Anda di halaman 1dari 5

LATAR BELAKANG

Anak pra-sekolah mengalami kemajuan secara emosional dan sosial.


Tumbuh kembang yang terjadi pada anak usia pra-sekolah terjadi dengan pesat
sehingga mengakibatkan anak usia pra-sekolah rentan mengalami masalah
kesehatan seperti diare dan karies gigi. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya masalah kesehatan pada anak usia sekolah, selain dari lingkungan orang
tua merupakan orang yang sangat penting dalam pencegahan masalah-masalah
kesehatan yang terjadi pada anak usia pra-sekolah.
Diare merupakan masalah yang sangat umum terjadi pada anak prasekolah. Diare terjadi karena adanya pola perilaku hidup bersih dan sehat yang
kurang. Sebagai contoh adalah rendahnya perilaku cuci tangan anak. Aktivitas
anak yang beragam membuat anak rentan untuk bersentuhan dengan benda atau
lingkungan yang kotor. Rendahnya perilaku cuci tangan mengakibatkan anak
beresiko mengalami diare. Selain itu, faktor lain adalah kegemaran anak untuk
mengonsumsi jajan sembarangan. Rasa penasaran anak-anak terhadap jenis
jajanan sembarangan yang beragam dan berwarna mencolok berhasil membuat
anak tertarik untuk membeli dan mengonsumsinya. Tidak semua penjual
memperhatikan kebersihan dari makanan yang dijual. Misalnya, makanan yang
dijual terbuka atau kurangnya kebersihan bahan makanan. Anak yang
mengonsumsi makanan tersebut akan mudah terkena diare karena usus terinfeksi
dari kuman penyakit yang terdapat dalam makanan tersebut.
Masalah kesehatan lain yang sering terjadi pada anak usia pra sekolah
adalah karies gigi. Karies gigi terjadi karena adanya pola perilaku yang salah
dalam mengkonsumsi makanan yang manis melekat, panas, atau dingin.
Pencegahan karies gigi pada anak pra-sekolah ditekankan pada orang tua dalam
mengawasi anak dalam mengkonsumsi makanan, jajanan baik dilingkungan
sekolah atau lingkungan sekitar rumah.
Karies gigi tidak hanya disebabkan oleh konsumsi makanan akan tetapi
oral hygiene pada anakjuga perlu diperhatikan, karena jika anak tidak melakukan
gosok gigi setelah mengkonsumsi makanan manis melekat, dingin, panas, seperti
coklat, es, dan lain-lain akan mengakibatkan gigi anak kerowok kehitaman atau

yang sering disebut dengan karies gigi. Dampak karies gigi pada anak terdiri dari
gigi anak terasa nyeri dan jumlah gigi berkurang karena patah atau keropos.
Dampak dari karies gigi dapat dicegah dengan pendampingan dari orang
tua atau guru, seperti diadakannya deteksi dini terhadap karies gigi. Deteksi dini
pada karies gigi akan mengurangi dan mencegah karies gigi yang terjadi pada
anak. Dalam deteksi dini akan dimulai dari pemberian edukasi tentang karies gigi
beserta cara pencegahannya, pemeriksaan gigi, dan cara menggosok gigi dengan
benar
TK Mekar Sari yaitu Sekolah Taman Kanak-Kanak yang berbasis
bertempat di kelurahan Bulusan, kecamatan Tembalang. Sekolah ini memiliki 30
siswa TK A dan 50 orang TK B. Akan tetapi sampel yang diambil hanyalah TK A
saja dengan jumlah 30 siswa. Studi pendahuluan dilakukan kelompok dan
didapatkan hasil masih banyak siswa bahkan setengah dari jumlah TK A sering
mengkonsumsi jajanan yang manis, dingin, dan panas. Terdapat banyak anak yang
mengalami karies gigi dengan jumlah 26 siswa, hal ini sangat menghawatirkan
sehingga kelompok mengangkat karies gigi sebagai msalah utama yang terdapat
di TK Mekar Saru. Masalah tersebut ditetapkan sesuai dengan hasil pengkajian
dan musyawarah baik dengan orang tua, guru dan wali dari siswa.
Selama 4 minggu, mahasiswa melakukan intervensi untuk mengurangi
kejadian diare, karies gigi, dan membiasakan siswa untuk membawa bekal ke
sekolah. Jenis intervensi yang telah dilakukan yaitu pendidikan kesehatan tentang
7 langkah cuci tangan, jenis makanan sehat, dan cara menggosok gigi yang benar.
Pendidikan kesehatan tersebut diberikan kepada siswa dan siswi. Sedangkan
intervensi kepada orang tua berupa pendidikan kesehatan terkait pertolongan
pertama pada anak diare, contoh menu bekal sehat, dan 7 langkah cuci tangan.
Intervensi yang telah dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi
siswa/siswi dan orang tua murid TK Mekar Sari Tembalang.

2. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan musyawarah selama 60 menit, orang tua siswa
dan guru TK dapat mengetahui hasil intervensi yang dilakukan oleh
mahasiswa.
2. Tujuan khusus
Tujuan dilakukan musyawarah sekolah ke 2 adalah :
a. Memaparkan intervensi yang telah dilakukan oleh mahasiswa
b. Memaparkan hasil dari intervensi yang dilakukan oleh mahasiswa
c. Menentukan rencana tindak lanjut dari intervensi yang telah
dilakukan oleh mahasiswa
3. METODE PELAKSANAAN
Ceramah, Tanya jawab, diskusi.
4. PERENCANAAN
a. Target audiens
Target audiens pada musyawarah sekolah 3 adalah perwakilan dari pihak
sekolah yaitu kepala sekolah, guru (1 guru pada masing-masing kelas), dan
orang tua siswa.
b. Tempat, tanggal, jam
Musyawarah akan dilaksanakan di TK Mekar Sari, Tembalang pada hari
Kamis tanggal 16 April 2015 pukul 09.00 WIB.
c. Rencana pelaksanaan
Waktu
09.00 09.10
09.10 09.45

Acara
Pembukaan
Musyawarah

Materi
Pembukaan acara oleh MC
Diskusi tentang intervensi
yang

telah

dilakukan

mahasiswa,

hasil

dari

intervensi,

menentukan

rencana tindak lanjut dari


kegiatan
09.45 09.55
09.55 10.00

Pembacaan hasil diskusi


Penutup

yang

dilakukan
Dibacakan oleh MC
Ditutup oleh MC

sudah

d. Indikator hasil
Indikator hasil dari musyawarah sekolah 3 antara lain:
1) Memaparkan intervensi yang telah dilakukan oleh mahasiswa
2) Memaparkan hasil dari intervensi
3) Menentukan rencana tindak lanjut dari intervensi yang telah dilakukan
5. KRITERIA EVALUASI
1.

Evaluasi Struktur
a.

Menyiapkan presentasi hasil dari intervensi

b.

Melakukan kontrak waktu dengan guru, wali siswa untuk


dilakukan musyawarah sekolah 3

2.

Evaluasi proses
a.

Guru, wali siswa dan mahasiswa datang sesuai dengan


kontrak yang disepakati.

b.

Pemaparan hasil intervensi dilaksanakan sesuai waktu


dan tempat yang telah ditetapkan.

c.

Guru dan wali siswa memperhatikan terhadap materi


yang disampaikan oleh penyaji.

d.

Mahasiswa bertugas sesuai perannya dan materi dapat


tersampaikan dengan baik

e.

Guru dan wali siswa aktif bertanya terhadap hal-hal yang


belum diketahui.

f.

Ceramah dan tanya jawab berjalan dengan lancar.

g.

Media dan alat bantu dapat digunakan dengan efektif

3.

Evaluasi hasil (terlampir)


a.

Kognitif
Wali siswa mampu menyebutkan kegiatan yang bisa dilakukan
untuk mengurangi kejadian diare, karies gigi, dan perilaku siswa
untuk jajan sembarangan.

b.

Afektif
Wali siswa dan guru antusias terhadap musyawarah mengenai
karies gigi, cuci tangan dan jajanan sembarangan.

c.

Psikomotor

Wali siswa dan guru mengatakan akan mampu untuk memfasilitasi


anak-anaknya untuk sikat gigi benar dan sesuai prosedur, mencuci
tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dan membawa
makanan yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai