Anda di halaman 1dari 56

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

BERBAGI
PENGETAHUAN
PENANGGULANGAN
BENCANA
DR. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si., APU
Kapusdatin Humas BNPB
Workshop Knowledge Management
Jakarta, 26 Juli 2016

Bencana adalah sebuah keniscayaan

Seismo-Tektonik Indonesia
Eurasian Plate

Pacific Plate

Earthquake data: Engdahl 1964 - 2005

India-Australian Plate

Wilayah Indonesia rawan terhadap gempabumi, baik dari jalur subduksi


maupun sesar yang ada di daratan. Penataan ruang pada daerah rawan
gempa sangat berperan penting. Sebab bukan gempa yang menyebabkan
korban, tapi kualitas bangunan yang menyebabkan korban jiwa.

Bagaimana kita akan membangun negara dengan


wilayah yang rawan gempa seperti ini?

Lokasi gempa di Indonesia tahun 1973-2014

153 kabupaten/kota berada di zona bahaya tinggi; 60,9 juta jiwa


232 kabupaten/kota berada di zona bahaya sedang; 142,1 juta jiwa

Wilayah Indonesia Rawan Tsunami


(Bagaimana Mewujudkan Negara Maritim yang Rawan Tsunami?)

Antara 1629 sampai 2014 terdapat 173 kejadian tsunami besar dan kecil

10 meter

Wilayah Jawa bagian Selatan rawan terhadap tsunami

Potensi gempabumi 8,2 SR di Selatan Jawa Barat dapat menimbulkan tsunami dengan
ketinggian 10 meter dengan waktu kedatangan tsunami 20 menit setelah gempabumi.

Wilayah Indonesia Rawan dari Ancaman Erupsi Gunungapi

Di Indonesia terdapat 127 gunungapi aktif (13% gunungapi di dunia)


75 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari erupsi gunungapi di
Indonesia
3,85 juta penduduk terpapar oleh bahaya sedang-tinggi dari erupsi gunungapi

Letusan gunung Toba

http://4.bp.blogspot.com/_Ewah-f_VVMI/THdINOd6BI/AAAAAAAAAEk/VXbHXA8liUk/s1600/danau_toba1.jpg

Letusan Gunung Toba purba 73.000 tahun


lalu tercatat sebagai salah satu letusan
gunung berapi terhebat dalam sejarah
kehidupan manusia, bahkan hampir
memusnahkan umat manusia di bumi letusan
dahsyat tersebut mewariskan danau Toba
sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini.

Letusan gunung Tambora

Bencana Tambora ini menelan korban


terbanyak sepanjang sejarah peradaban
manusia modern.
Peristiwa tersebut mengakibatkan gagal
panen dan kelaparan terbesar di benua
Eropa dan Kanada pada tahun 1816

Kesulitan penyediaan pakan bagi kuda


mendorong inventor Jerman, Karl
Drais mengembangkan angkutan
darat tanpa kuda dan lahirlah
velocipede, cikal bakal sepeda
(New Scientist, 29 Januari 2005)

Pindahnya Kerajaan Mataram Hindu (abad 12-16)


Pindah:
- Menghindari bencana
- Memanfaatkan potensi
perdagangan antar
negara

Perkembangan
kerajaan-kerajaan di
Jawa Timur tersebut
akhirnya mengalami
puncak kejayaannya
pada masa
Majapahit
Peta Perpindahan Kekuasaan Mataram

THREAT

OPPORTUNNITY

(Purwanto, 2010)

Dampak Karhutla 2015

24 orang meninggal dunia.


Lebih dari 600.000 jiwa menderita ISPA.
2,61 juta hektar hutan dan lahan terbakar.
Lebih dari 60 juta jiwa terpapar asap.
Kerugian ekonomi Rp 221 trilyun (di luar sektor kesehatan dan pendidikan)
Kerugian plasma nutfah, emisi karbon dan lainnya.

Apakah masyarakat kita siap


menghadapi bencana?

Secara umum masyarakat Indonesia masih


belum siap menghadapi bencana. Berdasarkan 3
penelitian/kajian mengenai tingkat
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana
ternyata hasilnya menunjukkan bahwa
pengetahuan kebencanaan meningkat. Tetapi
pengetahuan ini belum menjadi sikap, perilaku
dan budaya yang mengkaitkan kehidupannya
dengan mitigasi bencana.

Indeks Kesiapsiagaan per Kabupaten/Kota Tahun 2012


No.

Provinsi
1 BALI
2 BANTEN
3 BENGKULU
4 DI YOGYAKARTA
5 DKI JAKARTA
6 GORONTALO
7 JAMBI
8 JAWA BARAT
9 JAWA TENGAH
10 JAWA TIMUR
11 KALIMANTAN BARAT
12 KALIMANTAN SELATAN
13 KALIMANTAN TENGAH
14 KALIMANTAN TIMUR
15 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
16 KEPULAUAN RIAU
17 LAMPUNG
18 MALUKU
19 MALUKU UTARA
20 PEMERINTAH ACEH
21 NUSA TENGGARA BARAT
22 NUSA TENGGARA TIMUR
23 PAPUA
24 PAPUA BARAT
25 RIAU
26 SULAWESI BARAT
27 SULAWESI SELATAN
28 SULAWESI TENGAH
29 SULAWESI TENGGARA
30 SULAWESI UTARA
31 SUMATERA BARAT
32 SUMATERA SELATAN
33 SUMATERA UTARA

Indeks
Indeks
Indeks Kebijakan Indeks Rencana
Indeks
Indeks
Pengetahu
Kesiapsiagaan
Kelas
Kabupaten/Kota
Kesiapsiagaan
Tanggap
Peringatan
Mobilisasi
an
Kabupaten/Kot Kesiapsiagaan
Bencana
Darurat
Dini Bencana Sumberdaya
Bencana
a
GIANYAR
16.13
2.39
2.46
2.96
1.02
24.96
RENDAH
LEBAK
17.89
2.55
2.58
4.38
1.65
29.04
RENDAH
REJANG LEBONG
18.04
3.38
3.59
4.79
3.29
33.08
RENDAH
BANTUL
15.74
4.03
4.69
2.82
2.90
30.19
RENDAH
KOTA JAKARTA TIMUR
16.83
2.69
5.80
2.15
3.25
30.73
RENDAH
KOTA GORONTALO
15.52
2.83
3.59
3.15
2.21
27.31
RENDAH
KERINCI
15.22
1.84
2.35
2.71
0.95
23.07
RENDAH
BANDUNG
14.58
1.98
2.97
3.10
1.10
23.73
RENDAH
KEBUMEN
15.23
3.03
3.41
2.77
2.59
27.02
RENDAH
MALANG
18.02
2.88
3.23
3.82
2.75
30.69
RENDAH
PONTIANAK
15.60
1.89
2.26
2.78
1.94
24.47
RENDAH
BANJAR
14.27
2.80
3.61
2.86
3.03
26.58
RENDAH
KOTAWARINGIN BARAT
15.77
2.76
4.34
3.44
3.25
29.57
RENDAH
KOTA SAMARINDA
16.19
3.73
4.28
4.29
4.03
32.52
RENDAH
KOTA PANGKAL PINANG
16.91
2.14
1.91
2.66
1.86
25.49
RENDAH
BINTAN
14.69
4.81
5.90
1.23
3.44
30.08
RENDAH
LAMPUNG BARAT
18.51
3.41
2.43
4.82
2.30
31.46
RENDAH
BURU
17.47
1.99
2.64
4.51
1.24
27.86
RENDAH
KOTA TERNATE
14.63
2.99
3.68
4.05
1.44
26.79
RENDAH
ACEH UTARA
17.09
2.91
3.90
4.08
1.50
29.47
RENDAH
LOMBOK BARAT
16.60
2.87
2.60
4.79
2.08
28.94
RENDAH
SIKKA
20.94
4.51
7.24
7.62
4.88
45.20
RENDAH
NABIRE
17.12
4.33
6.23
6.00
4.43
38.11
RENDAH
MANOKWARI
14.19
3.10
3.77
3.05
2.59
26.71
RENDAH
INDRAGIRI HILIR
17.16
2.59
4.41
4.16
3.09
31.42
RENDAH
MAMUJU
12.50
2.25
1.39
2.05
1.34
19.53
RENDAH
WAJO
11.78
1.91
1.09
0.78
0.96
16.52
RENDAH
TOLI-TOLI
16.72
3.04
3.96
2.66
2.71
29.08
RENDAH
KOTA KENDARI
16.15
2.06
3.99
3.65
2.68
28.52
RENDAH
MINAHASA
19.43
4.46
5.11
5.51
2.89
37.40
RENDAH
KOTA SOLOK
16.41
3.04
2.46
1.71
1.57
25.19
RENDAH
LAHAT
20.38
3.73
5.87
8.19
4.80
42.97
RENDAH
LANGKAT
16.42
2.69
3.68
4.61
2.99
30.39
RENDAH

Kesiapsiagaan masyarakat dan Pemda masih rendah. Pengetahuan bencana


meningkat tetapi kebijakan, rencana tanggap darurat, peringatan dini, dan mobilisasi
sumber daya masih minim.

Pilot Survei Pengetahuan (Knowledge),


Sikap (Attitude) dan Perilaku (Practice)
Tahun 2013

Hasil:
Tingkat pengetahuan tentang bencana
sudah baik tetapi belum menjadi sikap
dan perilaku.

Faktor Penyebab Bencana : LEMAHNYA PENEGAKAN


HUKUM (99,9% DIBAKAR)

Faktor Penyebab Bencana : LEMAHNYA PENATAAN RUANG

Permukiman dibangun di tebing dan lereng perbukitan yang rawan longsor. Apakah
mereka tidak tahu rawan longsor? Mengapa mereka tetap tinggal disitu?

GEMPA YOGYAKARTA 27 MARET 2006

Permukiman Berkembang Di Sesar Opak Yogyakarta

Padatnya penduduk di
Jawa menyebabkan
masyarakat tinggal di
daerah-daerah rawan
gempa.
Akibatnya risiko
bencana gempa tinggi.
Pada 27 Mei 2006,
gempa 6,3 SR
menyebabkan:
5.716 meninggal
306.234 rumah rusak
Kerugian dan kerusakan
Rp 29,1 trilyun

Meskipun peta rawan bencana gempa sudah disusun para ahli dan dibagikan kepada
Seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemda. Namun belum ditaati penuh sebagai dasar
Penyusunan kebijakan pembangunan. Banyak daerah yang berkembang di daerah
Rawan gempa dengan mitigasi yang terbatas.

Patahan tepat
Aktif dan
Masjid yang dibangun
di Gempabumi
atas jalur sesar Semangko di
Sumatera Barat sehingga saat terjadi gempa pada 7 Maret 2007
di Danau Singkarak, masjid tersebut hancur.

Rekahan di sepanjang sesar


Gempa 7 Maret 2007 di Wilayah Danau Singkarak

Saat kejadian

10 tahun kemudian

Aceh setelah 10 tahun tsunami

Saat kejadian

10 tahun kemudian

Saat kejadian

10 tahun kemudian

Mengapa permukiman dibangun


dibangun kembali di daerah rawan
tsunami di lokasi semula?

Buoy Tsunami Indonesia

Dari 25 buoy tsunami di Indonesia saat ini yang berfungsi hanya 3 yaitu di
Enggano, Selatan Jawa, dan Bali. Sebagian besar rusak. Terbatasnya biaya
21
pengembangan dan pemeliharaan buoy menjadi belum optimal

Kerusakan Teknis dan Budaya Buoy


Dipasang di Laut Banda pada April
2009). Dikira barang tak bertuan, maka
ditarik oleh nelayan hingga Sulawesi
Utara pada Oktober 2009. Dipakai buat
mainan anak-anak.

LEWS (Landslide Early Warning System)


SISTEM PERINGATAN DINI LONGSOR
Di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat, di posisi geografis LS 06o3529,2 dan BT106o5547,9
Posko SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) Kampung Wangun 1

Persoalan Komunikasi Saat Bencana

Mengapa Media Penting dalam


bencana?
1. Media mampu mempengaruhi keputusan politik,
mengubah perilaku, dan menyelamatkan nyawa
manusia (UNISDR, 2011).
2. Komunikasi merupakan inti untuk sukses dalam
mitigasi, kesiapsiagaan, respon, dan rehabilitasi
bencana (Haddow, 2009).
3. Media dapat menunjukkan eksistensi, pencitraan, dan
simbol organisasi terhadap masyarakat terkait tugas
kemanusiaan dalam penanggulangan bencana (UN,
2009).

Strategi Media Relations


Media
Kit

Media
Center

Media
Gathering

Media
Events

Media
Briefing

Media Relations

Media
Interview

Media
Conference

Media
Training

Media
Release
Media
Tour

Media
Visit

Pemanfaatan Bentuk Media


Media
Cetak
Situs BNPB
Social Media (Twitter,
Facebook)

Media
Online

Poster, Leaflet, Flyer, Brosur, Buku


Tabloid, Majalah, Koran

Media
Penyiaran

Radio
Televisi

Bentuk
Media
Pertunjukan seni
tradisional rakyat
(wayang, reog
Sunda, dll)

Media
Tatap
Muka

Media
Tradisional

Baliho, Banner, Spanduk, Umbul-umbul


Videotron, TV Plasma
Pameran

Media Luar
Ruang

Forum Komunikasi,
Pertemuan, Jumpa
Pers, Media Gathering,
Seminar, Workshop,
Diskusi

Official statement melalui konferensi Pers dilakukan secara


cepat saat terjadi bencana di kantor BNPB Jakarta.

Media Center selalu dibangun di Posko Tanggap Darurat Bencana untuk


memberikan informasi yang komprehensif kepada media dan
masyarakat. BNPB telah menetapkan Perka BNPB No. 8 Tahun 2013
Tentang Pembentukan Media Center Tanggap Darurat Bencana.

Setiap hari BNPB


mengirimkan press release
kepada 1.997 wartawan
melalui BBM
tentang
penanggulangan bencana

pelatihan wartawan

Pelatihan penanggulangan bencana kepada Media sangat penting, baik dalam teori
Manajemen Bencana maupun praktek lapangan (operasi SAR, dapur umum, P3K,
mendirikan tenda, menggunakan GPS dll).

Ekskursi di Merapi

Pelatihan tingkat lanjut bagi wartawan dengan kegiatan ekskursi yaitu


berkunjung ke daerah-daerah bencana dan diberikan penjelasan
langsung oleh para ahli, berdialog dengan masyarakat, pemda dll. Ini
memberikan pemahaman yang komprehensif bagi wartawan.

Pameran penanggulangan bencana dilakukan di berbagai daerah untuk

Bagaimana STRATEGI

edukasi?

70 Perka BNPB (2008-2013)

Banyak cara:

Media cetak (buku,


poster, leaflet, dll)
Elektronik (radio,
TV, internet dll)
Pertemuan
(workshop,
seminar, rakor dll)
Diklat, dll.

Komik Penyuluhan Bencana :


1) Waspada Bahaya Banjir
2) Waspada Gunungapi
3) Waspada Bencana Gempa Bumi
4) Waspada Tanah Longsor

TANGGUH AWARD: Lomba Kreativitas Bidang Penanggulangan


Bencana (Fotografi, Film, Karya Tulis) dan Penghargaan untuk Media
dan Masyarakat

LOMBA FOTOGRAFI KEBENCANAAN 2015

Juara 1 - Pemadaman kebakaran lahan


dan hutan di Sumsel (Nova Wahyudi)

Juara 2 - Berlatih Vertical Rescue (Oki


Lutfi)

Juara 3-Kebakaran Hutan Cagar


Biosfer-Rony Muharrman

TV One

Media membuat program-program liputan bencana berseri secara


mandiri. BNPB memberikan data dan menjadi narasumber dalam
liputan khusus tersebut.

Sosialisasi PB melalui pertunjukan kesenian tradisional yang


bersifat edutainment kepada masyarakat di berbagai daerah

Sosialisasi Film
Bekerjasama dengan
Riri Reza & Mira
Lesmana : Pesan
dari Samudra &
Nyanyian Musim
Hujan
Sosialisasi Film
Bekerjasama dengan
Kompas TV Explore
Indonesia : Memoles
Rupa Tambora, Nias
Menyambung Nafas,
dan Manabung Asa
pada Sinabung

Produk Publikasi BNP

Sosialisasi Mobil Perpustakaan

BNPB Mengajar

Mengedukasi masyarakat melalui diorama kebencanaan di kantor


Pusdatinmas BNPB

Pendidikan Kebencanaan di Masyarakat

48

Sekolah .
Photo Source: Ardito M. Kodijat

School Evacuation

Class Simulation
School Simulation

Training Of Teachers
Teachers Training

SOP Development

Agents of Change
Children Science Support

YOUTUBE : BNPB Indonesia

Ayo Follow Twitter

@BNPB_Indonesia

@sutopo_BNPB

Saat kebakaran hutan dan lahan melanda Indonesia


pada Oktober 2015 menjadi Trending Topik

Mengapa masyarakat Jateng dan


DIY cepat bangkit?

Bencana Alam Sebagai Momentum


Revitalisasi Ketangguhan Bangsa
Bencana alam merupakan
peristiwa alam yang dahsyat dan
sering membawa tragedi dan
penderitaan

Namun,
bencana alam bisa menjadi
pemicu (trigger) bagi bangkitnya
kehidupan baru yang lebih baik
dan tangguh

Photo Credit: IKAPUTRA 2006-2008

Model perbaikan rumah akibat erupsi Gunung Kelud membuktikan


Masyarakat tangguh menghadapi bencana. Penanganan bencana G. Kelud menjadi
54
model percontohan dunia

Relokasi Longsor di
Kab. Banjarnegara
Diperuntukkan bagi 27 KK
korban longsor dari Desa
Jemblung, Kec. Karangkobar,
Kab. Banjarnegara.
Pembangunan hunian tetap
27 unit di Desa Ambal, Kec.
Karangkobar, Kab.
Banjarnegara 90% sudah
selesai.
Harga rumah senilai Rp 87
juta/unit. Sumber dana dari
BNPB, Pemda dan bantuan
masyarakat.

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA


(National Agency for Disaster Management)

Jl. Ir. H.Juanda No. 36 Jakarta Pusat 10120


Telp.

: 021-3458400

Fax.

: 021-3458500

Email

: contact@bnpb.go.id

Website

: www.bnpb.go.id

Facebook

: www.facebook.com/bnpb.indonesia

Twitter

: @BNPB_Indonesia

YouTube

: BNPBIndonesia

Anda mungkin juga menyukai