Anda di halaman 1dari 9

Dasar Teori

Manusia membutuhkan zat asam (O2) secara terus-menerus. Selain itu


CO2 yang merupakan hasil metabolisme juga harus secara terus-menerus
dikeluarkan dari tubuh. agar kedua proses itu terjadi, maka harus ada
pertukaran gas antara tubuh dengan atmosfir. Pertukaran gas ini disebut
respirasi. Dalam arti kata yang lebih luas, respirasi meliputi pertukaran gas
antara atmosfir dengan paru-paru yang dikenal dengan istilah pernapasan,
transport O2 dari paru-paru ke sel-sel jaringan dan transport CO 2 dari sel-sel
jaringan ke paru-paru, dan yang terakhir adalah penggunaan O2 oleh sel-sel
jaringan yang disebut respirasi sel (Waluyo, 2006: 257).
Pernapasan (sebagai istilah yang umumnya digunakan) atau respirasi
mencakup 2 proses: pernapasan eksterna, absorpsi O2 dan pembuangan CO2
dari badan secara keseluruhan, serta pernapasan interna, penggunaan O2 dan
produksi CO2 oleh sel dan pertukaran gas antara sel dan medium cairannya
(Ganong, 1995: 609).
Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung,
faring, trakea, bronkus, paru-paru (bronkiol dan alveolus).
1. Rongga hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum
nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat
kelenjar minyak (kelenjar sebasea). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. selain
itu terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring
partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan
udara yang masuk (Waluyo, 2006: 258-259).
2. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Pharynx adalah
bagian dari systema digestiva yang terletak dibelakang cavum nasi,
cavum oris, dan larynx. Oleh karena itu pharynx dibagi menjadi pars
nasalis (naso-pharynx), pars oralis (oro-pharynx), dan pars laryngea
(laryngo-pharynx). Pharynx membentang mulai dari basis cranii ke
bawah sampai dengan batas bawah cartilago cricoidea, yang kemudian

melanjutkan diri sebagai esophagus. Pharynx adalah suatu pipa yang


tersusun atas oto-otot dan lapisan fibrous yang dilapisi oleh suatu
membran mucoss. Pharynx dihubungkan sebagai saluran bersama
antara saluran makanan dan jalannya udara pernafasan (Gardner, Gray,
dan ORahilly, 1991: 126).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara
bergetar dan terdengar sebagai suara (Waluyo, 2006: 259).
3. Trakea
Trakea merupakan jalan masuknya udara yang ditandai oleh
dinding tulang rawan, dan percabangannya disebut bronkus (Feneis,
1997: 144).
Trakea (tenggorokan) berupa pipa yang panjangnya

10 cm,

terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torac).


Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang
rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan
(Waluyo, 2006: 259).
4. Bronkus
Bronki atau bronchi merupakan cabang-cabang trakea (Feneis,
1997: 144).
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus
sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak
teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabangcabang lagi menjadi bronkiolus (Waluyo, 2006: 259).
5. Paru-paru (bronkiol dan alveolus)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, dibagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi
oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru dibungkus oleh dua
selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan
selaput yang menyeliputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

Gambar 1. Struktur paru-paru


Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong
kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau
mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan disitu
banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi
gas pernapasan (Waluyo, 2006: 259-260).
Gambar
Alveolus

2.
yang

diperbesar

Histologi paru meliputi:


o Kecuali pada hilus, paru dikelilingi oleh kapsula jaringan ikat
tipis superfisial. Mesotel selapis gepeng bersandar pada kapsula
ini.
o Sel mesotel pleura mempunyai mikrovili apikal yang sedikit,
mensekresi pelumas seperti air ke dalam rongga pleura dan
bersandar pada membran basalis yang tipis.
o Mesotel membentuk batas ke dua ruang

pleura

dan

memungkinkan paru bergerak dengan bebas terhadap dinding


tubuh dan diafragma.

o Kapilar alveoli dan alveoli erat berlekatan melalui jaringan ikat


tipis. Pada tempat keduanya erat berlekatan, jaringan ikat
terutama tidak lebih dari suatu serta kolagen atau juluran
fibroblas yang terputus-putus.
o Jaringan ikat yang lebih banyak mengelilingi cabang besar jalan
napas. Misalnya, jaringan ini mengikat bronkus dan arteri
pulmonalis bersama-sama.
o Unsur jaringan ikat lainnya menggabungkan vena, limfa, dan
saraf ke struktur paru lainnya dan septum jaringan ikat membagi
segmen bronkopulmonalis (Johnson, 1994: 259-261).
Dalam respirasi, umumnya terdiri atas inspirasi dan ekspirasi. Alatalat yang mendukung respirasi adalah: paru-paru dan salurannya, diafragma,
tulang iga, otot-otot perut, dan rongga dada.
Pada saat inspirasi: diafragma kontraksi, maka diafragma akan tertarik
ke bawah sehingga menekan isi perut, rongga dada menjadi luas, tekanan
dalam rongga dada mengecil sehingga terjadi udara dari atmosfir masuk ke
dalam paru-paru. Dengan adanya keelastisitasan paru-paru untuk menarik
kembali diafragma dalam posisi relaksasi maka rongga dada menjadi kecil
volumenya kembali, maka terjadilah ekspirasi.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut terjadi bersamaan.
Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar
tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang
rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekana dalam
rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar
sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
2) Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau
kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang
diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Sehingga akibatnya, tekanan di dalam rongga

dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara

dalam rongga dada yang kaya carbondioksida keluar.


Pernapasan perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya
melibatkan aktivitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut
dan rongga dada. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Fase inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi
sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar
dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
2) Fase ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya
otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang)
sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar,
akibatnya udara keluar dari paru-paru (Waluyo, 2006: 261-262).
Sistem pernapasan dibentuk oleh organ penukar gas (paru-paru) dan

pompa yang memventilasikan paru. Pompa ini terdiri dari dinding dada, otot
pernapasan yang meningkatkan dan menurunkan ukuran cavitas thoracis,
pusat di dalam otak yang mengendalikan otot, serta jaras dan saraf yang
menghubungkan otak ke otot (Ganong, 1995: 609).
Otot-otot

pernapasan

merupakan

sumber

kekuatan

untuk

menghembuskan udara. Otot abdominal mempunyai peran penting sebagai


otot bantu pernapasan. Diafragma dibantu oleh otot-otot yang dapat
mengangkat tulang rusuk dan tulang dada merupakan otot utama yang ikut
berperan meningkatkan volume paru. Pada saat inspirasi, otot-otot sebelah
luar mengalami kontraksi sehingga menekan diafragma ke bawah dan
mengangkat rongga dada untuk membantu udara masuk ke dalam paru.
Pada fase ekspirasi, otot-otot mengangkat diafragma dan menarik rongga
dada untuk mengeluarkan udara dari paru. Melalui proses ventilasi tersebut
dapat diketahui bagaimana volume dan kapasitas vital paru dalam menerima
maupun mengeluarkan udara pernapasan (Yunani, Puspitasari, dan
Sulistiyawati, 2013: 128).
Kapasitas vital merupakan jumlah udara terbesar yang dapat
diekspirasikan setelah usaha inspirasi maksimum (Ganong, 1995: 613).

Kapasitas vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume


tidal + volume cadangan ekspirasi. Besarnya

4600 ml, dan merupakan

jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih
dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya
sebanyak banyaknya (Rasyid, 2010: Online).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru:
Usia
Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung
sebanyak

5 liter. Waktu ekspirasi di dalam paru-paru masih

tertinggal

3 liter udara. Pada waktu bernapas biasa udara yang

masuk ke dalam paru-paru 2600 cc (2,5 liter) jumlah pernapasan.


Dalam keadaan normal:
Orang dewasa
: 16-18 kali per menit
Anak-anak
: 24 kali per menit
Bayi kira-kira
: 30 kali per menit
Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa orang dewasa
jumlah pernapasaanya antara 16-18 kali per menit, pada anak-anak
sekitar 24 kali per menit sedangkan pada bayi kira-kira 30 kali per
menit. Walaupun dalam pernapasan pada orang dewasa lebih sedikit
daripada anak-anak dan bayi, akan tetapi kapasitas vital paru orang
dewasa lebih besar dibandingkan dengan anak-anak dan bayi. Dalam
keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah misalnya akibat dari
suatu penyakit, pernapasan bisa nertambah cepat dan sebaliknya.
Jenis kelamin
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20
sampai 25 persen lebih kecil daripada pria. Menurut Jan Tambayong,
kapasitas vital pria 4,8 liter dan wanita 3,1 liter, yang artinya bahwa
pria memiliki kapasitas vital paru lebih besar daripada wanita.
Kebiasaan merokok
Merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan
dengan bahaya kesehatan akibat kerja.
Kebiasaan olahraga
Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang
melakukan olahraga. Olahraga dapat meningkatkan aliran darah

melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke


dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum.
Kapasitas vital pada seorang atlet lebih besar daripada orang yang
tidak pernah berolahraga.
Status gizi
Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru.
Orang kurus panjang biasanya kapasitasnya lebih dari orang gemuk
pendek.
Riwayat penyakit paru
Kapasitas vital paru akan berkurang karena penyakit paru-paru,
pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan
kelemahan otot paru-paru. Penyakit yang dapat mempengaruhi
kapasitas vital paru, meliputi:
Emfisema paru kronik
Pneumonia
Atelektasi
Asma
Tuberkulosis
Pemakaian APD (Pernapasan)
Alat pelindung diri (ADP) adalah seperangkat alat yang
digunaka tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh
tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. ADP
tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh tenaga kerja, tetapi
akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.
Alat pelindung pernafasan memberikan perlindungan terhadap
sumber bahaya di udara tempat kerja, seperti: pencemaran udara oleh
gas (uap), pencemaran oleh partikel (debu, asap, fumes), kekuranga O2
Pencemaran udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau
zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan sususnan
(komposisi) udara dari keadaan normalnya (Rasyid, 2010: Online).

Daftar Pustaka

Feneis, Heinz. 1997. Atlas Saku & Teks Anatomi Manusia Berdasarkan
Nomenklatur Internasional. Alih bahasa oleh Awal Prasetyo. 1976. Jakarta:
Hipokrates.
Ganong, W. F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical
Physiology). Alih bahasa oleh Petrus Andrianto. 1989. Jakarta: EGC.
Gardner, Gray, dan ORahilly. 1991. Anatomi. Terjemahan oleh Purwanto.
Jember: Universitas Jember.
Johnson, K. E. 1994. Seri Kapita Selekta Histologi dan Biologi Sel. Terjemahan
oleh F. Arifin Gunawijaya. Jakarta: Binarupa Aksara.
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember: Jember University Press.
Jurnal
Yunani, Puspitasari, D., dan Sulistiyawati, E. 2013. Perbedaan Kapasitas Vital
Paru Sebelum dan Sesudah Berenang Pada Wisatawan di Kolam Renang
Taman Rekreasi Kartini Rembang. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 1 (2). 127-131: Departemen Keperawatan Medikal Bedah STIKES
Karya Husada Semarang. [18/04/2015].
Internet
Rasyid, R. A. 2010. Kapasitas Paru-Paru Sebelum dan Sesudah Olahraga.
https://www.scribd.com/doc/27970036/Kapasitas-Paru-Paru-Sebelum-danSesudah-Berolahraga. [19/04/2015].

Anda mungkin juga menyukai