Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PENGUKURAN DENSITAS, SAND CONTENT DAN


KADAR MINYAK PADA LUMPUR PEMBORAN
2.1.

Tujuan Analisa
1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi
utamanya.
2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan mud
balance.
3. Menentukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam
lumpur bor (emulsi).
4. Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran
5. Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam
lumpur pemboran

2.2.
Teori Dasar
2.2.1. Densitas
Lumpur memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan
keberhasilan suatu operasi pemboran sehingga perlu diperhatikan sifatsifat dari lumpur tersebut seperti densitas, viskositas, gel strength ataupun
filtration loss. Densitas lumpur berhubungan langsung dengan fungsi
lumpur bor sebagai penahan tekanan formasi. Dengan densitas lumpur
yang terlalau besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (loss
circulation), sedangkan apabila densitas lumpur bor terlalu kecil akan
menyebabkan kick (masuknya fluida formasi ke dalam lubang sumur).
Oleh karena itu, densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan
formasi yang akan dibor.
Ada 2 macam lumpur yang diukur densitasnya, yaitu:

Lumpur yang akan disirkulasikan ke dalam lubang sumur pada suction tank,
pengujuran densitas pada lumpur jenis ini bertujuan agar densitas lumpurnya
sudah sesuai dengan rekomendasi sebelum disirkulasikan ke dalam lubang
pemboran.

Lumpur yang kembali dari dalam lubang diambil pada shaker bonk, tujuannya
untuk mengetahui perubahan densitas lumpur, apakah denditasnya turun atau
7

tidak.Apabila terjadi penurunan densitas lumpur dari densitas sebelum lumpur


dimasukkan ke dalam lubang, itu bearti didalam lubang sumur sudah terjadinya
kick sehingga pemboran harus segera dihentikan dan ditutup.
Apabila gradient tekanan formasi yang akan dilalui lumpur lebih
besar, maka density lumpur pemboran yang digunakan harus dinaikkan
sebelum melewatinya agar tekanan hidrostatik lumpur bisa menahan
tekanan formasi yang dilewatinya. Untuk menaikan density lumpur
pemboran, maka dapat dilakukan dengan menambahkan material pemberat
atau dapat dengan menambahkan lumpur yang lebih berat.
1. Dengan menambahkan material pemberat
Penentuan Volume material pemberat yang dibutuhkan untuk
ditambahkan ke dalam lumpur pemboran dengan mengetahui
density lumpur yang diinginkan, volume lumpur yang diinginkan,
density lumpur awal, density dari material pemberat yang akan
ditambahkan. Material yang biasanya digunakan untuk menaikkan
density lumpur adalah Barite (Barium sulfate).
2. Dengan Menambahkan Lumpur berat
Menaikkan densitas lumpur dengan cara menambahkan lumpur
berat lebih efesien waktu disbanding dengan menambahkan
material pemberat. Karena komposisi penambahannya sack per
sack dan proses pengadukan untuk mencapur rata lumpur berat dan
lumpur waktunya cukup lama.
Menurunkan Density lumpur merupakan kebalikan dari menaikkan
densitas lumpur. Densitas lumpur diturunkan apabila gradient tekanan
formasi yang akan dilalui lumpur lebih kecil, maka density lumpur
pemboran yang digunakan harus diturunkan sebelum melewati formasi
yang tekanan hidrostatiknya lebih kecil, agar tidak terjadi lost circulation
atau masuknya lumpur ke formasi. Untuk menurunkan density lumpur
pemboran, maka dapat dilakukan dengan nenambahkan fasa cairan lumpur
seprti minyak dan air.

Densitas lumpur dapat menggambarkan gradient hidrostatik dari


lumpur bor dalam psi/ft. Namun, di lapangan umumnya dipakai satuan
pound per gallon (ppg)
Dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Volume setiap material adalah additive :
Vs + Vml = Vmb...................................................................(2-1)
2. Jumlah berat adalah additive, maka :
sVs + mlVml = mbVmb...................................................(2-2)
Keterangan :
Vs

= Volume solid, gallon

Vml

= Volume lumpur lama, gallon

Vmb

= Volume lumpur baru, gallon

= densitas solid, ppg

ml

= densitas lumpur lama, ppg

mb

= densitas lumpur baru, ppg

dari persamaan 1 dan 2 di dapat :

( mb- ml ) Vml
Vs = s-mb
.......................................................(2-3)

Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah :


Ws = Vs x s..........................................................................(2-4)
Bila dimasukkan ke persamaan 3 :
Ws=

( mb- ml ) Vml
s ..................................................(2-5)
s-mb

% volume solid :
Vs
(mb- ml)
x 100%=
x 100%
...................................(2-6)
Vmb
s- ml

10

% berat solid :
sVs
(mb- ml)s
x 100%=
x 100
...................... (2-7)
mbVmb
(s- ml)ml

Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barite dengan SG


4.3 untuk menaikkan densitas lumpur lama seberat ml ke lumpur baru
sebesar mb setiap bbl, lumpur lama memerlukan berat solid, Ws
sebanyak :
Ws =

684

(mb- ml)
(35.8- mb) .......................................................... (2-8)

Keterangan :
Ws = berat solid zat pemberat , kg barite/bbl lumpur.
Sedangkan jika yang digunakan sebagai pemberat adalah bentonite
dengan SG 2.5 maka untuk tiap barrel lumpur diperlukan :
Ws =

398

(mb- ml)
(2.5- mb) ........................................................... (2-9)

Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama


2.2.2. Sand Content
Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) ke dalam
lumpur pemboran akan membawa pengaruh pada operasi pemboran.
Serpihan-serpihan pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat
mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini
akan menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu, setelah
lumpur disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama
menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur selama
sirkulasi. Alat-alat yang biasa digunakan disebut dengan Conditioning
Equipment, antara lain :

11

Shale shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan
atau cutting yang berukuran besar. Penggunaan screen (saringan)
untuk problematika padatan yang terbawa dalam lumpur menjadi
salah satu pilihan dalam solid control equipment.
Solid/padatan yang mempunyai jari-jari yang lebih besar dari jarijari screen akan tertinggal/tersaring dan dibuang, sehingga jumlah
solid dalam lumpur bisa terminimalisasi. Jari-jari screen di set agar
polimer dalam lumpur tidak ikut terbuang. Kerusakan screen bisa
diperbaiki dan diganti.

Gambar 2.1. Shale Shaker

Degassser
Fungsinya membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke
lumpur pemboran. Alat ini sangat berfungsi pada saat pemboran
menembus zona permeable, yang ditandai dengan pemboran
menjadi lebih cepat, densitas lumpur berkurang dan volume
lumpur pada mud pit bertambah.

12

Gambar 2.2. Degasser

Desander
Fungsinya membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan
yang berukuran kecil yang biasanya lolos dari shale shaker.
Berikut tahap-tahap operasi kerja pada desander yaitu:
a. Lumpur bor masuk ke desander cone melalui samping, di dekat
puncak.
b. Lumpur di dalam cone berpusar turun sehingga menimbulkan
gaya sentrifugal.

Gambar 2.3. Penampang Desander

c. Gaya sentrifugal ini memisahkan padatan-padatan yang berat


dari lumpur.
d. Padatan yang keluar dari ujung bawah cone dalam bentuk
semprotan (spray).
e. Lumpur keluar melalui puncak cone kembali ke tangki untuk
diproses lebih lanjut, atau kembali ke sistem lumpur aktif.

13

Gambar 2.4. Desander

Desilter
Fungsinya sama dengan desander tetapi desilter dapat membersihkan
lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil. Penggunaan
desilter dan mud cleaner harus dioptimalisasi oleh beberapa faktor
seperti: berat lumpur, biaya fasa liquid, komposisi solid dalam
lumpur, biaya fasa liquid, biaya logistik yang berhubungan dengan
bahan kimia dan lain-lain. Biasanya berat lumpur yang dikehendaki
sekitar 10.8

biasanya lebih praktis dengan menggunakan mud

cleaner dibandingkan dengan penyaringan dengan screen terkecil.


Selain itu penggunaan mud cleaner lebih praktis juga lebih murah.
Berikut tahap-tahap operasi kerja pada desilter yaitu:
a. Lumpur masuk ke desilter cone melalui samping dekat puncak.
b. Di dalam cone, lumpur berpusar turun.
c. Tekanan sentrifugal memisahkan padatan dari lumpur.
d. Padatan keluar dari ujung bawah cone untuk dibuang.
e. Lumpur keluar melalui puncak.

Gambar 2.5. Penampang Desilter

14

Gambar 2.6. Desilter

Centrifuge
Sesuai dengan namanya, centrifuge menggunakan gaya
sentrifugal untuk memisahkan padatan dari lumpur bor. Baroid
memproduksi dua tipe centrifuge, yaitu conical bowl centrifuge
dan contour bowl centrifuge.
Centrifuge beroperasi sebagai berikut:
a. Lumpur diumpankan ke salah satu ujung centrifuge dan masuk
ke tengah conveyor.
b. Bowl dan conveyor berputar dengan arah putaran yang sama,
tetapi conveyor berputar pada kecepatan yang sedikit lebih
rendah.
c. Lumpur masuk melalui lubang umpan (feed port) pada
conveyor dan didorong ke arah dinding dalam (interior wall)
centrifuge bowl oleh gaya sentrifugal.
d. Gaya sentrifugal memisahkan padatan dari lumpur.
e. Sudu-sudu (blade) conveyor mendorong sebagian besar
padatan ke arah ujung kecil centrifugal bowl dan menuju
lubang keluaran (exit port).
f. Lumpur mengalir ke ujung besar centrifugal bowl menuju
lubang keluaran (exit port).

15

Gambar 2.7. Centrifuge

`Gambar 2.8. Penampang Centrifuge

2.2.3. Urutan Peralatan yang Tepat


Aspek kedua dari pemrosesan in series adalah susunan
solids control equipment, tangki-tangki lumpur, pompa-pompa, dan
perpipaan yang sedemikian rupa sehingga tidak ada dua tipe solids
control equipment yang berbeda yang memproses lumpur dari
kompartemen tangki lumpur yang sama.
Karena untuk jenis-jenis lumpur yang berbeda-beda
digunakan kombinasi solids control equipment yang berbeda-beda,
maka pemrosesan in series akan bervariasi sesuai dengan jenis
lumpurnya; tetapi, prinsip-prinsip pembuangan partikel-partikel
yang lebih kecil pada solids control equipment berikutnya, dan
tidak ada dua tipe solids control equipment yang berbeda yang
memproses lumpur dari kompartemen tangki lumpur yang sama,

16

masih tetap berlaku. Kita akan membahas pemrosesan in series


untuk tipe-tipe lumpur yang berbeda-beda.
Untuk setiap tipe lumpur, kita akan membahas semua tipe
solids control equipment yang dapat digunakan. Di lapangan anda
akan mendapati bahwa mungkin peralatan yang ada lebih sedikit
daripada yang akan kita bahas, tetapi prinsip pemrosesan in
series atau urutan peralatan yang tepat tetap berlaku. Kita akan
menggunakan

diagram

yang

disebut

flow

chart

untuk

memperlihatkan urutan bagaimana lumpur diproses.


Setiap tipe peralatan akan diberi identifikasi dengan nama;
garis dengan tanda panah akan menunjukkan lintasan aliran (flow
path); dan kompartemen-kompartemen tangki lumpur akan
diidentifikasi dengan huruf-huruf A, B, C, D atau E. Untuk tujuan
ilustrasi dan kejelasan, flow chart memperlihatkan kompartemenkompartemen tangki lumpur terpisah satu sama lain. Dalam
kenyataan, kompartemen-kompartemen tangki tersebut sering
bersambung menjadi satu, yang dipisahkan dengan dinding
(partisi).
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran merupakan
prosentase volume dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari
74 mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran degan saringan tertentu.
Jadi persamaan untuk menentukan kandungan pasir (sand content) pada
lumpur pemboran adalah :

n=

Vs
x 100%
................................................................ (2-10)
Vm

Keterangan :
n

= kandungan pasir

Vs = Volume pasir dalam lumpur


Vm = Volume lumpur

17

2.2.4. Pengukuran Kadar Minyak


Kandungan minyak adalah banyaknya minyak yang terkandung
dalam lumpur emulsi dimana air sebagai bahan dasarnya. Lumpur emulsi
yang baik adalah lumpur dengan kadar minyak optimum lebih kurang
sebesar 15% 20% kadar minyak dalam lumpur emulsi mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap laju pemboran. Hal ini terutama
karena minyak akan memberikan pelumasan sehingga pahat lebih awet,
mengurangi pembesaran lubang bor dan mengurangi penggesekan pipa bor
dengan formasi serta mengurangi kemungkinan terjadinya jepitan terhadap
pahat. Akan tetapi setelah melewati kandungan minyak optimum tersebut,
kenaikan kadar minyak akan menyebabkan penurunan laju pemboran, hal
ini dikarenakan slip dari bit pada batuan formasi yang menjadi lebih licin
oleh karena adanya pelumasan yang berlebihan.
2.3.

Alat dan Bahan

2.3.1. Alat
1. Mud Balance
2. Retort kit
3. Multi Mixer
4. Wetting agent
5. Sand Content set
6. Gelas Ukur 500 ml

Gambar 2.9. Retort Kit Set

18

Gambar 2.10. Timbangan

Gambar 2.11. Sand Content Set

Gambar 2.12. Gelas Ukur

19

Gambar 2.13. Mud Balance

2.3.2. Bahan
1. Barite.
2. Bentonite.
3. Air Tawar (Aquades).

Gambar 2.14. Bentonite

Gambar 2.15. Barite

2.4.

Prosedur Percobaan

20

2.4.1. Densitas Lumpur


1. Mengkalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut
Peralatan mud balance dibersihkan.
Cup diisi dengan air hingga penuh, lalu ditutup dan dibersihkan
bagian luarnya. Dikeringkan dengan kertas tissue.
Mud balance diletakkan kembali pada kedudukan semula.
Rider ditempatkan pada skala 8.33 ppg.
Level glass dicek bila tidak seimbang calibration screw diatur
sampai seimbang
2. Beberapa zat yang digunakan ditimbang.
3. Air 350 cc ditakar dan dicampur dengan 22.5 gr bentonite. Caranya
air dimasukkan dalam bejana lalu dipasang multi mixer dan
bentonite dimasukkan sedikit demi sedikit setelah multi mixer
dijalankan. Selang beberapa menit setelah dicampur, bejana
diambil dan cup mud balance diisi dengan lumpur yang telah
dibuat.
4. Cup ditutup dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar dan
tutup cup dibersihkan.
5. Balance arm diletakkan pada kedudukan semula, lalu rider diatur
hingga seimbang. Baca densitas yang ditunjukkan oleh skala.
6. Langkah lima diulangi untuk komposisi campuaran yang berbeda.
2.4.2. Sand Content
1. Tabung gelas ukur diisi dengan lumpur pemboran dan tandai.
Ditambahkan air pada batas berikutnya. Mulut tabung ditutup dan
dikocok dengan kuat.
2. Campuran tersebut dituangkan ke saringan. Cairan dibiarkan
mengalir keluar melalui saringan. Air ditambahkan ke dalam
tabung, kocok dan dituangkan kembali ke saringan. Ulangi hingga
tabung menjadi bersih. Pasir yang tersaring pada saringan dicuci
untuk melepaskan sisa lumpur yang melekat
3. Funnel pada sisi atas sieve dipasang. Dengan perlahan-lahan balik
rangkaian tersebut dan masukkan ujung funnel ke dalam gelas ukur
hanyutkan pasir ke dalam tabung dengan menyemprotkan air
melalui saringan hingga semua pasir tertampung dalam gelas ukur.
Biarkan pasir mengendap. Dari skala yang ada pada tabung, baca
persen volume dari pasir yang mengendap.

21

4. Catat sand content dari umpur dalam persen volume.


2.4.3. Penentuan Kadar Cairan Tapisan
1.

Ambil himpunan retort keluar dari insulator block, keluarkan mud


chamber dari retort.

2.

Isi upper chamber dengan steel wall.

3.

Isi mud chamber dengan lumpur dan tempatkan kembali tutupnya,


bersihkan lelehan lumpurnya.

4.

Hubungkan mud chamber dengan upper chamber, kemudian


tempatkan kembali ke dalam insulator.

5.

tambahkan setetes weting agent pada gelas ukur dan tempatkan


dibawah kondenser.

6.

Panaskan lumpur sampai tidak terjadi kondensasi lagi yang


ditandai dengan matinya lampu indikator.
Hal-hal yang perlu dicatat elama pengujian berlangsung, adalah ;

2.5.

% volume minyak = ml minyak x 10

% volume air = ml air x 10

% volume padatan = 100 (ml minyak + ml air) x 10

Gram minyak = ml minyak x 0.8

Gram lumpur = lb/gall lumpur x 1.2

Gram padatan = Gram lumpur (Gram minyak + gr air)

ml padatan = 10 (ml minyak + ml air)

Specific gravity padatan rata-rata = gr padatan /ml padatan

% berat padatan = (gram padatan/gram lumpur) x 100

Data Hasil Percobaan


Data hasil percobaan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Data Densitas dan Sand Content Hasil Percobaan

No
1
2
3

Komposisi lumpur
Lumpur dasar (LD)
LD + 2 gr Barite
LD + 5 gr Barite

Densitas

Sand Content

(ppg)
8.65
8.70
8.75

(% Volume)
0.50
0.50
0.50

22

4
5

2.6.

LD + 10 gr CaCO3
LD + 15 gr CaCO3

8.75
8.80

0.75
0.75

Pembahasan

2.6.1. Pembahasan Praktikum


Pada praktikum kita membuat lumpur terlebih dahulu dengan
komposisi campuran 350 cc air dan 22.5 gr bentonite. Sehingga diperoleh
lumpur dasar (LD) dengan densitas 8.65 ppg dan sand content 0.50. Lalu
ketika ditambahkan additive material pemberat seperti bentonite dan
carbonite, harga densitas pun meningkat. Pada percobaan, apabila lumpur
dasar yang kita peroleh ditambahkan barite sebanyak 2 gram, densitas
meningkat menjadi 8.70 ppg dengan harga sand content tetap. Begitu pula
apabila kita menbamhkan barite sebesar 5 gram, maka densitas meningkat
lagi menjadi 8.75 ppg dengan harga sand content yang tetap. Pada
penambahan additive Carbonite, apabila ditambah 10 gram carbonite maka
densitas meningkat menjadi 8.75 ppg dengan perubahan harga sand
content menjadi 0.75 dan apabila ditambahkan 15 gram carbonite maka
densitas meningkat menjadi 8.80 ppg dan harga sand content menjadi
0.75. Harga densitas dan sand content perlu diperhatikan. Karena jika
harga densitas terlalu tinggi maka akan terjadi lost circulation (lumpur
pemboran hilang ke formasi), lalu jika harga densitas terlalu rendah akan
terjadi kick (fluida formasi masuk ke sumur). Jika harga sand content
terlalu tinggi dapat menaikkan denistas yang kemudian menambah beban
pompa sirkulasi lumpur. Penambahan additive dalam percobaan adalah
untuk menaikkan densitas lumpur, dan apabila berdasar efisiensi maka
saya memilih menggunakan barite karena dengan gram yang sedikit
mampu menaikkan harga densitas secara signifikan dan menstabilkan
harga sand content, berbeda dengan carbonate. penambahan Barite akan
menambah densitas dari lumpur. Sehingga Barite dapat dikatakan sebagai
additive yang berfungsi menambah densitas dari lumpur dan secara
langsung mempengaruhi tekanan hidrostatik dari lumpur yang dinyatakan
dengan persamaan :

23

Ph = 0.052 x x h(2-10)
Keterangan :
Ph
=

= Tekanan Hidrostatik, psi

Densitas lumpur, ppg


h

= Kedalaman, ft

2.6.1. Pembahasan Soal


1. Dilihat dari hasil percobaan diatas, jelaskan apakah barite dan
CaCO3 mempunyai fungsi yang sama?
Jawab:
CaCO3 dan barite mempunyai fungsi yang sama sebagai additive
untuk menaikkan densitas lumpur. CaCO3 dan lumpur digunakan
pada lumpur didasar minyak. Barite dapa menaikkan densitas
lumpur dasar dari 8.65 ppg menjadi 8.75 ppg dengan ditambahkan
5 gram barite, sedangkan CaCO3 dapat menaikkan densitas lumpur
dasar dari 8.65 ppg menjadi 8.80 ppg dengan ditambahkan 15 gram
CaCO3.
2. Jika saudara bekerja sebagai Mud Engineer pada suatu operasi
pemboran, berdasarkan pengalaman densitas lumpur yang akan
digunakan berkisar antara 9-14 ppg. Dari dua jenis material
pemberat diatas material manakah yang akan saudara gunakan ?
berikan alasannya.
Jawab:
Material pemberat yang saya gunakan adalah material barite.
Karena dari data diatas terlihat jelas bahwa penambahan material
barite sebesar 5 gram akan menaikkan densitas lumpur baru
sebesar 0.10 ppg menjadi 8.75 ppg serta sand content hanya 0.5 %.
Berbeda dengan CaCO3 dimana untuk mencapai densitas lumpur
baru sebesar 8.75 ppg serta ssand content hanya 0.5 %. Berbeda
dengan CaCO3 dimana untuk mencapai densitas lumpur sebesar
8.75 ppg perlu ditambahkan 10 gram CaCO 3 lebih besar dibanding

24

bentonite. Yaitu 0.75 %. Sehingga dari data diatas, penggunaan


barite juga lebih ekonomis.
3. Barite ( BaSO4 ) mempunyai SG dari 4,2 4,5. Dari data diatas
perkirakan SG dari barite tersebut. Jika diketahui SG bentonite =
2,6.
Diketahui

ml

8.33 ppg

SG Bentonite

= 2.6

% Volume = 0.5%
Ditanya

Jawab

SG Barite ?

mb =

ml x SG Bentonite

= 8.33 ppg x 2.6


= 21.658 ppg
Vs
( mb ml )
x 100 =
x 100
V mb
Sml
0.5=

( 21.658 ppg8.33 ppg )


S 8.33 ppg

0.5 S 4.165 ppg=13.328 ppg


0.5 S =17.491 ppg
S =17.491 ppg x 2=34.986 ppg

SG barite =

SG barite =

s
ml

34.986 ppg
=4.2
8.33 ppg

4. Dari jawaban soal no.3, perhatikan harga yang diperoleh tersebut


berada didalam range SG barite seperti tertulis dalam soal? Jika ya

25

tentukan apakah barite tersebut termasuk pure barite / API0 Barite?


Jika tidak jelaskan sebabnya !
Jawab:
Berdasarkan jawaban no. 3 maka harga SG barite yang didapat
sebesar 4,2. Seperti yang termasuk didalam range SG dalam soal
no.3 berite tersebut merupakan pure barite.
5. Dari tabel diatas terlihat bahwa selain densitas juga diukur kadar
pasir. Jelaskan secara singkat mengapa perlu dilakukan pengukuran
kadar pasir dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dalam
operasi pemboran !
Jawab:

Karena pasir akan mempengaruhi karakteristik lumpur yang


disirkulasikan, dalam hal ini pasir mempengaruhi densitas dari
lumpur. Densitas yang disirkulasikan dan mengandung pasir
akan mengalami kenaikan densitas dan apabila dibiarkan maka
pompa sirkulasi lumpur akan mengalami penambahan bebaqn
kerja dalam mensirkulasi lumpur. Selain itu, lumpur yang
densitas besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi
(lost circulation)

Cara

mengatasinya

adalah

dengan

proses

conditioning

equipment yang berfungsi menghilangkan partikel yang masuk


ke dalam lumpur selama sirkulasi. Terdiri dari:
-

Shale Shaker
membersihkan lumpur dari serpihan atau cutting yang
berukuran besar.

Degasser
Membersihkan lumpur dari gas yang masuk

Desander
Membersihkan

lumpur

dari

partikel

berukuran kecil dan lolos dari shale shaker


-

Desilter

apdatan

yang

26

Sama dengan desander, tetapi desilter dapat membersihkan


partikel yang berukuran lebih kecil.
6. Pada saat ini selain barite dapat juga digunakan hematite (Fe 2O3)
dan Ilmenite ( FeO.TiO2 ) sebagai density control additive.
Hematite mempunyai harga SG antara 4,9 5,3. Sedangkan
ilminate dari 4,5 5,11 dengan kekerasan masing masing 2 kali
lebih dari barite. Dari data tersebut, buatlah analisa kelebihan dan
kekurangan additive tersebut jika di bandingkan dengan barite !
Jawab :
Kelebihan:
Pengontrolan tekanan statik lumour akan lebih mudah dilakukan,
karena dengan SG yang kecil kenaikkan ataupun penurunan dari
tekanan statik lumpur tidak signifikan (besar).

Cocok untuk pemboran yang dangkal (tidak terlalu dalam).

Lost circulation akan lebih mudah dicegah.

Kekurangan:

Karena dua kali lebih keras dari


barrite, partikelnya akan sukar untuk larut dan bercampur
denga lumpur lama.

Tidak

ekonomis

apabila

ingin

menaikkan Densitas yang cukup besar, karena nilai SG-nya


kecil, sehingga harus diperlukan dalam jumlah yang cukup
banyak dibandingkan dengan barrite.

Tidak sesuai dengan pemboran


denga tekanan formasi yang cukup tinggi.

7. Galena ( PbS ) mempunyai harga sekitar 7,5 dan dapat digunakan


untuk membuat lumpur dengan densitas lebih dari 19 ppg. Jelaskan
mengapa material ini jarang digunakan sebagai density control
additive dan hanya digunakan untuk masalah masalah pemboran
khusus.?
Jawab :

27

Material Galena (Pbs) jarang digunakan sebagai density control


additive karena debsitas Lumpur yang dihasilkan sangat tinggi
(lebih dari 19 ppg). Apabila diterapkan dalam pemboran biasa,
yang terjadi adalah lost circulation (lumpur hilang ke formasi). Jadi
penggunaan material Galena (PbS) cocok untuk pemboranpemboran tertentu khususnya untuk sumur yang memiliki tekanan
formasi yang tinggi.
8. Suatu saat saudara berada dilokasi pemboran . pada saat itu bit
mencapai kedalaman 1600ft. Saudara diharuskan menaikkan
densitas dari 200bbl lumpur 11ppg menjadi 11,5ppg dengan
menggunakan barite ( SG = 4,2 ) dengan catatan bahwa volume
akhir tidak dibatasi hitung jumlah barite yang dibutuhkan ( dalam
lb ) !
Diketahui:
Vml = 200 bbl = 200 x 42 = 8400 gallon
ml = 11 ppg
air = 8.33 ppg
mb = 11.5 ppg
SGbarite = 4.2
Ditanya: Wbarite?
Jawab:
s =SG Barite x air
s =4.2 x 8.33 ppg=34.986 ppg

W barite =

( mbml )
s mb

x V ml x s

W barite =

( 11.5 ppg11 ppg )


x 8400 gallonx 34.986 ppg
34.986 ppg11.5 ppg

W barite =

0.5
x 8400 x 35
23.486

28

W barite =6255.319

lb
gal

9. Sebutkan hal-hal yang terjadi akibat sand content terlalu besar!


1. Dapat

mempengaruhi

karakteristik

lumpur

yang

akan

disirkulasikan.
2. Meningkatkan densitas lumpur sehingga dapat menambah
beban pompa saat sirkulasi lumpur.
3. Dapat merusak peralatan pemboran, karena sand content
bersifat abrasive.
4. Rusaknya peralatan akan menambah cost.
2.7.

Kesimpulan
1. Material yang ditambahkan untuk merawat lumpur agar sesuai sifat
yang dibutuhkan adalah material additive. Contohnya dextrid dan
bentonite.
2. Densitas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan lost circulation,
densitas yang terlalu rendah dapat menyebabkan kick.
3. Kadar minyak yang ideal didalam lumpur pemboran berkisar 1520%
4. Penambahan

barite

meningkatkan

densitas

lebih

besar

dibandingkan Calcium Carbonate (CaCO3)


5. Dari data diatas dapat disimpulkan untuk kadar pasir (%) untuk
barite 0.5 % dan kadar pasir untuk penambahan CaCO3 0.75 %.

Anda mungkin juga menyukai