Anda di halaman 1dari 55

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG DAN IDE DASAR


Krisis ekologi kontemporer saat ini umumnya direspon melalui

berbagai

pendekatan dan cara yang pada intinya difokuskan untuk

memperbaiki, memutakhirkan atau memodernisasi hubungan manusia dan


lingkungan hidupnya. Atau yang dikenal sebagai modernisasi ekologi
(manusia). Inti modernisasi ekologi ini terletak pada reformasi hubungan
manusia dan lingkungan hidupnya dengan memperbaharui diskursus
kebijakan, disain kelembagaan dan praktek-praktek perilaku sosial (social
practices) untuk melindungi keberlanjutan kehidupan manusia.
Bila pada awal 1980an inovasi teknologi untuk penanggulangan
pencemaran lingkungan merupakan fokus utama modernisasi ekologi; maka
sejak pertengahan 1990an fokus modernisasi ekologi telah meluas ke dua
isu penting.

Pertama, bergesernya pandangan terhadap penyebab utama

krisis ekologi. Bila semula krisis ekologi dipandang sebagai produk dari
industrialisasi, maka kini krisis ekologi dipandang sebagai tantangan untuk
melakukan reformasi kehidupan sosial, teknis, dan ekonomi. Kedua, institusiinstitusi

penting

yang

berkaitan

dengan

modernitas,

seperti

ilmu

pengetahuan dan teknologi, konsumsi dan produksi, politik dan tatakelola


(governance) serta mekanisme pasar, baik yang beroperasi pada aras lokal,
nasional, maupun global; kini menjadi fokus utama modernisasi ekologi.

Kebijakan

nasional

penataan

ruang

secara

formal

ditetapkan

bersamaan dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992


tentang Penataan Ruang [UU 24/1992], yang kemudian diperbaharui dengan
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 [UU 26/2007]. Kebijakan tersebut
ditujukan untuk mewujudkan kualitas tata ruang nasional yang semakin
baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan kriteria aman, nyaman,
produktif

dan

berkelanjutan.

Namun,

setelah

lebih

dari

25

tahun

diberlakukannya kebijakan tersebut, kualitas tata ruang masih belum


memenuhi harapan. Bahkan cenderung sebaliknya, justru yang belakangan
ini sedang berlangsung adalah indikasi dengan penurunan kualitas dan daya
dukung lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan bahkan makin
terlihat secara kasat mata baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan
perdesaan. Kondisi ini juga nampak secara implisit di Kabupaten Bengkulu
Tengah .
Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut,
maka tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang
menjadi produk dari rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penegasan
sanksi atas pelanggaran tata ruang sebagaimana diatur dalam UU 26/2007
menuntut proses perencanaan tata ruang harus diselenggarakan dengan
baik agar penyimpangan pemanfaatan ruang bukan disebabkan oleh
rendahnya

kualitas

rencana

tata

ruang

wilayah.

Guna

membantu

mengupayakan perbaikan kualitas rencana tata ruang wilayah maka Kajian


Lingkungan

Hidup

Strategis

[KLHS]

atau

Strategic

Environmental

Assessment [SEA] menjadi salah satu pilihan alat bantu melalui perbaikan
2

kerangka pikir [framework of thinking] perencanaan tata ruang wilayah


untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT


Kerangka Acuan Kerja ini merupakan penuntun bagi Konsultan yang
akan mengkaji KLHS dari KRP RTRW di Kabupaten Bengkulu Tengah . KLHS
dari KRP RTRW adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya

efek negatif terhadap

lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam


kebijakan, rencana dan program. Posisinya berada pada relung pengambilan
keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk
pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS
bersifat khusus bagi masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah
[RTRW]. KLHS dapat menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses
penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen
metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari
penjabaran RTRW, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi
diatas.
Tujuan KLHS yang banyak dirujuk oleh berbagai pustaka umumnya
seputar hal berikut (modifikasi terhadap UNEP 2002: 496; Partidrio 2007.
Memberi kontribusi terhadap proses pengambilan keputusan agar keputusan
yang diambil berorientasi pada keberlanjutan dan lingkungan hidup, melalui
identifikasi

efek

atau

pengaruh

lingkungan

yang

akan

timbul

mempertimbangkan alternatif-alternatif yang ada, termasuk opsipraktek3

praktek pengelolaan lingkungan hidup yang baik antisipasi dan pencegahan


terhadap dampak lingkungan pada sumber persoalan peringatan dini atas
dampak kumulatif dan resiko global yang akan muncul aplikasi prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan. Resultante dari berbagai kontribusi
KLHS tersebut adalah meningkatnya mutu kebijakan, rencana dan program
(KRP) yang dihasilkan.
1. Menemukan daftar timbulnya efek dan dampak yang ditimbulkan
RTRW Kabupaten Bengkulu Tengah terhadap lingkungan hidup.
2. Melakukan

penilaian

indikasi

program

pengembangan

dan

isu

strategis dampak lingkungan hidup akibat KRP dari RTRW Kabupaten


Bengkulu Tengah dan hasil tersebut tersusun tabel penilaian indikasi
program RTRW Bengkulu Tengah
3. Menetapkan program-program pengembangan lingkungan hidup lebih
lanjut di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari KLHS adalah:
1. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan
keputusan,
2. Mengidentifikasi

dan

mempertimbangkan

peluang-peluang

baru

melalui pengkajian secara sistematis dan cermat atas opsi-opsi


pembangunan yang tersedia,
3. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis
pada jenjang pengambilan keputusan yang lebih tinggi

4. Mencegah kesalahan investasi dengan mengingatkan para pengambil


keputusan

akan

adanya

peluang

pembangunan

yang

tidak

berkelanjutan sejak tahap awal proses pengambilan keputusan,


5. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat terbangunnya
keterlibatan para pihak (stakeholders) dalam proses pengambilan
keputusan melalui proses konsultasi dan partisipasi,
6. Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna
menjamin berlangsungnya pembangunan berkelanjutan,
7. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi
pemanfaatan

1.3.

KELUARAN
Keluaran yang diminta adalah:

1.4.

1.

Dokumen KLHS KRP RTRW

2.

Laporan Pendahuluan

3.

Laporan Akhir

PROSES DAN WAKTU PELAKSANAAN


Dalam proses perencanaan untuk menghasilkan keluaran yang
diminta maka konsultan harus menyusun jadual pertemuan berkala
dengan pengelola kegiatan.

1. Dalam pertemuan berkala tersebut ditentukan produk dan pokok


yang hatus dihasilkan sesuai denan rencana keluaran yang telah
ditetapkan dalam laporan Pendahuluan ini.
2. Dalam

waktu

pelaksanaan

tugas,

konsultan

harus

selalu

memperhitungkan bahwa waktu pelaksanaan mengikat.


3. Jangka waktu pelaksanaan adalah 60 (Enam Puluh) hari Kalender
atau setelah kontrak ditandatangani.oleh kedubelah pihak.

1.5.

LINGKUP PEKERJAAN
Ada dua faktor utama yang menyebabkan kehadiran KLHS dibutuhkan

saat ini di berbagai belahan dunia: pertama, KLHS mengatasi kelemahan


dan keterbatasan AMDAL, dan kedua, KLHS merupakan instrumen yang lebih
efektif untuk mendorong pembangunan berkelanjutan.
Penerapan KLHS di Kabupaten Bengkulu Tengah

juga bermanfaat

untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan lingkungan
lainnya, menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan
keterlibatan para pemangku kepentingan yang strategis dan partisipatif,
kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat pendekatan
kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga disebut bio-region
dan/atau bio-geo-region). Sifat pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam
tiga kategori, yaitu KLHS yang bersifat instrumental, transformatif, dan
substantif. Tipologi ini membantu membedakan pengaruh yang diharapkan
dari tiap jenis KLHS terhadap berbagai ragam RTRW, termasuk bentuk
6

aplikasinya, baik dari sudut langkah-langkah prosedural maupun teknik dan


metodologinya.
Konsultan diharapkan menghasilkan Dokumen KLHS sebagai berikut:
Dokumen KLHS pada dasarnya memuat tentang identifikasi, deskripsi dan
evaluasi terhadap konsekuensi atau pengaruh lingkungan yang signifikan
akan timbul sebagai akibat dari rencana KRP (dan alternatifnya). Secara
spesifik dokumen KLHS harus memuat dan memperhatikan hal-hal berikut
(Sadler 2005):
1. Pengetahuan dan metode terkini yang digunakan dalam menilai
konsekuensi atau pengaruh lingkungan yang akan timbul,
2.

Aras rinci

(level of detail) dan muatan yang terkandung dalam

rancangan KRP serta posisi KRP dari RTRW kabupateng Bengkulu


tengah dalam proses pengambilan keputusan,
3. Kepentingan (interests) dari masyarakat
4. Informasi yang dibutuhkan oleh institusi pengambil keputusan.
KLHS Kabupaten Bengkulu Tengah

dapat memuat ulasan atau

bahasan yang bersifat komprehensif dan memuat analisis yang lebih dalam.
Bilamana dilakukan pengumpulan dan analisis data yang lebih dalam, maka
hal-hal yang patut diperhatikan adalah:
1. Relevansi data dan informasi yang dianalisis dengan dengan karakter
draft KRP yang ditelaah. Sebagai misal, untuk KLHS yang berdimensi
spasial KLHS untuk RTRW Kabupaten dibutuhkan data dan analisis
yang lebih cermat untuk wilayah-wilayah yang telah mengalami

kerusakan sumber daya alam yang tinggi (misal kawasan lindung,


habitat satwa liar). Untuk KLHS sektoral, sebagai contoh, dibutuhkan
data dan analisis yang relevan dengan masalah-masalah lingkungan
yang akan timbul.
2. Analisis konsekuensi atau pengaruh lingkungan yang akan timbul.
Bagian ini boleh dikatakan merupakan jantung analisis dari KLHS. Kini
telah tersedia beragam pilihan metode untuk analisis dan prediksi
konsekuensi lingkungan, baik berupa model-model deskriptif internal,
model black-box empiris (statistik), model matematik dan simulasi,
hingga model-model skenario kebijakan dan analisis kualitatif. Dalam
banyak kasus analisis kualitatif juga dipandang cukup memadai untuk
digunakan.
3. Identifikasi upaya untuk mencegah dan menanggulangi dampak
negatif dan meningkatkan dampak positif yang akan timbul. Ada dua
hal penting yang harus masuk dalam telaahan KLHS. Pertama, upaya
mencegah dampak negatif dan meningkatkan dampak positif harus
menjadi

bagian

yang

integral

dari

KRP.

Prinsip

kehati-hatian

(Precautinary Principles) harus menjadi panduan bagi formulasi KRP


bila KRP dimaksud berpotensi membangkitkan resiko lingkungan yang
tinggi.

Kedua,

pengurangan,

hierarki
dan

pengelolaan

pengendalian

lingkungan
limbah)

(pencegahan,

sejauh

mungkin

diaplikasikan secara penuh untuk mengatasi dampak yang bersifat


negatif. Sebab pada KLHS aras Kebijakan sering dijumpai konflik
kepentingan antar kebijakan yang kemudian berujung diutamakannya

kepentingan

ekonomi

dan

tidak

diprioritaskannya

kepentingan

lingkungan hidup.
Satu hal yang juga harus diindahkan adalah mutu dokumen KLHS KRP
RTRW yang dihasilkan. Standar mutu KLHS yang diterbitkan oleh IAIA yang
tercantum pada Bagian 2 butir 5 di muka, dapat digunakan sebagai dasar
rujukan.

1.6.

PRINSIP-PRINSIP DASAR DAN PENDEKATAN


Prinsip-prinsip KLHS adalah:
1. Sesuai kebutuhan (fit-for-the purpose)
2. Berorientasi pada tujuan (objectives-led)
3. Didorong motif keberlanjutan (sustainability-driven)
4. Lingkup yang komprehensif (comprehensive scope)
5. Relevan dengan kebijakan (decision-relevant)
6. Terpadu (integrated)
7. Transparan (transparent)
8. Partisipatif (participative)
9. Akuntabel (accountable)
10. Efektif-biaya (cost-effective)
Selain prinsip-prinsip dasar tersebut, khusus untuk Indonesia, juga

terformulasi nilai-nilai yang dipandang penting untuk dianut dalam aplikasi


KLHS di Indonesia. Nilai-nilai dimaksud adalah:
1. Keterkaitan (interdependency)

2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Keadilan (justice)
Keterkaitan

(interdependencies) digunakan sebagai nilai penting

dalam KLHS dengan maksud agar


dipertimbangkan

benar

keterkaitan

dalam penyelenggaraan KLHS


antara

satu

komponen

dengan

komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau antara satu
variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan
global, keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan seterusnya. Dengan
membangun

pertautan

tersebut

KLHS

dapat

diselenggarakan

secara

komprehensif atau holistik.


Keseimbangan (equilibrium) digunakan sebagai nilai penting dalam
KLHS dengan maksud agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai atau
dipandu

oleh

kepentingan

nilai-nilai
sosial

keseimbangan

ekonomi

dengan

seperti

keseimbangan

kepentingan

lingkungan

antara
hidup,

keseimbangan antara kepentingan jangka pendek dan jangka panjang,


keseimbangan kepentingan pembangunan pusat dan daerah, dan laiun
sebagainya. Implikasinya, forumforum untuk identifikasi dan pemetaan
kedalaman kepentingan para pihak menjadi salah satu proses dan metode
yang penting digunakan dalam KLHS.
Keadilan (justice) digunakan sebagai nilai penting dengan maksud
agar melalui KLHS KRP RTRW dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan
program yang tidak mengakibatkan marginalisasi sekelompok atau golongan
tertentu masyarakat karena adanya pembatasan akses dan kontrol terhadap
sumber-sumber alam atau modal atau pengetahuan.
10

BAB 2.
TINJAUAN UMUM KABUPATEN BENGKULU
TENGAH
2.1. KARAKTERISTIK, LOKASI DAN WILAYAH
Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan salah satu daerah di wilayah
propinsi Bengkulu. Daerah ini beribukota di Karang Tinggi. Luas Kabupaten
Bengkulu Tengah adalah 1.123,94 Km2. Yang terdiri dari 10 Kecamatan, 112
Desa Definitif, 1 Kelurahan, dan 30 Desa Persiapan. Kondisi geografisnya
sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian 0-150 m dpl ,
sedangkan dibagian timur topografinya berbukit - bukit dengan ketinggihan
541 m dpl. Kabupaten Bengkulu Tengah berbatasan dengan : beberapa
wilayah berikut ini :
Sebelah Utara : Kecamatan Air Napal, Kecamatan Kerkap Kabupaten
Bengkulu Utara dan Kecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong;
Sebelah Timur : Kecamatan

Ujanmas,

Kecamatan

Kepahiang,

dan

Kecamatan Seberang Musi Kabupaten Kepahiang.


Sebelah Selatan: Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma
Sebelah Barat : Kecamatan

Selebar,

Kecamatan

Sungai

Serut,

Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu dan Teluk Pering Samudera


Hindia.
Letak geografis Kabupaten Bengkulu Tengah sangat berpengaruh
terhadap kondisi cuacanya. Sebagian wilayah berada di pesisir Samudera
11

Hindia yang memiliki putaran angin yang kuat, dan sebagian lagi merupakan
daratan dengan topografi wilayah yang berbukit. Seperti daerah lain di
Provinsi Bengkulu, di Kabupaten Bengkulu Tengah juga sering terjadi hujan.
Meskipun termasuk musim kemarau, hujan tetap turun meskipun dengan
intensitas yang jarang. Dari 3 pos pemantau hujan yang ada di Kabupaten
Bengkulu Tengah, tercatat paling banyak terjadi hujan di pos pemantau Anak
Dalam.

Selama tahun 2013, jumlah hari hujan di pos Taba Penanjung

sebanyak 150 kali, di pos Anak Dalam 197 kali dan di pos Karang Tinggi 135
kali.
Intensitas hari hujan yang paling sering terjadi di bulan April, yaitu
18 hari di Taba Penanjung, 25 hari di Anak Dalam dan 16 kali di Karang
Tinggi. Puncak musim kemarau di Kabupaten Bengkulu Tengah terjadi di
Bulan Agustus. Jumlah hari hujan di bulan ini hanya 6 hari di pos Taba
Penanjung, 11 kali di Anak Dalam dan 5 kali di Karang Tinggi. Curah hujan
yang paling tinggi terjadi di bulan Desember. Yaitu 420 mm di Taba
Penanjung, 531 mm di Anak Dalam dan 483 di Karang Tinggi. Curah hujan
terendah terjadi di Bulan Agustus, yaitu 148 mm di Taba Penanjung, 93 mm
di Anak Dalam dan 74 mm di Karang Tingg

Tabel 2.1. Kecamatan dan Luas Kabupaten Bangkulu Tengah.


Kecamatan

Luas

Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi
Kelindang

93.62
137.47
148.38
98.42

Ibukota
Kecamatan
Kembang Seri
Ujung Karang
Taba Penanjung
Lubuk Unen
12

Persentase
7.65
11.23
12.12
8.04

Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kubang
Pondok Kelapo
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

188.57
99.42
92.00
165.20
129.64
70.71
1.223.94

Keroya
Arga Indah 2
Pekik Nyaring
Pondok Kubang
Pematang tiga
Bang Haji

15.41
8.12
7.52
13.50
10.59
5.78
100,00

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.


Sedang posisi astronomis Kabupaten Bengkulu Tengah terletak
pada Koordinat
Hal
yang

101-32'-1028'

ini membuat

kabupaten

Bujur

215-4Lintang

Bengkulu Tengah

sangat strategis berada

Bengkulu dengan

Timur,

pada

jalur

terletak

perlintasan

selatan.

pada

posisi

antara Kota

provinsi Sumatera Selatan dan kota Bengkulu dengan

Provinsi Sumatera Barat.


Di

wilayah

Kabupaten

Bengkulu

Tengah

dijumpai

beberapa

sungai dengan anak-anak cabangnya. Sungai-sungai tersebut mengalir


dari

kawasan perbukitan di sebelah utara menuju kearah selatan dan

bermuara ke Samudera Indonesia.


interpretasi

Peta

Rupa

Pola

drainase

yang

tampak

dalam

Bumi Indonesia adalah bentuk paralel. Sungai

dengan pola aliran bentuk paralel ini cenderung akan menimbulkan banjir
di bagian hilir dimana tempat terjadinya pertemuan anak-anak sungai
tersdebut. Diantara sungai-sungai yang mengalir di wilayah ini ada dua
sungai yang cukup besar dan berair sepanjang tahun yakni: Air Palik
dan Air Bengkulu. Sedangkan sungai-sungai lainnya umumnya berair
pada

musim

hujan,

tetapi

debitnya

mengalami

penurunan

secara

drastis pada musim kemarau.Sedangkan daerah yang terdapat rawa-rawa


umumnya hanya terdapat di sepanjang pesisir pantai yang terdapat di
kecamatan

Pondok

Kelapa. Dengan maraknya


13

pembukaan

lahan

pertanian baik oleh masyarakat maupun swasta sangat berpengaruh


mengurangi debit air. Sehingga pada musim penghujan sangat
terjadinya

banjir,dan

pada musim

kemarau

mudah

mengalami penyusutan

yang sangat drastis. Dibidang pertambangan juga sangat berdampak


untuk mengurangi jumlah debit air.
Sedangkan .
Berdasarkan
Handoko

Klasifikasi

Agroklimat

Oldeman

(1975)

dalam

(1995), tipe iklim di Kabupaten Bengkulu Tengah tergolong tipe

iklim A1, yakni daerah dengan bulan basah lebih besar dari 9 bulan dan
bulan kering kurang dari 2 bulan. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan
Ferguson (1951) dalam Handoko (1995), iklim di kawasan ini termasuk
tipe iklim A (daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika),
dengan perbandingan bulan kering (kurang dari 60 milimeter/bulan) dan
bulan basah (lebih besar dari 100 milimeter/bulan) (Q) = 0,00 persen.
Suhu udara rata-rata Kabupaten Bengkulu Tengah adalah 26,39 derajat
celcius, sedang suhu

minimum rata-rata

23,53 derajat celcius dan

maksimum 30,87 derajat celcius. Kelembaban udara relatif rata-rata 85


persen. kelembaban udara
(83,5

persen),

terendah

terjadi

pada

bulan

agustus

sedangkan kelembaban udara tertinggi dijumpai pada

bulan desember (87,4 persen)

2.2.

TATA DAN PENGGUNAAN LAHAN


Berdasarkan Rencana Pola Ruang Kabupaten Bengkulu Tengah

Tahun 2012-2032 yang

penggunaannya
14

didominasi

untuk

kawasan

budidaya sebesar 905.970 ha atau 63,39% dari luas wilayah kabupaten


dengan rincian sebagai berikut : penggunaan untuk kawasan Hutan
Produksi Tetap (HPT), kawasan Hutan Produksi (HP), kawasan Peruntukan
pertanian, kawasan Peruntukan Budidaya Perikanan, kawasan Peruntukan
Pertambangan, kawasan Peruntukan Permukiman,
dan

kawasan

Peruntukan

kawasan

Agropolitan

Perkantoran, Pendidikan, Kesehatan,

Kebudayaan, Perdagangan Jasa. Penggunaan kedua didominasi untuk


kawasan lindung sebesar 317.970 ha atau 22,25% terdiri dari penggunaan
untuk perlindungan bagi kawasan bawahannya,perlindungan

setempat,

hutan suaka alam.


Rencana pengembangan SDA bidang pertanian diarahkan untuk
dapat meningkatkan

produktivitas pertanian

rakyat. Minimnya

Sumber

Daya Manusia dan peralatan selama ini menyebabkan rendah nya hasil
masarakat Kabupaten Bengkulu Tengah Kabupaten

Bengkulu

Tengah

merupakan salah satu sentra penghasil beras dan holtikultura khususnya


durian dan rambutan. Produksi padi kering giling rata-rata 3,9 ton/hektar.
Produksi
melalui

di

Kabupaten

program

Bengkulu

perluasan

areal

Tengah masih
tanaman

dapat

pangan dan

ditingkatkan
intensifikasi

pertanian. Adapun luas sawah di Kabupaten Bengkulu Tengah.


Tabel

2.2.

Luas

Panen

Produksi

(Ha)

Padi

Kabupaten

Bengkulu Tengah
Kecamatan
Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi

Padi Sawah

Padi Ladang

866
1.133
2.040
1.025

85
160
491
95
15

Jumlah
951
1.293
2.531
1.120

Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kubang
Pondok Kelapo
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

222
326
460
1.446
530
186
8.234

60
13
450
590
48
1.992

282
339
460
1.896
1.120
234
10.226

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

2.3.

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Kabupaten Bengkulu Tengah pada awalnya dibentuk berdasarkan

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2008. Kabupaten Bengkulu Tengah


merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara. Wilayahnya terdiri
atas 10 kecamatan. Seiring perkembangan demografi, wilayah administrasi
di Bengkulu Tengah terus mengalami pemekaran. Hingga akhir tahun 2011,
telah terbentuk 142 desa dan kelurahan yang terdiri atas 1 kelurahan, 112
desa definitif dan 29 desa persiapan. Dibandingkan dengan kondisi pada
akhir tahun 2010, jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Bengkulu Tengah
telah mengalami penambahan sebasar 25,66 persen, dimana sebelumnya
wilayah ini memiliki 113 desa/kelurahan. 29 desa baru tersebut hingga kini
masih berstatus desa persiapan.
Sebagai kabupaten baru, Bengkulu Tengah memerlukan penambahan
pegawai yang ditempatkan di sejumlah satuan kerja di bawah pemerintah
kabupaten. Pada akhir tahun 2011, terdapat 3275 pegawai negeri sipil yang
bekerja di pemerintah kabupaten Bengkulu Tengah. Jumlah ini meningkat 7
persen atau 218 pegawai. Penambahan ini tidak signifikan dikarenakan
adanya moratorium atau penghentian sementara penerimaan pegawai
16

negeri sipil secara nasional. Di antara pegawai negeri sipil di lingkungan


kerja Kabupaten Bengkulu Tengah, 48 persennya adalah perempuan. Hal ini
menunjukkan

adanya

kesetaraan

gender

dalam

penerimaan

PNS

di

kabupaten Bengkulu Tengah.


Tabel 2.3. Kelurahan dan Desa Kabupaten Bengkulu Tengah
Kecamatan
Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi
Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kelapo
Pondok Kubang
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

Kelurhan/Des
Definitif
11
13
13
10

Kelurahan/Des
a Persiapan
4
5
1
2

11
10
10
15
10
10
112

3
5
2
2
3
2
29

Jumlah
15
18
14
12
14
15
12
17
13
12
142

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

2.4.

KEPENDUDUKAN
Sebagaimana kondisi kependudukan di Indonesia pada umumnya, di

Kabupaten Bengkulu Tengah juga menunjukkkan pola piramida penduduk


muda, artinya, penduduk berusia muda lebih besar daripada penduduk usia
tua. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya angka kelahiran dan kecilnya
angka kematian bayi dan penduduk usia muda. Jumlah penduduk terbanyak
berada di Kecamatan Pondok Kelapa. Hal ini dikarenakan kecamatan ini
merupakan tempat tujuan transmigrasi pada era Orde Baru. Ribuan keluarga
dari Pulau Jawa telah bermukim selama puluhan tahun di kecamatan ini.
17

Tabel 2.4. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kab


Benteng
Kecamatan

Luas Wilayah

Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi
Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kelapo
Pondok Kubang
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

Penduduk

Kepadatan

93,62
137,47
148,38
98,42

13.184
11.406
10.991
6.351

140,81
82,97
74,07
64,52

188,57
99,42
92,00
165,20
129,64
70,71
1.223,94

5.779
5.706
25.613
8.012
6.784
6.029
99.855

30,64
57,39
257,62
48,49
52,32
85,26
81,58

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

Pada tahun 2011, hanya 6 transmigran yang ditempatkan di wilayak


Kabupaten Bengkulu Tengah. Sementara di tahun sebelumnya, sebanyak
188

transmigran

telah

ditempatkan.

orang

transmigran

tersebut

merupakan transmigran lokal yang berasal dari dalam wilayah Provinsi


Bengkulu. Transmigran ini ditempatkan di Kecamatan Bang Haji.

Tabel 2.5. Banyaknyaknya Rumah Tangga Menurut Kecamatan


18

Kecamatan

Rumah Tangga

Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi
Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kelapo
Pondok Kubang
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

Penduduk

Rata-rata

3.286
2.802
2.623
1.636

13.184
11.406
10.991
6.351

4,0
4,1
4,2
3,9

1.336
1.425
6.306
1.999
1.794
1.414
24.621

5.779
5.706
25.613
8.012
6.784
6.029
99.855

4,3
4,0
4,1
4,0
3,8
4,3
4,1

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.


Tabel 2.6. Sex Ratio Kabupaten Bengkulu Tengah
Kecamatan
Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi
Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kelapo
Pondok Kubang
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

Laki-laki

Perempuan

6.935
5.873
5.709
3.256

6.249
5.533
5.282
3.095

110,98
106,14
108,08
105,20

2.926
2.909
13.194
4.203
3.450
3.125
51.580

2.853
2.797
12.419
3.809
3.334
2.904
48.275

102,56
104,00
106,24
110,34
103,48
107,61
106,85

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

2.5.

Sex Ratio

KEPENDIDIKAN
19

Pentingnya pendidikan bagi anak-anak pra sekolah mendorong


pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, di dalam pasal 28, diatur penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini, diantaranya adalah TK/RA/BA. Hingga akhir tahun
2011, di Kabupaten Bengkulu Tengah baru tersedia 21 Taman Kanak-kanak
dengan 356 murid dan 69 orang guru. Hanya 5 kecamatan yang memiliki
TK. Kecamatan Karang Tinggi dan Pagar Jati masing-masing hanya memiliki
1 TK, Kecamatan Taba Penanjung 2 TK. Sedangkan Kecamatan Talang empat
dan Pondok Kelapa telah memiliki cukup banyak TK, masingmasing 7 dan 10
TK. Jika dilihat rasio guru dan murid, rata-rata guru TK di Bengkulu Tengah
mengajar 5 orang murid. Rasio murid-guru tertinggi ada di kecamatan
Karang Tinggi, rata-rata seorang guru mengajar 9 murid, sedangkan rasio
murid-guru terkecil ada di kecamatan Pagar Jati, seorang guru hanya
mengajar 3 murid.
Tabel 2.7. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru TK kabupaten Benteng
Kecamatan

Sekolah

Murid

Guru

Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi
Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kelapo
Pondok Kubang
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

7
1
2
-

132
28
38
-

23
3
8
-

1
10
21

20
138
356

6
29
69

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

20

Sejak dicanangkan wajib belajar 9 tahun pada tanggal 2 Mei 1984,


pemerintah terus berupaya agar semua penduduk umur 7-15 tahun
mendapatkan pendidikan dasar sebagaimana mestinya. Di Kabupaten
Bengkulu Tengah, pendidikan dasar sepenuhnya diselenggarakan oleh
negara dalam bentuk sekolah-sekolah negeri, belum ada SD maupun SLPT
swasta yang berdiri. Hingga akhir tahun 2011, terdapat 92 SD yang tersebar
di seluruh kecamatan di Kabupaten Bengkulu Tengah. Sekolah-sekolah dasar
ini menaungi 14787 murid, dengan 1637 orang guru. Rata-rata seorang guru
SD di Bengkulu Tengah mengajar 9 orang murid. Pada tahun ajaran
2010/2011, sebanyak 2.964 siswa SD di Kabupaten Bengkulu Tengah
mengikuti Ujian Nasional (UN), 100 persen dinyatakan lulus dan berhak
melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi.
Tabel 2.8. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SD kabupaten Benteng
Kecamatan

Sekolah

Murid

Guru

Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi
Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kelapo
Pondok Kubang
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

7
11
13
8

1.812
1.658
1.532
1000

168
169
236
111

6
8
18
9
7
5
92

1.059
1.060
3.602
1.029
1.369
666
14.787

178
105
253
173
159
6 85
7 1637

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

Pendidikan 9 tahun mengharuskan penduduk menempuh pendidikan


minimal sampai dengan tingkat SLTP. Di Kabupaten Bengkulu Tengah
21

terdapat 32 SLTP. Setiap kecamatan telah memiliki setidaknya 2 SLTP guna


memudahkan penduduk usia 12-15 tahun menuntaskan wajib belajar 9
tahun. 4681 murid telah tercatat sebagai siswa SLTP, dengan diasuh oleh
766 orang guru. Rasio murid-guru SLTP di Kabupaten Bengkulu Tengah
adalah sebesar 6,11. Pada tahun 2011, peserta UN tingkat SLTP di Bengkulu
Tengah adalah 1167 orang, dan semuanya dinyatakan lulus.
Pada jenjang yang lebih tinggi, yaitu SLTA, Kabupaten Bengkulu
Tengah memiliki 6 sekolah negeri dengan 2138 dan 225 orang guru. 6 SLTA
ini hanya terdapat di Rasio guru-murid SLTA di Kabupaten Bengkulu Tengah
adalah 9,50. Dari 748 peserta UN tingkat SLTA, seluruhnya dinyatakan lulus.
Selain SLTA, Sekolah Menengah Kejuruan juga menjadi pilihan melanjutkan
pendidikan setalah SLTP. Terdapat 2 SMK di Kabupaten Bengkulu Tengah,
yaitu di Kecamatan Pondok Kelapa dan Kecamatan Pematang Tiga.
Tahun 2011 jumlah siswa yang bersekolah di SMK adalah 313 orang,
dengan 72 orang guru yang mengajar. Pada pelaksanaan UAN SMK tahun
2011, 313 orang murid SMK berpartisipasi dan seluruhnya lulus. Selain
pendidikan formal, di Kabupaten Bengkulu Tengah juga terdapat fasilitas
pendidikan informal berupa kursus. Fasilitas kursus ini terdiri atas 1 tempat
kursus Bahasa Inggris, 6 tempat kursus komputer, 9 tempat kursus
menjahut, 2 tempat kursus salon dan 2 tempat kursus elektronika.

22

Tabel 2.9. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SLTP kabupaten


Benteng
Kecamatan

Sekolah

Murid

Guru

Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi
Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kelapo
Pondok Kubang
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

4
4
5
3

896
474
412
321

156
88
11
56

2
2
6
2
2
2
32

86
441
1250
222
287
292
4681

66
50
178
44
78
39
766

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

Tabel 2.10. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru SLTA kabupaten


Benteng
Kecamatan

Sekolah

Murid

Guru

Talang Empat
Karang Tinggi
Taba Penanjung
Merigi
Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok Kelapo
Pondok Kubang
Pematang Tiga
Bang Haji
Total

2
1
1
-

639
331
319
-

90
1
52
-

1
1
6

227
575
1.138

29
35
225

23

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

2.6.

KESEHATAN
DI Kabupaten Bengkulu Tengah telah berdiri sebuah Rumah Sakit

Umum Daerah tipe D sebagai fasilitas pengobatan bagi masyarakat


Bengkulu Tengah. di setiap kecamatan telah berdiri Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) yang berlokasi di ibukota kecamatan. Hingga tahun
2011, jumlah puskesmas di Bengkulu Tengah adalah 19 buah. Guna
menunjang dan membantu memperluas jangkauan dalam ruang lingkup
wilayah yang lebih kecil didirikan 27 Pustu (Puskesmas Pembantu). Pustu
berfungsi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas
dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Tidak semua masyarakat di
Bengkulu Tengah bisa menjangkau lokasi puskesmas/pustu dengan mudah,
mengingat sarana transportasi yang belum memadai. Oleh sebab itu
diadakan

17

puskesmas

keliling

dengan

sistem

jemput

bola

atau

mendatangi pasien di desa/kelurahan secara berkala.


Tabel 2.11. Banyaknya Fasiitas Kesehatan Kabuaten Bengkulu Tengah
Kecamatan
Talang
Empat
Karang
Tinggi
Taba
Penanjung

Rumah
Sakit
-

Puskesmas
2

Puskesmas
Pembantu
3

Puskesma
s Keliling
2

24

Merigi
Kelindang
Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok
Kelapo
Pondok
Kubang
Pematang
Tiga
Bang Haji
Total

2
1
3

3
4
6

2
1
3

1
19

1
27

1
17

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

Jumlah tenaga medis di Kabupaten Bengkulu Tengah masih sangat


minim.

Belum ada dokter spesialis yang

berpraktek. Belum semua

puskesmas diisi oleh tenaga dokter, mengingat jumlahnya hanya 15 orang.


Dokter gigi pun hanya 3 orang. Perawat yang bekerja di Kabupaten bengkulu
orang sebanyak 264 orang, terdiri dari 103 orang perawat umum, 4 orang
perawat gigi dan 157 orang bidan. Kekurangan tenaga kesehatan ini
membuat

masyarakat

memanfaatkan

pengobatan

alternatif.

Untuk

menolong proses persalinan, di Bengkulu Tengah terdapat 139 orang dukun


bayi terlatih.
Tabel 2.12. Banyaknya Fasiitas Kesehatan Kabuaten Bengkulu Tengah
Kecamatan
Talang
Empat
Karang
Tinggi
Taba
Penanjung
Merigi
Kelindang

Dokter
Spesialis
-

Dokter
Umum
4

Dokter
Gigi
1

Perawat

30

62

15

25

29

Pagar Jati
Merigi Sakti
Pondok
Kelapo
Pondok
Kubang
Pematang
Tiga
Bang Haji
Total

2
2

17
12
45

29

15

12
3

5
264

Sumber : Bengkulu Tengah Dalam Angka 2014.

Penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah infeksi


saluran pernafasaan akut (ISPA). Penyakit ini diderita oleh 7. 572 orang.
Memepati urutan kedua penyakit yang paling banyak diderita adalah
malaria, dimana 4.193 warga Bengkulu tengah terserang penyakit ini.

Tabel 2.13. Banyaknya Fasiitas Kesehatan Kabuaten Bengkulu Tengah


Diagnosa Penyakit

Jmlah Kasus

ISPA
Tekanan Darah Tinggi
Gastritis
Penyakit Kulit Infeksi
Penyakit Kulit Alergi
Radang Sendi/Rematik
Malaria
Diare dan Kolera
Asma
Karies Gigi

7.571
1.664
2.428
1.656
1.572
2.488
4.193
2.331
742
844

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupateb Bengkul Tengah


26

2.7.

AGAMA DAN ASPEK SOSIAL LAINNYA


Agama Mayoritas masyarakat Bengkulu Tengah beragama Islam.

Sebanyak 165 buah masjid berdiri di Bengkulu Tengah sebagai sarana


beribadah bagi kaum muslim. Selain masjid, terdapat juga 46 mushola yang
ukurannya lebih kecil daripada masjid. Selain Islam, agama yang dianut oleh
sebagian

masyarakat

Bengkulu

tengah

adalah

Kristen

dan

Katholik.

Sebanyak 6 buah gereja menjadi tempat ibadah penganut Kristen dan


katholik di Bnegkulu Tengah. Pada tahun 2011, sebanyak 1.129 pasangan
telah dinikahkan oleh Kantor urusan Agama di seluruh Kabupaten Bengkulu
Tengah.
Data yang terhimpun masih merupakan data yang tergabung dalam
kecamatan induk sebelum adanya pemekaran. 54 47 jamaah haji telah
berangkat ke tanah suci pada musim haji tahun 2011 atau tahun 1432
Hijriyah. Seorang jamaah haji asal Kecamatan Karang Tinggi meninggal
dunia di tanah suci. Pada bulan yang sama dengan pelaksanaan ibadah haji,
yaitu bulan Dzulhijah 1432 H, masyarakat mampu di Bengkulu Tengah
berkorban 87 ekor sapi, 14 ekor kerbau dan 325 ekor kambing. Sosial
Lainnya Tahun 2011 di Kabupaten Bengkulu Tengah diwarnai beberapa
bencana. Sebanyak 14 kali kebakaran terjadi di lokasi berbeda. 2 kali terjadi
di Talang Empat dan Merigi Sakti. 3 bencana lain juga terjadi sepanjang
tahun 2011.
Di Kabupaten Bengkulu Tengah terdapat 2 buah panti asuhan, yaitu di
Kecamatan Talang Empat dan Pagar Jati. Belum ada YPAC (Yayasan
27

Pemeliharaan Anak Cacat) di Bengkulu Tengah sebagai wadah bagi para


penyandang cacat belajar agar bisa mandiri di kehidupan bermasyarakat.
Panti wreda pun belum ada di Bengkulu Tengah. Orang tua yang memasuki
tahap lanjut usia biasanya dirawat oleh anak mereka. Lembaga social
lainnya seperti majelis taklim dan perkumpulan warga yang lain berjumlah
32. Di Kabupaten Bengkulu Tengah juga terdapat 125 karang taruna sebagai
wadah berorganisasi bagi para pemuda.
Permasalah sosial yang terjadi di Bengkulu Tengah adalah masih
adanya 1881 penduduk lanjut usia (lansia) lansia. Belum adanya panti
wreda menjadi salah satu penyebab. Selain itu, terdapat 94 anak cacat yang
membutuhkan perhatian dan sekolah khusus seperti SLB. Terdapat pula 408
penyandang

cacat

yang

diakibatkan

kecelakaan.

61

orang

mantan

narapidana juga menjadi perhatian dari dinas sosial. Diharapkan mantan


napi yang telah mendapat pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan ini bisa
diterima dan hidup normal di tengah-tengah masyarakat. Guna membantu
menangani

permasalahan

sosial

ini,

sebanyak

139

pekerja

sosial

diperbantukan di setiap kecamatan di wilayah Bengkulu Tengah.

2.8.

PERINDUSTRIAN.

KELITRIKAN

AIR

MINUM

DAN

PERTAMBANGAN
Sebanyak 557 unit usaha industri formal terdapat di Kabupaten
Bengkulu Tengah. 56 persen diantaranya merupakan industri yang belum
dapat digolongkan ke dalam klasifikasi industri dari Dinas Perindustrian.
Industri yg sudah tergolong didominasi oleh industri perabot rumah tangga
28

(18 persen). Urutan ke dua adalah industri pengolahan kopi. Sebanyak 40


unit usaha atau 7 persen dari industri formal di Kabupaten Bengkulu Tengah
adalah industri pengolahan kopi. Industri pengolahan kopi ini bisa dijumpai
di pinggir jalan lintas Bengkulu Kepahiang yang melewati Kabupaten
Bengkulu

Tengah.

Industri

formal

di

Kabupaten

Bengkulu

Tengah

mempekerjakan 3460 orang tenaga kerja.


Selain industri formal, di Kabupaten Bengkulu Tengah juga terdapat
545 unit usaha industri non formal. 55 persen diantaranya belum dapat
digolongkan. Hampir seperti kondisi pada industri formal, industri non formal
di Kabupaten Bengkulu Tengah juga didominasi oleh industri perabot rumah
tangga, yaitu 98 unit usaha atau 18 persen. Industri non formal ini
menyerap 1.481 orang pekerja.
Nilai investasi yang ditanamkan pada sektor industri formal mencapai
41,2 miliar rupiah. Dengan nilai produksi 83,33 miliar rupiah. Pada industri
non formal, nilai investasi yang ditanamkan sebesar 2,1 miliar rupiah dan
nilai produksi 2,59 miliar rupiah.
Di Kabupaten Bengkulu Tengah belum ada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Pemerintah Daerah membentuk Badan Layanan Air Minum
(BLUAM) sebagai rintisan berdirinya PDAM. Pada tahun 2011, pelanggan
yang menggunakan air dari BLUAM sebanyak 1.205 rumah tangga. Jumlah
pelanggan ini naik 56 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang
berjumlah

772

rumah

tangga.

Selama

Tahun

2011,

BLUAM

telah

memproduksi 441.453 meter kubik air minum yang disalurkan kepada


pelanggan. Tarif air minum ini dibagi menjadi 5 kelompok. Jumlah pelanggan
29

terbanyak ada di kelompok II, yaitu 1.147 rumah tangga dengan volume air
yang didistribusikan sebanyak 27.318 meter kubik dan nilai nominal 39
miliar Rupiah. Tarif kelompok yang memiliki jumlah pelanggan terkecil
adalah kelompok V, dengan jumlah pelanggan 2 rumah tangga, volume air
30 M3 dan nilai nominal 15 juta rupiah.
Pasokan listrik untuk wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah dipenuhi
dari 2 sumber, yaitu PLN Ranting Kepahiang dan PLN Kota Bengkulu. 98,33
persen listrik di Kabupaten Bengkulu Tengah digunakan untuk keperluan
rumah tangga, 0,40 persen digunakan untuk kegiatan usaha, 0,026 persen
digunakan di bidang industri, dan 1, 23 persen digunakan untuk kepentingan
umum. PERTAMBANGAN Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan salah satu
Kabupaten penghasil batu bara terbesar di Provinsi Bengkulu. Di Tahun
2011, sejumlah tambang di Bengkulu Tengah telah menghasilkan 1,3 juta
ton batu bara. Produksi terbesar pada bulan September 2011, yaitu 160 ribu
ton. Dan produksi terendah pada bulan Desember 2011, yaitu 48,32 ribu
ton. Total Penjualan batu bara pada tahun 2011 adalah 1,16 juta ton. 21,06
persen diantaranya digunakan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri,
dan 78,93 persen lainnya diekspor.

30

BAB 3.
METODE PENYUSUNAN KLHS KABUPATEN BENGKULU TENGAH
3.1. KONSEP DAN PRINSIP KLHS
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan salah satu
produk penting modernisasi ekologi era 1990an. KLHS merupakan suatu
institusi baru yang dibentuk untuk memperbaiki politik dan tata-kelola
lingkungan hidup, dengan fokus utama: mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan pada aras

(level) pengambilan keputusan yang bersifat

strategis, yakni pada aras kebijakan, rencana dan program pembangunan.


Ada dua definisi KLHS yang lazim diterapkan, yaitu definisi yang
menekankan pada pendekatan telaah dampak lingkungan (EIA-driven) dan
pendekatan keberlanjutan (sustainability-driven). Pada definisi pertama,
KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari
suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. Sedangkan definisi
kedua, menekankan pada keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan
sumberdaya.
Definisi KLHS untuk Indonesia kemudian dirumuskan sebagai proses
sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari, dan
31

menjamin

diintegrasikannya

prinsip-prinsip

keberlanjutan

dalam,

pengambilan keputusan yang bersifat strategis [SEA is a systematic process


for evaluating the environmental effect of, and for ensuring the integration
of sustainability principles into, strategic decision-making].
KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap
lingkungan dan keberlanjutan yang dipertimbangkan secara inheren dalam
kebijakan, rencana dan program. KLHS posisinya berada pada ranah
pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam
siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang,
maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki rencana
tata ruang wilayah maupun rencana detail lainnya. KLHS dapat menentukan
substansi RTRW/RDTR, dan memperkaya proses penyusunan dan evaluasi
keputusan,

dan

bisa

dimanfaatkan

sebagai

instrumen

metodologis

pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran


RTRW/RDTR, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
Penerapan KLHS dalam penataan ruang bermanfaat dalam meningkatkan
efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL)

dan

atau

instrumen

pengelolaan

lingkungan

lainnya

serta

menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan


keterlibatan

para

pemangku

kepentingan

strategis

dan

partisipatif,

kerjasama lintas batas wilayah administrasi, dan memperkuat pendekatan


kesatuan ekosistem dalam satuan wilayah.

KLHS adalah sebuah bentuk

tindakan stratejik dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin tidak


terjadinya

efek

negatif

terhadap
32

lingkungan

dan

keberlanjutan

dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program.


KLHS posisinya berada pada ranah pengambilan keputusan. Oleh karena
tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan
dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi
masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah mauun rencana detail
lainnya. KLHS dapat menentukan substansi RTRW/RDTR, dan memperkaya
proses penyusunan dan evaluasi keputusan, dan bisa dimanfaatkan sebagai
instrumen

metodologis

(suplementer)

dari

pelengkap

penjabaran

(komplementer)

RTRW/RDTR,

atau

atau

tambahan

kombinasi

dari

beberapa/semua fungsi-fungsi diatas

3.2.

INVENTARISASI DATA

1. Tahapan Persiapan Survey


a. Pengkajian data dan hasil studi/literatur terkait Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
b. Mempersiapkan daftar kebutuhan data/informasi, questioner
(daftar pertanyaan), organisasi kerja serta surat tugas
2. Tahapan Survey
a. Survey data instansional Berupa pengumpulan/perekaman dari
data sekunder untuk mendapatkan data angka, dan informasi
berkaitan dengan materi kajian.

33

b. Survey lapangan Mencakup survey lokasi perencanaan yang


terdiri dari perbandingan data instansional dengan keadaan
yang sebenarnya tentang kondisi di lapangan.
c. Interview Untuk melengkapi kedua survey tersebut diatas, guna
memperoleh bahan atau keterangan yang lebih rinci yang
belum terekam.

3.3.

PENGOLAHAN DATA
Data kuantitatif yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis

dengan cara tabulasi silang, sedangkan data yang bersifat kualitatif akan
dianalisis secara deskriptif kualitatif. Untuk memperoleh materi atau bahan
masukan

bagi

kegiatan

ini,

perlu

disusun

desain

survey,

sehingga

menghasilkan data dan informasi yang akurat atau valid dengan materi
sebagai berikut :
a. Untuk keperluan prakiraan dan evaluasi maupun perolehan
materi data dilakukan pengumpulan dan analisis data yang
relevan (dapat menjamin reliability dan validity) dari setiap
komponen survey yang dikaji. Sehingga hasil identifikasi,
prakiraan dan evaluasi data dapat dijadikan landasan dalam
penyusunan Laporan Kegiatan Selanjutnya
b. Pengumpulan data secara langsung dilakukan wawancara dan
forum diskusi (FGD), sedangkan pengumpulan data secara
tidak langsung dengan pengumpulan data sekunder/hasil studi
dan data dari lembaga/instansi terkait.
34

3.4.

METODE ANALISIS DATA

3.4.1. METODE ANALISIS FISIK DASAR


Analisis fisik kota dalam hal ini mencakup analisis fisik dasar, binaan
(khususnya daerah terbangun), anlisis superimposed, analisis dampak
lingkungan, analisis ambang, dan analisis daya tarik.

1. ANALISIS FISIK DASAR ;


Pada prinsipnya analisis fisik dasar ini adalah untuk mengetahui potensi
dan

permasalahan

fisik

serta

kemempuannya

dalam

menampung

perkembangan kota dan hinterlandnya pada masa yang akan datang.


Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan skala MABBERI,
yaitu hubungan antara pola penggunaan tanah terhadap sudut lereng
yang optimum.

2. ANALISIS FISIK BINAAN


Analisis fisik binaan ini terutama ditujukan untuk mengetahui intensitas
penggunaan ruang kota berdasarkan hasil perhitungan luas penggunaan
tanah, jumlah bangunan, luas lantai dan lain-lain. Rumusan matematis
ari intensitas penggunaan tanah (IPL) ini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
IPL = 1,903 + Log KLB / 0,381
35

Dimana : KLB = koefisien lantai bangunan Pada analisis fisik binaan ini juga
ditunjang oleh survai pola penggunaan tanah yang akurat dan interprestasi
foto citra dari wilayah perencanaan.

3. ANALISIS SUPERIMPOSED
Analisis ini digunakan untuk menentukan daerah yang paling baik untuk
perkembangan. Factor penentuannya adalah semua aspek fisik lingkungan
dari daerah perencanaan. Prinsip yang digunakan dalam analisis ini adalah
untuk memperoleh lahan yang sesuai dengan kebutuhan perencanaan
(kesesuaian lahan). Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah
superimposed

(tumpang

tindih)

dari

berbagai

keadaan

dari

daerah

perencanaan. Penilaian dilakukan atas dasar metode pembobotan dan


penilaian skor (weighting and scoring).

4 ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN


Analisis

dampak

lingkungan

(ANDAL)

merupakan

analisis

terhadap

perkembangan tata guna tanah, intensifikasi dan ekstensirikasi ruang,


perkembangan penduduk, aspek pencemaran kota dan lain-lain dalam
kaitannya dengan ekologi perkotaan. Adapun tahapan-tahapan dari proses
analisis dampak lingkungan ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan data basis
b. Pengidentifikasian tindakan pembangunan
c. Pengidentifikasian kegiatan pembangunan
36

d. Pengujian cirri-ciri lingkungan


e. Pengevaluasian dampak lingkungan
f.

Pengumpulan dan peramalan dampak

g. Penilaian alternatif pengembangan Kabupaten Bengkulu Tengah


h. Penganalisaan mengenai :
1) Dampak lingkungan
2) Keadaan-keadaan yang tidak sesuai
3) Masalah-masalah utama lingkungan
i.

Perumusan hasil analisis dampak lingkungan

5. ANALISIS AMBANG
Analisis ambang ini digunakan untuk menganalisis perluasan wilayah kota,
pengembangan kawasan terbangun baru dan analisis kemampuan kawasan
berkembang. Dalam analisis ini akan digunakan metode Boleslaw Malizs.
FaKtor penentu dalam Analisis ini adalah keadaan fisiografi, keadaan pola
penggunaan tanah, jaringan utilitas umum dan jaringan jalan. Prinsip dasar
dari analisis ini adalah efisiensi dan efektivitas pengembangan lahan secara
ekonomi. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Cd = Cn + Ca
Dimana :
Cd = biaya pembangunan
Cn = biaya normal
37

Ca = biaya tambahan
Dalam analisis ini akan meliputi pembahasan terhadap hal-hal berikut :
-

Limitasi fisiografis

Kemungkinan-kemungkinan untuk mengubah tata guna tanah.

Kemungkinan perluasan system utilitas umum yang telah ada


sekarang.

Alternatif kemungkinan perluasan Kabupaten Bengkulu Tengah

3.4.2.ANALISA EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN


Metoda analisa evaluasi kualitas lingkungan merupakan penilaian klasifikasi
hutan kota dihubungkan dengan hasil analisis kualitas lingkungan akan
diketahui jenis hutan kota yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan
menjadi lingkungan nyaman, sehat, dan estetis untuk penduduk sekitarnya.
Pemahaman dan interpretasi dari koefisien model persamaan hasil analisis
statistik parametrik regresi linier berganda, baik secara parsial maupun
secara multidimensi akan diketahui bentuk dan struktur hutan kota dapat
meningkatkan

kualitas

lingkungan.

Lingkungan

nyaman

yang

dapat

dirasakan menusia untuk memenuhi kebutuhan fisik, ditentukan oleh suhu


dan kelembaban kota sekitarnya. Untuk menyatakan rasa nyaman secara
kuantitatif, Oliver (1981) menggunakan rumus :
THI =Td (0,55 0,55RH)(Td 58)
THI = Temperature Humidity Indeks
Td = Suhu jika kering
38

RH = Kelembaban relative
Indeks kenyamanan berkisar antara 61-71. THI di atas 71 bermakna orang
sudah merasa tidak nyaman. Sedangkan Sani (1986) menghitung indeks
kenyamanan (IK) dengan rumus:
IK = 0,7(TWB) + 0,2(TG) + 0,1(TDB)
Di mana :
TWB = suhu jika basah
TG = suhu termometer globe
TDB = suhu jika kering
Lingkungan yang sehat dapat dilihat dari kadar debu dan tingkat kebisingan
di sekitar hutan kota yang dikaitkan dengan NAB (Nilai Ambang Batas). Jika
kadar debu dan tingkat kebisingan sudah melewati NAB maka lingkungan
tersebut dinyatakan sudah tidak sehat. Lingkungan yang estetis dalam
penelitian ini diperoleh dari nilai estetika hutan kota dan kehadiran burung.

3.4.3.METODE ANALISIS PENILAIAN


Dalam analisis penilaian untuk mengambil keputusan ditekankan pada :
1. Identifikasi perumahan dan tingkat kelayakan
2. Pemilihan prioritas lokasi penanganan dan perumahan.
Pendekatan untuk penentuan prioritas program penanganan perumahan
sangat bergantung pada karakteristik persoalan dan potensi permukiman
ynag bersangkutan. Meskipun pendekatan ini memerlukan suatu metoda
39

penialaian, tetapi sifatnya yang sangat sfesifik menyebabkan pemilihan


program yang akan diterapkan di suatu perumahan lebih didasarkan pada
penilaian ahli (expert judgement) dari perencananya. Dengan demikian
kedua pendekatan ini tidak akan diuraikan pada bagian ini. Teknik yang akan
digunakan untuk kedua penilaian diatas adalah teknik yang sangat
sederhana dan mudah digunakan, yaitu penilaian (scoring). Prinsip umum
teknik penilaian ini adalah sebagai berikut :
Setiap pendekatan akan melibatkan parameter, tolak ukur, atribut
dan nilai/skor.
Parameter dijabarkan dari setiap faktor yang mempengaruhinya.
Tolak ukur parameter didasarkan pada peraturan yang berlaku,
pengalaman maupun penilaian (rational judgement).
Atribut

merupakan

kategori

nilai

yang

diberikan

pada

setiap

parameter. Nilai/skor yang diberikan untuk setiap parameter adalah 0


- 5.
Semakin besar pengaruh parameter terhadap subyek yang diukur,
semakin besar nilai/skor yang diberikan.
Meskipun kriteria dapat ditetapkan untuk setiap parameter, tetapi
penilaian keseluruhan hanya didasarkan pada gabungan penilaian
seluruh parameter.

40

Meskipun bobot setiap faktor atau parameter tidak sama. Untuk sementara
seluruh faktor dan parameter dianggap mempunyai bobot yang sama (b=1).
Teknik penilaian untuk pengambilan keputusan dengan menggunakan
skoring merupakan jumlah nilai setiap parameter dikalikan dengan bobotnya
atau :
N total = ni x bi
ni = (b=1)
Keterangan :
Ntotal

= Nilai total

Ni

= Nilai parameter

Bi

= Bobot faktor/parameter

Modifikasi pemanfaatan teknik penilain ini dapat dilakukan dengan :


1) Memberikan bobot untuk setiap faktor atau parameter
2) Memodifikasi selang nilai 0 5 sesuai kebutuhan
3) Memodifikasi nilai/skor untuk tiap atribut
4) Menambah parameter sesuai informasi yang ada
5) Mengganti (substitusi) parameter dengan tetap mewakili faktor.

3.4.4.ANALISIS KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA


Tujuan dari analisis sarana dan prasarana adalah untuk melihat ketersediaan
sarana dan prasarana pada saat ini serta memperkirakan kebutuhannya

41

pada masa mendatang. Output dari analisis tersebut adalah sebaran sarana
dan prasarana di kawasan perencanaan untuk tiap-tiap kecamatan .

Arahan Kebutuhan Saranan dan Prasaranan Dalam RTRW Kabupaten Bengkulu Tengah

ANALISIS KEBUTUHAN
ondisi Eksisting Sarana dan Prasrana Kabupaten Bengkulu
TengahKebutuhan
Sarana dan Prasarana Kabupaten Bengkulu Te
SARANA
DAN PRASARANA

Standar Kebutuhan Sarana dan Kebutuhan


Prasaran Sarana Perkecamataan/BWK

Sebaran Saran dan Sistem Jaringan

Gambar 3.1. Alur Fikir Kebutuhan Srana dan Prasarana


Tinjauan terhadap penyebaran dan penyediaan fasilitas perkotaan,
dimaksudkan untuk mengetahui :
kelengkapan dan tingkat pelayanan setiap fasilitas dan utilitas
perkotaan,
kemerataan pelayanan fasilitas dan utilitas perkotaan ke seluruh
bagian wilayah kota atau blok peruntukan,
42

hasil guna dan daya guna tiap-tiap jenis fasilitas dan utilitas
perkotaan,
kualitas pelayanan fasilitas dan utilitas.
Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis
fasilitas didalam melayani kebutuhan penduduknya. Fasilitas umum yang
memiliki tingkat pelayanan 100 % mengandung arti bahwa fasilitas tersebut,
memiliki kemampuan yang sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk
mengetahui kelengkapan fasilitas umum kota dihitung tingkat pelayanannya
dengan rumus :
T.Pij = aij/bj x 100% Cis
Dimana :
T.Pij
Aij
Bj
Cis

= Tingkat Pelayanan Fasilitas i di kota j


= Jumlah Fasilitas i di kota j
= Jumlah Penduduk di kota j
= Fasilitas i persatuan penduduk menurut standar wilayah yang
dgunakan

Dengan cara perhitungan di atas, dapat diketahui tingkat pelayanan


setiap

fasilitas,

kecuali

untuk

fasilitas

peribadatan.

Khusus

untuk

menghitung tingkat pelayanan fasilitas peribadatan jumlah penduduk


kawasan j (bj) diganti oleh jumlah penduduk menurut agama di kawasan
tersebut.

43

3.4.5.METODE SAMPLING
Metode

pengambilan

sampel

yang

umum

digunakan

adalah

Probability Sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan memberikan


kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih. Dalam
perhitungan jumlah sampel sampai saat ini belum ada ketentuan yang jelas
tentang batas minimal besarnya sampel yang dapat diambil dan dapat
mewakili suatu populasi yang akan diteliti. Meskipun demikian, dalam teori
sampling bahwa sampel yang terkecil dan dapat mewakili distribusi normal
adalah 30.
Semakin besar jumlah sampel yang diambil, semakin kecil tingkat
kesalahannya sehingga mendekati nilai populasi yang benar, dengan
demikian penelitian akan mendapatkan hasil yang lebih akurat. Untuk
mengetahui besarnya sampel yang diambil dan dapat mewakili suatu
populasi, Dixon dan B. Leach membuat pendekatan dengan rumus: (Tika,
1997:33).
N = {( Z V ) / c}2
Dimana :
n

= Jumlah sampel

= Tingkat kepercayaan/confidence level (%)dalam tabel statistik 95%

atau z = 1,96.
V

= Variabilitas (%) dihitung dengan rumus :


V = p (100-P)

Dimana :
44

p = persentase karakteristik sampel (proporsi populasi) yang dianggap


benar. Bila hal ini tidak diketahui maka variasi p dapat diganti dengan harga
maksimum, yakni 50%.
c = Batas Kepercayaan/confidence limit (%) atau prosentase perkiraan
kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan ukuran sampel.
Dalam studi ini digunakan nilai c = 10%.

3.4.6.PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Sebagai suatu kegiatan yang mengedepankan partisipasi stakeholders
dalam proses pelaksanaan pekerjaan, pada keempat tahapan kegiatan
tersebut selalu disertai dengan kegiatan berupa diskusi, pembahasan, dan
penyepakatan sebagai milestone dari setiap proses kegiatan yang telah
dilaksanakan. Metoda Pengelolaan Pekerjaan dilakukan didasarkan pada
skema hubungan tiap lingkup kegiatan sebagaimana tergambarkan pada
Gambar 3.1 yang secara skematis menggambarkan hubungan antara Garis
besar kegiatan yang dilakukan dengan Metode yang digunakan dalam
melaksanakan kegiatan.
Sesuai dengan ruang lingkup pelaksanaan pekerjaan yang dijelaskan
dalam KAK, serta dikembangkan lebih lanjut dalam Bagian Tanggapan
terhadap KAK, maka dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan dijelaskan juga
pendekatan umum pelaksanaan pekerjaan ini.

3.4.7.PENDEKATAN PERENCANAAN KEGIATAN

45

Pendekatan

perencanaan

kegiatan

pada

dasarnya

merupakan

pendekatan yang dilakukan dengan melihat inti permasalahan, kemudian


dari inti permasalahan tersebut akan dirumuskan kebutuhan penanganan
untuk selanjutnya dilakukan pemantapan terhadap penangan pelaksanaan
pekerjaan. Terkait dengan hal ini, terdapat 5 tahapan yang menjadi bagian
dari pendekatan perencanaan kegiatan, yaitu :Need Assesment, Perumusan
Peta

Permasalahan,

Perumusan

Kebutuhan

Penanganan.

Pemantapan

Penanganan. Pemantapan Rencana Kerja dan Metodologi Pelaksanaan


Pekerjaan. Pendekatan ini diaplikasikan pada tahapan persiapan kegiatan
yang tujuannya untuk mematangkan metodologi dan rencana kerja

PENYUSUNAN PETA PERMASALAHAN

PEMANTAPAN RENCANA KERJA DAN METODOLOGI PELAKSANA


NEED ASSESMENT

PEMANTAPAN PENANGANAN PEKERJAAN

KEBUTUHAN PENANGANAN

Gambar 3.1. Diagram Metode Pelaksanaan Pekerjaan


3.4.8.PENDEKATAN IDENTIFIKASI DAN EKSPLORASI PERMASALAHAN
Dalam pendekatan eksploratif ini sangat memungkinkan diperoleh
informasiinformasi tambahan yang tidak diduga sebelumnya atau yang tidak
pernah dikemukakan dalam teori-teori yang ada.Informasi yang didapat
46

dengan

pendekatan

ini

dapat

bersifat

situasional

dan

berdasarkan

pengalaman sumber. Proses eksplorasi ini akan mengkerucut pada suatu


bentuk pendekatan yang konfirmatif dalam menilai keseusaian karakteristik
kelompok sasaran dengan kebutuhan penyampaian materi sosialisasi untuk
tiap karakteristik yang berbeda. Pendekatan eksplorasi tersebut di terapkan
pada:
- Identifikasi Eksplorasi dalam Proses Pengumpulan Data dan Informasi;
- Eksplorasi dalam Proses Analisa dan Evaluasi.

3.4.9. PENDEKATAN PARTISIPATIF


Pendekatan partisipatif adalah upaya perencanaan yang dilakukan
bersama antara unsur pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, peran
masyarakat ditekankan pada penentuan tingkat kebutuhan, skala prioritas,
dan alokasi sumber daya masyarakat. perencanaan partisipatif atau
participation planning merupakan upaya perencanaan yang melibatkan/
mengikutsertakan seluruh stakeholder yang ada. Dalam definisi tersebut,
stakeholder selaku pemeran serta dapat terdiri dari kelompok pemerintah,
swasta, dan masyarakat. Dengan pemahaman tersebut, perencanaan secara
partisipatif melibatkan berbagai komunitas secara menyeluruh.

3.4.10

ANALSIS HIERARCHY PROCESS (AHP)


47

AHP merupakan analisis sistem pengambilan keputusan secara multi


kriteria (Saaty, 2008). AHP dibangun oleh Thomas L. Saaty dan digunakan
untuk memecahkan sekaligus mencari alternatif solusi dari permasalahan
yang kompleks. Menurut Cheremisinoff (2003) Analytic Hierarchy Process
(AHP) adalah metode untuk menstrukturkan kompleksitas permasalahan
secara berhirarki menilai tingkat kepentingan setiap variabel secara relatif
dan menetapkan variabel dengan prioritas tertinggi.
Tiga tahap penting dalam analisis AHP adalah penyusunan struktur
hirarki, penetapan prioritas, dan analisis konsistensi persepsi. Dalam
penyusunan

KLHAS

Kabupaten

Bennteng

ini

AHP

digunakan

untuk

menetapkan persepsi prioritas kepentingan Pengembangan perumahan dan


permukiman yang dilihat dengan banyak kriteria (multi kriteria). Selain itu,
AHP ini dipilih karena cukup mengandalkan intuisi atau persepsi sebagai
masukan utamanya, dimana intuisi dan tersebut hams berasal dari orangorang yang mengerti akan permasalahan, pelaku, ataupun
pihak Sosial
yang
Persiapan
mendapatkan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap objek atau masalah. Responden untuk identifikasi persepsi

Survey Swadaya

bebrapa orang yang merupakan stakeholders yang terdiri atas unsur-unsur


pemerintah daerah selaku pengelola, pekerja pembangunan perumahan,
Kesepakatan Prioritas Permasalahan

dan masyarakat pengguna perumahan.

Kesepakatan Penggalang
Evaluasi

48
Proses Implementasi

Kesepakatan Perenc

Gambar 3.3. Proses Implementasi KHLS Dalam Bentuk


Rencana

Langkah awal proses ini adalah merinci tujuan atau topik kajian ke
dalam beberapa komponen yang kemudian diatur dalam tingkatan-tingkatan
hirarki. Hirarki yang paling atas diturunkan kedalam beberapa set kriteria
atau

elemen,

sehingga

diperoleh

elemen-elemen

spesifik

yang

mempengaruhi pen&ntuan prioritas kepentingan. Langkah selanjutnya


adalah menentukan prioritas kepentingan pada masing-masing tingkatan.
Kemudian dibangun suatu matriks perbandingan dari semua elemen pada
suatu tingkat hirarki dan pengaruhnya terhadap elemen pada tingkatan
yang lebih tinggi untuk menentukan prioritas serta mengkonversi penilaian
komparatif individu kedalam pengukuran skala rasio. Penentuan tingkat
kepentingan

pada

tiap

hirarki

dilakukan

denganteknik

perbandingan

berpasangan (pairwise comparison) yang menghasilkan suatu matriks


peringkat alternatif untuk masing-masing tingkat hirarki.
49

BAB 4
PENUTUP
Kecenderungan penurunan kualitas lingkungan terkait dengan tata
ruang wilayah sebagai produk dari rangkaian proses penataan ruang, yang
diawali tahapan perencanaan tata ruang, oleh karena itu, perbaikan kuaitas
rencana tata ruang wilayah menjadi mutlak dan sangat strategis untuk
segera direalisasikan guna menghambat laju penurunan kualitas lingkungan
dan daya dukung lingkungan. KLHS bisa menjadi pilihan alat bantu untuk
50

memperbaiki kualitas rencana tata ruang wilayah melalui perbaikan


kerangka berfikir perencanaan tata ruang, yang berimplikasi pada perbaikan
prosedur/proses dan metodologi/muatan perencanaan.
Apa

yang

akan

terjadi

kalau

pertimbangan

lingkungan

tidak

terintegrasi dalam perencanaan tata ruang, Jawabannya adalah kerusakan


dan pencemaran lingkungan. Mengapa ? Sumber

masalah degradasi

kualitas lingkungan hidup berawal dari proses pengambilan keputusan


sehingga upaya penanggulangan degradasi kualitas lingkungan juga harus
dimulai dari proses pengambilan keputusan pembangunan, yaitu pada tahap
formulasi kebijakan, rencana, atau program-program pembangunan.
Setelah lebih dari 30 tahun diberlakukannya Kebijakan Nasional
Penataan Ruang (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang, kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007), kualitas tata ruang di Indonesia masih belum memenuhi harapan,
justru cenderung mengindikasikan adanya penurunan kualitas dan daya
dukung lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan makin terlihat
nyata baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan.
Jalan keluar yang dipandang efektif untuk mengatasi masalah di atas,
dan sekaligus sebagai upaya untuk menjamin keberlanjutan pembangunan
di masa mendatang, adalah mengintegrasikan kepentingan lingkungan pada
tingkatan pengambilan keputusan yang strategis, yakni pada tataran
kebijakan (policy), rencana (plan), atau program (KRP) ; melalui aplikasi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).

51

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), berdasarkan UndangUndang

No.

32 Tahun

2009 tentang

Perlindungan

dan

Pengelolaan

Lingkungan, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan


partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program.
merupakan

sebuah

bentuk

tindakan

Dengan kata lain, KLHS

strategis

dalam

menuntun,

mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap


lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam
kebijakan, rencana dan program (KRP). Posisinya berada pada tataran
pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam
siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang,
maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki rencana
tata ruang wilayah (RTRW). KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa
memperkaya

proses

penyusunan

dan

evaluasi

keputusan,

bisa

dimanfaatkan sebagai instrument metodologis pelengkap (komplementer)


atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau kombinasi dari
beberapa atau semua fungsi-fungsi di atas.
Pada prinsipnya, proses KLHS harus dilakukan terintegrasi dengan
proses perencanaan tata ruang. Beragamnya kondisi yang mempengaruhi
proses perencanaan tata ruang menyebabkan integrasi tersebut bisa
dilaksanakan dalam 2 (dua) cara, yaitu : penyusunan dokumen KLHS untuk
menjadi masukan bagi RTRW atau KRP tata ruang atau melebur proses KLHS
dengan proses penyusunan RTRW atau KRP tata ruang. Kaidah terpenting
KLHS dalam perencanaan tata ruang adalah pelaksanaan yang bersifat
52

partisipatif, dan sedapat mungkin didasarkan pada keinginan sendiri untuk


memperbaiki mutu KRP tata ruang (self-assessment) agar keseluruhan
proses bersifat lebih efisien dan efektif.
Di Indonesia,

landasan formal agar KLHS terintegrasi atau menjadi

dasar penyusunan tata ruang tertuang dalam Pasal 2 Undang-Undang


Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu bahwa salah satu asas
penataan ruang diselenggarakan dengan prinsip keterpaduan; keserasian,
keselarasan dan keseimbangan; serta keberlanjutan. Lebih lanjut pada Pasal
3 pada undang-undang yang sama disebutkan bahwa penyelenggaraan
penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman,

nyaman,

produktif,

dan

berkelanjutan

berlandaskan

Wawasan

Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan (a) terwujudnya keharmonisan


antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, b) terwujudnya keterpaduan
dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan
memperhatikan sumber daya manusia dan c) terwujudnya pelindungan
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang. Berdasarkan inilah, diperlukan suatu kajian yang
memuat arahan prinsip keberlanjutan dalam KRP sekaligus mampu menjadi
pondasi kebijakan penataan ruang sebagaimana yang termuat dalam ketiga
poin di atas (a, b,c) dan kajian tersebut adalah dalam bentuk KLHS.
Integrasi KLHS dalam perencanaan tata ruang dipertegas pada
Undang-Undang
Pengelolaan

Nomor

Lingkungan

32

Tahun

Hidup.

2009

Pada

tentang

pasal

15

Perlindungan
disebutkan

dan

bahwa

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan


bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
53

terintegrasi

dalam

pembangunan

suatu

wilayah

dan/atau

kebijakan,

rencana, dan/atau program dan wajib melaksanakan KLHS ke dalam


penyusunan atau evaluasi rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta
rencana rincinya.
KLHS memuat kajian kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan
risiko

lingkungan

hidup,

kinerja

layanan/jasa

ekosistem,

efisiensi

pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi


terhadap

perubahan

iklim

dan

tingkat

ketahanan

dan

potensi

keanekaramaan hayati. Agar KLHS dapat terintegrasi secara baik dalam


penyusunan

tata

ruang,

perlu

diperhatikan

kaidah

asas-asas

hasil

penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan


ruang, yaitu keterkaitan (interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan
keadilan (justice).
Keterkaitan

menekankan

pertimbangan

keterkaitan

antara

satu

komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain,
atau antara satu variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan
antara lokal dan global, keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan
seterusnya. Keseimbangan menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek,
kepentingan, maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya,
seperti di antaranya adalah keseimbangan laju pembangunan dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup, keseimbangan pemanfaatan
dengan

perlindungan

dan

pemulihan

cadangan

sumber

daya

alam,

keseimbangan antara pemanfaatan ruang dengan pengelolaan dampaknya,


dan lain sebagainya.

Sedangkan asa keadilan menekankan agar dapat


54

dihasilkan kebijakan, rencana dan program yang tidak mengakibatkan


pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber alam, modal dan
infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada sekelompok orang
tertentu.
Atas dasar kaidah-kaidah di atas, maka penerapan KLHS dalam
penataan ruang bertujuan untuk mendorong pembuat dan pengambil
keputusan atas KRP tata ruang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan,
seperti Apa manfaat langsung atau tidak langsung dari usulan sebuah
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) atau KRP Tata Ruang. Bagaimana dan
sejauh mana timbul interaksi antara manfaat RTRW atau KRP Tata Ruang
dengan lingkungan hidup dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam?
Apa lingkup interaksi tersebut? Apakah interaksi tersebut akan menimbulkan
kerugian atau meningkatkan kualitas lingkungan hidup? Apakah interaksi
tersebut akan mengancam keberlanjutan dan kehidupan masyarakat?
Dapatkah efek-efek yang bersifat negatif diatasi, dan efek-efek positifnya
dikembangkan? Dan seterusnya.
Hadirnya dan integrasinya KLHS dalam perencanaan tata ruang,
diharapkan dapat menjawab beberapa pertanyan di atas, dan pula
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dalam

membuat

kebijakan,

rencana

atau

program

terkait

dengan

penyusunan tata ruang. Sudahkan pertimbangan lingkungan terintegrasi


dalam perencanaan tata ruang Kabupaten Bengkulu Tengah.

55

Anda mungkin juga menyukai