I.
PENDAHULUAN
Konsep
pembangunan
perkotaan
yang
berkelanjutan
dimaksudkan
untuk
Definisi ini mempunyai dimensi sosial ekonomi yang sangat kuat diindikasikan dengan
kata needs di dalamnya sehingga definisi ini dapat diterima secara global. Akan tetapi
definisi ini tidak memiliki dimensi spatial.
Definisi pembangunan berkelanjutan lainnya disampaikan oleh Holdren, Daily dan
Ehrlich yang menyebutkan bahwa:
sustainable development process or condition is one that can be
maintained indefinitely without progressive diminution of valued
qualitiesinside and outside the system where the process operates or
the condition prevails (1999:1)
Definisi yang ini lebih tepat apabila digunakan dalam konteks pembangunan perkotaan
karena definisi ini secara explisit menyebutkan dimensi spatial yaitu the condition
inside and outside the system.
Terdapat berbagai pihak lain yang merasa perlu untuk mengembangkan lebih lanjut
sasaran-sasaran atau pertimbangan-pertimbangan yang harus secara eksplisit
dimasukkan
dalam
pembangunan
berkelanjutan.
Misalnya,
United
Nations
Disarikan dari Wicaksono Sarosa (2002), A Framework for The Analysis of Urban Sustainability, Linking
Theory and Practice, Urban and Regional Development Paper Series 2002 No. 2, URDI, Jakarta, halaman
14-19.
Gambar 1
Transformasi Pemikiran tentang
Komponen Pembangunan Berkelanjutan
Pra Sustainable
Development
Sustainable Development
Tahap-1
Tahap-2
Tahap-3
PRODUKTIVITAS
PRODUKTIVITAS
PRODUKTIVITAS
PRODUKTIVITAS
EKONOMI
EKONOMI
EKONOMI
EKONOMI
dan
dan
dan
KEBERLANJUTAN
KEBERLANJUTAN
KEBERLANJUTAN
EKOLOGIS
EKOLOGIS
EKOLOGIS
(PERTUMBUHAN)
Sebagai tujuan
utama pembangunan
dan
dan
Keadilan Sosial
Keadilan Sosial
dan
diseimbangkan
dalam
pembangunan
diseimbangkan
dalam
Partisipasi Politik
pembangunan
dan
Berkembangnya
Kebudayaan
yang selanjutnya dapat mempengaruhi kualitas lingkungan tidak hanya di kota tersebut
tetapi juga di wilayah hinterland sekitarnya.
Upaya
penerapan
konsep
pembangunan
yang
berkelanjutan
(sustainable
development) secara nasional tidak bisa lepas dari upaya pembangunan kawasan
perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urban development). Dengan demikian,
upaya penerapan konsep sustainable urban development atau kota yang berkelanjutan
(sustainable city) di setiap kota maupun kawasan perkotaan di kabupaten-kabupaten
menjadi sangat penting.
(iii) memiliki lingkungan kehidupan yang sehat dengan tersedianya akses dan
penyediaan infrastruktur perkotaan (air bersih, penanganan limbah, persampahan)
dan fasilitas lainnya;
(iv) mengurangi proses pengolahan material baik dari sisi input dan output yang
dihasilkan misalnya pemanfaatan energi yang dapat terbarukan, penerapan
konsep compact city, pengembangan jalur pedestrian dan lain-lain;
(v) memaksimalkan daya dukung ekosistem perkotaan misalnya dengan
mempertahankan ruang terbuka hijau, konservasi sumber air, tata ruang kota yang
baik dan lain-lain.
Konsep Kota yang Harmonis menekankan pada integrasi dan sinkronisasi dari seluruh
elemen kota, yaitu fisik, lingkungan, budaya, sejarah, serta sosial ekonomi. Terdapat
lima konsep pembentuk kota, yaitu kota yang harmonis secara fisik spasial
atau
wilayah (spatial or regional harmony), kota yang harmonis secara lingkungan sosial
(social harmony), kota yang harmonis secara ekonomi (economic harmony), kota yang
harmonis secara lingkungan (environmental harmony), kota yang harmonis secara
budaya (cultural and regenerational harmony), dan kota yang harmonis bagi seluruh
kelompok usia (city for all generation).
konsep
elemen
pembangunan
kunci
dalam
yang
berkelanjutan.
merealisasikan
Infrastruktur
pertumbuhan
diyakini
ekonomi
dan
telah mengabaikan aspek lingkungan dan tidak mempertimbangkan konsep ecoefficiency (creating more value with fewer resources and less waste). Pola
pembangunan infrastruktur akan menentukan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi
yang
berwawasan
lingkungan.
Eco-efficiency
harus
menjadi
kriteria
dalam
pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Dalam jangka panjang, penerapan ecoefficiency akan berdampak pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan hidup. Dalam
pembangunan perkotaan dan penyelenggaraan infrastruktur PU perlu disusun
kebijakan yang memperhatikan aspek lingkungan untuk menjamin keberlanjutan
pembangunan secara ekonomi dan sekaligus keberlanjutan lingkungan secara
ekologis.Gambar berikut menjelaskan secara sederhana bagaimana pembangunan
infrastruktur yang berkelanjutan seperti air, limbah cair, limbah padat dan transportasi
yang sebenarnya dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan hijau (green
growth).
Di Indonesia sendiri, isu perubahan iklim belakangan ini mulai mendapat perhatian luas
dari berbagai kalangan. Sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah tropis,
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rentan terhadap ancaman dan
dampak dari perubahan iklim. Letak geografis dan kondisi geologisnya menjadikan
negeri ini semakin rawan terhadap berbagai bencana alam yang terkait dengan iklim.
Menurut laporan IPCC, Indonesia diperkirakan akan menghadapi berbagai ancaman
dan dampak dari perubahan iklim.
Kenaikan permukaan air laut, meluasnya kekeringan dan banjir, menurunnya produksi
pertanian, dan meningkatnya prevalensi berbagai penyakit yang terkait iklim
merupakan beberapa dampak perubahan iklim yang sudah dan akan terjadi di
Indonesia. Sebagian besar, kota-kota di negeri ini yang berpenduduk padat berada di
daerah pesisir pantai. Kota-kota ini beberapa dekade mendatang terancam akan
tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut.
Melihat begitu luasnya berbagai dampak dari perubahan iklim yang akan terjadi di
Indonesia, seluruh kalangan di negeri ini harus segera memulai upaya untuk
mengatasinya. Selama ini, dikenal ada dua upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi perubahan iklim, yaitu:
a. Mitigasi atas perubahan iklim adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, ini dapat dilakukan dengan mengurangi
penggunaan bahan bakar fossil di berbagai sektor, dan perlahan beralih dari
penggunaan energi tak terbarukan ke energi yang terbarukan dan bersih seperti
energi panas bumi, surya, dan bahan bakar nabati.
Melbourne Principles
1. Membuat visi jangka panjang kota yang berlandaskan pada prinsip-prinsip
keberlanjutan seperti intergenerational; kesetaraan sosial, ekonomi dan politik;
serta kepribadian.
2. Mencapai tujuan ekonomi jangka panjang dan keamanan sosial.
3. Mengakui keberagaman biodiversity dan eko sistem alam dan melindungi dan
melestarikannya.
4. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengurangi tapak ekologis.
5. Melaksanakan pembangunan berdasarkan pada eco-system yang ada dan
mempromosikan kota yang sehat dan berkelanjutan.
6. Mengidentifikasi dan membangun keberagaman kota yang meliputi manusia dan
kebudayaannya, sejarah dan sistem alamiah,.
7. Pemberdayaan masyarakat dan mendorong partisipasi.
8. Memperluas dan melakukan kerjasama untuk mencapai pembangunan
keberlanjutan dimasa mendatang.
9. Mempromosikan produksi dan konsumsi yang berkelanjutan melalui penggunaan
teknologi ramah lingkungan dan managemen yang efektif.
10. Secara terus menerus melakukan perbaikan yang berlandaskan pada akuntabilitas,
transparansi dan tata pemerintahan yang baik.
kota berkelanjutan di Indonesia (2004) dengan mengidentifikasi pengalamanpengalaman lokal yang telah dan sedang dilakukan di masing-masing kota di
Indonesia. Dari diskusi tersebut didapat suatu pemahaman bersama bahwa kota yang
berkelanjutan (sustainable city) adalah kota yang memiliki visi dan strategi jangka
panjang serta memiliki target kota yang ingin dicapai.
Pengembangan kota yang baik membutuhkan visi, misi, dan strategi jangka
panjang.
2. Untuk melaksanakan atau merancangnya membutuhkan suatu pimpinan
(leaders) yang dapat menjadi panutan, bervisi, kreatif, dan komit sehingga
dapat jadi suritauladan setelah itu ditetapkan sistem dan kemudian
kaderisasi.
3. Perlu adanya koordinasi dan kerjasama antar lembaga, antar dinas, antar
pemerintahan sekitarnya.
4. Perlu pimpinan yang dapat mengkoordinirnya, tidak harus satu orang bisa
juga berupa lembaga.
5. Penerapan rewards and punishment.
6. Kota tak dapat berdiri sendiri perlu kerjasama dengan surrounding local
governments.
7. Citizen / penduduk perlu dicerahkan dengan contoh-contoh, studi banding,
lalu di-empower untuk mengembangkan aspirasinya.
8. Perlu diterapkan satu sistem dan mekanisme pengelolaan kota
berkelanjutan.
9. Adanya desentralisasi, agar lebih terjamin keberlanjutan kota.
10. Untuk desentralisasi agar berhasil, pemerintah pusat masih perlu campur
tangan melalui supervisi, monitor, evaluasi pelaksanaan desentralisasi, dan
memberikan rambu-rambu.
11. Perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk merangsang perkembangan
ekonomi lokal yang sustainable, misalnya keamanan, peraturan-peraturan.
ramah pada
10
Dari beberapa contoh yang baik yang dikemukakan di atas, disimpulkan beberapa poin
penting yang menjadi faktor penentu keberhasilan. Faktor penentu keberhasilan ini
menjadi kunci yang harus diberikan perhatian jika ingin melaksanakan suatu program
yang terkait dengan pembangunan perkotaan berkelanjutan.
1. Partisipasi masyarakat . Keterlibatan masyarakat mutlak diperlukan, Kota Kigali
memberi
contoh
keterlibatan
perempuan
dalam
berbagai
kegiatan
yang
yang
ditandai
dengan
meningkatnya
penduduk
perkotaan
dan
11
yang tinggal pada kawasan perkotaan. Pada tahun 2005 persentase penduduk
perkotaan mencapai 48,3%, kondisinya terus meningkat seperti keadaan tahun 1970
yang hanya sebesar 17,4%, menjadi 22,27% pada tahun 1980 dan pada tahun 1995
menjadi 35,9%. Diperkirakan sebelum tahun 2010, secara nasional jumlah penduduk
perkotaan telah melampaui jumlah penduduk perdesaan (lebih dari 50%), dan pada
tahun 2025 proporsi penduduk perkotaan akan mencapai 65,05%. Sebagai hasil
perubahan demografis tersebut, jumlah penduduk perkotaan akan meningkat sebesar
70% dari 108 juta pada tahun 2005 menjadi 187 juta pada tahun 2025.
12
Konsep
Konsep
Berkelanjutan
SUD
HC
Policy
Best
Prinsip-
Practic
Prinsip
es
1. Adanya Visi Jangka Panjang Dalam
Pembangunan Kota
2. Memadukan tujuan ekonomi, sosial,
lingkungan dan budaya
3. Partisipasi dan Pemberdayaan
Masyarakat
4. Kerjasama dan Kemitraan Antar Pelaku
5. Meminimalkan Tapak Ekologis dan
Meningkatkan Daya Dukung Lingkungan
6. Tata Pemerintahan Yang Baik
Warisan Budaya
4. Menciptakan Pemerataan dan
Mengurangi Kesenjangan
5. Kepemimpinan yang Kuat
6. Produktivitas Ekonomi Lokal dan Daya
V
V
Saing
7. Kemampuan Mengurangi Resiko
Menggunakan sumber daya secara efisien, yaitu untuk memperoleh hasil yang
maksimal dengan menggunakan sumber daya yang sedikit dan mengurangi
sampah dan dampaknya.
13
Menggunakan sistem yang baku (juga sistem lainnya) untuk menilai dan
mengurangi dampak lingkungan serta meningkatkan kesadaran bagi pengambil
keputusan dan juga masyarakat.
Mempromosikan
penggunaan
indikator
eco-efficiency
untuk
mengukur
untuk
mencapai
Mempromosikan
penggunaan
teknologi
yang
tepat
infrastruktur yang eco-efisien yaitu teknologi yang berfokus pada lokal dan energi
yang terbarukan, design bangunan yang ramah lingkungan dan mempunyai sistem
pengolahan limbah.
Mempromosikan
pengelolaan
berbasis
permintaan
(demand-side
VII.
PERUMUSAN
ARAH
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
PERKOTAAN
A.
Pada bagian ini dirumuskan arah kebijakan pembangunan perkotaan berkelanjutan dan
pembangunan infrastruktur berkelanjutan berdasarkan hasil analisis kriteria yang
ditetapkan dalam bab sebelumnya. Yang dimaksud dengan arah kebijakan disini
adalah pedoman yang wajib dipatuhi dalam melakukan tindakan untuk melaksanakan
langkah-langkah agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran. Dalam
konteks ini perumusan arah kebijakan didasarkan pada hasil analisis kriteria yang
dikembangkan dari berbagai kajian sebelumnya.
14
Analisis Kriteria
jelas
dan
terukur
dan
serta
menjaga
konsistensi pelaksanaannya.
Memadukan tujuan ekonomi, AK-2: Memanfaatkan potensi ekonomi lokal untuk
sosial,
lingkungan
budaya
Partisipasi
Pemberdayaan Masyarakat
Antar Pelaku
pemerintah,
swasta
dan
masyarakat
dalam
pembangunan kota
Tapak AK-5:
Meminimalkan
Pemerintahan
Meningkatkan
kualitas
mempertimbangkan
lingkungan
daya
dukung
kota
dan
Baik
baik
dalam
pengelolaan
perkotaan
Aman
hukum
dan
jaminan
Lingkungan
Mempromosikan
pemanfaatan
teknologi
Manajemen
Mewujudkan
perlindungan
Yang AK-9:
Menyediakan
pelayanan
dasar
yang
Sehat
Budaya
Menciptakan
15
Mengurangi antar
dan
masyarakat
serta
memeratakan
akses
Kesenjangan
yang
memadai
dan
sumber
daya
pendukung
ekonomi lainnya
Kemampuan
Resiko
Perubahan
Mengurangi AK-14:
Bencana
Iklim
Kapasitas Beradaptasi
B.
Mendorong
dan kesiapsiagaan
upaya
terhadap
mitigasi
bencana
kota
dan
dan
dalam
Untuk menguraikan lebij lanjut arah kebijakan diatas selanjutnya dirumuskan kedalam
strategi operasional untuk masing-masing kebijakan diatas.
Arah Kebijakan 1 (AK-1): Memastikan pembangunan kota didasarkan pada visi
dan arah pembangunan jangka panjang yang jelas dan terukur dan serta
menjaga konsistensi pelaksanaannya.
Strategi operasional yang dapat dilakukan antara lain melalui: (i) menyusun kebijakan
dan strategi pembangunan kota yang terpadu dan konsisten antar waktu, (ii)
menetapkan indicator kinerja pembangunan kota, (iii) menerapkan sistem monitoring
dan evaluasi secara konsisten dan partisipatif.
16
Arah
Kebijakan
(AK-2):
Memanfaatkan potensi
ekonomi
lokal
untuk
Kota-Kota
memiliki
strategi
pengembangan
ekonomi
lokal
didukung
Arah Kebijakan 4 (AK-4): Meningkatkan kerjasama antar daerah dan antar pelaku
serta mengembangkan pola kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat
dalam pembangunan kota
Strategi operasional yang dapat dilakukan antara lain melalui: (i) pengembangan
kelembagaan kerjasama antar daerah untuk isu lintas wilayah, (ii) pengembangan pola
kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam proyek perkotaan, (iii)
pembentukan forum lintas pelaku dalam pembangunan kota untuk memfasilitasi
kerjasama.
17
Kota-Kota
memiliki
hubungan
kerjasama
antar
daerah
yang
saling
Kota-Kota memiliki kualitas lingkungan kota yang baik dimana tingkat polusi dan
pencemaran sangat rendah serta tumbuh dan berkembangnya berbagai inisiatif
yang baik (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam pengelolaan lingkungan
dan metabolisme sirkular dalam pemanfaatan sumberdaya alam.
18
Strategi operasional yang dapat dilakukan antara lain melalui: (i) pencegahan terhadap
potensi ancaman yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban kota, (ii)
penanganan tindak kejahatan dan gangguan keamanan dengan memperhatikan hak
asasi manusia, (iii) pemberian jaminan hukum bagi masyarakat miskin kota terutama
dalam keamanan bermukim (secure tenure), (iv) penyediaan pelayanan perlindungan
hukum bagi masyarakat yang tidak mampu.
19
bangunan
bersejarah
sebagai
asset
ekonomi
kreatif,
(iv)
Kota-Kota memiliki jati diri dan identitas budaya yang khas serta mampu
menjaga kelestarian budaya dan mendapatkan manfaat ekonomi.
Kota-Kota memiliki fungsi yang berjenjang dan tidak terlalu besar kesenjangan
antar kota pada tingkatannya, berfungsi sistem kota-kota secara nasional dan
regional dan tidak adanya kesenjangan masyarakat mengakses ruang kota.
20
Strategi operasional yang dapat dilakukan antara lain melalui: (i) penerjemahan visi
kedalam rencana program yang lebih konkrit, (ii) memastikan konsistensi antara
rencana dan pelaksanaan dengan sistem monitoring yang baik, (iii) melaksanakan
kebijakan pro-rakyat, (iv) melakukan terobosan dan inovasi.
kedepan,
diwujudkan
dalam
pelaksanaan
setiap
tahun,
lebih
Kota-Kota memiliki tingkat daya tarik investasi yang tinggi didukung sarana dan
prasarana memadai serta kemudahan perijinan.
21
C.
kapasitas dan
Kesadaran
Menyebarluaskan informasi tentang pentingnya dan praktekpraktek yang baik tentang eco-efisiensi dalam infrastruktur
pembangunan
Sektor-sektor
infrastruktur yang
spesifik
22
Pendanaan
D.
23
24
dukungan
atau
peranserta
masyarakat
untuk
pembangunan
Berdasarkan kriteria dan pola pengelolaan pusta kegiatan tersebut maka arahan
kebijakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan potensi ekonomi lokal untuk kesejahteraan warganya dan
meningkatkan daya saing daerah
2. Menyediakan pelayanan dasar yang memadai dan mempromosikan pola
kehidupan masyarakat yang sehat.
25
upaya
mitigasi
dan
kesiapsiagaan
terhadap
bencana
dan
Berdasarkan pola pengelolaan tersebut maka arah kebijakan Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kerjasama antar daerah dan antar pelaku serta mengembangkan
pola kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan kota.
2. Mengurangi kesenjangan antar wilayah dan antar masyarakat serta memeratakan
akses masyarakat dalam pembangunan kota
26
E.
Cakupan
Peningkatan
kapasitas dan
Kesadaran
Menyebarluaskan informasi tentang pentingnya dan praktekpraktek yang baik tentang eco-efisiensi dalam infrastruktur
pembangunan
Sektor-sektor
infrastruktur yang
spesifik
27
Partisipasi
Masyarakat dan
Pendanaan
Berbagai upaya dan rencana tindak sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak untuk
mewujudkan konsep pembangunan kota yang berkelanjutan. Salah satunya adalah
bagaimana meningkatkan pemahaman dan penguatan kapasitas pemerintah kota
untuk mengembangkan aksi-aksi nyata pembangunan kota berkelanjutan. Upaya
28
Arah kebijakan pembangunan kota berkelanjutan yang dirumuskan dalam pekerjaan ini
merupakan prinsip dan strategi yang perlu diperhatikan bagi kota-kota dalam upaya
mewujudkan keberlanjutan pembangunan kota-nya. Selain itu, arah kebijakan yang
disusun dapat menjadi acuan bagi pemerintah kota dalam merumuskan lebih lanjut
kebijakan dan strategi pembangunan kota yang berkelanjutan sesuai dengan kondisi
dan karakteristik permasalahan yang dihadapinya.
b. Rekomendasi
upaya
mewujudkan
pembangunan
kota
berkelanjutan
dibutuhkan
Untuk itu diperlukan suatu kajian yang lebih mendetail untukk memahami kondisi
dan
perkembangan
kota-kota
di
Indonesia
dalam
upaya
mewujudkan
Penjabaran
Prinsip-Prinsip dan
Arah
Kebijakan
Pengembangan
Kota
Untuk mengetahui efektivitas dari prinsip dan arah kebijakan yang telah
dirumuskan dibutuhkan langkah penerapan atau uji-coba dilapangan dengan
mengambil kasus beberapa kota sesuai dengan tipologinya.
29
30
RINGKASAN EKSEKUTIF