bermanfaat dibandingkan dengan kateterisasi.


Tingginya nilai negative predictive value of coronary MSCT angiography,
membuat pemeriksaan kateterisasi perlu dipertimbangkan pada pasien yang
secara symptomatic terutama pada pemeriksaan pretest ada kecurigaan stenosis

arteri koronaria. Jika pada CTA secara jelas tidak tampak stenosis maka

pemeriksaan invasive angiography tidak diperlukan lagi.


Tidak seperti catheter angiography, pada CT-angiografi dapat dilakukan
penilainan dengan cross-sectional sehingga dapat menganalisa dinding
pembuluh darah (fibrosis, lipid-rich noncalcified plaque, calfified plaque).

Calsium Score
Calsium Score /Agatston Score adalah mengkalkulasi volume/densitas pada pembuluh darah
arteri jantung yang mengalami proses kalsifikasi. Calsium Score adalah menilai banyaknya
calsium pada pembuluh darah arteri jantung. Calsium Score dilakukan sebelum pemeriksaan
CTA Cardiac. untuk memastikan calsium ekstra lumen atau intra lumen harus dilakukan CTA
Cardiac


Pada gambar tersebut, tampak aliran balik
dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Volume
regurgitan ditunjukkan dengan tanda panah.

Gambar 11. Gambaran Insufisiensi mitral pada MRI

Anda mungkin juga menyukai