Anda di halaman 1dari 55

1

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SKEPTISME PROFESIONAL


DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PEMBERIAN
OPINI
(STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI
WILAYAH SEMARANG DAN SURAKARTA)
1. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan setiap bulan melakukan aktivitas menyusun
laporan keuangan. Laporan keuangan hasil akhir dari proses
akuntansi.

Laporan

keuangan

merupakan

laporan

yang

diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perusahaan,


dan digabungkan dengan informasi lain, seperti industri, kondisi
ekonomi, dan memberikan gambaran yang lebih baik mengenai
prospek dan risiko perusahaan (Hanafi dan Halim, 2000).
Berdasarkan

PSAK

No

2013

tentang

penyajian

laporan

keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri


atas Laporan Posisi Keuangan (neraca), Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif Lain, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan
keuangan digunakan untuk pengambilan keputusan dari berbagai
pihak. Pihak-pihak yang berkepentingan atas informasi laporan
keuangan

tersebut

adalah

pihak

internal

maupun

pihak

eksternal. Pihak internal meliputi pemilik perusahaan atau


manajemen perusahaan dan pihak eksternal seperti pemegang
saham, kreditor, pemerintah dan masyarakat.

Untuk

meyakinkan

atas

keakuratan

laporan

keuangan

tersebut kepada pihak-pihak yang akan memakai informasi


laporan keuangan, laporan keuangan tersebut perlu diaudit oleh
seorang

auditor.

Auditor

adalah

seseorang

yang

bertugas

memeriksa laporan keuangan, kegiatan suatu perusahaan atau


organisasi. Tujuan audit untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor bertanggung
jawab atas laporan audit, sedangkan manajemen perusahaan
bertanggung jawab atas isi laporan keuangan. Dalam suatu
perusahaan umumnya laporan keuangan yang dibuat akan
diaudit oleh auditor internal dan eksternal. Auditor internal
berasal dari perusahaan sendiri sedangkan auditor eksternal
berasal dari suatu badan yaitu KAP (Kantor Akuntan Publik).
Laporan keuangan yang diaudit oleh seorang auditor dikaji dan
diperiksa apakah benar-benar sesuai dengan kondisi perusahaan
dan terbebas dari kesalahan. Auditor harus dapat menjalankan
tugasnya dengan baik agar mampu menghasilkan opini audit
yang berkualitas bagi para pihak yang nantinya akan memakai
informasi laporan keuangan tersebut.
Tujuan akhir dari proses audit adalah menghasilkan laporan
audit. Dalam laporan tersebut seorang auditor menyatakan
pendapat atau opini tentang kewajaran laporan keuangan yang

telah diaudit. Seorang auditor harus mempunyai keahlian dan


kompetensi yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisis
bukti-bukti audit sehingga bisa memberikan opini yang tepat
(Gusti dan Ali, 2008). Opini auditor merupakan sumber informasi
bagi pihak diluar perusahaan dalam pengambilan keputusan.
Laporan audit ini yang akan digunakan kepada para pemakai
laporan keuangan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan.
Berdasarkan standar professional akuntan publik seksi 508, opini
auditor dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu : pendapat wajar
tanpa pengecualian, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf

penjelas,

pendapat

wajar

dengan

pengecualian,

pendapat tidak wajar, pernyataan tidak memberikan pendapat.


Dalam memberikan opini audit diharapkan seorang auditor dapat
memberikan

opini

yang

berkualitas,

berguna

dan

dapat

dipertanggung jawabkan kewajarannya.


Profesionalisme merupakan suatu sikap yang utama dalam
menjalankan suatu profesi, karena dengan profesionalisme pihak
pengambil keputusan akan lebih percaya kepada hasil audit
(Yuneita dan Cristina, 2011). Skeptisme profesional auditor
adalah

sikap

mempertanyakan
terhadap

bukti

yang
dan

mencakup
melakukan

audit.

pikiran

yang

selalu

evaluasi

secara

skeptis

Skeptisme

profesional

auditor

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara

lain keahlian, pengetahuan, kecakapan, pengalaman, situasi


audit dan etika (Gusti dan Ali, 2008). Auditor dituntut untuk
melaksanakan skeptisme profesionalnya sehingga auditor dapat
menggunakan kemahirannya dengan cermat dan seksama dalam
proses audit, karena kemahiran seorang auditor mempengaruhi
opini yang akan diberikannya.
Pengalaman adalah hal

yang

sangat

penting

dalam

mempengaruhi sikap skeptisme seorang auditor. Pengalaman


merupakan

suatu

proses

pembelajaran

dan

pertambahan

perkembangan potensi berperilaku baik dari pendidikan formal


maupun non formal sebagai suatu proses yang yang membawa
seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi
(Fanny et al., 2014). Pengalaman tersebut adalah seberapa lama
seorang auditor dalam melakukan audit, dan berapa banyaknya
penugasan audit yang telah dilakukan auditor tersebut, sehingga
dapat

memberikan

pengaruh

terhadap

tingkat

skeptisme

seorang auditor. Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk


melakukan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi

untuk

menentukan

dan

melaporkan

kesesuaian

informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dilakukan


oleh

seseorang

terhadap

yang

skeptisme

kompeten.

profesional

Etika

auditor.

memiliki
Pengaruh

pengaruh
tersebut

mencakup pengaruh positif dan negatif bergantung dari individu


yang menjalankan tugasnya. Keahlian seorang auditor terhadap
sikap skeptisme memberikan pengaruh yang besar terhadap
pemberian opini audit dan mempengaruhi tingkat laporan audit
yang dihasilkan. Auditor harus memiliki keahlian dalam menjalan
tugasnya, keahlian tersebut mencakup : merencanakan program
kerja

pemeriksaan, menyusun

program

kerja

pemeriksaan,

melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas


kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan
hasil pemeriksaaan.
Independensi

seorang

auditor

juga

harus

bisa

dipertahankan dan ditingkatkan dalam memberikan opininya.


Indepensi merupakan salah satu elemen pengendalian kualitas
pekerjaan auditor. Auditor harus menghindari dirinya dari keadan
keadaan yang dapat mengurangi independensinya (Munawir,
2008). Seorang auditor yang independen akan meningkatkan
kualitas auditor dalam memberikan opininya. Independensi
adalah sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dengan
integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran
intelektual akuntan sedangkan objektivitas secara konsisten
berhubungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan dan menyiapkan laporan audit.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Astari dan Indira
(2013) Pengaruh Faktor-Faktor Skeptisme Profesional Auditor

Terhadap Pemberian Opini (Studi Empiris Pada Pemeriksa BPK RI


Provinsi

Jawa

Tengah).

Variabel

yang

digunakan

yaitu

pengalaman, etika dan keahlian memiliki pengaruh yang kuat


terhadap pemberian opini auditor. Pada penelitian yang dilakukan
I Wayan dan Maria (2014) Independensi, Profesionalisme, dan
Skeptisme

Profesional

Auditor

Sebagai

Prediktor

Ketepatan

Pemberian Opini Auditor menyatakan bahwa independensi,


profesionalisme, dan skeptisme profesionalisme berpengaruh
positif terhadap ketepatan pemberian opini auditor. Hubungan
antara skeptisme profesional auditor dengan pemberian opini
audit berbanding lurus artinya semakin tinggi tingkat skeptis
seorang

auditor

maka

semakin

baik

opini

yang

akan

diberikannya. Penelitian mengenai independensi auditor yang


juga dilakukan oleh Aldiansyah dan Indira (2012) menjelaskan
hasil yang berbeda bahwa independensi berpengaruh negatif
terhadap hasil audit. Hal ini menjelaskan bahwa independensi
seorang auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pemberian opini oleh auditor. Fokus pada
penelitian

ini

mengenai

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

keputusan pemberian opini audit,yaitu faktor- faktor mengenai


skeptisme

profesional

auditor

dan

independensi

auditor.

Perbedaan dari penelitian Astari dan Indira (2013) adalah


responden yang digunakan adalah auditor eksternal yang bekerja

di Kantor Akuntan Publik (KAP). Pemilihan auditor eksternal


dilakukan karena auditor eksternal lebih mengetahui kejadian
yang terjadi di lapangan. Penambahan variabel independensi
auditor diuji untuk mengetahui apakah berpengaruh terhadap
pemberian opini audit.
2. Rumusan Masalah
Untuk meyakinkan atas

keakuratan

laporan

keuangan

tersebut kepada pihak-pihak yang akan memakai informasi


laporan keuangan, laporan keuangan perlu diaudit oleh seorang
auditor. Dalam laporan tersebut seorang auditor menyatakan
pendapat tentang kewajaran laporan keuangan yang diaudit.
Sikap skeptis dalam diri seorang auditor diharapkan dapat
mencerminkan kemahiran yang kompeten dan berkualitas dalam
diri seorang auditor. Dengan sikap skeptismne profesional auditor
ini, auditor diharapkan dapat melaksanakan tugasnya sesuai
standar

yang

telah

ditetapkan.

Auditor

juga

harus

bisa

mempertahankan dan meningkatkan kualitas auditnya dengan


independensi.

Indepensi

merupakan

salah

satu

elemen

pengendalian kualitas pekerjaan auditor. Seorang auditor yang


independen

akan

meningkatkan

kualitas

auditor

dalam

memberikan opini audit.


Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti jelaskan, maka
dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Apakah

pengalaman

audit

dapat

berpengaruh

terhadap

pemberian opini ?
2. Apakah etika audit dapat berpengaruh terhadap pemberian
opini ?
3. Apakah

keahlian

audit

dapat

berpengaruh

terhadap

pemberian opini ?
4. Apakah audit fee dapat berpengaruh terhadap pemberian
opini ?
5. Apakah audit tenure dapat berpengaruh terhadap pemberian
opini ?
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengalaman dapat

mempengaruhi

pemberian opini.
2. Untuk mengetahui etika dapat mempengaruhi pemberian
opini.
3. Untuk mengetahui keahlian dapat mempengaruhi pemberian
opini.
4. Untuk mengetahui audit fee dapat berpengaruh terhadap
pemberian opini.
5. Untuk mengetahui audit tenure dapat berpengaruh terhadap
pemberian opini.
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan serta sebagai sarana untuk menerapkan dan
mengaplikasikan pegetahuan yang telah diperoleh selama
studi.
2. Bagi Profesi Auditor

Penelitian

ini

memberikan

masukan

dalam

rangka

mengembangkan keahlian auditor sehingga dapat dihasilkan


auditor yang ahli dan berkualitas.
3. Bagi Pihak Lainnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi
khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Serta agar dapat
mengambil

kebijakan-kebijakan

yang

terkait

dengan

peningkatan sikap skeptisme profesional dan independensi


auditor terhadap pemberian opini.
5. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
5.1.
Landasan Teori
5.1.1. Teori Perkembangan
Teori perkembangan kognitif menurut jean piaget (1952)
adalah

teori

beradaptasi

yang

dan

menjelaskan

bagaimana

menginterpretasikan

objek

dan

seseorang
kejadian-

kejadian disekitarnya. Berdasarkan teori kognitif ini, proses


belajar seseorang menerima pengetahuan yang diberikan dan
menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
dan terbentuk dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman
dan

pengalaman

sebelumnya.

Piaget

(1964)

berpendapat,

manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman yang


hampir sama, mereka dapat diharapkan untuk sungguh-sungguh
memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif
mereka. Dalam teori ini, kemampuan kognitif seseorang dapat
diperoleh dari motivasi atau dorongan dalam diri sendiri maupun

10

dari lingkungan disekitar. Auditor yang berpengalaman dan


didukung keahlian dalam mengaudit dapat menghasilkan opini
yang lebih berkualitas dibandingkan dengan auditor yang tidak
berpengalaman dan tidak mempunyai keahlian.
5.1.2. Teori Perilaku Terencana
Teori perilaku terencana (theory of planned behavior)
yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein (1991) menjelaskan
mengenai perilaku spesifik dalam diri individu. Teori perilaku
terencana menyatakan bahwa sikap terhadap perilaku, norma
subyektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan, bersama-sama
membentuk perilaku individu. Faktor utama dari suatu perilaku
yang ditampilkan individu adalah intensi untuk menampilkan
perilaku tertentu (Ajzen, 1991). Intensi merupakan sebagai faktor
motivasional yang mempengaruhi perilaku. Menurut Ajzen dan
Fishbein, sikap dan kepribadian seseorang berpengaruh terhadap
perilaku tertentu hanya jika secara tidak langsung dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan perilaku (Ajzen,
1991).

Contohnya

adalah

sikap

seorang

terhadap

intuisi,

terhadap orang lain, atau terhadap suatu objek. Dalam hal ini,
sikap auditor terhadap lingkungan dimana ia bekerja (kantor),
terhadap atasannya atau terhadap penjelasan dari kliennya, dan
tentunya terhadap pemberian opininya atas laporan keuangan.
5.1.3. Teori Keagenan (Agency Theory)

11

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan


keagenan merupakan hubungan kontrak antara prinsipal dan
agen

dimana

prinsipal

(pemegang

saham)

memberikan

pertanggungjawaban atas pengambilan keputusan kepada agen


(manajemen) sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.
Agen

bertugas

menghasilkan

dalam
laporan

menjalankan
keuangan

perusahaan
sebagai

dan
bentuk

pertanggungjawaban manajemen. Laporan keuangan ini yang


nantinya akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dan
digunakan oleh prinsipal sebagai dasar pengambilan keputusan.
Sebagai pihak penghasil laporan keuangan, agen memiliki
keinginan untuk mengoptimalisasi kepentingannya sehingga
dimungkinkan bahwa agen akan melakukan manipulasi data atas
kondisi

keuangan

perusahaan.

Kemungkinan

terjadinya

manipulasi data yang dilakukan oleh agen, membuat diharuskan


adanya pihak ketiga yang independen antara agen dan prinsipal
yaitu auditor independen.
Auditor merupakan

pihak

yang

dianggap

dapat

menjembatani kepentingan pihak pemegang saham (prinsipal)


dengan pihak manajer (agen) dalam mengelola keuangan
perusahaan (Setiawan, 2006). Pengawasan atau monitoring yang
dilakukan

oleh

pihak

independen

memerlukan

biaya

atau

monitoring cost dalam bentuk biaya audit, yang merupakan

12

salah satu dari agency cost (Jensen dan Meckling 1976). Biaya
pengawasan merupakan biaya untuk mengawasi perilaku agen
apakah agen bertindak sesuai kepentingan prinsipal dengan
melaporkan secara akurat semua aktivitas yang telah ditugaskan
kepada manajer. Auditor harus mampu bersikap independensi
sehingga hasil dari mengawasi kinerja manajemen menjadi
obyektif dan transparan. Auditor independen melakukan fungsi
pengawasan melalui laporan keuangan, sehingga auditor akan
melakukan proses audit terhadap kewajaran laporan keuangan
yang kemudian akan memberikan pendapat atas pekerjaan
auditnya dalam bentuk opini audit.
5.2.
Variabel-Variabel Penelitian
5.2.1. Skeptisme Profesional Auditor
Skeptisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang
percaya atau ragu-ragu (KUBI, 1976). Dalam buku istilah
akuntansi dan auditing, skeptisme berarti bersikap ragu-ragu
terhadap pernyataan-pernyataan yang belum cukup kuat pada
dasar-dasar pembuktiannya (Islahuzzaman, 2012). Sedangkan
profesional, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat
Bahasa, 2008) adalah sesuatu yang bersangkutan dengan
profesi,

yang

membutuhkan

keahlian

khusus

untuk

menerapkannya. Skeptisme profesional auditor adalah sikap


auditor yang selalu meragukan dan mempertanyakan segala
sesuatu, dan secara kritis menilai bukti audit serta mengambil

13

keputusan audit berlandaskan keahlian auditing yang dimilikinya.


Konsep skeptisme profesional yang tercermin adalah sikap selalu
bertanya-tanya, waspada, dan kritis dalam melaksanakan proses
audit. Skeptisme profesioal seorang auditor dibutuhkan untuk
mengambil keputusan-keputusan tentang seberapa banyak tipe
bukti audit seperti apa yang harus dikumpulkan (Arens, 2008).
Skeptisme profesional akan membantu auditor dalam menilai
resiko yang dihadapi dan memperhitungkan resiko tersebut
dalam bermacam-macam keputusan.
5.2.2. Pengalaman Audit
Pengalaman kerja merupakan proses pembelajaran dan
penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari
pendidikan formal maupun non formal sebagai suatu proses
seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Pengalaman juga membentuk auditor untuk menghadapi dan
menyelesaikan hambatan atau persoalan dalam pelaksanaan
tugasnya,

serta

mengendalikan

terhadap pihak yang diperiksa.

kecenderungan

emosional

Dian Indri (2005) menjelaskan

bahwa seseorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja


yang lebih tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal,
diantaranya

mendeteksi

kesalahan,

mampu

memahami

kesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan.


5.2.3. Etika Audit

14

Menurut S. Munawir (1984), etika adalah suatu prinsip


moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya
seseorang sehingga hal yang dilakukannya dipandang oleh
masyarakat

sebagai

suatu

perbuatan

yang

terpuji

dan

meningkatkan martabat kehormatan seseorang. Secara garis


besar etika merupakan serangkaian prinsip atau nilai moral yang
dimiliki oleh setiap orang. Kode etik yang diperlukan untuk
ditetapkan dalam proses audit bagi seorang auditor sangatlah
penting. Kode etik atau aturan perilaku dibuat sebagai pedoman
dalam berperilaku atau melaksanakan penugasan sehingga
dapat

menumbuhkan

kepercayaan

dan

memelihara

citra

organisasi di masyarakat. Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah


aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan
Publik Indonesia dan staf profesional (baik anggota IAPI maupun
yang bukan anggota IAPI) yang bekerja di Kantor Akuntan
Publik (KAP).
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
(1) Prinsip Etika
(2) Aturan Etika
(3) Interpretasi Aturan Etika
(1)Prinsip Etika
a. Tanggung jawab profesi
Dalam
melaksanakan
profesional,

setiap

tanggung
anggota

jawabnya
harus

sebagai

menggunakan

15

pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan


yang dilakukannya.
b. Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak
dalam kerangka.
c. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap

anggota

harus

memenuhi

tanggung

jawab

profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.


d. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
dengan

kehatihatian,

kompetensi

dan

ketekunan,

serta

mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan


dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan
untuk

memastikan

bahwa

klien

atau

pemberi

kerja

memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten.


f. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak
boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan.
g. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dalam
reputasi profesi yang baik clan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
h. Standar Teknis

16

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya


sesuai dengan standar teknis dan standar profesional. Sesuai
dengan keahliannya dan berhati-hati, anggota mempunyai
kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima
jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas.
5.2.4. Keahlian Audit
Keahlian dalam

audit

sangatlah

diperlukan

sebagai

seorang auditor. Standar Auditing PSA Seksi 210, paragraf 01


menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seseorang
atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan proses audit sampai
memberikan opini audit, auditor harus bertindak sebagai seorang
yang

ahli

Pencapaian

dalam

bidang

keahlian

akuntansi

tersebut

dan

dimulai

bidang

dengan

auditing.

pendidikan

formalnya, melalui pengalaman-pengalaman dalam praktik audit.


5.2.5. Independensi Auditor
Auditor secara intelektual

harus

jujur,

bebas

dari

kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki kepentingan


dengan klien, baik terhadap manajemen maupun pemilik.
Definisi independensi adalah sikap mental yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung
pada orang lain (Mulyadi, 2002). Independensi juga berarti
bahwa auditor harus jujur dalam mempertimbangkan fakta

17

sesuai dengan kenyataannya. Artinya jika auditor menemukan


adanya kecurangan dalam laporan keuangan klien maka auditor
harus mengungkapkannya bebas dari tekanan klien atau pihak
lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Ada dua
sikap

independensi

yang

harus

dimiliki

oleh

akuntan

publik/auditor yaitu:
a. Independence in fact
Akuntan publik/auditor harus jujur dalam mempertimbangkan
fakta yang ada dan dapat bersikap tidak memihak terhadap
pihak-pihak lain dalam memberikan pendapat. Sikap independen
ini adalah sikap mental yang ada dalam diri pribadi akuntan
publik sehingga masyarakat pengguna sulit untuk mengukur
b.

apakah akuntan tersebut jujur atau tidak.


Independence in appearance
Masyarakat mendapatkan kesan bahwa akuntan publik bisa
memperlihatkan

tindakan-tindakan

yang

independen.

Oleh

karena itu akuntan publik harus selalu menjaga tindakan dan


perbuatannya

agar

tidak

mempengaruhi

kepercayaan

masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh Kasidi (2007) menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor meliputi
ukuran Kantor Akuntan Publik, lamanya hubungan audit dalam
memberikan layanan jasa pada klien (audit tenure), biaya jasa
audit (audit fee), layanan jasa konsultasi manajemen, dan
keberadaan komite audit.

18

5.2.6. Audit Fee


Menurut Mulyadi (2002), besarnya fee professional yaitu
besarnya fee anggota yang diterima dapat bervariasi tergantung
dari : risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat
keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut,
struktur biaya KAP yang bersangkutan dan

pertimbangan

professional

diperbolehkan

lainnya.

Anggota

KAP

tidak

mendapatkan klien dengan menawarkan fee yang dapat merusak


citra profesi auditor. Besarnya biaya jasa audit (audit fee) yang
diterima oleh kantor akuntan publik secara normal, semakin
besar jasa audit yang diterima oleh kantor akuntan publik dari
seorang

klien berhubungan dengan tingginya risiko atas

hilangnya independensi auditor. Audit fee yang tinggi dapat


memberikan kualitas audit yang lebih tinggi dibanding dengan
audit fee yang lebih kecil.
5.2.7. Audit Tenure
Audit Tenure adalah masa perikatan dari Kantor Akuntan
Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit kepada kliennya.
Menurut Geigher dan Raghunandan (2002) mendefinisikan audit
tenure yaitu lamanya hubungan auditor dengan klien yang diukur
melalui jumlah tahun. Indikator audit tenure tersebut adalah
lamanya bekerja dan frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang
telah dilakukan. Menurut Johnson et al (2002) masa perikatan
audit dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

19

1. Kategori pendek adalah masa perikatan selama dua sampai


tiga tahun.
2. Kategori sedang adalah masa perikatan selama empat
sampai delapan tahun.
3. Kategori panjang adalah masa perikatan lebih dari delapan
tahun.
Didalam PP No 20 Tahun 2015 yang mengatur mengenai
pembatasan jasa audit atau masa perikatan KAP, KAP hanya
boleh melakukan audit atas laporan keuangan klien selama 5
(lima) tahun berturut-turut, KAP boleh kembali menerima jasa
audit

setelah

(dua)

tahun

buku

berturut-turut

tidak

memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien


tersebut.
5.2.8. Pemberian Opini Auditor
Ikatan Akuntan Indonesia (2001) menyatakan bahwa
laporan

audit

harus

memuat

suatu

mengenai laporan keuangan secara


menyatakan

pendapatnya

mengenai

pernyataan

pendapat

keseluruhan. Auditor
kewajaran

laporan

keuangan audit, dalam semua hal yang material, berdasarkan


kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan
prinsip akuntansi berterima umum (Mulyadi, 2002).
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian,

auditor

menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,


dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,

20

dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi


berterima umum di Indonesia.
Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian
diterbitkan oleh auditor jika memiliki kondisi sebagai berikut :
a. Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas,

dan

laporan

arus

kas

terdapat

dalam

laporan

keuangan.
b. Dalam pelaksanan perikatan, seluruh standar umum dapat
dipenuhi oleh auditor.
c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah
melaksanakan

perikatan

memungkinkannya

untuk

sedemikian

rupa

melaksanakan

sehingga

tiga

standar

pekerjaan lapangan.
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
beterima umum di Indonesia.
e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan

auditor

untuk

menambahkan paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata


dalam laporan audit.
2. Pendapat

Wajar

Tanpa

Penjelasan
Keadaan tertentu

Pengecualian

mengharuskan

Dengan

auditor

Bahasa

menambahkan

suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain).


Dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat
wajar

tanpa

Pararagraf

pengecualian

penjelasan

ini

atas

laporan

dicantumkan

keuangan
setelah

audit.

paragraf

21

pendapat.

Keadaan

yang

menjadi

penyebab

utama

ditambahknnya suatu paragraf penjelasan atau modifikasi katakata dalam laporan audit baku adalah :
a. Ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima
umum
b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas
c. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip
akuntansi

yang

telah

dikeluarkan

oleh

Dewan

Standar

Akuntansi Keuangan.
d. Penekanan kata suatu hal.
e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian
Melalui pendapat wajar dengan pengecualian,

auditor

menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,


dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum

di

Indonesia,

kecuali

untuk

dampak

hal-hal

yang

dikecualikan.
Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan
:
a. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya
pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan
auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian dan auditor berkesimpulan
tidak memberikan pendapat.
b. Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan
berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia,

yang

berdampak

material,

dan

auditor

22

berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.


Bila

auditor

menyatakan

pendapat

wajar

dengan

pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang


menyebabkan

auditor

berkesimpulan

bahwa

terdapat

penyimpangan dari prinsip akuntasi berterima umum di


Indonesia, dalam paragraf (atau beberapa paragraf) tambahan
yang terpisah, sebelum paragraf pendapat dalam laporan
audit. Disamping itu paragraf pendapat dalam laporan audit
harus berisi bahasa pengecualian yang sesuai dan yang
merujuk keparagraf penjelasan tersebut.

4. Pendapat Tidak Wajar


Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus
kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar
jika auditor dibatasi lingkup auditnya, sehingga auditor dapat
mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar
oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam
laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga

23

tidak dapat dipakai oleh para pemakai informasi keuangan untuk


pengambilan keputusan.
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat
Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor
menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas
laporan keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat
diberikan oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang
berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor memberikan
pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan
pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika auditor dalam
kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

5.3.
Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu mengenani
faktor-faktor skeptisme profesional dan independensi auditor,
yang

telah

menghasilkan

penelitian

yang

berbeda-beda,

diantaranya:
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
N
o
1

Peneliti
I Wayan
Ari
Prasetya
dan Maria
M. Ratna
Sari

Judul

Variabel

Hasil

Independensi - Independensi - Independensi


- Profesionalism
,
berpengaruh
e
Profesionalis
signifikan
Skeptisme
me,
dan
terhadap
Profesional
Skeptisme
ketepatan
Profesional
pemberian opini

24

Auditor
Sebagai
Prediktor
Ketepatan
Pemberian
Opini Auditor

Putu
Sukendra
,
Gede
Adi
Yuniarta,
dan
Anantawi
krama
Tungga
Atmadja

Pengaruh
Skeptisme
Profesional, Pengalaman
Auditor, dan Keahlian
Audit
Terhadap
Ketepatan
Pmberian
Opini Auditor

Fannu

Pengaruh

auditor.
- Profesionalisme
berpengaruh
signifikan
terhdap
ketepatan
pemberian opini
auditor.
- Skeptisme
profesional
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatan
pemberian opini
auditor.
Skeptisme
- Skeptisme
Profesional
Profesional
Pengalaman
berpengaruh
Auditor
signifikan
Keahlian Audit
terhadap
ketepatan
pemberian opini
oleh auditor.
- Pengalaman
auditor
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatan
pemberian opini
oleh auditor.
- Keahlian
audit
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatan
pemberian opini
oleh auditor.
Skeptisme
- Skeptisme

25

Surfeliya,
Dr.Andrea
s,
MM.
Ak, CPA,
dan Dra.
Hj.
Yusralaini
, SE, MM.
Ak

Skeptisme
Profesional, Kompetensi, Situasi Audit,
Etika Audit, Pengalaman
dan Keahlian
Audit
Terhadap
Ketepatan
Pemberian
Opini

Profesional
Situasi Audit
Kompetensi
Etika
Pengalaman
Keahlian
-

Profesional
berpengaruh
terhadap
ketepatan
pemberian opini
auditor.
Situasi audit tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatan
pemberain opini
auditor.
Kompetensi tidak
berepngaruh
signifikan
terhadap
keteatan
pemberain opini
auditor.
Etika auditor tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatan
pemberian opini
auditor.
Pengalaman tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatan
pemberain opini
auditor.
Keahlian
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
keteapatan
pemberian opini

26

Fitriani
Kartika
Purba

Dian
Mulya
Sari

Pengaruh
Fee
Audit dan
Pengalaman
Auditor
Eksternal
Terhadap
Kualitas
Audit
Pengaruh
Pengalaman
Auditor
Eeksternal
dan
Audit
Tenure
Terhadap
Kualitas
Audit
Audit
Fee, Jasa
Selain -

Rheny
Afirana
Hanif dan Audit, Profil
Elwina
Kantor
Putri
Akuntan
Publik,
Lamanya
Hubungan
Audit
Dengan Klien
Terhadap
Independensi
Akuntan
Publik

audit.
- Fee
audit
berpengaruh
terhadap kualitas
audit.
- Pengalaman
auditor eksternal
berpengaruh
terhadap kualitas
audit.
Pengalaman - Pengalaman
Auditor
auditor eksternal
Eksternal
berpengruh
Audit Tenure
terhadap kualitas
audit.
- Audit
tenure
berpengaruh
terhadap kualitas
audit.
Audit fee
- Audit
fee
Jasa
selain
berpengaruh
audit
signifikan
Profil
kantor
terhadap
akuntan
independensi
publik
akuntan publik
Lamanya
- Jasa selain audit
hubungan
berpengaruh
audit
signifikan
dengan klien
terhadap
independensi
akuntan publik.
- Profil
kantor
akuntan
publik
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
independensi
akuntan publik
- Lamanya
Fee Audit
Pengalaman
Auditor
Eksternal

27

hubungan audit
dengan
klien
berpengaruh
signifikan
terhadap
independensi
akuntan publik.

5.4.
Hipotesis
5.4.1. Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Pemberian Opini
Definisi
Indonesia

pengalaman

(1997)

menurut

adalah

yang

kamus

pernah

besar

dialami

bahasa
(dijalani,

dirasakan, ditanggung dan sebagainya). Pengalaman auditor


dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan dilihat dari
segi banyaknya penugasan yang dilakukan dan dari lamanya
waktu auditor melakukan penugasan tersebut. Pengalaman yang
didapat oleh seorang auditor menjadikan auditor lebih bersifat
berhati-hati saat berhadapan dengan kasus atau temuan audit.
Auditor

yang

kesalahan

tidak

lebih

memiliki

besar

pengalaman

dibandingkan

dengan

berpengalaman (Hardiningsih,2002). Auditor


pengalaman lebih banyak

akan

melakukan

auditor

yang

yang memiliki

dalam penugasan audit akan lebih

baik dalam memberikan opini auditnya.


Dalam penelitian Putu dan Gede (2015) menyatakan
bahwa

pengalaman

auditor

memiliki

pengaruh

terhadap

ketepatan pemberian opini auditor, maka dapat dikatakan bahwa

28

seorang auditor sangatlah penting untuk memiliki pengalaman


yang cukup memadai karena semakin banyaknya pengalaman
maka hasil audit yang dilakukan akan semakin akurat juga. Ria
(2013) juga menyatakan bahwa pengalaman auditor memiliki
pengaruh terhadap pemberian opini. Berdasarkan uraian diatas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Pengalaman audit berpengaruh positif terhadap pemberian
opini.

5.4.2. Pengaruh Etika Audit Terhadap Pemberian Opini


Etika dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik
dan yang buruk dalam suatu hal dan menjadikan seseorang
mempunyai akhlak yang baik sesuai dengan norma-norma yang
berlaku (Lisniawati, 2015). Etika berdasarkan teori perilaku
terencana (theory of planned behavior) yang dikemukakan oleh
Ajzen dan Fishbein (1991) menjelaskan mengenai perilaku
spesifik dalam diri individu. Dapat dikatakan etika berkaitan erat
dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku. Teori ini memprediksi
dan menjelaskan perilaku manusia dalam konteks tertentu.
Berdasarkan

teori

ini

auditor

diharapkan

dapat

menaati

peraturan, etika serta ketentuan yang telah ditetapkan agar


auditor menjadi lebih objektif.
Penelitian yang dilakukan

pada

Malem

dkk

(2013)

menjelaskan bahwa etika audit mempunyai pengaruh yang

29

signifikan terhadap pemberian opini auditor. Penelitian yang


sama juga dilakuka oleh Suraida (2005) dan Sabrina (2012)
bahwa etika berpengaruh dengan kualitas audit. Semakin tinggi
etika seorang auditor, maka semakin baik oula terhadap
pemberian opini yang dihasilkannya. Berdasarkan uraian diatas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Etika audit berpengaruh positif terhadap pemberian opini
audit.

5.4.3. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pemberian Opini


Keahlian audit adalah keampuan yang dimiliki oleh seorang
audit yang didapat dari pendidikan formal, serta pelatihan
dibindang yang digeluti (Gulam, 2015). Keahlian auditor dalam
melakukan
pengetahuan

audit
yang

menunjukkan
dimilki

oleh

tingkat

kemampuan

auditor.

Dengan

dan

semakin

banyaknya sertifikat dan semakin sering mengikuti pelatihan


atau seminar, auditor diharapkan akan semakin baik dalam
menjalankan tugasnya. Semakin banyak pelatihan dan seminar
yang

dimiliki,

auditor

diharapkan

semakin

ahli

dalam

melaksanakan tugasnya. Selain itu dengan pengetahuan yang


luas, auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan.
Putu dan Gede (2015) mengatakan bahwa keahlian audit
berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini
auditor. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin banyak

30

keahlian yang dimiliki oleh auditor dalam pemeriksaan dan


pemberian opini oleh auditor semakin handal dan akurat.
Penelitian lain dalam Yunita (2009) dengan hasil penelitian
keahlian audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ketepatatan pemberian opini auditor. Berdasarkan uraian diatas
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Keahlian audit berpengaruh positif terhadap pemberian opini

5.4.4. Pengaruh Audit Fee Terhadap Pemberian Opini


Biaya jasa audit (audit fee) adalah
diterima oleh kantor

pendapatan yang

akuntan publik dari klien sesuai dengan

luas dan lingkup pemeriksaan dan tingkat kesulitan yang


dihadapi oleh auditor yang telah disepakati dalam kontrak audit
(Kasidi,

2007).

memberikan

Kondisi

keuangan

klien

yang

kuat

dapat

fee audit yang besar dan memberikan fasilitas-

fasilitas audit yang baik bagi auditor.

Klien memberikan fee

kepada auditor bertujuan untuk memberikan semangat atau


motivasi kepada auditor untuk melaksanakan tugas audit dengan
sungguh-sungguh, secara efisien dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Berdasarkan studi eksperimen ekonomi yang dilakukan
oleh Matsumura dan Tucker (1992) dalam Deni Samsudin (2009),
menunjukkan bahwa peningkatan fee audit yang diberikan
menghasilkan penurunan pada kecurangan dan peningkatan

31

pengujian transaksi. Dapat disimpulkan bahwa dengan fee audit


yang tinggi maka auditor akan semakin memberikan kualitas
audit atau pemberian opini yang lebih baik. Hasil penelitian ini
juga didukung oleh Endah dan Marjani (2012) yang menyatakan
audit fee memiliki pengaruh terhadap pemberian opini akuntan.
Berdasarkan

uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:
H4 : Audit fee berpengaruh negatif terhadap pemberian opini
audit

5.4.5. Pengaruh Audit Tenure Terhadap Pemberian Opini


AICPA (American Institute Of Certified Public Accountants)
menggolongkan lamanya penugasan audit seorang partner
kantor akuntan publik dengan klien tertentu dibagi menjadi dua,
yaitu lima tahun atau kurang, dan lebih dari lima tahun.
Hubungan yang terlalu lama dapat mengakibatkan hubungan
yang erat dari kantor audit yang sesuai dengan kepentingan
perusahaan klien yang dapat memberikan indikasi bahwa
independensi akan semakin sulit untuk ditegakkan kepada
auditor.

Lamanya

hubungan

tersebut

dapat

menimbulkan

tindakan low-balling yang sangat erat yang dilakukan oleh


seorang aduitor. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar auditor
mendapatkan

fee

tambahan

pada

masa

depan

dengan

32

menuurnkan harga pada tugas audit awal dan klien bisa


memakai lagi jasanya di masa mendatang.
Al-Thuneibat et al., (2011) memiliki pendapat bahwa
hubungan yang lama antara auditor dengan kliennya berpotensi
untuk

menciptakan

kedekatan

antara

mereka,

dan

bisa

menghalangi independensi auditor sehingga dapat mengurangi


kualitas audit dalam memberikan opininya. Penelitian yang sama
juga dilakukan Rheny dan Elwina (2014) menjelaskan bahwa
audit

tenure

atau

lamanya

hubungan

audit

memberikan

pengaruh terhadap pemberian opini oleh auditor. Berdasarkan


uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H5 : Audit tenure berpengaruh positif terhadap pemberian opini.
5.5.
Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, kajian
teoritis, dan peninjauan dari penelitian terdahulu, maka dapat di
susun kerangka pemikiran teoritis yang dapat di gambarkan
sebagai berikut :

Pengalaman

Etika

Keahlian

Audit Fee

Audit Tenure

Pemberian Opini Audit

33

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran


6. Metode Penelitian
6.1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory atau
explanasi yaitu penelitian yang menyoroti pengaruh antar
variabel-variabel penentu serta menguji hipotesis yang diajukan,
dimana uraiannya mengandung deskripsi akan tetapi berfokus
pada hubungan variabel (Singaribun, 2007). Pada penelitian ini
menganalisis hubungan yang terjadi antara variabel independen
yaitu pengalaman, etika, keahlian, audit fee, audit tenure
terhadap pemberian opini.
6.2.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
6.2.1. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi
sebab atau berubahnya variabel dependen sebagai variabel yang
mempengaruhi. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengalaman, etika, keahlian , audit fee, dan audit tenure.
a. Pengalaman
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh
seseorang

dari

kejadian-kejadian

yang

dialami

dalam

perjalanan hidupnya, pengalaman seorang auditor dapat


dilihat dari lamanya masa kerja auditor (Gusti dan Ali, 2008).
Variabel ini diukur dari segi waktu lamanya dan banyaknya

34

penugasan yang dilakukan oleh auditor. Skor yang ditentukan


dalam kuesioner berdasarkan skala Likert 1 sd 5.
b. Etika
Etika profesi adalah nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan
tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh organisasi
privasi

akuntan

yang

meliputi

kepribadian,

kecakapan

profesional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik dan


penafsiran dan penyempurnaan kode etik. Ada dua dimensi
untuk mengukur variabel penetapan etika akuntan publik,
yaitu dimensi kesadaran etis dan dimensi kepedulian pada
etika profesi. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan
instrumen pengukuran variabel yang digunakan oleh Suraida
(2005)
c. Keahlian
Keahlian adalah kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
auditor. Pengukuran keahlian melalui tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh auditor. Semakin tinggi keahlian yang dimiliki
auditor maka semakin tepat pemberian opini atas laporan
keuangan yang diberikannya (Suraida, 2005) dalam Dita
(2010).

Variabel

ini

diukur

dengan

kemampuan

dan

pengatahuan yang dimiliki oleh auditor. Skor yang ditentukan


dalam kuesioner berdasarkan skala Likert 1 sd 5.
d. Audit Fee
Audit fee yang diukur dalam penelitian ini adalah imbalan jasa
yang diberikan oleh klien terhadap auditor. Imbalan jasa yang
rendah atau tinggi yang diberikan. Pendapatan yang diterima

35

oleh kantor akuntan publik dari klien tertentu sesuai dengan


luas dan lingkup pemeriksaan serta tingkat kesulitan yang
dihadapi auditor sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak
audit. Skor yang ditentukan dalam kuesioner berdasarkan
skala Likert 1 sd 5.
e. Audit Tenure
Audit Tenure yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hubungan klien terhadap auditor atau lamanya penugasan
audit seorang partner kantor akuntan publik kepada klien.
Hubungan internal atau hubungan eksternal antara klien
dengan auditor. Karina (2013) menyatakan tenure adalah
lamanya hubungan auditor klien diukur dengan jumlah tahun.
Skor yang ditentukan dalam kuesioner berdasarkan skala
Likert 1 sd 5.
6.2.2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi
yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian opini
aduitor. Pemberian opini auditor merupakan pendapat yang
diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian laporan
keuangan. Variabel ini diukur melalui pemberian opini yang
sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam macammacam opini.
6.3.

Populasi dan Sampel

36

Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang akan


kita teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang berada di wilayah
Semarang dan Surakarta. Nama dan alamat KAP yang diambil
dari Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) bulan
Januari 2016. Alasan penentuan KAP di Semarang dan Surakarta
karena termasuk kota besar di Jawa Tengah dan sudah banyak
KAP yang berdiri bila dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa
Tengah dan sekitarnya. Direktori IAPI (bulan Januari 2016)
menunjukkan bahwa Semarang dan Surakarta memiliki jumlah
KAP sebanyak 19 KAP di Semarang dan 4 KAP di Surakarta.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan

metode

convenience

sampling,

yaitu

teknik

penentuan sampel berdasarkan kemudahan. Menurut Jogiyanto


(2010) convenience sampling dilakukan dengan memilih sampel
bebas berdasarkan faktor kemudahan yang ditentukan sendiri
oleh peneliti.
6.4.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer. Data primer adalah sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung jawaban dari sumber asli, melalui
kuesioner (pertanyaan tertulis). Responden penelitian ini adalah
auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berada di wailayah kota Semarang dan Surakarta.

37

6.5.
Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer. Pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan
kuesioner (pertanyaan tertulis) yang diberikan kepada responden
dengan cara mengantar langsung kepada alamat alamat KAP di
wilayah Semarang dan Surakarta. Responden diminta untuk
mengisi daftar pernyataan tersebut dengan batas waktu yang
telah

ditentukan,

mengembalikan

kemudian

kuesioner

meminta

tersebut

responden

yang

secara

untuk

langsung

peneliti akan mengambil angket yang telah diisi responden pada


KAP yang bersangkutan.
Kuesioner terdiri dari dari dua bagian. Bagian pertama
berisi deskripsi responden, yaitu identitas responden. Bagian
kedua berisi sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan
pengalaman,

etika,

keahlian,

audit

fee dan

audit

tenure.

Pernyataan kuesioner merupakan pernyataan tertutup. Variabel


independen

yang

akan

diteliti

diukur

menggunakan

skala

pengukuran yaitu skala Likert dari 1 s/d 5. Responden diminta


memberikan pendapat setiap butir pernyataan, mulai dari sangat
tidak setuju sampai sangat setuju.
Tabel 3.1 Nilai Jawaban
Jawaban
Sangat
Tidak
(STS)

Setuju

Nilai
1

38

Tidak Setuju (TS)


Netral (N)
Setuju (S)
Sangat Setuju (SS)

2
3
4
5

6.6.
Teknik Analis
Ada 3 analisis yang digunakan dalam analisis ini yaitu Statistik deskriptif,
Uji kualitas data, Uji asumsi klasik dan Uji hipotesis.
6.6.1. Statistik Deskriptif
Statistik
deskriptif

digunakan

untuk

memberikan

gambaran mengenai deskripsi responden (profil responden,


jabatan responden, lama pengalaman kerja sebagai auditor, latar
belakang pendidikan) dan deskripsi mengenai variabel-variabel
penelitian (pengalaman, etika, keahlian, audit fee dan audit
tenure (lamanya hubungan audit) dengan analisis data yang
digunakan

menggunakan

tabel

distribusi

frekuensi

yang

menunjukkan nilai maksimal, minimal, mean dan standar deviasi.


6.6.2. Uji Kualitas Data
6.6.2.1. Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
2013). Untuk menguji validitas kuesioner dilakukan dengan
analisis butir. Korelasi yang digunakan adalah Pearson Product
Moment. Jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan lebih besar

39

dari r tabel, maka dinyatakan bahwa butir pernyataan tersebut


valid atau sah. Jika sebaliknya, bernilai negatif, atau positif
namun lebih kecil dari r tabel, maka butir pernyataan dinyatakan
invalid dan harus dihapus.
6.6.2.2. Uji Reabilitas
Pengujian ini dimaksudkan

untuk

mengukur

suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.


Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Uji reabilitas dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Cronbachs Alpha. Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbachs
Alpha > 0,60 (Nunally, dalam Ghozali, 2013).
6.6.3. Uji Asumsi Klasik
6.6.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah
dalam

model

independen
normalitas

regresi,

mempunyai
pada

variabel

dependen,

distribusi

penelitian

ini

normal

dan

atau

menggunakan

variabel
tidak.

Uji

Kolmogorov

Smirnov yaitu dengna kriteria jika signifikansi kolmogorov


smirnov < 5% maka data tidak normal, sebaliknya jika signifkansi
kolmogorov smirnov > 5% maka data normal.
6.6.3.2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model

regresi

ditemukan

adanya

korelasi

antar

variabel

40

independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi


korelasi di antara variabel bebas. Multikolonieritas terjadi jika ada
hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua
variabel independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas didalam regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance dan nilai Variance Inflasing Factor (VIF). Model regresi
yang bebas multikolinearitas adalah yang mempunyai VIF 10
dan nilai tolerance 0,1.
6.6.3.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika residual satu
pengamatan

ke

pengamatan

lain

tetap

maka

disebut

homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.


Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Pengujian ada atau tidaknya heteroskedasititas dalam
penelitin ini adalah menggunakan dasar analisis, jika ada pola
tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas ; jika tidak ada
pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013).

41

6.6.4. Uji Hipotesis


Alat statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian ini adalah regresi berganda (multiple regression) yang
meliputi koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji
statistik F), uji parameter individual (uji statistik t).
6.6.4.1.
Analisis Regresi Berganda
Sugiyono (2008) menyatakan analisis regresi

linier

berganda digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana


perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen
dinaikan atau diturunkan nilainya. Hipotesis dari penelitian
metode regresi berganda natara bariable dpeenden dalam hal ini
adalah pemberian opini audit dan variabel independen yaitu
pengalaman, etika, keahlian, audit fee, audit tenure. Hubungan
antar variabel :
Y = a + xX1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + e
Y = pemberian opini audit
a = konstanta
1 = koefisien regresi X1
2 = koefisien regresi X2
3 = koefisien regresi X3
3 = koefisien regresi X3

42

4 = koefisien regresi X4
X1 = pengalaman auditor
X2 = etika auditor
X3 = keahlian auditor
X4 = audit fee
X5 = audit tenure
6.6.4.2. Koefisien Determinansi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada

intinya

mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi


variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada diantara 0
(nol) dan 1 (satu). Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan
variabel variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2013). Oleh karena itu dalam penelitian ini
memakai Adjusted R2, karena nilainya dapat naik atau turun
sesuai

dengan

signifikansi

variabel

independen

yang

ditambahkan kedalam model. Kelemahan mendasar penggunaan


koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel
independen yang dimasukkan kedalam model.

43

6.6.4.3.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
varibel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali,
2013). P

embuktian dilakukan dengan cara membandingkan

nilai F-hitung dengan F-tabel pada tingkat kepercayaan 5% dan


derajat kebebasan (degree of freedom). Apabila F-hitung lebih
besar dari F-tabel, maka variabel independen secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dpeenden. Persamaan sebagai berikut sebagai berikut :
a. Jika F hitung > F tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
b. Jika F hitung < F tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Uji F juga dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat
signifikansi yang ditetaokan untuk penelitian dengan probability
Value dari hasil penelitian (Ghozali, 2006), dengan dasar
oengambilan keputusan :
a. Jika probabilitas > tingkat signifikan, maka Ha ditolak dan
Ho diterima.
b. Jika probabilitas < tingkat signifikan, maka Ha diterima dan
Ho ditolak.
6.6.4.4.
Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2013), uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Dalam
hal ini variabel independennnya (X) adalah pengalaman, etika,

44

keahlian, audit fee, dan audit tenure. Sedangkan variabel


dependennya (Y) adalah pemberian opini audit. Pembuktian
dilakukan dengan cara membandingkan nilai t-hitung dengan ttabel pada tingkat kepercayaan 5% dan derajat kebebasan
(degree of freedom). Apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel
maka

variabel

independen

secara

individu

berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen. Persamaan sebagai


berikut sebagai berikut :
a. Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak.
b. Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Uji F juga dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat
signifikansi yang ditetaokan untuk penelitian dengan probability
Value dari hasil penelitian (Ghozali, 2006), dengan dasar
oengambilan keputusan :
a. Jika probabilitas > tingkat signifikan, maka Ha ditolak dan
Ho diterima.
b. Jika probabilitas < tingkat signifikan, maka Ha diterima dan
Ho ditolak.

45

DAFTAR PUSTAKA
Astari, Indira Januarti. 2013. Jurnal. Pengaruh Faktor-Faktor
Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pemberian Opini (Studi
Empiris Pada Pemeriksa BPK RI Provinsi Jawa Tengah). Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponergoro. Semarang.
Asih, Dwi Ananing Tyas. 2006. Jurnal. Pengaruh Pengalaman
Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing.
Skripsi. Fakultas
Ekonomi
Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Kasidi, 2007 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi
Auditor, Persepsi Manajer Keuangan Perusahaan Manufaktur di
Jawa Tengah. Semarang, Tesis Maksi :Universitas Diponegoro.
Gusti, Maghfirah dan Syahril Ali. 2008. Hubungan Skeptisisme
Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta
Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor
oleh Akuntan Publik. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi
Padang. Vol.8.
Atmojoyo, Ismail Hari. 2010. Pengaruh Skeptisisme Profesional
Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian
Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh
Akuntan Publik. Surakarta. Skripsi : Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Permatasari, Yunita. 2009. Pengaruh Independensi, Etika,
Pengalaman Serta Keahlian Audit Terhadap Ketepatan Pemberian
Opini Auditor. Skripsi : Universitas Pemabangunan NASIONAL
Veteran Jakarta.
Indah, Siti NurMawar. 2010. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada
Auditor KAP di Semarang). Skripsi : Universitas Diponegoro
Semarang.

46

Kurniawati,
Devy.
2010.
Pengaruh
Keahlian
Audit,
Independensi, dan Kompetensi Auditor Terhadap Pendapat
Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Surabaya. Skripsi :
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.
Mayangsari, sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi
Terhadap Pendapat Audit : Sebuah Kuasieksperimen, Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, Volume 6 No. 1 Edisi Januari.
Mulyadi. 2002. Auditing, Buku dua Edisi Ke enam, Jakarta.
Salemba Empat.
Permatasari, Yunita RR. 2010. Pengaruh Independensi, Etika,
Pengalaman, serta Keahlian Audit Terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Auditor (Studi pada Tigapuluh Kantor
Akuntan Publik Di Jakarta Selatan). Skripsi : Universitas
Pembangunan Nasional Veteran.

Sholihah, Fajriyah Melati. 2010. Pengaruh Orientasi Etika,


Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit :
Studi Kasus pada Auditor di Kantor Akuntan Publik Kota
Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi :
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sukriah, dkk. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Obyektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan.
Suraida,
Ida.
2005.
Pengaruh
Etika,
Kompetensi,
Pengalaman Audit Terhadap Risiko Audit Terhadap Skeptisme
Profesional Auditor Dan Ketetapan Pemberian Opini Akuntan
Publik, Sosiohumaniora, Volume 7 No. 3.
Tamtomo, Didiek Susilo. 2008. Faktor-faktor yang Menentukan
Opini Audit, Rbith, Vol. 4 No. 3 Nopember 2008 : 448-452.
Aini, Nur. Pengaruh Independensi Auditor, Pengalaman Auditor
dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.

47

Mayasari, Dian. 2012. Pengaruh Profesionalisme, Independensi,


Kompetensi, Etika Profesi dan Pengetahuan Auditor Dalam
Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Ketepatan Pemberian Opini
Audit Oleh Auditor. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Endah, Marjani. 2012. Pengaruh Audit Fee, Kondisi Perusahaan
Dan Profesionalisme Serta Hubungan Klien Dengan Akuntan
Terhadap Pendapat Atau Opini Akuntan Berkaitan Dengan
Independensi Studi Pada Kantor Akuntan Publik
Di Kota
Malang .Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Widya Manggala
Malang.
Arens, Alvin A. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jilid 1. Edisi
Keduabelas. Erlangga: Jakarta.
Yurniwati dan Indah K. 2004. Hubungan Kesadaran Etis Dan
Keaslian Dengan Skeptisisme Profesional Auditor. Laporan
Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Gusti, Maghfirah dan Ali Syahril Ali. 2007. Hubungan Skeptisme
Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman Serta
Keahlian Audit dengan ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh
Akuntan Publik. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Justiana, Dita. 2010. Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman,
dan Keahlian Auditor Terhadap Opini Audit (Studi Empiris pada
Kantor Akuntan Publik di Jakarta),.
Sabrina K dan Indira Januarti. 2011. Pengaruh Pengalaman,
Keahlian, Situasi Audit, Etika, dan Gender terhadap Ketepatan
Pemberian Opini Audit melalui Skeptisisme Profesional Auditor
(Studi Kasus Pada KAP Big Four di Jakarta).
Singarimbun, Masri
Penelitian Survey.

dan

Effendi,

Soffyan. 2002. Metodologi

48

LP3ES. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2013.
Aplikasi Analisis Multivariat dengan
Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

49

LAMPIRAN

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


Kuesioner terdiri dari dua daftar pertanyaan yang meliputi :
1. Pertanyaan Umum
Dimohon Bapak/Ibu/Saudara/i untuk memberikan jawaban
terhadap

setiap

pertanyaan

yang

sudah

tersedia.

Untuk

pertanyaan 5, 6, dan 7 harap memilih salah satu dengan


memberikan tanda silang [ X ].
2. Pertanyaan mengenai variabel auditor
Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk memberikan jawaban
atas pernyataan-pernyataan berikut pada pilihan jawaban yang
sudah tersedia dengan cara memberikan tanda silang [ X ].
Setiap pernyataan mengaharapkan hanya ada satu jawaban.
Skor/Nilai jawaban adalah sebagai berikut :

50

Jawaban
Sangat
Tidak

Nilai
1

Setuju

(STS)
Tidak Setuju (TS)
Netral (N)
Setuju (S)
Sangat Setuju (SS)

2
3
4
5

I. PERTANYAAN UMUM
Identitas Responden
1. Nama Responden :
2.
3.
4.
5.

(boleh

tidak diisi)
Nama KAP
:
Jenis Kelamin
Usia
:
Pendidikan Formal : [

[
] S3
6. Jabatan

:[
] Pria ;
[
Tahun
] D3 ; [
] S1
:[

] Wanita
;

] Partner

] Senior Auditor

] Junior Auditor

] Manjaer

] Lain lain, sebutkan ....

] S2

51

7. Lama Bekerja
[
[
[

:[
] < 3 tahun
] 3-5 tahun
] 6-10 tahun
] > 10 tahun

PENGALAMAN AUDIT
No
.
1.

Uraian Pernyataan

ST
S

Semakin lama bekerja sebagai auditor,


auditor semakin mengerti bagaimana
memperoleh data dan informasi yang

2.

dibutuhkan dengan mudah.


Semakin lama bekerja sebagai auditor,
auditor

memiliki

besar

dalam

kemampuan

yang

menganalisis

dan

mengatasi setiap permasalahan yang


3.

ada.
Semakin lama bekerja sebagai auditor,
auditor dengan mudah dapat mencari
penyebab munculnya kesalahan atau
kekeliruan

4.

pada

entitas

yang

diperiksanya.
Banyaknya klien yang sudah saya audit
menjadikan audit saya lebih baik.

TS

SS

52

5.

Banyaknya tugas yang diterima dapat


memicu auditor untuk menyelesaikan
tugasnya lebih cepat.

ETIKA AUDIT
No
.
1.

Uraian Pernyataan

ST

TS

SS

TS

SS

S
Auditor

mempunyai

rasa

tanggung

jawab jika hasil pemeriksaannya masih


2.

memerlukan perbaikan.
Auditor
tidak
mempertimbangkan
keadaan seseorang, sekelompok orang
atau

suatu

unit

membenarkan

entitas

perbuatannya

untuk
jika

melanggar ketentuan atau peraturan


3.

perundang-undangan yang berlaku.


Auditor menolak penugasan audit jika
mempunyai

hubungan

kerjasama

dengan pihak yang diperiksa.

KEAHLIAN AUDIT
No
.
1.

Uraian Pernyataan

ST
S

Seorang auditor dikatakan ahli apabila

53

telah bekerja sebagai auditor selama 3


2.

tahun lebih.
Keahliaan auditor dapat dipengaruhi
dari jumlah pemeriksaan audit yang

3.

pernah dilakukan oleh seorang auditor.


Pendidikan profesi serta sertifikasi yang
dimiliki auditor dapat mempengaruhi

4.

keahlian seorang auditor.


Seorang auditor yang sering mengikuti
seminar, diklat dan pelatihan dapat
meningkatkan keahlian auditor dalam
proses pemeriksaan.

AUDIT FEE
No

Uraian Pernyataan

ST

.
1.

S
Auditor

2.

klien yang memberikan fee yang besar.


Besarnya fee yang diterima tidak akan

cenderung

untuk

menerima

mempengaruhi saya dalam melaporkan


3.

kesalahan klien.
Tinggi rendahnya fee yang diberikan
dapat

mempengaruhi

yang dilakukan auditor.

AUDIT TENURE

pemeriksaan

TS

SS

54

No

Uraian Pernyataan

ST

.
1.

Auditor sebaiknya memiliki hubungan

TS

SS

TS

SS

S
dengan klien yang sama paling lama 3

2.

tahun.
Semua kesalahan yang klien yang saya
temukan saya laporkan walaupun telah

3.

lama menjalin hubungan dengan klien.


Auditor
sebaiknya
mempunyai
kejujuran yang tinggi dan bertindak
secara independen dalam melakukan
audit walaupun telah lama menjalin
hubungan dengan klien.

PEMBERIAN OPINI
No
.
1.

Uraian Pernyataan

S
Pemahaman terhadap sistem informasi
akuntansi

2.

klien

dapat

menjadikan

pelaporan audit lebih baik.


Penyimpangan prinsip akuntansi dapat
mempengaruhi

3.

ST

auditor

memberikan opini.
Pendapat wajar tanpa
dikeluarkan
yang

tidak

karena

dalam

pengecualian

terdapat

membutuhkan

situasi
paragraf

55

4.

penjelas.
Adanya

ketidakwajaran

laporan

keuangan dikarenakan ketidak pastian


yang terdapat dalam pos-pos laporan
5.

keuangan.
Auditor menolak memberikan pendapat
jika

terdapat

terdapat
6.

ketidakpastian

dalam

pos-pos

yang
laporan

keuangan.
Dalam melaksanakan tugas, auditor
merencanakan

materialitas

atas

laporan keuangan berdasarkan standar


auditing
7.

yang

berlaku

umum

di

Indonesia.
Pendapat wajar dengan pengecualian
yang diberikan auditor karena terdapat
penyimpangan
akuntansi.

pada

prinsip-prinsip

Anda mungkin juga menyukai