Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011

Pusat Pengembangan Energi Nuklir


Badan Tenaga Nuklir Nasional

SURVEI MIKROTREMOR DI PULAU BELITUNG


UNTUK KAJIAN TAPAK PLTN
Sunarko, Hadi Suntoko
Pusat Pengembangan Energi Nuklir- BATAN
Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan12710
Email: sunarko@yahoo.com

ABSTRAK
SURVEI MIKROTREMOR DI PULAU BELITUNG UNTUK KAJIAN TAPAK PLTN.
Pengukuran mikrotremor untuk mendapatkan estimasi respons tapak telah dilakukan. Survey
dilakukan pada 13 titik di pulau Belitung. Analisis spektral horisontal dan vertikal dilakukan untuk
semua titik pengamatan untuk mendapatkan estimasi frekuensi resonansi fundamental dan
amplifikasinya terhadap getaran tanah. Hanya beberapa lokasi menunjukkan amplitudo spektra
berbentuk nyata yang mencirikan adanya kontras impedansi yang besar. Pada lokasi lain terdapat
beberapa puncak yang menandakan adanya beberapa kontras impedansi pada lapisan bawah
permukaan. Berdasarkan hasil pengolahan data, frekuensi fundamental yang didapatkan berkisar dari
0,85 hingga 17,9 Hz. Peningkatan frekuensi fundamental seiring dengan menurunnya ketebalan
lapisan diatas lapisan basement. Estimasi terhadap nilai amplifikasi menghasilkan nilai antara 1,3
hingga 5,5, dimana nilai besar didapatkan pada daerah tengah agak ke arah selatan pulau Belitung (Bl
10 Desa Bantaian). Analisa terhadap data menunjukkan bahwa parameter frekuensi fundamental
dan nilai amplifikasinya sedikit bervariasi untuk daerah sekitar pulau Belitung. Hal ini terjadi karena
adanya variasi lateral kedalaman sedimen dan/atau adanya variasi pada tipe batuan yang ada. Hasil
juga menunjukkan efek geometri basin.
Kata kunci : kejadian eksternal alamiah, pra-survi tapak, standar IAEA,

ABSTRACT
MIKROTREMOR SURVEY ON THE BELITUNG ISLAND TO A NPP SITE ASSESSMENT,.
Microtremor survey has been measured to estimates of a site response . The survey was conducted at
13 points on the Belitung island. Horizontal and vertical spectral analysis performed for all points of
observation to obtain an estimates of the fundamental resonance frequency and amplification of
ground vibration. Only a few sites show the real shape of the amplitude spectra which characterize the
existence of a large impedance contrast. At another location there are several peaks which indicate the
presence of some impedance contrast at the subsurface layer. Based on the results of data processing,
fundamental frequency obtained ranged from 0.85 to 17.9 Hz. Improved fundamental frequency along
with decreasing the thickness of the layer above the basement layer. Estimates of the value of
amplification produces values between 1.3 to 5.5, where the large value obtained in the middle area
slightly to the south Belitung island (Bl 10 - Village massacre). Analysis of data showed that the
parameters of fundamental frequency and amplification value varies slightly for the area around the
Belitung island. This occurs because of lateral variations in depth of sediment and / or of variations in
rock type exists. The results also show the effects of basin geometry.
Keywords: natural external events, pre-survey site, the IAEA standards,

1.

PENDAHULUAN

Untuk menentukan tapak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dilakukan


serangkaian kegiatan pra-survei, survei tapak dan evaluasi tapak. Kegiatan pra-survei
menggunakan referensi standar Safety Guide No. 50-SG-S9 dan Safety Standards Series Safety
Guide No. NS-G-3.3 yang dikeluarkan oleh Iinternational Atomic Energy Agency, (IAEA)

ISSN 1979-1208

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
antara lain mengharuskan untuk melakukan kajian dan evaluasi tapak PLTN terhadap
kondisi kegempaan[1].
Gempa bumi diartikan sebagai suatu getaran atau guncangan yang umumnya terjadi
di permukaan bumi akibat pergerakan kerak bumi (lempeng bumi) dan aktivitas gunung
api. Gempa bumi dapat mempengaruhi keselamatan bangunan dan keselamatan jiwa pada
umumnya. Aspek kegempaan yang dikaji meliputi peta geologi yang mengandung data
stratigrafi, peta tektonik, peta geofisik (anomali magnet dan gravitasi), foto satelit, katalog
gempa, peta isoseismik dan peta zona kegempaan[1]. Efek gempa bumi bukan hanya
dipengaruhi oleh besaran magnitudonya dan jarak dari gempa, serta dipengaruhi oleh
kondisi lokal. Karakteristik kondisi lokal tersebut dapat diketahui dengan mengukur respon
getaran untuk mendapatkan nilai periode dominan. Salah satu akibatnya dapat memicu
terjadinya likuifaksi pada material bawah permukaan
Maksud penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik material bawah
permukaan yang meliputi penyebaran tanah/batuan, nilai periode dominan tanah terkait
dengan rencana penetapan calon tapak PLTN di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Sedangkan tujuannya adalah mengetahui nilai periode dominan tanah/batuan,
mengidentifikasi pengaruh gempa bumi pada material bawah permukaan dan memperoleh
pangkalan data (database) di Propinsi Kepulauan Bangka belitung.
Lokasi penelitian untuk mikrotremor terutama dipusatkan di sekitar pantai (3 km)
ke arah darat, meliputi seluruh pantai Pulau Belitung.

2.

METODOLOGI

Metode Nakamura adalah metode yang umum digunakan untuk menentukan faktor
penguatan gempa pada lapisan tanah atas relatif terhadap getaran pada batuan dasar.
Survei mikrotremor diperlukan untuk mendapatkan rekaman getaran tanah ambien. Rasio
antara spektrum horizontal terhadap vertikal kemudian dapat digunakan untuk
menentukan frekuensi predominan/ resonansi ( f 0 ) serta faktor penguatan gempa (H/V).
Dalam rangka kegiatan identifikasi terhadap kedua parameter

f 0 dan H/V di Pulau

Belitung, telah dilakukan survei berupa pengukuran getaran tanah di 13 lokasi di sekitar
Pulau Belitung.
Data getaran tanah mikro (mikrotremor) diperoleh menggunakan data logger Q330
yang diset untuk pengukuran seismometer 3 kanal dengan kerapatan sampling 100 sps.
Sensor yang digunakan adalah seismometer triaksial Lennartz dengan frekuensi natural 1
Hz. Pengukuran dilakukan selama sekitar 20 menit untuk setiap titik untuk mendapatkan
rentang tanggapan frekuensi minimum

f 0 =0,5 - 25 Hz. Data mentah yang dihasilkan masih

dalam bentuk miniSEED dan terlebih dahulu dikonversi ke format SAF (SESAME Ascii
Format).
Sensor harus ditempatkan secara mendatar sesuai rekomendasi pabrikan dengan
tingkat penguatan maksimum tanpa saturasi. Sensor harus ditempatkan langsung diatas
permukaan batuan. Permukaan yang lunak seperti lumpur, rerumputan atau tanah yang
basah karena hujan harus dihindari. Penempatan sensor harus pula memperhatikan
keberadaan bangunan, pohon dan sebagainya, karena pada kecepatan angin lebih dari 5
m/detik dapat mempengaruhi hasil H/V pada daerah frekuensi rendah. Struktur bawah
tanah seperti pemipaan dan bangunan bawah tanah juga harus dihindari. Selain itu, faktor
meteorologi seperti hujan, temperatur dan gangguan meteorologi yang disebabkan karena
tekanan udara harus pula diperhatikan. Sumber-sumber derau monokromatis seperti alat
konstruksi, mesin industri, pompa, generator, dsb harus dihindari. Apabila terhadap
sumber transien seperti kendaraan, maka waktu pengukuran dapat diperpanjang sehingga

ISSN 1979-1208

10

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
terdapat jendela pengukuran yang cukup setelah getaran karena sumber transien tadi
dipotong. Konfigurasi peralatan secara skematik diberikan sebagai berikut (Gambar 1):

Gambar 1. Konfigurasi alat


Dari rekaman data mikrotremor, dipilih data dengan tingkat derau yang rendah untuk
dianalisa menggunakan FFT. Amplitudo relatif Fourier, rasio spektral dan amplitudo variasi
kemudian dihitung. Program dapat pula diset untuk memfilter menggunakan high-pass filter
0,5 Hz.

Gambar 2. Titik pengukuran mikrotremor di Pulau Belitung


Sinyal yang didapatkan kemudian diolah menggunakan Fourier Transform dengan
parameter sebagai berikut: penapisan lebar-jalur 0,5 25 Hz, jendela pengukuran 10 detik,
5% cosinus tapering, penghalusan Konno-Ohmachi dengan nilai-b sebesar 40.

ISSN 1979-1208

11

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.

Kondisi Geologi Daerah Belitung


Kegiatan survei geologi dan pengamatan tanah/batuan di Pulau Belitung dilakukan
pada seluruh lokasi yang mewakili formasi batuan serta lokasi-lokasi yang dianggap
penting. Batuan yang tersingkap meliputi sebagai berikut:
3.1.1 Formasi kelapa kampit
Formasi Kelapa Kampit merupakan formasi yang memiliki penyebaran yang paling
luas di Pulau Belitung. Pengamatan geologi dilakukan di Desa Terong Kecamaan Sidjuk,
Desa Sukamandi. merupakan daerah yang mewakili daratan di dekat pantai barat Pulau
Belitung. Pada daerah ini tersingkap batuan yang merupakan perwakilan dari keterdapatan
batuan yang termasuk dalam formasi Kelapa Kampit.

Gambar 3. Batuan di Desa Terong, Kec. Sidjuk


3.1.2 Formasi tajam
Fiormasi Tajam tersusun atas batupasir, sebagian telah terubah menjadi
metabatupasir. Formasi ini terutama membentuk perbukitan yang terpisah dan memiliki
kelerengan terjal. Pengamatan geologi dilakukan di Gunung Tajam dan Desa Bantaian.
Batupasir berwarna abu-abu berlapis dengan ketebalan lapisan 3-5 m, masif, keras, kompak,
dengan ukuran butir pasir sedang hingga kasar. Setempat terdapat perlapisan batu lanau
dan batu lempung tipis.

ISSN 1979-1208

12

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

Gambar 4. Singkapan Batu pasir di Gunung Tajam dan Batu pasir Sisipan
Batu lanau di Desa Bantaian
3.1.3

Granit tanjung pandan


Granit Tanjung Pandan tersingkap di bagian baratdaya pulau Belitung antara lain
Desa Tanjung Binga dan Tanjung Tinggi. Singkapan berupa granit berwarna abu-abu
dengan ukuran kristral kasar, kompak, masif dan keras. Singkapan batuan berupa bongkah
yang besar dan umumnya membentuk perbukitan. Batuan ini memiliki kekerasan dan daya
dukung yang tinggi, sehingga sangat baik untuk konstruksi.

Gambar 5. Singkapan Granit Tanjung Pandan di Desa Terong, Kecamatan Sidjuk


3.1.4 Adamelit baginda
Adamelit Baginda tersingkap di bagian selatan Pulau Belitung, berupa hamparan
batuan di tepi pantai dari Tanjung Plumpang, Tanjung Rusa dan Tanjung Kiras. Batuan ini
juga tersingkap di Pulau Seliu. Pengamatan dilakukan di Desa Tanjung Rusa dan Desa
Tanjung Kiras. Batuan adamelit berwarna putih, dengan ukuran kristal kasar, kompak dan
sangat keras.

ISSN 1979-1208

13

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

Gambar 6. Singkapan Adamelit Baginda di Tanjung Rusa


Adamelit Baginda juga tersingkap di Desa Tanjung Kiras. Batuan ini merupakan
batuan ini tersingkap di sekitar rumah penduduk hingga ke pinggir pantai.

Gambar 7. Singkapan Adamelit Baginda di Tanjung Kiras


3.1.5 Granodiorit burungmandi
Batuan ini tersingkap di Desa Sukamandi, dan membentuk perbukitan yang
memanjang hingga pinggir pantai. Singkapan dijumpai di Desa Sukamandi berupa bongkah
yang berukuran matrik dan membentuk perbukitan.

Gambar 8. Singkapan Granodiorit Burung Mandi dan Bentukan Bukit


dengan Batuan Garnodiorit.
3.1.6 Diorit batubesi
Satuan ini tersingkap di Desa sebagian besar telah terubah menjadi Kalolin dengan
warna putih, bersih, lunak dengan fragmen kuarsa heksagonal.

ISSN 1979-1208

14

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

Gambar 9. Singkapan Diorit Batubesi di Desa Sukamandi.


3.1.7 Formasi Kutacane
Formasi Kutacane tersingkap di Desa lasar tersusun atas endapan batupasir. Batuan
ini merupakan batuan yang banyak tersingkap di sekitar rumah penduduk, tempat
penambangan timah, dan ladang penduduk. Batuan di daerah ini sebagian besar belum
terkonsolidasi dengan baik dan sebagian besar merupakan areal tambang rakyat karena
banyak mengandung kasiterit.

Gambar 10. Singkapan batupasir Formasi Kutacane di Desa Lasar.


3.2

Hasil Pengolahan Predominan Periode


Data mentah yang diperoleh diolah untuk mendapatkan grafik spektrum seperti
diberikan pada Gambar 11. Informasi frekuensi predominan dan faktor penguatan gempa
(H/V) diekstraksi dari gambar tersebut dan dirangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengolahan data
Kode

Tanggal

Lon

Lat

Bl01

4-Oct-10

107.6377

-2.6592

Elev.
(m)
22

Bl02

4-Oct-10

107.6432

-2.5927

Bl03

4-Oct-10

107.8831

Bl04

4-Oct-10

Bl05

5-Oct-10

Bl06

Nama daerah

f0

T0

HVmax

Ds. Terong

9.093

0.110

3.310

43

Ds. Tj Binga

5.130

0.195

1.350

-2.5857

25

Ds. S. Padang

0.851

1.175

1.950

107.8586

-2.7807

159

G. Tajam

17.900

0.056

2.910

108.1863

-2.7261

32

Ds. Air Kelik

4.336

0.231

2.420

5-Oct-10

108.2302

-2.7803

32

Ds. Sukamandi

2.201

0.454

2.880

Bl07

5-Oct-10

108.1754

-2.9729

15

Ds. Gantung

3.583

0.279

2.010

Bl08

5-Oct-10

107.9772

-3.2636

18

Tg. Plumpang

12.920

0.077

3.490

Bl09

6-Oct-10

108.0386

-2.8793

19

Ds. Renggiang

1.242

0.805

3.860

Bl10

6-Oct-10

107.8364

-2.9295

36

Ds. Bantaian

6.607

0.151

5.500

ISSN 1979-1208

15

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Bl11

6-Oct-10

107.8347

-3.1559

16

Tg. Rusa

10.556

0.095

1.303

Bl12

6-Oct-10

107.5868

-3.1989

15

Tg. Kiras

13.709

0.073

1.720

Bl13

6-Oct-10

107.6185

-3.0341

25

Ds. Lasar

3.624

0.276

3.330

Ditinjau dari bentuk spektrumnya (Gambar 11), hampir seluruhnya menunjukkan


spektrum yang cenderung datar atau memiliki puncak yang landai. Jarang sekali terdapat
puncak tunggal yang tajam dan bisa disebabkan oleh tidak adanya kontras pada struktur
bawah permukaan. Hanya ada beberapa lokasi saja yang menunjukkan grafik puncak
spektrum yang agak tajam, yaitu pada BL 10 (Desa Bantaian) pada sekitar titik tengah Pulau
Belitung sedikit ke arah selatan dengan nilai H/V tertinggi bila dibandingkan dengan titiktitik pantau lainnya, yang mungkin disebabkan karena tanah dilokasi pemantauan yang
memang merupakan daerah pembukaan lahan baru dengan lapisan tanah atas yang lunak.
Hal ini menunjukkan bahwa pada hampir keseluruhan pulau Belitung tidak terdapat beda
impedansi atau beda derajat kekerasan batuan yang mencolok antara lapisan batuan.
Beberapa lokasi bahkan memiliki spektrum yang cenderung rata, menandakan tingkat
kekerasan yang relatif tinggi dan hampir merata hingga ke lapisan bawah, seperti
ditunjukkan oleh nilai H/V yang kecil (<2) pada titik-titik BL 02, BL 03, BL 07, BL 11 dan BL
12, yang kesemuanya terletak pada tepian pulau Belitung. Melihat kontur pulau Belitung
yang relatif datar, dengan beberapa bukit-bukit pada bagian interior, diduga efek geometri
cekungan menjadi determinan utama dalam membentuk pola penguatan gempa seperti
dicirikan oleh kontur nilai frekuensi predominan dan H/V. Pada lokasi pemantauan Gunung
Tajam (Gambar 12) (BL 04, elevasi 159 meter), frekuensi resonansi tetap tinggi yang
disebabkan karena jenis batuan yang relatif keras (batupasir) hingga ke daerah puncak
gunung, dengan lapisan bawah yang agak lebih keras lagi seperti terindikasi pada spektrum
dengan puncak yang cukup terlihat jelas, meskipun berada pada daerah frekuensi yang
relatif tinggi.

Gambar 11. Prakiraan Distribusi Rasio Penguatan Gempa (H/V) (tanpa satuan)

ISSN 1979-1208

16

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir IV, 2011


Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional

Gambar 12. Prakiraan Distribusi Frekuensi Predominan (Hz)

4.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran mikrotremor untuk mengetahui nilai periode dominan


tanah/batuan terkait dengan rencana penetapan calon tapak PLTN serta untuk
mengidentifikasi pengaruh gempa bumi pada material bawah permukaan di Propinsi Pulau
Belitung, dapat disimpulkan bahwa pada hampir keseluruhan pulau Belitung tidak terdapat
beda impedansi atau beda derajat kekerasan batuan yang mencolok antara lapisan batuan.
Beberapa lokasi bahkan memiliki spektrum yang cenderung rata, menandakan tingkat
kekerasan yang relatif tinggi dan hampir merata hingga ke lapisan bawah.

DAFTAR PUSTAKA
[1] SATO, T., NAKAMURA, Y., SAITA, J., Evaluation Of The Amplification

[2]

[3]

[4]

[5]

Characteristics Of Subsurface Using Microtremor And Strong Motion, - The Studies


At Mexico City -, 13th World Conference on Earthquake Engineering, Vancouver,
B.C., Canada August 1-6, Paper No. 862, (2004).
CHE AI-LAN et al., Study on the Applicability of frequency spectrum of micro-tremor
and dunamic characteristics of surface ground in Asia area, Journal of Zhejiang
University SCIENCE A, 7(11):1856-1863, (2006).
-------- , Guidelines for he implemetation of the H/V Spectral ratio technique on
ambient vibrations, SESAME European Research Project WP 12 Deliverable D23.12,
European Commission Reawarch General Directorate Project No. EVG1-CT-200000026 SESAME, 2004.
M.S. FNAIS et al., Microtremor measurements in Yanbu city of Western Saudi Arabia:
A tool for seismic microzonation, Journal of King Saud University (Science) (2010) 22,
97110.
-----------, J-SESAME User Manual, Version 1.08, 2004.

ISSN 1979-1208

17

Anda mungkin juga menyukai