Pada hari ini tanggal 10 Maret 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
NamaPeserta
Denganjudul/topik
Nama Pendamping
Nama Wahana
No.
Nama Peserta Presentasi
No.
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya.
Tanda Tangan
Pendamping
(dr.Guntur Sugiharto)
Pada hari ini tanggal 10 Maret 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
NamaPeserta
Denganjudul/topik
Nama Pendamping
Nama Wahana
No.
Nama Peserta Presentasi
No.
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesunguhnya.
Pendamping
Tanda Tangan
Pembimbing
(dr.Guntur Sugiharto)
Borang Portofolio
Nama Peserta: dr. Firda Rani Fahlevia
Nama Wahana: RSD dr.Haryoto Lumajang
Topik: Hipertensi Dalam Kehamilan
Tanggal (kasus):15 Desember 2015
Nama Pasien:Ny. S
No. RM
: 22.83.15
Tanggal Presentasi:
Nama Pendamping:
Tempat Presentasi:
Obyektif Presentasi:
Keilmuan
Diagnostik
Neonatus
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Manajemen
Masalah
Istimewa
Anak
Remaja
Bayi
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Wanita 36 th dengan kehamilan berusia 34 minggu dan tekanan darah yang tinggi.
Tujuan: Memahami mengenai hipertensi dalam kehamilan, perkembangan penyakit dan penanganannya.
Bahan bahasan:
Tinjauan Pustaka
Riset
Cara membahas:
Diskusi
Data pasien:
Nama:Ny. S
Kasus
Audit
Email
Pos
Daftar Pustaka:
BUKU LOG DAN KUMPULAN BORANG PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA|
1. Angsar MD. 2007. Hipertensi Dalam Kehamilan. Surabaya : Bagian SMF Obstetri-Ginekologi FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo Surabaya.
2007
2. Cunningham GF et al. 2010. Pregnancy Hypertension in Section 7 Obstetrical Complications. Williams Obstetrics 21 st ed. USA:
McGraw-Hills Companies.
3. Avnas AT. 2000. Manual of Obstetrics 6 th Edition, Lippincott Williams and Wilkins.
4. Belfort MA, Saade GR, Thornton S. 2003. Hypertension in Pregnancy. New York: Marcel Dekker, Inc.
5. Prawirohardjo S, dkk. 2013. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hasil Pembelajaran:
1. Mengetahui mengenai definisi, patofisiologi dan perjalanan penyakit hipertensi dalam kehamilan.
3. Mengetahui mengenai tata laksana, diagnosa, dan terapi hipertensi dalam kehamilan.
1. Subyektif:
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli kandungan untuk kontrol rutin kehamilan. Pasien mengeluh pusing dan batuk. Pasien menyangkal adanya nyeri ulu
hati dan penglihatan kabur. Pasien tidak merasa kencang-kencang.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi sebelum kehamilan.
Riw. DM disangkal
Riwayat Pengobatan:
Pernah mengonsumsi obat penurun tekanan darah, pasien lupa nama obatnya
Riwayat Keluarga:
Pasien menyangkal adanya anggota keluarga lain yang mengalami penyakit yang sama
Riwayat Pernikahan:
Suami pertama, selama 18 tahun
Riwayat Persalinan:
Hamil sekarang
Riwayat KB:
KB Pil setelah persalinan pertama
2. Obyektif:
Status generalis:
Status Obstetrik:
Leopold
- I: TFU teraba 3 jari dibawah processus xyphoideus. Teraba bagian besar janin dengan konsistensi padat kenyal, batas tidak tegas, tidak
melenting, Kesan: Bokong
- II: Teraba bagian janin yang keras memanjang sepanjang perut kanan ibu, Kesan : Punggung Kanan
- III: Teraba bagian bayi besar janin bulat dengan konsistensi keras, batas tegas, tidak terfiksir, Kesan : Kepala belum masuk PAP
- IV: Konvergen
TFU: 24cm
HIS: (-)
DJJ: Doppler 157x/menit
VT belum ada pembukaan
Laboratorium:
No
1
2
Jenis
Pemeriksaan
Hb
Hct
Leukosit
Trombosit
Albumin urine
Leukosit urine
Hasil
Pemeriksaan
11.4
33
10.420
141.000
++++
1-3
Nilai Normal
13,0-18,0 mg/dl
35-47%
3500-10000/cm2
150000-450000
Negatif
0-1/plp
3. Assesment:
GIIIP2001 + UK 32-33 minggu + T/H/I/U + Let. Kep. + Hipertensi kronis superimposed preeklampsia + tak inpartu
4. Planning:
a. Diagnosis
LDH, Faal hati, Faal ginjal, Serum elektrolit, Gula Darah Acak.
b. Pengobatan
Inf. RL 1000cc/24jam
Inj. SM 20% 4 gram bolus IV pelan dilanjutkan Drip SM 6 gram
Inj. Furosemide 3x2 amp
Inj. Dexametason 2x1 amp
Nifedipine 10mg 3x1
Pasang DC
Induksi persalinan bila tekanan darah sistolik <200mmHg
c. Edukasi
Menjelaskan tentang kondisi pasien, rencana pemeriksaan dan terapi selanjutnya.
Menjelaskan bahwa kondisi pasien memerlukan penanganan dari dokter spesialis kandungan.
Menjelaskan pengaruh kondisi pasien terhadap janin.
Menjelaskan pencegahan penyakit hipertensi dalam kehamilan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) merupakan 5-15 % penyulit kehamilan. Hipertensi kehamilan merupakan salah satu dari tiga penyebab
tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini
disebabkan selain etiologi HDK tidak jelas, juga disebabkan penanganan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medik dan sistim rujukan
yang belum sempurna. HDK dapat dialami oleh semua lapisan ibu hamil, sehingga pengetahuan tentang pengelolaan HDK harus benar-benar dipahami
oleh semua tenaga medis baik dipusat maupun di daerah 1,5.
B. Faktor Resiko
Primigravida
Primipaternitas
Hiperplasentosis:
- Mola hidatidosa
- Kehamilan multipel
- Diabetes melitus
- Hydrops fetalis
- Bayi besar
Umur yang ekstrim
Riwayat keluarga preeklampsi/eklampsi
Penyakit ginjal dan hipertensi sebelum kehamilan
Obesitas
C. Klasifikasi
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High
Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 antara lain 1,5:
1.
2.
3.
4.
5.
Hipertensi kronis
Hipertensi yang timbul sebelum kehamilan 20 minggu, atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap setelah 12 minggu pasca persalinan.
Preeklampsia
Hipertensi yang timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai proteinuria.
Eklampsia
Preeklampsia disertai kejang dan/atau koma.
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik yang disertai dengan tanda-tanda preeklampsia atau proteinuria
Hipertensi gestasional (transient hypertension)
Timbulnya hipertensi pada kehamilan tanpa proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 12 minggu pascapersalinan atau kehamilan dengan
tanda-tanda preeklampsia tapi tanpa proteinuria.
3. Edema tungkai tidak dipakai lagi sebagai kriteria hipertensi dalam kehamilan, kecuali edema anasarka
D. Patofisiologi
Penyebab HDK hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya HDK, namun tidak ada satupun
teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori yang sekarang banyak dianut 1,5:
1.
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada HDK tidak terjadi invasi trophoblast ke dalam arteri spiralis dan jaringan arteri sekitar arteri spiralis. Lapisan otot arteri spiralis menjadi
tetap kaku dan keras sehingga arteri spiralis tidak mengalami distensi dan vasodilatasi. Hal ini mengakibatkan arteri spiralis relatif mengalami
vasokontriksi dan terjadi kegagalan remodelling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadi hipoksia dan iskemia
plasenta. Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal sekitar 500 mikron sedangkan pada preeklampsia 200 mikron. Pada kehamilan normal,
vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah uteroplasenta 1,5.
Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
2.
Kerusakan sel endotel mengakibatkan disfungsi sel endotel. Hal ini akan menyebabkan 1,5:
Agregasi sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan yang ertujuan menutup tempat di lapisan endotel yang rusak.
Agregasi trombosit memproduksi Thromboxane (TXA2) suatu vasokontriktor kuat. Pada preeklampsia, kadar TXA2 lebih tinggi dari
kadar PGE2 sehingga terjadi vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah.
7.
Teori inflamasi
ini berdasakan
bahwa lepasnya
debris
3. Teori
Teori
intoleransifakta
imunologik
antara ibu
dantrofoblas
janin dalam sirkulasi merupakan rangsangan utama terjadinya inflamasi. Pada kehamilan
normal jumlah
debrishamil
masih
wajar
sehingga
masihadanya
dalamhasil
bataskonsepsi
normal.yang
Padabersifat
preeklampsia
terjadi
peningkatan
stres leukocyte
oksidatif,
Pada wanita
yang
normal,
responreaksi
imun inflamasi
tidak menolak
asing oleh
karena
adanya human
sehingga
produksi
debrisberperan
apoptosis
dan modulasi
nekrotik trofoblas
juga1,5.meningkat. Respon inflamasi ini mengaktivasi sel endotel, makrofag/granulosit yang
antigen protein
G yang
dalam
sistem imun
lebih besar
sehingga
sistemik
inflamasi
yangantigen
menimbulkan
Redman (1999)
bahwa protein
disfungsi
Padapula
plasenta
HDKterjadi
terjadireaksi
penurunan
human
leukocyte
proteingejala
G ataupreeklampsia.
plasenta memproduksi
humanmenyatakan
leukocyte antigen
G
1,5
endotel
disebabkan
oleh kekacauan
adaptasi dari
proses inflamasi
pada kehamilan mengakibatkan aktivitas leukosit yang sangat tinggi
dalam bentuk
lain sehingga
terjadi intoleransi
ibu terhadap
plasentaintravaskuler
.
E.
Manifestasi
Klinis
Pada
kehamilan normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopressor akibat adanya sintesis prostaglandin yaitu Prostacycline.
Preeklampsia
Pada HDK terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang
sehingga pembuluh
darahpenyulit
menjadi kehamilan
sangat pekaakut
terhadap
bahan
vasopressor.
Preeklampsia
merupakan
dan dapat
terjadi
pada ante-, intra-, dan postpartum. Dari gejala klinik preeklampsia dapat dibagi
ini timbul
urutangizi
diatas, dapat dianggap bukan preeklampsia.
6. tidak
Teoridalam
defisiensi
Dari semua
gejala-gejala
tersebut,bahwa
timbulnya
hipertensi
danikan
proteinuria
merupakanresiko
gejalapreeklampsia
yang paling penting,
namunikan
sayangnya
penderita
sering
Penelitian
membuktikan
konsumsi
minyak
dapat mengurangi
karena minyak
mengandung
banyak
asam
kali
tidak
merasakan
perubahan
ini. Bila produksi
penderita thromboxane,
sudah mengeluh
nyeri kepala,
gangguan
penglihatan
nyeri epigastrium,
makapembuluh
penyakit darah.
ini
lemak
tidak
jenuh yang
menghambat
menghambat
aktivasi
thrombosit
dan atau
mencegah
vasokonstriksi
sudah
cukup
lanjut.juga menganggap bahwa defisiensi calcium pada diet wanita hamil mengakibatkan resiko terjadinya preeklampsia atau eklampsia.
Beberapa
peneliti
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian suplemen kalsium pada ibu hamil dengan defisiensi kalsium menurunkan angka kejadian
preeklampsia dan eklampsia.
Eklampsia
F. Diagnosis
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia yang disertai kejang dan koma. Eklampsia dapat timbul ante, intra dan post partum.
Berdasar National High Blood Pressure Education Program, Working Group Report on High Blood Pressure in Pregnancy 2000
Eklampsia post partum umunya hanya terjadi 24 jam pertama setelah persalinan 2.
1.
Hipertensi
Gestasional
Pada penderita
penderita
preeklampsia yang akan kejang umumnya terdapat gejala atau tanda khas yang dianggap sebagai tanda prodromal akan
Tidak
disertai
proteinuria
sampai saat
berakhirnya
2
Tekanan darah
dan nyeri epigastrium
. kembali normal > 12 minggu persalinan.
Diagnosis
akhir
hipertensi
gestasional, Perawatan
hanya ditegakkan
partum dengan predisposisi preeklampsia perlu ketat dilakukan agar
Eklampsia selalu didahului dengan
preeklampsia.
prenatalsetelah
untuk post
kehamilan
Diagnosa
ditegakkan
berdasardengan
atas timbulnya
hipertensi
dan berlangsung
atau edema setelah
kehamilandan
20
bila tidak diberi
obat anti kejang akan segera disusul dengan kejang berikutnya. Setelah kejang berakhir, frekuensi nafas meningkat akibat hiperkarbia
minggu.
Hipertensi:
140/90
atau hipoksia, beberapa
kasus dapat
terjadimmHg
sianosis. Penderita yang sadar setelah koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah 2.
Proteinuria: 300 mg /24 jam atau 1 + dipstick
Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata 2.
Diagnosa preeklampsia berat ditegakkan bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:
Tekanan darah tidak menurun meskipun ibu sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
Proteinuria: 5 gram /24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kuantitatif
Oliguria yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/24 jam
Kenaikan kadar kreatinin plasma
Gangguan visus, penurunan kesadaran, nyeri kepala, scotoma dan pandangan kabur
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsul Glisson)
Edema paru dan cyanosis
Trombositopenia berat
Gangguan fungsi hepar
Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
Sindroma HELLP 2
3.
Eklampsia
Timbulnya kejang pada preeklampsia, dimana timbulnya kejang tidak dapat dibuktikan oleh sebab lain 2.
4.
5.
Hipertensi kronis
1) Tekanan darah 140/90 mmHg sebelum kehamilan, atau ditemukan tekanan darah 140/90 sebelum umur kehamilan 20 minggu.
2) Tekanan darah 140/90 pertama kali dalam kehamilan dan hipertensi menetap setelah 12 minggu pasa persalinan 2.
G. Tatalaksana
Manajemen Umum Preeklampsia Ringan
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu dipertanyakan, bagaimana:
1) Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan atau terapi medikamentosa
2) Sikap terhadap kehamilan, berarti mau diapakan kehamilan ini
a. Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?
Disebut penanganan kehamilan konservatif atau ekspektatif
b. Apakah kehamilan akan dikahiri (diterminasi)?
Disebut penanganan kehamilan aktif atau aggresive 1
Tujuan utama penanganan preeklampsia
1. Mencegah kejang
2. Mencegah perdarahan intrakranial
3. Mencegah gangguan fungsi organ vital
4. Melahirkan bayi sehat. 1
Rawat Jalan (Ambulatoir)
a. Banyak istirahat (berbaring /tidur miring)
b. Diet: (Cukup protein, diet rendah karbohidrat, lemak dan garam secukupnya).
c. Roborantia
3. Pemeriksaan
d. Tidak
perlu diberikesejahteraan
obat-obatan :janin
diuretik, antihipertensi dan sedative
gerakan janin
e. Kunjungana)Perhitungan
ulang tiap 1 minggu
f.
b) laboratorim
Nonstress(Hb,
test Hct,
2 kaliUrine
seminggu
Pemeriksaan
lengkap, Asam urat darah, Trombosit, Fungsi ginjal dan hepar)
1,5
2.
Kriteria
rawat inap
untuk
preeklamsia
ringan dll. 1,5
4. untuk
Konsultasi
dengan
bagian:
mata, jantung,
a) Bila tidak ada perbaikan : tesakan darah maupun kadar proteinuria selama 2 minggu
Ada salah satu
/ lebih gejala
tanda preeklampsia
b) Penanganan
Obstetrik:
Sikapdan
terhadap
kehamilan berat
Evaluasi selama di rumah sakit
a) Pemeriksaan
fisik Preterm (<37 minggu)
a) Pada kehamilan
Pengukuran
tekanan
darah setiap
4 jam kecuali
ibu perwatan,
tidur
Bila tekanan
darah mencapai
normotensif
selama
persalinan ditunggu sampai aterm.
Observasi
adanya
edema
pada
perut
dan
muka
b) Pada kehamilan Aterm (>37 minggu)
Observasi
gejala-gejala
eclampsia
Persalinanadanya
ditunggu
sampai impending
onset persalinan
atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada Taksiran Tanggal
b) Pemeriksaan laboratorium
Persalinan.proteinuria dengan dipstick pada waktu masuk dan tiap 2 hari
Pemeriksaan
c)
Bila pasien sudah
inpartu,
perjalanan
Pemeriksaan
Hct dan
trombosit
setiap 2persalinan
minggu diikuti dengan grafik Friedman atau Partograf WHO
d)
Cara
persalinan
Pemeriksaan fungsi hepar setiap 2 minggu
Pemeriksaan
produksi
urine tiap
3 jam
Persalinan dapat
dilakukan
secara
spontan, bila perlu memperpendek kala II. 1,5
Pemeriksaan serum kreatinin, asam urat dan BUN
Pencegahan kejang
Pengobatan hipertensi
Pengelolaan cairan
Pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat
Saat yang tepat untuk persalinan
4.
5.
6.
Diet : cukup protein, diet rendah karbohidraat, lemak dan garam secukupnya.
Pemberian obat anti kejang : MgSO4 (Magnesium Sulfas)
Cara pemberian Magnesium Sulfas
a. Loading dose
MgSO4 20% 4 g IV selama 5 menit (1g/menit) dilanjutkan MgSO4 40% 10 g IM pada bokong kanan/ kiri masing-masing 5g.
b. Maintenance dose
Diberikan 4 atau 5 g IM, 40% setelah 6 jam pemberian loading dose. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 g IM setiap 6 jam.
c. Syarat pemberian :
- Siapkan antidotum jika terjadi henti nafas lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator), beri kalsium glukonas 1 gram 10 %
(diberikan IV pelan pada intoksikasi MgSO4)
- Reflex patella (+) kuat
- Frekuensi respirasi > 16x/menit, dan tidak ada tanda distres nafas
- Produksi urine > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 cc/KgBB/jam)
d. Sulfas Magnesium dihentikan bila :
- Ada tanda-tanda intoksikasi
- Setelah 24 jam pasca persalinan
Anti hipertensi
c.
d.
- Edema paru
- Payah jantung kongestif
- Edema anasarka
Antipiretik: diberikan bila suhu rektal di atas 38,5C
Antibiotik: Diberikan bila ada indikasi1,5
WHO
b) Kala II: Pada persalinan pervaginam, maka Kala II diselesaikan dengan partus buatan (Ibu tidak boleh mengejan) 5
B. Penanganan Konservatif
a. Indikasi : Pada usia kehamilan 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin baik.
b. Pengobatan medikamentosa : Sama dengan penanganan medikamentosa pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan secara
IV, cukup IM saja.
c. Penanganan Obstetrik Konservatif :
1. Selama penanganan konservatif observasi dan evaluasi sama seperti penanganan aktif hanya disini tidak ada terminasi.
2. Magnesium sulfat dihentikan bila sudah terdapat tanda-tanda preeklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
3. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, karena keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan harus diterminasi.
d. Penderita boleh dipulangkan bila :
1.
Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda preeklampsia ringan tetap dirawat selama 3 hari.
2.
Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklampsia ringan, penderita dapat dipulangkan sebagai preeklampsia ringan. 5
Penanganan Eklampsia
Pada hakikatnya penanganan yang sangat penting dalam penanganan pasien eklampsia adalah penanganan medikamentosa dan suportif. Tujuan
utama dari pengobatan medikamentosa eklampsia adalah
1)
2)
3)
Mencapai stabilitas ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin pada saat ddan dengan cara yang tepat 1
Pengobatan medikamentosa
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama adalah magnesium sulfat. 5
Pengobatan suportif
Pengobatan suportif terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ penting misalnya untuk mengoreksi asidosis, mempertahankan ventilasi
paru, mengatur tekanan darah, mencegah gagal jantung.
Pengobatan Obstetrik
a) Sikap dasar : Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin
b) Bilamana diakhiri : kehamilan diakhiri bila sudag terjdai stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu.
c) Cara terminasi kehamilan (seperti pada preeclampsia berat)
d) Perawatan pasca persalinan
-
Bila persalinan terjadi pervaginal monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
Pencegahan Preeklampsia
Pencegahan dilakukan pada wanita hamil yang mempunyai resiko terjadinya preeklampsia. Pencegahan dapat dilakukan dengan:
1. Non medikamentosa : restriksi garam, suplementasi diet (minyak ikan; makanan kaya antioksidan seperti vitamin C, E, beta karoten , C0Q10, Nasetilcystein, asam lipoic; elemen logam berat seperti zinc, magnesium, kalsium)
2. Medikamentosa: diuretik, antihipertensi, antitrombotik (aspirin), antioksidan
Evaluasi janin
-
Proteinuria, gejala neurologik, nyeri kepala hebat, gangguan visus, edema anasarka, oliguria, edema paru.
Edema serebri, edema paru, gangguan ginjal, dapat terjadi 24-36 jam post partum.
Setelah persailnan: 6 jam pertama tahanan perifer meningkat, akibatnya terjadi peningkatan kerja ventrikel kiri, bersamaan dengan itu
akumulasi cairan interstitial mask ke intravaskular sehingga perlu terapi cepat dengan atau tanpa diuretik.
H. HELLP Syndrome
Definisi
HELLP Syndrome adalah preeklampsia-eklampsia dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar enzym hepar, disfungsi hepar dan
trombositopenia. H = hemolisis, EL = peningkatan enzim hati (Elevated Liver Enzyme) dan LP = rendahnya platellet (Low Platelet Count). 5
Diagnosis 5
1) Tanda dan gejala tidak khas
a. Mual
b. Muntah
c. Nyeri kepala
d. Malaise
2) Tanda dan gejala preeklampsia
a. Hipertensi
b. Proteinuria
c. Nyeri epigastrium
d. Edema
3) Tanda-tanda hemolisis intravaskular
a. Kenaikan LDH, AST, dan bilirubin indirek
b. Kenaikan urobilinogen dalam urine
c. Apusan darah tepi: fragmentasi eritrosit
4) Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar yaitu kenaikan ALT,AST, LDH.
5) Trombositopenia 150.000/cc
Klasifikasi
Klasifikasi HELLP Syndome menurut Mississippi berdasarkan kadar trombosit, antara lain: 5
1) Klas 1
a. Trombosit 50.000/cc
b. LDH 600 IU/L
c. AST dan/atau ALT 40 IU/L
2) Klas 2
a. Trombosit 50.000-100.000/cc
b. LDH 600 IU/L
c. AST dan/atau ALT 40 IU/L
3) Klas 3
a. Trombosit 100.000-150.000/cc
b. LDH 600 IU/L
c. AST dan/atau ALT 40 IU/L
Tatalaksana
Terapi medikamentosa
1)
2)
3)
Bila trombosit < 50.000/ml atau ada tanda-tanda koagulopati konsumptif maka harus diperiksa
a. Protrombine time
b. Partial tromboplastine time
c. Fibrinogen
4)
5)
2.
3.
4.
5.
6.
7.