Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI


DI RUANG BOUGENVIL (VK BERSALIN) RSUD TUGUREJO
SEMARANG

Nama Mahasiswa : Diah Retnani


NIM : P1337420114061
Nama Pembimbing dan Tanda Tangan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN
SEMARANG
2015/2016

A. DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum
persalinan,1 jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan.Pecahnya selaput
ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun
B.

kehamilan aterm.
ETIOLOGI
Pada kebanyakan kasus belum duketahui.
Faktor predisposisi ketuban pecah dini :
Infeksi vagina atau servik
Servik inkompeten
Gameli
Hidramion
Kehamilan preterm
Fetal abnormal / malpersentasi
Amniosentesis
Defissiensi nutrisi
Solusio plasenta

C.

MANIFESTASI KLINIS
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikitsedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba
4. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.

Adapun tanda gejala yang biasanya timbul :


Kemungkinan

Gejala yang timbul serta tanda Tanda

yang terjadi

dan

gejala

yang

timbul
Pecah ketuban > Rabas vagina berair
sebelum
persalinan

dan

gejala

yang

biasanya kadang kala timbul


Cairan menetes secara berkala
atau terpancar secara tiba-tiba
Cairan terlihat pada introitus
2

Tidak ada kontraksi dalam 1


Amnionitis

jam
Rabas vagina berair dan berbau
Riwayat kehilangan cairan
busuk setelah gestasi 22 minggu Nyeri tekan uterus

Vaginitis

Demam/menggigil

DJJ cepat

Nyeri abdomen

Pendarahan pervagina ringan

Rabas vagina berbau busuk

Gatal

Tidak ada riwayat kehilangan


Rabas berbusa / warna didih
cairan
Kemungkinan

Disuria
Rabas vagina berair atau lendir
Pembukaan

persalinan term bercampur darah


/ preterm
Hemoragik

Nyeri abdomen

Rabas vagina berdarah

antepartum

dan

pelunakan

serviks
Kontraksi
Nyeri abdomen
Kehilangan pergerakan pada
janin
Pendarahan pervaginam

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
3. Banyak teori, yang menentukan hal hal diatas seperti defek kromosom, kelainan
kolagen sampai infeksi.
4. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion
dan trofoblas.
Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput
korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

E.

KOMPLIKASI KPD
1. Infeksi intra uterin
2. Infeksi puerperalis
3. Partus lama
4. HPP
5. Syn diformitas janin
6. Tali pusat menumbung
7. Kelahiran premature
8. Amniotic Band Syndrome (kelainan bawaan akibat ketuban
pecah sejak hamil muda).

F.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan
kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4 - 4,7
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1 - 7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif
yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan
air seni.
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau
melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
3. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin
4. ProteinC-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis
G. PENATALAKSAAN
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu,
penatalaksanaan ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci, sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim. Memberikan
profilaksis antibiotik dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu
diperhatikan. Disamping itu makin kecil umur kehamilan makin besar peluang terjadi
infeksi dalam lahir yang dapat memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat
janin kurang dari 1 kg (Manuaba, 1998).
4

1. Penanganan Konservatif
a.
Rawat di rumah sakit
b.
Berikan antibiotika (Ampicillin 4 x 500 mg/eritromisin) dan Metronidazole.
c. Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika umur kehamilan 34-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi berikan
tokolitik, deksametason dan induksi sesudah 2 jam.
e. Jika umur kehamilan 34-37 minggu ada infeksi beri antibiotik dan lakukan induksi.
f. Nilai tanda-tanda infeksi.
g. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memicu kematangan paru
janin (Sarwono, 2001).
2. Penanganan Aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi oxytiksin bila gagal seksio caesaria dapat
pula diberikan Misoprostol 50 mg intra vaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan kehamilan
diakhiri.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KPD
A.

PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
Kehilangan darah yang keluar bersamaan dengan rabasan vagina, . Hipertensi, penyakit
jantung seblumnya.
2. Integritas Ego
Peka rangsang, sangat cemas dan ketakutan
3. Makanan / cairan
Ketidak adekuatan nutrisi, mual / muntah
4. Nyeri / Ketidaknyamanan
Pengeluaran rabas vagina warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan
dalam jumlah sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
Kemungkinan tidak ada kontraksi yang dapat diraba atau kontraksi yang dapat diraba.
Dapat disertai demam > 38 o C.
Kontraksi uterus yang lemah ( his + atau his - ).
5. Keamanan
Dilatasi servik, penurunan janin, dan prolap tali pusat
Kekeringan cairan ketuban.
Bayi praterm atau kecil untuk usia gestasi ( kemungkinan untuk persalinan

cepat /

Persalinan prematur ).
Janin dalam malposisi
5

Servik mungkin kaku/tidak siap


6. Seksualitas
primipara atau multipara
Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramion, gestasi multipel, janin besar
Peningkatan tekanan intrauterin
Infeksi genitalia
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes pranatal : dapat memastikan polihidramion, janin besar, gestasi multipel
Tes kontraksi : mengkaji keejahteraan janin
Ultrasound : Menentukan usia kehamilan dan indeks cairan amnion
Pemeriksaan jumlah sel leukosit darah: penentu terjadinya infeksi
Pemeriksaan spekulum : pengkajian rabas vagina ( jumlah, warna dan bau )
Pemeriksaan Nitrazin : Penentuan sekresi vagina atau cairan amnion
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi infeksi b. d Peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban
amniotik
2. Kerusakan pertukaran gas pada janin b. d kompresi

mekanis kepala/tali pusat,

penurunan perfusi plasenta.


3. Resiko tinggi infeksi terhadap maternal b. d pemajanan patogen dan pecahnya
ketuban.
4. Resiko tinggi cidera pada janin b. d malpersentasi dan pencetus kelahiran,
5. Resiko tinggi cidera pada maternal b. d obstruksi mekanis, penurunan otot dan
keletihan maternal.
6. Kerusakan pertukaran gas b. d ketidakadekuatan kadar surfaktan, imaturitas otot
anteriol pulmonal dan imaturitas sistem saraf pusat (SSP).
7. Gangguan rasa nyaman : nyeri b. d kejadian yang cepat, kontraksi otot kuat ; isu-isu
psikologis.
8. Berduka b. d kematian janin/byi
9. Asientas ( ketakutan b. d krisis situasional, ancaman yang dirasakan pada klien/janin
dan penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi infeksi b. d Peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban
amniotik
Kriteria hasil : Bebas dari infeksi
6

Intervensi
Mandiri
Berikan

Rasional

sebanyak

mungkin

privasi Menurunkan kemungkinan kontaminasi

dalam kasus kelahiran diluar rumah


sakit yang tidak direncanakan. Siapkan
alas melahirkan yang bersih dengan
menggunakan handuk bersih, pakaian
yang dibalik, atau koran yang tidak
dipakai letakan dibawah bokong.
Cuci tangan, kenakan sarung tangan Menurunkan kemungkinan infeksi pasca
steril, tempatkan handuk seril dibawah melahirkan.
bokong,

dan

semprotkan

larutan

povidon-iodin ( betadin ) ke perineum


bila waktu memungkinkan di rumah
sakit.
Bungkus tali pusat yang berada di vulva Untuk menghindari terpajanya dengan
dengan kain hangat yang dilapisi plastik kuman patogen.
bila terjadi prolap tali pusat
Kolaborasi
Angkat kain penghalas / koran bila Menghambat
basah

media

yang

dapat

mendukung pertumbuhan patogen

Catat waktu pecah ketuban. Perhatikan Pecah ketuban dapat meningkatkan resiko
jumlah dan warna darinase.

infeksi asenden. Karakteristik drainase


dapat menandakan adanya infeksi.

2. Resiko tinggi cidera pada janin b. d malpersentasi dan pencetus kelahiran. Dan KPD
Tujuan : Berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan
menurunkan faktor resiko yang teridentifikasi.
Kriteria hasil : menunjikan denyut jantung janin ( DJJ ) dalam batas normal
Intervensi

Rasional
7

Mandiri
Kaji DJJ secara manual atau elektronik. Mendeteksi
Perhatikan

variabelitas,

respon

perubahan variabelitas

yang

abnormal,

seperti

dilebih-lebihkan,

periodik, dan frekuensi dasar. Bila pada bradikardi dan takikardi yang mungkin
pusat kelahiran alternatif (PKA), periksa disebabkan oleh stres, hipoksia, asodosis
irama jantung janin antara kontraksi atau sepsis
dengan

menggunakan

doptone.

Jumlahkan selama 10 mnt, istirahatkan


selama 5 mnt dan jumlahkan lagi selama
10 mnt. Lanjutkan pola ini sepanjang
kontraksi

sampai

pertengahan

diantaranya dan setelah kontraksi.


Perhatikan

tekanan

uterus

selama Tekanan istirahat lebih besar dari 30 mmHg

istirahat dan fase kontraksi melalui atau tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg
kateter tekanan intrauterus bila tersedia.

menurunkan atau mengganggu oksigenasi


dalam ruang intravilos.

Identifikasi
dehidrasi,

faktor-faktor
asidosis,

maternal Kadang-kadang,

asientas

sindrom vena kava.

atau (seperti

prosedur

membalikan

klien

sederhana
ke

posisi

rekumben lateral) meningkatkan sirkulasi


darah dan oksigen ke uterus dan plasenta
serta dapat mencegah atau memperbaiki
hipoksia janin.

Kolaborasi
Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Kontraksi yang terjadi tiap 2 mnt kurang
Beri tahu dokter bila frekuensi 2 mnt tidak mungkinkan Oksigenasi adekuat dari
atau kurang.

ruang intravilos

Kaji malposisi dengan menggunakan Menentukan pembaringan janin, posisi, dan


manuver

Leopold

dan

temuan persentasi dapat mengidentifikasi faktor-

pemeriksaan internal (lokasi fontanel faktor yang memperberat disfungsional


dan sutura kranial). Tinjau ulang hasil persalinan.
ultrasonografi.
8

Pantau penurunan janin pada jalan lahir Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam
dalam hubungannya dengan kolumna untuk primipara tau kurang 2 cm/jam untuk
vetebralis iskial.

multipara, dapat menandakan KPD atau


mal posisi.

Atur

pemindahan

pada

lingkungan Resiko

cidera

atau

kematian

janin

perawatan akut bila malposisi dideteksi meningkat dengan melahirkan pervaginam


pada klien PKA.

bila persentasi verteks

Siapkan untuk metode melahirkan yang Persentasi ini meningkatkan resiko KPD,
palin layak, bila janin pada persentase karena diameter lebih besar dari tengkorak
kening, wajah atau dagu.

janin masuk ke pelvis .

Kaji terhadap henti transversa dalam Kegagalan verteks untuk memutar penuh
dari kepala janin.

dari posisi oksiput posterior ke posisi


oksiput

anterior

dapat

mengakibatkan

posisi transversa, penghentian persalinan


dan kebutuhan kelahiran sesaria.
Biarkan klien memilih posisi tangan dan Posisi ini mendorong pemutaran anterior
lutut atau posisi sim lateral pada sisi dengan memungkinkan kolumna vetebralis
berlawanan di mana oksiput janin janin turun ke arah anterior dinding
diarahkan bila janin pada posisi Op.

abdomen klien (70 % janin pada posisi OP


memutar secara spontan).

Perhatikan warna dan jumlah cairan Kelebihan volume amnion menyebabkan


amnion bila pecah ketuban.

distensi

uterus

berlebihan

yang

dihubungkan dengan anomali janin. Cairan


amnion

mengandung

mekonium

pada

persentasi verteks diakibatkan dari hipoksia


yang menyebabkan stimulasi vagal dan
relaksasi sfingter anal. Tidak adanya
karakteristik cairan amnion mewaspadakan
9

staf terhadap potensial kebutuhan bayi baru


lahir.
Observasi terhadap prolap tali pusat Prolap tali pusat lebih memungkinka terjadi
samar atau dapat dilihat bila pecah pada persentase bokong, karena begian
ketuban dan untuk deselerasi variabel perentase tidak menonjol kuat, juga tidak
pada strip pemantauan, khususnya bila secara total memblok tulang seperti pada
janin pada persentasi bokong.

presentase verteks.

Perhatikan bau perubahan warna cairan Infeksi asenden dan sepsis disertai dengan
amnion pada pecah ketuban lama.

takikardi

dapat

terjadi

pada

pecahan

ketuban lama.
Dapatkan kultur bila temuan abnormal.

Mencegah/ mengatasi infeksi asenden dan

Berikan antibiotik pada klien sesuai akan melindungi janin juga.


indikasi.
Siapkan untuk melahirkan pada posisi Melahirkan

dalam

posisi

posterior

posterior, bila janin gagal memutar dari mengakibatkan insiden lebih tinggi dari
op ke oa ( wajah ke pubis). Sedangkan laserasi
penggunaan
digunakan

ganda
untuk

forsep
memutar

maternal.

Melahirkan

dengan

dapat menggunakan aplikasi ganda forsep.


dan

melahirkan janin.
.
Siapkan untuk melahirkan sesar bila
persentasi bokong terjadi, janin gagal
turun, kemajuan persalinan berhenti atau
teridentifikasi CPD.

3. Kerusakan pertukaran gas pada janin b. d kompresi mekanis kepala/tali pusat, penurunan
perfusi plasenta.
Tujuan : - Mempertahankan kontrol pernafasan
10

- Menggunakan posisi yang meningkatkan aliran balik vena/ sirkulasi

plasenta.

Kriteria hasil : Bebas dari variabel atau deselerasi lanjut dengan DJJ DBN
Intervensi
Mandiri

Rasional

Kaji station janin, dan posisi. Bila janin Janin sangat rentan pada bradikadi dan
pada posisi posterior oksiput, tempatkan hipoksia,
klien menyamping.

yang

dihubungkan

dengan

stimulasi vagal selama kompresi kepala.


Malpresentasi seperti wajah, dagu atau
kening dapat memperlambat persalinan dan
meningkatkan resiko terhadap hipoksia dan
kemungkinan perlunya kelahiran sesaria.
Posisi

posterior

persalinan.

meningkatkan

Posisi

rekumben

durasi
lateral

memudahkan rotasi dari posisi posterior


oksiput ke posisi anterior oksiput.
Posisikan klien pada rekumben lateral Meningkatkan perfusi plasenta, mencegah
atau posisi tegak atau miring dari sisi ke sindrom
sisi sesuai indikasi

hipotensif

memindahkan

tekanan

supine,
dari

dan
bagian

presentasi dari tali pusat, meningkatkan


oksigenasi janin menperbaiki pola DJJ
Hindari menempatkan klien pada posisi Menimbulkan hipoksia dan asidosis janin,
dorsal rekumben

menurunkan dasar variabilitas dan sirkulasi


plasenta.

Kaji pola pernafasan klien. Perhatikan Mengidentifikasi pola pernafasan tidak


laporan sensasi kesemutan dari wajah efektif.
atau

tangan,

karpopedal.

pusing

atau

Pada

awalnya,

hiperventilasi

spasme mengakibatkan alkalosis respiratorik dan


meningkatkan PH serum, menuju akhir
persalinan, pH turun dan asidosis terjadi
karena

asam laktat yang dibentuk dari

aktivitas miometrik

11

Kaji DJJ, dengan fetoskop atau monitor Deselerasi dini karena stimulasi vegal dari
janin,

selama

dan

setelah

kontraksi atau upaya mendorong

setiap kopresi kepala harus kembali pada pola


dasar diantara kontraksi

Pantau perubahan periodik DJJ terhadap Deselerasi variabel meandakan hipoksia


deselerasi berat, sedang atau lama. karena kemungkinan terjebaknya tali pusat
Perhatikan adanya deselerasi variabel atau
atau lambat.

pada

tali

pusat

pendek.Deselerasi

lambat

nukal

atau

menandakan

insufisiensi uteroplasenta, yang tidak boleh


dizinkan bila menetap selama lebih dari 30
ment.
Perhatikan

variabilitas

DJJ

pendek dan jangka panjang

jangka Rata-rata perubhan denyut per denyut harus


direntang

dari

sampai

10

dpm,

menandakan integritas SSP janin.


Kolaborasi
Lakukan pemeriksaan vagina steril, Peninggian
rasakan prolap. Bila prolap ada, angkat membebaskan
verteks dari tali pusat.

verteks
tali

membantu

pusat,

yang

dapat

ditekan diantara bagian presentasi dan jalan


lahir.

Pindahkan pada lingkungan perawatan Pada kasus bradikardi atau penurunan


akut, bila klien pad pusat kelahiran variabilitas DJJ, pemantauan lebih invasif,
alternatif.

peralatan perawatan akut atau kelahiran


sesaria dapat dilakukan.

Pantau DJJ secara elektronik dengan Pemantauan

elektronik

memungkinkan

lead internal. Bila bradikardi berat, pengkajian akurat dan kontiniu. Elektroda
muncul deselerai lambat atau deselerasi kulit
variabel lama :

kepala

langsung

secara

akurat

mendeteksi respon janin abnormal dan


penurunan pada variabilitas denyut per
denyut.

Posisikan

klien

pada Meningkatkan volume darah sirkulasi ibu

posisi miring kiri, tingkatkan cairan IV dan perfusi plasenta


biasa.
Meningkatkan

ketersediaan

oksigen
12

Berikan Oksigen pada klien

sirkulasi untuk ambilan janin. Selama tahap


persalinan ini, naiknya proses metabolik
meningkatkan konsumsi O2 dua kali kadar
nomal.
Menentukan kecendrungan pada status

pada asam basa janin. Selama tahap persalinan


pengambilan sampel kulit kepala janin ini naiknya proses metabolik meningkatkan
konsumsi O2 dua kali kadar normal.
intermiten
Cara kelahiran yang cepat harus

Bantu

Siapkan untuk intervensi bedah bila diimplementasikan bila janin mengalami


hipoksia atau asidosis berat atau tidak
kelahiran spontan pervaginam atau
pulih.
melahirkan dengan forsep tidak

sesuai

kebutuhan

memungkinkan

13

DAFTAR PUSTAKA
Nanda International, Nursing Diagnosis: Deffintion & Classification 2009-2011.
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011. Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.
Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta :
EGC.
Prawirohajo, sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT bina pustaka.
Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius.
Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC).
St. Louis: Mosby

14

Anda mungkin juga menyukai