Anda di halaman 1dari 33

Penatalaksaan nyeri pasca

operasi
DISUSUN OLEH :
CHRISTIAN ADIPUTRA WIJAYA
RENCE PIETERSZ
MARIANE DEVI
LISA PUSPITASARI
KELLY S C TANZIL

Nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan

emosional yang tidak menyenangkan yang


berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan
atau suatu keadaan yang menunjukkan kerusakan
jaringan.

Berdasarkan batasan tersebut di atas, terdapat dua asumsi perihal

nyeri, yaitu :
Pertama, bahwa persepsi nyeri merupakan sensasi yang tidak
menyenangkan, berkaitan dengan pengalaman emosional
menyusul adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain with
nociception). Keadaan nyeri seperti ini disebut sebagai nyeri akut.
Kedua, bahwa perasaan yang sama dapat juga terjadi tanpa disertai
dengan kerusakan jaringan yang nyata (pain without nociception).
Keadaan nyeri seperti ini disebut sebagai nyeri kronis.
Proses kerusakan jaringan yang diteruskan ke sistem saraf pusat
dan menimbulkan sensasi nyeri disebut dengan nosisepsi. Ada
nyeri tanpa nosisepsi (seperti phantom lib pain) dan ada juga
nosisepsi tanpa nyeri.

Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan patofisiologi
Nyeri nosiseptif terjadi akibat aktivasi nosiseptor saraf A-

dan C
Nyeri viseral sebagai sensasi kram atau nyeri tumpul yang
dalam dan dapat beralih ke lokasi lain (referred pain).
Nyeri somatik (berasal dari jaringan seperti kulit, otot,
kapsul sendi, dan tulang):
Nyeri somatik superfisial (kutaneus), biasanya nyeri
terlokalisasi dengan baik dirasakan seperti rasa gatal, tajam,
tertusuk, terbakar, sampai dengan nyeri tajam.
Nyeri somatik profunda, sensasi nyeri biasanya terasa tumpul.

Nyeri neuropatik disebabkan gangguan sinyal pada

sistem saraf pusat atau perifer, atau menggambarkan


jejas atau kerusakan pada sistem saraf
Penyebab biasanya trauma, inflamasi, penyakit
metabolik (misal, diabetes), infeksi (misal herpes
zoster), tumor, toksin, atau penyakit neurologis primer.
Keadaan nyeri kronis terjadi saat nyeri timbul tanpa
adanya pemicu.
Sifat nyeri neuropati adalah terbakar atau panas, geli,
tertusuk, seperti tersengat listrik, diremas, nyeri dalam,
spasme, atau dingin.

Berdasarkan waktu
Nyeri akut. Nyeri akut biasanya bersifat nosiseptif.

Meskipun hanya berlangsung sebentar, jika


dibiarkan stimulus nyeri dapat menyebabkan
penderitaan, remodeling neuron, atau berlanjut
menjadi nyeri kronis. Oleh karena itu, tatalaksana
nyeri akut dilakukan secara agresif.
Nyeri kronis adalah nyeri yang berlanjut setelah
selesainya proses penyembuhan, dengan intensitas
jejas yang minimal

Neurofisiologi nyeri

Komplikasi nyeri pasca operasi


Sistem endokrin dan Cardiovaskuler.
retensi garam dan air karena meningkatnya
ADH vasokonstriksi karena meningkat katekolamin
Takikardi karena meningkatnya reseptor angiotensin II. Hal ini dapat

menyebabkan terjadinya angina pectoris, infark miokard dan gagal


jantung kongestif pada sistem kardiovaskular
Sistem respirasi
Terjadi peningkatan kebutuhan dari oksigen, sehingga meningkatan kerja
otot pernapasan dan hal ini dapat menyebabkan hipoksemia. Terjadi juga
penurunan dari kapasitas paru total sehingga menyebabkan hiperkapnia.

Sistem urogenital

Nyeri pasca operasi meningkatkan aktivitas saraf simpatis


yang menyebabkan refleks yang menghambat kerja dari
otot polos, termasuk tonus otot vesica urinaria, sehingga
dapat menyebabkan terjadinya retensi urin
Sistem gastrointestinal

Nyeri menginduksi kegiatan dari simpatis yang


menghambat kerja dari fungsi gastrointestinal. Sering
terjadi mual dan muntah pada pasien pasca operasi,
terutama bila operasi yang dilakukan dibagian abdomen

Penilaian derajat nyeri


Visual Analogue Scale (VAS)

- Skala ini dimulai dari tidak nyeri (skor 0 mm)


hingga nyeri sekali(skor 100 mm).
- Nilai yang direkomendasikan untuk VAS yaitu,
tidak nyeri (0-4 mm), nyeri ringan (5-44 mm), nyeri
sedang (45-74 mm), dan nyeri berat (75-100 mm).

Numerical Rating Scale (NRS)

- Skor 0 menggambarkan tidak ada nyeri dan skor 10


menggambarkan nyeri sekali.

Wong-Baker Faces Scale

Skala ini menggunakan ekspresi wajah untuk


menggambarkan rasa nyeri yang dirasakan oleh
pasien.

Faktor yang mempengaruhi derajat nyeri


Tempat pembedahan, operasi pada dada (torakotomi) dan

abdomen bagian atas lebih nyeri/menyakitkan daripada


operasi di abdomen bagian bawah dan tungkai
Jenis kelamin, perempuan lebih cepat merasakan nyeri
dibandingkan laki-laki
Usia, ambang rangsang nyeri pasien lanjut usia lebih tinggi
Kepribadian, pasien neurotik lebih merasakan nyeri bila
dibandingkan dengan pasien dengan kepribadian normal
Pengalaman pembedahan sebelumnya, bila pembedahan
ditempat yang sama, rasa nyeri tidak sehebat nyeri
pembedahan sebelumnya

Multimodal Analgesia
Tujuan dari multimodal analgesia yaitu:
Mengurangi efek samping opioid
Mencegah nyeri akut menjadi nyeri kronik melalui
mekanisme sensitisasi sentral
Mempercepat pemulihan pasien
Memperpendek lama tinggal di rumah sakit
Penggunaan obat-obatan nonopioid terbatas pada
penggunaan untuk nyeri ringan sampai sedang.
Sedangkan analgetik narkotika efektif untuk nyeri berat.

Opioid
Opioid adalah obat yang biasa digunakan sebagai

analgesik pada pasien bedah dan merupakan standar


emas.
Penekananan terhadap sistem pernafasan dapat
terjadi pada pemberian dosis tinggi dan sering
terjadi saat dikombinasikan dengan benzodiazepine
Hipotensi setelah pemberian opioid dapat terjadi
pada pasien dengan hipovolemia atau pada pasien
yang telah menunjukkan kolaps kardiovaskular

Morfin
Morfin memiliki beberapa metabolit aktif yang membutuhkan

clearance ginjal dan penggunaannya pada pasien dengan gagal


ginjal akan meningkatkan resiko toksisitas dan efek samping.
Selain itu morfin juga berhubungan dengan pelepasan histamine
yang menyebabkan terjadinya konstriksi bronkus KI asma
Efek samping morfin meliputi depresi pernafasan, nausea,
vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi
kenaikkan tekanan pada traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi
Morfin dapat menyebabkan dilatasi vena dan arteriol sehingga
dapat menyebabkan hipotensi ortostatik.

Fentanil
Fentanil memiliki onset yang cepat dan durasi yang

singkat. Fentanil diberikan kepada mereka yang


memiliki alergi terhadap morfin dan tidak
menimbulkan pelepasan histamine. Fentanil tidak
memiliki metabolit aktif yang membutuhkan clearance
dan aman digunakan pada pasien dengan gagal ginjal.
Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek
analgesinya. hanya berlangsung 30 menit, karena itu
hanya dipergunakan untuk anastesia pembedahan dan
tidak untuk pasca bedah.

Non Opioid
Asetaminofen

Asetaminofen merupakan terapi awal untuk nyeri


ringan sampai sedang dan sebagai adjunct pada kasus
nyeri yang lebih berat. tidak memiliki efek anti inflamasi.
Dosis besar hepatotoksik
Terapi adjuvant. Mengurangi efek samping opioid,
meningkatkan efek opioid digunakan bersama opioid
lemah kodein

NSAID
NSAID sebaiknya digunakan sebagai obat lini pertama untuk

mengobati nyeri ringan dan sedang dan harus dikombinasi


dengan opioid, bila tidak ada kontraindikasi, pada nyeri yang
lebih berat. Beberapa peneliti melaporkan kombinasi NSAID
dengan opioid menurunkan kejadian dan tingkat keparahan efek
samping dari penggunaan opioid. Peneliti lain melaporkan adanya
peningkatan analgesia dan penurunan efek samping bila NSAID
dikombinasi dengan opioid intratekal
Obat ini perlu mendapat perhatian pada penggunaannya pada
sakit dan trauma akut karena obat ini melemahkan fungsi ginjal
dan platelet dan menyebabkan perdarahan gastrointestinal (COX
1)
Selective COX 2

Ketorolac
Menghambat prostaglandin
ketorolac dapat mengurangi nyeri ringan sampai nyeri berat pada

kasus-kasus darurat, nyeri musculosceletal, pasca operasi kecil


atau besar, dan nyeri kanker pada orang dewasa atau anak-anak.
Ketorolac memiliki khasiat analgesik setara dengan morfin atau
pethidin. Efek analgesik awal ketorolac mungkin lebih lambat,
namun durasi lebih lama dari opioid. Dosis ketorolac yang biasa
digunakan adalah 30 mg diberikan secara intravena.
COX-2-selektif inhibitor memiliki keuntungan lebih
dibandingkan NSAID pada perioperatif dimana COX-2-selektif
inhibitor tidak meningkatkan risiko perdarahan.

Ketamin
Ketamin memiliki efek analgesik dan dapat mengontrol nyeri

tanpa menyebabkan penekanan terhadap sistem pernafasan dan


kerusakan hemodinamik.
Pada dosis yang kecil (0,1-0,5 mg/kgBB) ketamin memiliki efek
analgesia yang kuat. Reseptor NMDA berperan terhadap memori
nyeri.
Dosis tinggi ketamin telah menyebabkan efek psikomimetik (sedasi
berlebihan, disfungsi kognitif, halusinasi, mimpi buruk.
Ada bukti bahwa dosis rendah ketamin mungkin memainkan peran
penting dalam pasca operasi manajemen nyeri ketika digunakan
sebagai tambahan untuk opioid, anestesi lokal, dan agen analgesik
lain.

Glukokortikoid
Glukokortikoid, termasuk deksametason, telah

banyak digunakan untuk manajemen nyeri karena


memiliki efek antiinflamasi dan dapat memberikan
efek analgesik.
Dosis yang besar dan penggunaan yang lama dapat
memberikan efek samping seperti hipertensi,
hiperglikemi, infeksi, ulkus peptikum, osteoporosis,
proximal miopati, katarak, dan psikosis

Hasil pengamatan
Nyeri ringan

NSAID COX 2 (ketorolac, ketoprofen)


Nyeri sedang

Kombinasi paracetamol dengan opioid lemah


Asetaminofen + Kodein
Nyeri Berat

Opioid sedang-kuat fentanyl, morfin

Nama Pasien

Ny. M (Post
operasi Sectio
Caesarean)

Numeric Rating
Scale

Klasifik
Penatalaksanaan
asi
Nyeri
Numeric Rating Scale Nyeri
R/ Ketoprofen tab 50 mg No
:3
ringan
XXI
S3 dd tab 1

Ny. S (Post
operasi Sectio
Caesarean)

Numeric Rating Scale Nyeri


:3
ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg No
XXI
S3 dd tab 1

Ny WS (Post
operasi Sectio
Caesarean)

Numeric Rating Scale Nyeri


:2
ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg No
XXI
S3 dd tab 1

Ny. K (Post
operasi Sectio
Caesarean)

Numeric Rating Scale Nyeri


:2
ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg No
XXI
S3 dd tab 1

Ny. D (Post
operasi
kolelitiasis dan
appendisitis)

Numeric Rating
Scale : 3

Nyeri
ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg
No XXI
S3 dd tab 1

Nama Tn. S (post


operasi
appendisitis)

Numeric Rating Scale : Nyeri ringan R/ Ketoprofen tab 50 mg No


3
XXI
S3 dd tab 1
R/ Paracetamol tab 500 mg No
XXI
S3 dd tab 1

Ny. S (Post
operasi Sectio
Caesarean)

Numeric Rating Scale : Nyeri


4
sedang

Tn. G (Post
operasi eksisi
tumor regio
brachii sinistra)

Numeric Rating Scale : Nyeri ringan R/ Ketoprofen tab 50 mg No


3
XXI
S3 dd tab 1

R/ Codamin tab No XXI


S3 dd tab 1

sdr A (Post
Numeric Rating Nyeri
operasi hernia Scale : 2
ringan
inguinalis)

R/ Ketoprofen tab 50
mg No XXI
S3 dd tab 1

Ny. C (Post
operasi Sectio
Caesarean)

Numeric Rating
Scale : 3

Nyeri
ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg
No XXI
S3 dd tab 1

Ny. FS (post
operasi
eksplorasi
laparatomi)

Numeric Rating
Scale : 3

Nyeri
ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg
No XXI
S3 dd tab 1

Tn M (post
Numeric Rating
operasi hernia Scale : 2
inguinalis
sinistra)

Nyeri
ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg
No XXI
S3 dd tab 1

Tn D (post
Numeric Rating Nyeri
operasi hernia Scale : 2
ringan
inguinalis)

R/ Ketoprofen tab 50
mg No XXI
S3 dd tab 1

Tn R (post
operasi eksisi
lipom)

Numeric Rating
Scale : 3

Nyeri
ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg
No XXI
S3 dd tab 1

An. C (post
operasi
tonsilektomi)

Numeric Rating
Scale : 3

Nyeri
ringan

R / Ibuprofen tab 200 mg


No XXI
S3 dd tab 1

Tn.
J
(Post Numeric
operasi
Scale : 5
Hemoroidektomi
)

Tn.
AG
(post
operasi
debridement
fraktur humerus
dan femur
Tn.
S
(post
operasi
debridement
fraktur
femur
dan
fraktur
radius)
Tn.
SJ
operasi
eksplorasi

Rating Nyeri
sedang

R/ Ondansentron 4 mg
Amp no I
SImm
R/ coditam tab 50 mg no
XV
S 3 dd tab I

Numeric
Scale : 3

Rating Nyeri
ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg No
XXI
S3 dd tab 1

Numeric
Scale : 5

Rating Nyeri
Sedang

R/ Ondansentron 4 mg Amp
no I
SImm
R/ coditam tab 50 mg no XV
S 3 dd tab I

(post Numeric
Scale : 8

Rating Nyeri Berat R/ fentanyl inj 100 mcg amp


no I
SImm

Ny. N ( Post Numeric


operasi SC)
Scale : 3

Rating Nyeri
Ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg
No XXI
S3 dd tab 1

Tn. Sn (Post Numeric


operasi rupture Scale : 1
tendon)

Rating Nyeri
Ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg No
XXI
S3 dd tab 1

Sdr AR (post Numeric


operasi
Scale : 3
debridement
open fraktur)

Rating Nyeri
Ringan

R/ Ketoprofen tab 50 mg No
XXI
S3 dd tab 1

Ny. S (post Numeric


Nyeri
operasi
Rating Scale : sedang
apendisitis)
4

R/ Codamin tab No
XXI
S3 dd tab 1

sdr A (Post Numeric Rating Nyeri


operasi
Scale : 2
ringan
hernia
inguinalis)

R/ Ketoprofen tab 50
mg No XXI
S3 dd tab 1

Dari hasil pengamatan diatas didapatkan bahwa obat-

obat analgetik drip yang diberikan setelah operasi


cukup efektif dan efisien dalam mengatasi nyeri pasca
operasi. Didapatkan banyak orang yang mengalami
nyeri ringan dan sebagian mengalami nyeri sedang.
Nyeri ringan dan nyeri sedang dapat diatasi dengan
menggunakan NSAID dan kombinasi dari parasetamol
dengan opioid lemah. Untuk kasus yang nyeri berat,
dapat diberikan obat-obat analgesik opioid narkotik
seperti Fentanyl yang kerjanya menyerupai morfin dan
efektif dalam mengatasi nyeri berat.

Kesimpulan
Manajemen nyeri pascaoperasi harus dapat dicapai

dengan baik demi alasan kemanusiaan. Manajemen


nyeri yang baik tidak hanya berpengaruh terhadap
penyembuhan yang lebih baik tetapi juga
pemulangan pasien dari perawatan yang lebih cepat.
Dalam menangani nyeri pascaoperasi, dapat
digunakan obat-obatan seperti opioid, OAINS, dan
anestesi lokal. Obat-obatan ini dapat dikombinasi
untuk mencapai hasil yang lebih sempurna, yang
lebih dikenal sebagai pengobatan multimodal.

Anda mungkin juga menyukai