PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tanaman penghasil senyawa Azadirakitin
2. Mengetahui proses ekstraksi, fraksinasi, dan isolasi tanaman penghasil
senyawa Azadirakitin
3. Mengetahui cara identifikasi kualitatif dan kuantitatif dari senyawa
Azadirakitin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Azadirachtin
Azadirachtin merupakan molekul kimia C35H44O16 yang termasuk dalam
kelompok triterpenoid. Struktur senyawa azadirachtin :
(1.a)
(1.b)
Gambar (1.a) Pohon mimba dan (1.b) daun mimba
(Aradilla, 2009)
Aedes
Daun mimba yang sudah dikeringkan lalu diserbukkan dan disaring dengan
saringan 60 mesh. Sekitar 500 gram serbuk daun mimba dimaserasi dengan nheksana sebanyak 1,5 L
2.
3.
4.
Dilanjutkan dengan partisi kedua dengan mengunakan etil asetat - air dengan
perbandingan 1:1
5.
6.
2.4 Fraksinasi
ekstrak
daun
mimba
dengan
metode
Vacuum
Liquid
Chromatography (VLC)
Cara kerja
1. Penyarian serbuk daun mimba
Penyarian serbuk daun mimba dilakukan dengan metode maserasi. Serbuk
kering daun mimba direndam dalam bejana tertutup dengan pelarut kloroform
selama 24 jam, sambil digojog di atas shaker, kemudian disaring dengan corong
Buchner. Prosedur ini diulang tiga kali untuk mendapatkan ekstrak kloroform.
2. Fraksinasi VLC
Fraksinasi dilakukan menurut Coll dan Bowden (1986) yang dimodifikasi
dengan fase diam silica gel PF254 dan fase gerak bervariasi (n-heksana100%; nheksana: etil asetat = 15:1, 9:1, 5:1, 1:1, 1:5 (v/v); etil asetat 100%; metanol:
n-heksana dengan jarak pemisahan cukup jauh, sehingga dapat digunakan dalam
pemisahan menggunakan kromatografi kolom.
Seberat 2,50 g ekstrak kental nheksana dipisahkan dengan kromatografi
kolom, menggunakan sebanyak 100 g silika gel 60, dan fase gerak campuran
kloroform : n-heksana (9:1). Kecepatan alir fase gerak yang digunakan adalah
kira-kira 1mL/1 menit. Eluat ditampung disetiap 3 mL sampai menghasilkan 151
fraksi. Keseratus lima puluh satu botol eluat tersebut, dikromatografi lapis tipis.
Berdasarkan pola noda hasil analisis KLT, ke-151 eluat tersebut dapat
digabungkan dan dikelompokan menjadi tiga kelompok fraksi.
Ketiga kelompok fraksi tersebut masing-masing diuji toksisitasnya
terhadap larva nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan hasil uji toksisitas didapat
ketiga fraksi, F3 memiliki aktivitas paling toksik terhadap larva nyamuk Aedes
aegypti dengan LC50 = 58,70 ppm, namun fraksi F1 yang paling memungkinkan
untuk dilanjutkan pada tahap analisis berikutnya. Mengingat syarat isolat dapat
diidentifikasi lebih lanjut dengan metode spektroskopi itu harus relatif murni
secara KLT, yaitu paling tidak memiliki satu noda. Sedangkan fraksi F 3 pada saat
KLT penggabungan memiliki tiga noda artinya belum murni secara KLT, selain
juga jumlah fraksi F3 sedikit, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan
pemisahan lebih lanjut. Jadi dalam penelitian ini yang dilanjutkan untuk
diidentifikasi lebih lanjut adalah fraksi F1, karena fraksi F1 relatif cukup toksik
dengan LC50 = 78, 45 ppm.
Fraksi F1 yang bersifat toksik dan relatif murni dari hasil uji toksisitas
terhadap
larva
nyamuk
Aedes
aegypti
selanjutnya
diuji
kemurnianya
Tempat
sampel
monokroma
tor
detektor
rekorder
amplifie
r
gas yang stabil sedangkan fasa diamnya berupa zat padat atau zat cair yang mudah
menguap. Cuplikan yang dapat dipisahkan dengan metode ini harus mudah
menguap. Metode ini sangat cepat bekerjanya, dalam waktu beberapa detik dapat
memisahkan secara sempurna, selain itu konsentrasi cuplikan sangat rendah
dengan konsentrasi cuplikan sampai mg/l. Kromatografi gas dapat juga digunakan
untuk analisis kualitatif atau kuantitatif senyawa organik. Cuplikan dalam bentuk
uap di bawa oleh aliran gas kedalam kolom pemisah, hasil pemisahan dapat
dianalisis dari kromatografi. Kromatogram adalah kurva yang diperoleh dari
pengukuran kromatografi. Alat yang digunakan untuk percobaan ini disebut
kromatograf (Hendayana, 1994).
2. Kromatografi Gas - spektrometer massa (GC - MS)
GC - MS merupakan gabungan antara kromatografi gas dengan
spektrometer massa. Sampel yang di analisis menggunakan GC - MS akan
menunjukkan berat molekul senyawa yang di analisis.
Kromatografi gas adalah suatu metode pemisahan campuran menjadi
komponen - komponen penyusunnya. Kromatografi gas dapat digunakan untuk
analisis kuantitati secara organik. Cuplikan dalam bentuk uap dapat di bawa oleh
aliran gas ke dalam kolom pemisahan, hasil pemisahan dapat di analisis dengan
kromatografi ini. Jumlah puncak menunjukkan senyawa yang terdapat dalam
cuplikan sedangkan luas permukaan menunjukkan konsentrasi senyawa.
Spektrometer massa merupakan alat untuk menentukan massa (berat)
molekul. Hasil - hasil yang di bentuk, ion - ion tidak bermuatan, yang massa massa limpahan relatifnya ditunjukkan dalam spektrum massa (Sastrohamidjojo,
2001).
sering kali untuk menentukan bobot molekul suatu senyawa dari spektrum
massanya.
BAB III
PENUTUP
3.1 simpulan
berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. tanaman yang dapat menghasilkan senyawa Azadirachtin yaitu tanaman mimba
(Azadirachta indica) yang mempunyai nama lain Antelaea azadirachta (L.)
Adelb., Azedarach fraxinifolia Moench, Melia azadirachta L., M. Fraxinifolia
Adelb., M. indica (A.Juss.) Brandis, M. pinnata Stokes.
2. Proses ekstraksi pada tanaman Azadirachta indica yaitu menggunakan metode
maserasi, proses fraksinasi daun mimba menggunakan metode Vacuum Liquid
Chromatography (VLC), sedangkan proses isolasi tanaman mimba ini dilakukan
dengan teknik kromatografi kolom.
3. Cara identifikasi kualitatif untuk senyawa Azadirachtin digunakan metode analisis
Ifra Red (IR), Dari hasil spektrum IR dapat dianalisis gugus fungsi yang terdapat
pada senyawa tersebut, dan identifikasi kuantitatif untuk senyawa Azadirachtin ini
menggunakan Kromatografi Gas - spektrometer massa (GC - MS), dengan
menentukan bobot molekul suatu senyawa dari spektrum massanya.
DAFTAR PUSTAKA