Anda di halaman 1dari 31

BAB 4.

KONSEP TENTANG PARIWISATA


4.1. Konsep Pariwisata
4.1.1. Pengertian produk pariwisata
Produk pariwisata menurut burkart dan medilik yang di kutip oleh Oka A
Yoeti (1996:64) mengemukakan pengertian produk wisata sebagai berikut :....
The tourist product may be seen as composite product, as an amalgan of
attractions, transport accommodation and of entertainment dalam pengertian
produk tersebut di atas lebih menekankan kepada satu strata produk yag satu
sama lain saling memiliki ketergantungan yang terdiri dari Obyek wisata,atraksi
wisata, transportasi, akomodasi, dan rekreasi hiburan umum.
Sedangkan pendapat medik dan meddelton yang diikuti oleh Oka A Yoeti
(1996:64) mengemukakan pengertian produk wisata sebagai berikut : as far as
the touist concerned the product convers the complet experience from the time
the leaves home to time has returns to it , pendapat Medik dan Meddelton lebih
menekankan kepada keterpaduan seluruh unsur pariwisata yang disusun dalam
satu bentuk paket wisata satu sama lain memiliki unsur pelayanan yang
disesuaikan

dengan

kebutuhan

wisatawan

dan

sejak

berangkat

dan

meninggalkan rumah sampai kembali ketempat asal.


Dalam kaitan pengertian tersebut, maka produk wisata lebih cenderung
kepada pengelolaan usaha-usaha pariwisata yang memiliki tiga unsur penting
sebagai bentuk wisata pada satu daerah tujuan wisata yaitu;
1. Atraksi dan citra pembentukan satu daerah tujuan wisata;
2. Sarana dan prasarana yang mendukung keberadaan produk wisata
tersebut;
3. Aksesibilitas di suatu daerah tujuan wisata

LAPORAN DRAFT AKHIR

4-1

Undang-undang No. 9 tahun 1990 dan peraturan Pemerintah No. 67


tahun 1996 membagi bagian pengusahaan produk wisata kedalam bentuk
pengelolaan dan jenis-jenis usaha sebagai berikut :
1. Pengusahaan Obyek dan daya tarik wisata
a. Pengusahaan Obyek dan daya tarik wisata alam,ODTW alam berbentuk
alam ciptaan tuhan yang maha kuasa seperti hutan, bentang alam, sungai,
goetermal, pantai, gunung, danau, dan sebagainya yang telah di tetapkan
sebagai Obyek dan daya tarik wisata untuk di jadikan sasaran wisata;
b. Pengusahaan Obyek dan daya tarik wisata budaya, setiap hasil karya, karsa,
dan cipta manusia yang membentuk berbagai jenis benda, kegiatan, seperti
seni olah makanan dan minuman, seni tari, seni tembang, seni karawitan,
seni musik, nilai-nilai tradisi, seni rupa, kepurbakalaan, sastra, kerajinan,
bahsa, sejarah dan lain-lain sebagai usaha pemanfaatan seni budaya bangsa
yang telah di tetapkan sebagai Obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan
sasaran wisata;
c. Pengusahaan Obyek dan daya tarik wisata minat khusus merupakan usaha
pemanfaatan sumber daya alam atau potensi seni budaya seperti wisata goa,
panjat tebing, diving, windsurfing, sport, pengenalan budaya suku-suku dan
lain-lain untuk di jadikan sasaran wisata bagi wisatawan yang mempunyai
minat khusus.
2. Usaha jasa pariwisata; usaha jasa pariwisata yang meliputi penyediaan jasa
perencanaan, jasa pelayanan dan jasa penyelenggaraan pariwisata dengan
a. Jenis usaha jasa pariwisata sebagai berikut :
- Jasa biro perjalanan wisata
- Jasa agen perjalanan wisata
- Jasa impresariat
- Jasa konsultan pariwisata dan
- Jasa informasi pariwisata
b. Usaha sarana pariwisata, dapat berupa :
- Penyediaan akomodasi
- Penyediaan makanan dan minuman
- Penyediaan angkutan wisata
- Penyediaan sarana wisata
- Penyediaan sarana wisata tirta dan
- Penyelenggaraan kawasan pariwisata
LAPORAN DRAFT AKHIR

4-2

4.1.2. Pengertian Kebudayaan


Kebudayaan sebagai keseluruhan laku manusia yang diatur oleh
tata laku dan harus di dapat melalui belajar tersusun dalam kebudayaan
bermasyarakat. Walaupun kebudayaan meliputi seluruh kehidupan
manusia (totalitas) namun lebih dikaitkan dengan beberapa aspek yang
berkaitan dengan kesenian atau hal-hal yang berkaitan dengan seni,
maka kita sering berbicara tentang seni budaya sebagai bagian dari
kebudayaan. Adapun bentuk-bentuk kesenian/seni adalah :
1. Seni rupa/arsitektur
2. Seni musik/karawitan
3. Seni tari dan padalangan
4. Seni teater
5. Keburbakalaan dan permuseuman
6. Sastra dan bahasa
7. Filsafat
Dalam perkembangannya di Indonesia kesenian pada umumnya
di bagi menjadi dua bentuk yaitu yang di sebut seni tradisional dan seni
moderen. Pada seni tradisional di temukan kesenian-kesenian klasik,
sedang dalam kesenian modern timbul seni yang di sebut kontemporer.
Djaka

Soeryawan

(1984:1)

memberikan

pendapat

mengenai

kepurbakalaan atau arkeologi adalah bahan sejarah yang tidak bertulisan


diantaranya, bangunan seni pahat/patung, hasil kerajinan, alat-alat kerja,
alat-alat angkutan, senjata, perhiasan, baik yang ada di permukaan bumi
atau yang terpendam dalam tanah. Benda-benda yang ada kaitannya
dengan kepurbakalaan dan perkembangan sejarah kehidupan bangsa di
bagi 3 kelompok yaitu:
1. Benda purbakala yaitu suatu hasil karya pada masa silam berbentuk
benda;
2. Benda (peninggalan) sejarah benda-benda kaitannya dengan sejarah
3. Benda budaya baik dilihat dari segi struktural dan lain-lain
4.1.3. Pengertian Karakteristik Wisatawan
LAPORAN DRAFT AKHIR

4-3

Karakteristik wisatawan di maksud adalah yang berkaitan dengan


berbagai aspek yang melatar belakangi perjalanan seseorang (wisatawan)
sebagai penentuan dan penyediaan kebutuhan mereka di masa mendatang
sejalan dengan pengalaman mereka ke satu daerah wisata. Beberapa aspek
yang perlu di ketahui sehubungan dengan perjalanan adalah :
1. Asal wisatawan (negara, benua, daerah)
2. Jenis kelamin/umur
3. Jenis pekerjaan
4. Pendidikan
5. Lama kunjungan/ tinggal
6. Belanja wisatawan
7. Model transportasi
8. Frekuensi kunjngan
9. Tujuan perjalanan
10. Penghasilan wisatawan
11. Jenis cinderamata yang dibeli
4.1.4. pemberdayaan Masyarakat Pariwisata
Ambar teguh sulistiyani berpendapat, secara etimologis pemberdayaan
berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan, dengan
demikian maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai satu proses menuju
berdaya atu satu proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan atau
proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya
kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Inisiatif untuk mengalihkan
daya/kekuatan/kemampuan, misalnya pemerintah atau agen-agen pembangunan
lainnya.
Pemberdayaan masyarakat pariwisata dimaksud adalah sebagai satu
pendekatan yang mengikutsertakan dan meletakan masyarakat sebagai pelaku
penting dalam berbagai kegiatan pariwisata. Dalam pemberdayaan dikenal
beberapa unsur yang menjadi penggerak agar masyarakat mampu berperan aktif
antara lain :
LAPORAN DRAFT AKHIR

4-4

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Partisipasi (participation)
Motivasi (motivation)
Keberanian (enourage)
Perlindungan (protection)
Kesadaran (awareness)
Berkembang (enabling)

4.1.5. pariwisata Berwawasan Lingkungan


Pariwisata
penyelenggaraan

berwawasan

pengusahaan

lingkungan

pariwisata

alam

dimaksud

adalah

dilaksanakan

dengan

memperhatikan :
1. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;
2. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan
kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya;
3. Nilai-nilai agama, adat istiadat pandangan dan nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat;
4. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan
5. Keamanan dan ketertiban masyarakat
Hal tersebut diatas ditunjang pula oleh ketentuan pasal 5 Undangundang No.5 tahun 1990; bahwa konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan :
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya;
3. Pemanfaatan secara

lestari

sember

daya

alam

hayati

dan

ekosistemnya.
4.1.6. kawasan Pariwisata
Chuk Y Gee

(1981:29) mengemukakan pengertian mengenai

kawasan (resor) sebagai berikut : a resort is considered for vocation travelers,


as such, it must have a full compliment of amenities, services products and
recretional facilities required by guest. The development of the resort similar type
of problems, economic, social, and envirovmental-ecountered ini urban
LAPORAN DRAFT AKHIR

4-5

development satu resor atau kawasan adalah merupakan satu tempat tujuan
wisatawan untuk berlibur, didalamnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas,
pelayanan, produk wisata dan tempat rekreasi secara terpadu yang dibutuhkan
wisatawan.
Menurut Surat Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomonikasi
RI No.59/PW002?MPPT/85, yang dimaksud dengan kawasan pariwisata adalah :
kawasan Pariwisata adalah setiap usaha komersial yang lingkup kegiatannya
menyediakan sarana dan prasarana untuk mengembangkan pariwisata.
Sedangkan menurut peraturan pemerintah RI No.67 tahun 1996, tentang
penyelenggaraan kepariwisataan disebutkan dala pasal 96, kegiatan usaha
kawasan pariwisata meliputi :
1. Penyewaan lahan yang telah dilengkapi dengan prasarana sebagai
tempat untuk menyelenggarakan usaha pariwisata;
2. Penyewaan fasilitas penduduk lainnya;
3. Penyediaan bangunan-bangunan untuk menunjang kegiatan usaha
pariwisata dalam kawasan pariwisata.

Kawasan wisata dapat diartikan sebagai satu bentuk tempat


usaha yang berupaya menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan
wisatawan menggunakannya dalam satu kesempatan dan efisiensi waktu
kunjungan.
4.1.7. Pemasaran Pariwisata
Pengertian pemasaran pariwisata menurut salah wasahb, Phd. Yang
terjemahkan oleh frans gromag (1988:156) adalah sebagai berikut : upaya-upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan oleh organisasi pariwisata nasional dan
atau badan-badan usaha pariwisata pada taraf internasional,nasional dan lokal,

LAPORAN DRAFT AKHIR

4-6

guna memenuhi kepuasan wisatawan baik secara kelompok maupun pribadi


dengan maksud meningkatkan pertumbuhan pariwisata.
4.1.8. Sistem Kepariwisataan
Secara umum untuk merumuskan sistem kepariwisataan yang
dapat berfungsi dengan baik,inti dari keseluruhan proses pembangunan dan
oprasional pariwisata terdiri dari dua komponen utama, yaitu sisi permintaan dan
sisi sediaan (Gunn, 1988:69). Sub-sub ini akan menjelaskan secara rinci
mengenai sediaan dan permintaan pariwisata, terdiri atas penjelasan mengenai
analisis sediaan dan permintaan dalam sisten kepariwisataan, komponen
sediaan dan perintaan pariwisata, serta penjelasan mengenai input survey dan
analisis dalam pengembangan pariwisata.
4.1.9. Analisis Sediaan dan Permintaan dalam Sistem Kepariwisataan
Pariwsata dapat di pandang sebagai pengalaman manusia, perilaku
sosial, fenomena geografis, sumber daya, bisnis ataupun industri. Analisis
terhadap sistem pariwisata akan dipengaruhi oleh cara pandang tersebut
(smith,1989:2-7). Kegiatan kepariwisataan dapat dilihat dari konteks kesediaan
dan

permintaan

yang

merpakan

komponen

pasar

kepariwisataan

(Murphy,1985:10).
Permintaan adalah wisatawan dan segala sesuatu yang melekat pada diri
wisatawan yang ditimbulkan oleh berbagai faktor yang kemudian membentuk
apa yang disebut dengancitra wisata. Sediaan adalah segala sesuatu yang
dikonsumsi oleh wisatawan yang dibentukoleh berbagai faktor yang kemudian
hasilnya dapat dikatakan produk wisata. Murphy(1985:10) mengklasifikasikan
komponen-komponen pembentuk produk wisata atau fasilitas,aksesibilitas, dan

LAPORAN DRAFT AKHIR

4-7

infrastruktur. Komponen pasar pariwisata ini dapat dijelaskan dalam bentuk


bagan sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Komponen Pariwisata


4.1.10. Komponen Sediaan dan Permintaan Pariwisata
da banyak literatur yang dapat digunakan dalam merumuskan dan
mengidentifikasi

komponen-komponen pariwisata. Gunn mengidentifikasi

LAPORAN DRAFT AKHIR

4-8

komponen produk pariwisata kedalam 4 komponen, yaitu atraksi, fasilitas


pelayanan, transportasi, dan promosi informasi

(Gunn, 1988:71). Mill dan

Mirrison (1992:2) melakukan sedikit kombinasi dengan memasukkan komponen


atraksi pelayanan ke dalam komponen Tujuan (Gunn,1988:69).

4.1.11. Obyek Wisata


Dalam rangka mensurvey dan mengevaluasi Obyek

wisata, sangat

penting untuk memahami jenis-jenis daya tarik dan aktivitas wisata yang harus di
pertimbangkan dalampengembangan wisata, dan bagaimana hal ini dapat
dikatagorikan untuk tujuan analisis (Inskeep,1991:76). Oleh International Council
of Societies of Indusatrial Design (ICSID,1977), ada beberapakomponen yang
dapat menarik para wisatawan ke lokasi wisata, atau menarik minat
penduduksetempat untuk turut menikmati atraksi yang di tawarkan oleh Obyek
wisata tersebut, yaitu:
1. Bepesiar, misalnya berkeliling daerah selama berhari-hari dengan
karavan, motor, mobil, sepeda, perahu, kapal pesiar, dan sebagainya.
2. Aktivitas, misalnya kegiatan berburu, menembak, memancing,
berselancar, mendaki gunung, bersepeda, berperahu kano, ski air,
hiking,tea-walk, dan sebagainya.
3. Struktur buatan manusia misalnya etnis dan agama, bangunanbangunan yang megah dan taman-taman yang indah, arsitektur dan
arkeologi, galeri dan museum, dan sebagainya.
4. Peristiwa atau acara khusus, seperti misalnya kontes olahraga,
pagelaran, seni dan budaya, pameran, dapat di jadikan sebagai daya
tarik wisata untuk periode yang singkat (Inskeep,1991:88).

LAPORAN DRAFT AKHIR

4-9

5. Fisik alam, biasanya merupakan Obyek

wisata alam seperti

gunung,sungai, laut, hutan, flora dan fauna, danau, pantai,lembah,


kawah, dan lain-lain.
4.1.12. sarana Pariwisata
Sarana

pariwisata

dalam

pembuatan

rencana

Induk

Pariwisata

Pengembangan pariwisata daerah (RIPPDA) Kabupaten seluma ini


meliputi :
1. Akomodasi
Informasi yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan akomodasi
adalah lokasi, jumlah kamar atau jumlah unit akomodasi, kualitas
pelayanan, karakteristik khusus dari fasilitas dan pelayanan yang
ditawarkan, rata-rata hunian kamar, rata-rata peluang menginap dalam
periode 1 tahun, atau untuk periode musiman. Penilaian terhadap
penyediaan akomodasi harus dilakukan baik terhadap rencana fisik dan
jenis fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan maupun kualitas pelayanan
(Inskeep, 1991 :115).
2. Tempat-tempat Makan ;
Usaha penyediaan makan dan minum merupakan usaha pengelolaan,
penyediaan, pelayanan makanan dan minuman, yang dapat dilakukan
sebagai bagian dari penyediaan akomodasi atau sebagai usaha yang terdiri
sendiri ( UU No.9 Tahun 1990 Pasal 26). Pertimbangan yang perlu
dilakukan dalam penyediaan fasilitas makanan dan minuman antara lain
adalah jenis dan fariasi makanan yang ditawarkan, tingkat kualitas
makanan dan minuman, pelayanan yang diberikan, tingkat harga, tingkat
higienis, hal-hal biasanya yang dapat menambah selera makan seseorang,
serta lokasi tempat makan, biasanya dikaitkan dengan lokasi akomodasi
dan rute perjalanan wisata ( Inskeep, 1991 :116-117). Selain itu juga

LAPORAN DRAFT AKHIR

410

masalah sebaran lokasi.untuk memudahkan oprasi penyaluran makanan,


sebaiknya disediakan beberapa pusat penyediaan makanan dalam satu
kawasan wisata yang melayani tempat-tempat makan dilokasi terdekat
dengannya, sehingga memungkinkan bahan makanan dan minuman dapat
diantarkan dalam kondisi yang segar,lezat,dan dingin ( Lawson dan Baudbovy, 1998:35).
3. Tempat Parkir
Perlu disediakan ruang parkir di luar jalan untuk menangani kendaraankendaraan yang berhenti di tempat makan, penginapan, atau tempat
belanja,supaya jalan tidak padat oleh kendaraan yang parkir, terutama
pada jam-jam ramai (Inskeep,1991;3170. Tempat parkir dapat berupa parkir
terbuka atau parkir tertutup, dan berdasarkan letaknya, tempat parkir dapat
di buat bertingkat pada gedung parkir khusus, atau tidak bertingkat
(sebidang) pada lahan yang merupakan bagian dari lahan bangunan
fasilitas tertentu. Lokasi dan rancangan parkir diluar jalan harus dapat
menimbulkan perhatian khusus bagi pemarkir yang akan menggunakannya
(Ditjen perhubungan darat,1995:116).
4. Fasilitas Perjalanan
Berbelanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata,dan sebagian
pengeluaran wisatawan didistribusikan untuk berbelanja. Karenanya
fasilitas

terhadap

aktivitas

belanja

perlu

di

pertimbangkan

perencanaan dan pembangunan pariwisata, bukan hanya

dalam
sebagai

pelayanan wisata, namun juga sebagai Obyek wisata yang memiliki daya
Tarik (Inskeep, 1991:86). Fasilitas dan pelayanan belanja di sediakan bagi
pengunjung yang ingin membeli barang-barang seni, kerajinan tangan,
suvenir,

barang-barang

khas

seperti

pakaian,perhiasan

dan

lain-

lain.penilaian dalam penyediaan fasilitas belanja ini perlu dilakukan


terhadap ketersediaan barang-barang dan pelayanan yang memadai,

LAPORAN DRAFT AKHIR

411

lokasinya yang nyaman dan akses yang baik, serta tingkat harga yang
relatif terjangkau (Inskeep, 1991:117).
5. Sarana Pergerakan
Keterhubungan antara satu lokasi dengan lokasi lain merupakan komponen
penting dalam sistem kepariwisataan (Gunn,1988:71). Karenanya untuk
menciptakan saling keterhubungan antara berbagai tempat dalam satu
kawasan wisata dan untuk memberi kemudahan dalam pergerakan dari
satu tempat ke tempat lain, perlu adanya prasarana dan sarana pergerakan
yang memadai. Dalam kaitannya dengan kepariwisataan, prasarana dan
sarana pergerakan tersebut harus disesuaikan dengan keberadaanya
disuatau wisata. Artinya, elemen-elemen pergerakan tersebut harus
memiliki nilai daya Tarik dan berperan dalam mendukung aktivitas wisata.
Sarana transportasi yang menarik serta mengandung nilai historis dan
memiliki bentuk-bentuk khusus, dapat di jadikan sebagai Obyek dan daya
Tarik wisata (Inskeep, 1991:90).
6. Fasilitas Umum
Selain sarana yang telah di sebutkan di atas, juga di perlukan fasilitas
umum sebagai sarana pelengkap. Dalam studi ini fasilitas umum yang akan
dikaji meliputi fasilitas-fasilitas umum yang biasa tersedia di tempat-tempat
rekreasi di Indonesia, seperti toilet dan sarana ibadah (Mushola).

4.1.13. Jasa Pariwisata


Jasa pariwisata, sebagaiman jasa lainnya memiliki sifat khas, yaitu tidak
bisa di timbun dan akan dikonsumsi pada saat jasa tersebut dihasilkan (Yoeti,
1996:80). Dari sifat ini dapat pula dikatakan bahwa jasa pariwisata adalah
pelayanan wisata yang diberikan kepada wisatawan. Analisis terhadap pelayanan
wisata merupakan hal penting karena pengeluaran yang dihasilkan oleh
wisatawan untuk membayar pelayanan memberikan input utama dalam analisis
LAPORAN DRAFT AKHIR

412

ekonomi kepariwisataan (Gunn, 1988:71). Jasa pariwisata meliputi jasa


perencanaan, jasa pelayanan, dan jasa penyelenggaraan pariwisata (UU No. 9
tahun 1990 pasal 8). Komponen pelayanan jasa wisata yang akan dikaji dalam
studi ini meliputi.
a. Biro Perjalanan Wisata (Tour and Travel)
Biro perjalanan wisata diperlukan untuk memudahkan wisata dalam
mendapatkan layanan informasi, transportasi dan juga pemandu
wisata,sebagai suatau paket perjalanan wisata, biro perjalanan wisata
melibatkan agen-agen khusus yang menawarkan program-program
tur wisata, sekaligus menangan kebutuhan wisatawan, misalanya
dalam hal transpotrasi, tiket perjalanan, pemesanan hotel, dan
pelayanan didalam dan diluar lingkup travel itu sendiri (Inskeep,
1991:116). Fungsi biro periklanan wisata, atau kadang disebut juga
dengan agen travel, salah satunya adalah sebagai organisator, disini
agen travel berusaha menciptakan daerah-daerah tujuan baru dan
mengorganisir orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata
kedaerah tujuan tersebut. hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
-

Tailor made, agen travel yang menyiapakan suatu rencana tur atas

permintaan langganannya.
Ready-mode tour, agen travel membuat rencana tur untuk dijual kepada

langganan yang sama sekali belum dikenalnya dan dijual secara bebas.
Fungsi lain dan biro perjalanana wisata adalah sebagai perantara. Dalam
hal ini travel agen berperan sebagai :
sumber informasi bagi calon wisatawan tentang daerah tujuan
wisata yang akan dikunjungi serta sarana wisata yang tersedia
didalamnya.
Memberi sarana kepada calon wisatawan tentang macam-macam
daerah tujuan dan program yang akan diikiti.
LAPORAN DRAFT AKHIR

413

Menyiapkan transportasi serta pengurusan barang-barang yang


akan dibawa.
Memberikan pelayanan setelah sampai, ditujuan wisata seperti
membantu

langganan

dalam

reservasi

penginapan,

merencanakan tur, mengantar ketempat penukaran uang dan


bank bagi wisatawan asing,dan sebagainya.

LAPORAN DRAFT AKHIR

414

b. Pusat Informasi
Dalam pengelompokan komponen-komponen pariwisata yang di buat
oleh Gunn, informasi dan promosi merupakan pelayanan yang
sejalan. Dengan adanya informasi, orang dapat memberikan nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dari perjalanan wisata yang akan
mereka lakukan, dan penilaian ini akan mempengaruhi keputusan
pilihan tujuan wisata mereka (Gunn, 1988:71). Karenanya untuk
menarik minat orang untuk berwisata kesuatu tempat, informasi yang
diberikan harus memberikan nilai promosi yang mengambarkan daya
Tarik Obyek wisata. Untuk memudahkan promosi, dapat digunakan
jenis-jenis material promosi seperti brosur,booklets, guide-book,
folder. Leaflets,dan sebagainya (Yoeti,1996:192-193).material promosi
ini

juga

bisa

disediakan

oleh

biro

perjalanan

wisata

untuk

menciptakan koordinasi dan sinkronisasi antara satu kegiatan dengan


kegiatan lainnya.
C. Penukaran uang dan fasilitas
Untuk pariwisata yang memiliki pasar mancanegara, adanya fasilitas
penukaran uang tentu merupakan hal penting untuk mensolusikan
masalah perbekalan mata uang antar negara. Hal-hal yang harus di
perhatikan dalam penyedian layanan penukaran uang adalah jenis
mata uang yang harus disediakan. Untuk itu perlu diadakan evaluasi
terhadap wisatawan mancanegara, dari negara mana saja mereka
berasal (Inskeep,1991:118).
d. Penyedian perlengkapn wisata
Salah satu bagi yang cukup penting dari permintaan pariwisata adalah
produk-produk dan pelayanan yang bersifat eceran. Obyek

wisata

seperti memancing, berkemah, atau olahraga air, memerlukan

LAPORAN DRAFT AKHIR

415

perlengkapan khusus. Dan pengujung biasanya tidak membawa


perlengkapan yang mereka butuhkan sampai mereka tiba di lokasi
wisata

(Gunn,

perlengkapan

1988:134-135).
wisata

dalam

Karena

itu

penyelengaraan

perlu

disediakan

pariwisata,

agar

memudahakan pengujung untuk melakukan aktifitas wisata.


e. Pemandu wisata
Untuk bentuk-bentuk tertentu, dalam sistem kepariwisataan mungkin
memerlukan jenis-jenis fasilitas dan pelayanan khusus. Untuk tiap area
dan jenis pariwisata, fasilitas dan pelayanan yang spesifik perlu
diidentifikasikan (Onskeep, 1991:119). Berkaitan dengan wilayah studi
yang memiliki daya Tarik wisata berupa aktifitas jelajah cagar alam,
diperlukan suatu jasa pemandu wisata yang berperan sebagai
penunjuk jalan bagi pengujung yang melakukan aktivitas penjelajahan
f.

tersebut.
Pengawasan pantai
Pertimbangan terhadap perlunya penyedian pengawasan pantai ini
mengacu pada ketentuan yang ditetapkan dalam keputusan Dirjen
pariwisata (1991, pasal 2) yang menyatakan bahwa setaip usaha
pariwisata yang memiliki kawasan/resor dan Obyek

wisata di laut,

pantai, darat termasuk danau, sungai, hoptel berbintang/hotel melati


yang memiliki kolam renang, kesemuanya digolongkan mengandung
resiko kecelakaan tinggi yang dapat menimpa wisata/pemakai jasa
sehingga diwajibkan menyediakan tenaga pemandu keselamatan.
4.1.14 Prasarana dan Sarana Lingkungan
Prasana yang memadai merupakan suatu yang penting bagi keberhasilan
pengembangan pariwisata, dan pada umunya, juga menjadi faktor kritis di
negara atau wilayah yang belum berkembang, yang sering kali memilki
keterbatasan untuk infrastruktur (heraty dalam Inskeep, 1991:119). Prasana

LAPORAN DRAFT AKHIR

416

dasar yang melayani komunitas penduduk lokal di suatu area sering kali juga
bisa melayani kegiatan pariwisata hanya denga sedikit penambahan jumlah
pelayanan. Demikian sebaliknya prasana yang di bangun untuk kegiatan
pariwisata dapat melayani kebutuhan.
Penduduk lokal secara umum (eukeep, 1991:120). Prasana kegiatan yang akan
di bahas dalam studi ini mencakup :
1. Jalan
2. Air bersih
3. Air buangan
4. Pengelolaan sampah
5. Drainase
6. Sarana kegiatan nelayan
4.1.15 Wisata Alam
Gunn (1994) mengutarkan wisata alam adalah kegiatan wisata dengan
atraksi utamanya adalah sumber daya alam yang terdiri dari 5 bentukan dasar
alam yaitu : air, topografi, flora, fauna, dan iklim. Bentuk sumberdaya alam yang
sangat umum untuk di kembangkan adalah air, seperti telaga warna, danau, laut,
sungai, air terjun, dan sebagainya.
Potensi alam seperti daerah yang memiliki perbedaan ketinggian tertentu
dan mengalami modifikasi lengkap akan sangat menarik bagi wisata. Flora dan
fauna endemik yang sangat bervariatif banyak menarik wisatawan, bentuk wisata
mulai dari kegiatan viewing, watching, hingga berburu(hunting) hewan.bahkan
perbedaan iklim pun dapat membuka peluang industri pariwisata.
Harold (1997) mengutarkan pariwisat alam mencakup

kegiatan

memaskan bentang alam dan kehidupan liar kepada pengujung dan wisatawan.
Taman nasional dan kawasan lindung merupakan sumber daya utama bagi
pariwisata alam, yang semakin meningkat arti ekonominya, karena menghasilkan
devisa dan manfaat ekonomi bagi pelestarian habitat alam dan spesies yang
hidup di dalamnya. Menurut Gunn (1994) peningkatan kepedulian terhadap
sumber daya alam secara universal menyebabkan timbul nya bentuk kegitan
wisata yang berbasis kepada alam. Salah satu bentuk kegiatan wisata tersebut
adalah ekowisata dan ecotourism. Barnesetal (1992) mengutarakan kegiatan
LAPORAN DRAFT AKHIR

417

ekowisata dapat di identifikasi sebagai penggunaan daerah alam oleh


pengunjung berjumlah kecil yang memiliki kemampuan dan pengetahuan dengan
tujuan untuk mempelajari suatu pengalaman baru. Menurut Jacobs (1995)
ekowisata adalah salah satu bentuk pendekatan kegiatan wisata yang bertujuan
untuk meminimalkan kerusakan dan menggunakan pendekatan masyarakat
lokal. Motivasi dalam melakukan perjalanan wisata adalah untuk kesenangan,
kekuasaan, pengalaman spiritual, maupun komersial.
4.1.16 Wisata Budaya
Menurut gunn (1994) wisata budaya adalah kegitan wisata dengan atraksi
utamanya adalah sumber daya budaya. Kategori sumberdaya budaya meliputi
tapak prasejarah, tapak bersejarah, tempat berbagi etnik dan tempat suatu
pengetahuan dan pendidikan, lokasi industri, pusat perbelanjaan, dan pusat
bisnis, tempat pementasan kesenian, museum, dan galeri, tempat hyiburan,
kesehatan, olah raga dan keagamaan.
Bentuk kegiatan wisata yang dapat di kembangkan dari sumberdaya
wisata budaya antara lain dengan membuat interpretasi pengunjung dan
melakukan kunjungan pada taman pra-sejarah dan perlindungan, pusat
kebudayaan, taman bersjarah,festival kebudayaan,festival kebudayaan, festival
pendidikan, pusat konvensi, pusat kesehatan, lain sebaginya. Berdasarkan
International

Council

on

Monuments

and

sites

(ICOMOS,

1999)

warisan/peninggalan (heritage) merupakan konsep yang luas dan meliputi baik


lingkungan alam dan lingkungan budaya. Konsep tersebut mencangkup
lanskap,tempat

bersejarah,

tapak

dan

lingkungan

buatan

maupun

keanekaragaman hayati, hasil koleksi, masa lalu dan kegiatan budaya yang
masih dilakukan, pengetahuan dan pengalaman kehidupan. Warisan merupakan
hasil rekaman dan ekspresi dari suatu proses panjang pengembangan sejarah,
memperlihatkan inti dari keragaman bangsa, wilayah, identitas penduduk asli dan
local dan merupakan bagian yang integral dengan kehidupan modern. Warisan
LAPORAN DRAFT AKHIR

418

tertentu dari setiap komunitas merupakan hal yang tak dapat di gantikan dan
sangat dasar penting untuk pengembangan sekarang dan masa depan,
merupakan titik referensi dinamik instrumen positif untuk pertumbuhasn dan
perubahan. Disebutkan pula bahwa tiga alasan melakukan kegiatan wisata
budaya, yaitu : memperoleh pengalaman waktu atau tempat, belajar dan
membagi pengetahuan dengan orang lain. Berdasarkan ICOMOS (1999)
Kegiatan wisata memberikan pengalaman pribadi, tidak hanya dari hasil yang di
peroleh dari masa lalu tetapi juga dari kehidupan kontemporer dan masyarakat
lain.
4.1.17. komponen Pengembangan Pariwisata
Dalam pengembangan pariwisata, untuk memenuhi keinginan wisatawan
agar memperoleh kepuasan dalam rangka perjalanan wisatanya, diperlukan
pelayanan dan fasilitas sejak keberangkatan, ditengah perjalanan serta di tempat
tujuan. Pelayanan yang di maksud bisa melibatkan sektor-sektor dalam berbagai
bidang, baik yang berdiri sendiri atau satu rangkaian yang mencakup berbagai
bidang sehingga merupakan suatu paket atau suatu industry (pariwisata), seperti
transportasi, akomodasi, restoran, catering, took-toko cindera mata, pos dan
telekomonikasi (kaelany HD, 2002).
Untuk itu pariwisata harus dilihat sebagai sistem keterkaitan antara
komponen permintaan (demand) dan sediaan (supply). Komponen permintaan
terdiri atas wisatawan domestic atau wisatawan mancanegara, sedangkan
komponen sediaan pariwisata terdiri atas aksesibilitas, Obyek dan daya Tarik
wisata, fasilitas dan utilitas, keamanan dan komponen lainnya :
1. Wisatawan
Wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata terdiri dari para wisatawan
menginap dan tidak menginap. Besarnya proporsi antara pengunjung
LAPORAN DRAFT AKHIR

419

yang menginap dan tidak menginap di pengaruhi oleh aksesibilitas


daerah

wisata

tersebut

terhadap

pasar/daerah

asal

wisatawan

ketersediaan sarana dan prasarana transportasi,jumlah dan keaneka


ragaman Obyek dan daya Tarik wisata (ODTW), ketersediaan fasilitas
akomodasi dan lain-lain.wisatawan yang berkunjung dapat juga dibagi
menjadi wisatawan domestik (nusantara) dan wisatawan mancanegara
yang dating langsung ke daerah tersebut dengan yang kedatangannya
melalui daerah lain dipengaruhi oleh tingkat kemudahan pencapaian
daerah tersebut dari negara lain, apakah mempunyai pelabuhan udara
atau pelabuhan laut sebagai pintu gerbang untuk masuk ke daerah wisata
tersebut.

2. Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan fungsi dari jarak atau tingkat kemudahan
untukmencapai

daerah

wisata

dengan

berbagai

kawasan

tujuan

wisatanya. Dalam peristiwa konsumen (wisatawan) harus dating ke


daerah dimana terdapat produk wisata untuk mengkonsumsi produkproduk wisata tersebutterutama Obyek

dan daya Tarik wisata. Oleh

karena itu tingkat kemudahan pencapaian kedaerah wisata tersebut dari


daerah

dan

negara

lain

asal

wisatawan

akan

mempengaruhi

perkembangan daerah wisata tersebut. Jarak dan ketersediaan sarana


dan prasarana transportasi ke daerah wisata tersebut juga akan
mempengaruhi jumlah kedatangan wisatawan. Kenyamanan perjalanan
selama menuju daerah wisata dan kawasan tujuan wisata tersebut harus
di perhatikan.
4.1.18. Obyek dan Daya Tarik Wisata

LAPORAN DRAFT AKHIR

420

Obyek dan daya Tarik wisata (ODTW) merupakan faktor utama yang
mempengaruhi atau mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal
untuk mengunjungi suatu daerah. ODTW yang dapat di kembangkan disuatu
daerah wisata tergantung pada potensi yang terdapat didalamnya antara lain
berupa potensi sumber daya alam dan potensi budaya. ODTW yang akan
dikembangkan bisa terdiri dari site (tapak) dan event (kegiatan). Daya Tarik
wisata adalah kekuatan untuk mendatangkan wisatawan daya Tarik merupakan
padanan attraction yang dapat didasarkan pada adanya Obyek -Obyek wisata.
Suatu Obyek mempunyai potensi menjadi daya tarik,tetapi daya tarik tersebut
baru terbentuk bila Obyek

dati ditunjang oleh unsur-unsur lain seperti

aksesibilitas dan fasilitas penunjang (pusat penelitian kepariwisataan lembaga


penelitian ITB,1997).
Daya tarik tidak tercipta hanya oleh suatu Obyek dan fasilitas, sarana
dan prasarana pendukung saja,namun lingkungan dimana Obyek
berada sangat menentukan apakah Obyek

tersebut

dan segala penunjangnya dapat

menjadi daya tarik. ODTW dapat berupa alam, budaya tata hidup dan
sebagainya, yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau menjadi sasaran bagi
wisatawan. Adapun yang dimaksud daya tarik wisata adalah sesuatu yang dapat
dilihat atau disaksikan, seperti danau, pemandangan, gunung, pantai, candi,
monument,dan lain-lain (Yoeti, 1985). Elemen dasar dari komponen sumber daya
alam yang dapat dikembangkan menjadi ODTW terdiri atas iklim, udara, bentang
alam, flora dan fauna, pantai, keindahan alam, keanekaragaman biota laut,
pertanian dan lain-lain. Berbagai ragam kombinasi dari elemen sumber daya
alam dapat membuat suatu lingkungan yang dapat menarik wisatawan. Kualitas
sumberdaya alam harus selalu dijaga untuk mempertahankan dan bahkan
meningkatkan permintaan untuk pariwisata. Komponen atau kekayaan budaya
yang memungkinkan untuk menarik wisatawan dating berkunjung kedaerah
LAPORAN DRAFT AKHIR

421

wisata meliputi kesenian, pola kehidupan sosial masyarakat daya tarik sosial
budaya yang lainnya.
4.1.19. Perencanaan Pariwisata
Menurut Gunn (1994) perencanaan wisata yang baik dapat membuat
kehidupan masyarakat yang lebih baik, meningkatkan ekonomi, melindungi dan
sensitive terhadap lingkungan, dan dapat diintegrasikan dengan komuniti dengan
dampak negative minimal, hal tersebut dapat dilakukan dengan perencanaa yang
lebih baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata.keberadaan
suatu aset sumber daya alam dan lingkungan memberi suatu wilayah
kemampuan atau peluang untuk dikembangkan sebagai daerah wisata
penentuan kawasan wisata sangat erat dengan wilayah dari lokasi atraksi yang
menjadi andalan utama tersebut, sehingga perlu dilakukan suatu cara untuk
penetapannya.
Gunn (1979) diacu dalam Kelly (1998) mengutarakan komponen
struktural perencanaan wisata adalah permintaan dan suplai. Permintaan
merupakan besarnya permintaan oleh masyarakat untuk melakukan wisata,
sedangkan suplai terdiri dari empat komponen yaitu transportasi, atraksi,
pelayanan, informasi dan promosi. Kelly (1998) mengutarakan elemen dasar
yang

harus

diperhatikan

dalam

perencanan

adalah

masyarakat

lokall,

pengunjung, dan daerah kunjungan. Masyarakat lokal selain harus dilibatkan


sebagai bagian dari atraksi yang akan diberikan juga harus diperhatikan privasi
mereka.kualitas pariwisata pengunjung lebih menjadi tolak ukur kesuksesan dari
suatu daerah tujuan wisata disbanding dari kuantitas atau jumal pengunjung.
Daerah kunjungan harus memperhatikan atraksi dan pelayanan yang akan dapat
meningkatkan pengalaman dan kepuasan pengunjung. Lebih lanjut dalam Gunn
(1994) diutarakan bahwa perencanaan untuk wisata harus dilakukan pada tiga
skal yaitu :

LAPORAN DRAFT AKHIR

422

1. Skala Tapak (site scale), yang telah banyak dilakukan pada tapak
dengan luasan tertentu seperti resort, marina, hotel, taman, dan tapak
wisata lainnya.
2. Tujuan (destination scale). Dimana atraksi-atraksi dan Obyek wisata
dikaitkan

dengan

keberadaan

masyarakat

sekitar,

pemerintah

daerah,dan sektor swasta yang dilibatkan.


3. Wilayah atau bahkan negara (region scale) dimana pengembangan
lebih terarah pada kebijakan tata guna lahan yang terkait dengan
jaringan

transportasi,

sumberdaya

yang

harus

dilindungi

dan

dikembangkan sebagai daerah potensial.


Perencanaan wisata pada kawasan yang dilindungi diperlukan untuk
menghindari dampak samping yang tidak diingikan. Seperti pandangan
penduduk lokal mengenai kawasan wisata tersebut ditetapkan bagi
keuntungan

orang

asing

bukan

untuk

mereka,

rusaknya

kawasan,

keuntungan ekonomi tidak sesuai harapan sehingga dibuat bentuk alternatif


yang tidak menjaga kelestarian kawasan, serta pembangunan tidak tepat
yang dilakukan pemerintah. Pengembangan dan perencanaan dikawasan
taman nasional adalah salah satu upaya untuk meningkatkan keberadaan
dan pemenfaatan sumberdaya alam (Mackinnon et al, 1993).
4.1.20. Implikasi Pariwisata terhadap Perekonomian
Keberhasilan dari suatu kegiatan Pariwisata salah satunya dapat
dipandang dari sisi perekonomian, artinya sejauh mana pariwisata memberikan
implikasi positif dibidang perekonomian dapat dimaksimumkan dan sejauh mana
dampak negatifnya dapat diantisipasi, dikurangi bahkan dikurangkan. Adapun
dampak positif yang diberikan oleh kegiatan pariwisata ( soekadijo) 1995) adalah
memberikan pendapatan yang besar (devis dan pajak) bagi suatu daerah yang
mengembangkan pariwisata sebagai indusrtri,kemudian memberikan multiplier
LAPORAN DRAFT AKHIR

423

effect yang besar, misalnya : bagi pekerja transport, petani sebagai supplier
sayuran dan buah-buahan serta nelayan sebagai supplier ikan yang dikonsumsi
hotel, atau tempat peristirahatan lainnya, pengerajin souvenir dapat memasarkan
hasil kerajinannya, dan lain-lainnya.
Bentuk-bentuk multiplier effect yang diharapkan muncul dari kegiatan
pariwisata ini yaitu kegiatan yang dapat dan mampu diperani oleh penduduk
disekitar kawsan wisata. Semuanya itu diartikan sebagai terciptanya lapangan
kerja baru, sebagai upaya peningkatan ekonomi dan standar hidup masyarakat
local serta pembangunan ekonomi regional maupun nasional. Sedangkan
dampak negatifnya adalah terpuruknya ekonomi suatu daerah yang menjadikan
sector pariwisata sebagai sector unggulan dalam PAD karena dipengaruhi oleh
ekonomi dan keamanan global dalam suatu negara. Kemudian ketidak siapan
suatu daerah yang memiliki banyak Obyek dan daya Tarik wisata (ODTW) dalam
pengembangannya mengakibatkan terjadi banyak utang daerah dan kebocoran
yang dipengaruhi oleh letak geografis, struktur perekonomian, ukuran negara,
dan lain-lain.
Pengaruh langsung dampak ekonomi pada kawasan wisata adalah
pengaluaran wisatawan. Wisatawan mengeluarkan uang untuk penggunan
makanan, minuman, belanja, pakaian, photografi, pertunjukan dan souvenir.
Keuntungan
menyediakan

yang

ditimbulkan

lapangan

kerja,

dengan

pembangunan

menambah

pendapatan

pariwisata

adalah

masyarakat

dan

pendapatan daerah (Mc Intosh, 1990, Gunn, 1998). Salah satu peluang bagi
masyarakat sekitar Obyek wisata alam adalah kesempatan kerja pada Obyek
wisata baik sebagai staf maupun tenaga buruh kerja. Dikembangkannya suatu
Obyek

wisata akan memberi dampak positif bagi kehidupan perekonomian

masyarakat yaitu membuka kesempatan berusah seperti penyedian makanan,

LAPORAN DRAFT AKHIR

424

minuman dan usaha transportasi baik tradisional maupun konvesional (supriana


1996). Disamping terbukanya kesempatan usaha tersebut diharapkan terjadi
interaksi positif antara masyarakat dan pbyek wisata alam. Peran serta
masyarakat dapat terwujud oleh karena manfaatnya dapat secara lansung
dirasakan melalui terbukanya kesempatan kerja dan usaha jasa wisata yang
pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapan masyarakat.
Partisipasi masyarakat sekitar obyek wisata alam dapat berbentuk usaha
dagang dan pelayanan jasa baik di alam maupun di luar kawasan obyek wisata,
antara lain: jasa penginapan, penyediaan/usaha warung makanan dan minuman,
penyedian

toko

souvenir/cindera

mata

dari

daerah

tersebut,

jasa

pemandu/penunjuk jalan, menjadi pengawas perusahan/pengusahaam wisat


alam dan lain-lain (supriana, 1996).
Pariwisata sebagai penggerak sector ekonomi dapat mendorong kegiatan
sector-sektor ekonomi yang lain sehingga dapat menciptakan keterkaitan baik ke
depan maupun ke belakang. Menurut inskeep (1991) keuntungan ekonomi
secara langsung dari pariwisata adalah sebagai katalisator pembangunan atau
sector ekonomi lain seperti pertanian, pelayanan, dan fasilitas prasarana lain,
jasa-jasa untuk wiasatawan yang disediakan secara nasional,regional, dan untuk
kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan dampak ekonomi positif dari pariwisata di atas maka
peranan pariwisata dapat menyumbang terhadap pembangunan daerah menurut
Rosyidie (1995), pariwisata dapat menyumbang terhadap pembangunan wilayah
melalui peran positif berikut :
1. Dengan meningkatkan pendapatan, pariwisata meningkatakan pemenuhan
dari kebutuhan dasar penduduk setempat, ditingkat nasional melalui
perolehan devisa pariwisata mengurangi ketergantungan ekonomi luar.
2. Pariwisata mengurangi ketidakmerataan pendapatan antar wilayah.

LAPORAN DRAFT AKHIR

425

3. Menciptakan pekerjaan dengan keramah tamahan dan sector trasportasi,


pariwisata dapat mengurangi masalah penganguran.
4. Pariwisata dapat mendorong sector yang lain, seperti menaikan produksi
pertanian local, meningkatkan produksi perikanan, merangsang sektor
industry dan bangunan.
5. Pariwisata meningkatkan prasarana dan sarana untuk penduduk setempat
6. Pariwisata meningkatkan akses terhadap pusat pasar oleh jaringan jalan
regional dan negara.
4.1.21. Analisis SWOT
Analisi SWOT merupakan analisis yang menggunakan metode analisis
deskriftif kualitatif. Dalam menganalisisnya menggunakan interpretasi dari apaapa yang ada di suatu daerah baik dari potensi, masalah, kendala dan tantangan
yang nantinya dapat membantu dalam pembuatan konsep dan rencana.
4.1.22. Analisis Cluster
Analisis cluster merupakan pengelompokan suatu obyek atau variabel
menjadi satu atau beberapa kelompok yang mempunyai kesamaan dalam satu
kelompok.

Pengelompokan/pemisahan

dilakukan

berdasarkan

similarity

(kesamaan) antarobyek similarity (kesamaan) diperoleh dengan meminimalkan


jarak antarobyek dalam kelompok (within cluster) dan memaksimalkan jarak
antar kelompok (between cluster). Terdapat dua metode pembentukan cluster
yang seing digunakan, yaitu :
1. Metode hierarki (hierarchical methods)
2. Metoda partisi ( partitioning methods)
Perbdaan antara kedua metoda tersebut adalah dalam pengalokasian obyek
yang dalam cluster. Pada metoda hierarki, jika suatu obyek dikelompokkan ke
dalam suatu cluster, maka obyek tersebut akan berada dalam cluster tersebut,
sehingga ketika obyek tadi akan dikelompokkan dengan obyek lain, clusternya
akan ikut dikelompokkan pula. Pada metoda partisi, posisi obyek didalam suatu
cluster tidaklah tetap. Artinya, meskipun suatu obyek telah masuk kedalam suatu
cluster, obyek tersebut dapat mengalami relokasi (pengelompokkan kembali) ke
dalam cluster lain apabila ternyata karakteristik awal pegelompokkan tidak
akurat.
LAPORAN DRAFT AKHIR

426

4.1. RIPPDA dan Dokumen Perencanaan Lainnya


Dokumen rencana induk pengembangan pariwisat daerah tidaklah
berdiri sendiri, sesuai dengan aturan yang ada bahwa dokumen RIPPDA harus
bersandar pada dokumen lainnya seperti dokumen perencanaan tata ruangan
wilayah (RTRW) dan dokumen perencanaan pembangunan daerah (RPJMD).
Pada sub bab ini akan dilihat posisi RIPPDA dalam dokumen
perencaanyang dimaksud di atas. Pariwisata dikembangkan di suatu daerah
dengan berbagai alasan, namun biasanya yang menjadi alasan utama adalah
untuk menghasilakn manfaat ekonomi dari masuknya devisa bagi daerah,
negara, peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Pariwisata juga
dapat mendorong proses perlindungan terhadap suatu lingkungan fisik maupun
sosial budaya dari masyarakat setempat, karena hal tersebut merupakan aset
yang dapat dijual kepada wisatawan dan jika ingin berlanjut, maka harus
dipertahankan.
Pariwisat selain dapat menghasilkan banyak manfaat bagi daerah,
juga dapat menimbulkan permasalahan, sepertu distorsi terhadap masyarakat
lokal, degradasi lingkungan, hilangnya identitas dan integritas bangsa, kesalh
pahaman. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan manfaat dan mengurangi
berbagai masalah yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pedoman
penyusanan RIPPDA pariwisata, maka diperlukan perancaan lainnya dalam
mendukung lahirnya dokumen perencaan pariwisata ini. Berikut adalah hirarki
kedudukan RIPPDA dalam sistem perencaan.
Gambar 4.1. Hirarki RIPPDA dalam dokumen perencaan

LAPORAN DRAFT AKHIR

427

Sumber :Pedoman penyusunan RIPPDA, 2013


Melihat gambar di atas tampak kerekaitan antara perencaan lainnya
dengan perencanaan pariwisata. Dalam kontek turunan dokumen pariwisata
dimulai dengan perecanaan nasional, provinsi sampai pada daya Tarik wisata
suatu objek. Semua tingkatan tersebut dikuatkan dengan perencanaan yang
lebih besar yaitu rencana umum tata ruang wilayah (RTRW). Rencana
kepariwisataan pun didukung oleh rencana detail kawasan seperti RTR dan
RDTR , dari gambar 4.1. diatas menunjukan sandaran analisis kepada RTRW
kabupaten dan kota. Sedangkan turunan dari RIPPDA berupa RIPPOW di
dukung secara harirki oleh perencanaan yang lebih mikro DED atau
perencanaan teknis.
Sehubungan dengan penyusunan RIPPDA kabupaten seluma maka
dokumen pendukung pertama yang telah sesuai hirarki perencanaan adalah
RTRW kabupaten seluma yang mengarah pada pola ruang yang dialokasikan
untuk kawasan pariwisat. Sebelumnya untuk lebih fokus maka terlebih dahulu di

LAPORAN DRAFT AKHIR

428

jelaskan pembagian wilayah yang termaktub dalam RTRW kabupaten seluma


yaitu :
1. Wilayah Pembangunan Seluma A
WP seluma A dengan pusatnya cahaya negeri sukaraja dengan areal seluas
58.925 ha yang mencakup wilayah-wilayah yang terletak dibagian utara
kabupaten seluma dan berdekatan dengan kota Bengkulu. Kegiatan
perekonomi yang menonjol pada WP seluma A ini berturut-turut adalah:
perkebunan (perkebunan besar dan perkebunan rakyat), pertanian lahan
basah, dan pertanian lahan kering. Kegiatan perekonomian yang potensial
untuk berkembang adalah perdagangan dan jasa pertambangan,peternakan,
pariwisata, industri pengolahan hasil pertanian dan industry kecil lainnya.
2. Wilayah Pembangunan Seluma B
WP Seluma B seluas 62.894 ha dengan pusatnya Tais yang merupakan
perkotaan dengan fungsi utama sebagai ibu kota kabupaten. WP seluma B
ini mencakup wilayah kabupaten seluma, Seluma barat, seluma timur,
seluma selatan, dan seluma utara. Kegiatan perekonomian yang menonjol
pada WP seluma B ini berturut-turut adalah perkebunanan (perkebunaan
besar dan perkebunan rakyat), pertanian lahan basah, dan pertanian lahan
kering kegiatan perekonomian yang potensial untuk berkembang adalah :
perdagangan dan jasa pertambangan ,peternakan , perikanan (terutama
perikanan laut), pariwisat, industry pengolahan hasil pertanian dan industri
kecil lainnya.
3. Wilayah Pembangunan Seluma C :
WP Seluma C yang luas arealnya 52.475 ha dengan pusatnya
masmambang mencakup wilayah kecamatan talo, ulu talo, ilir talo, talo kecil.
Kegiatan perekonomian yang nebobjol pada WP seluma C ini berturut-turut

LAPORAN DRAFT AKHIR

429

adalah perkebunan (perkebunan besar dan perkebunan rakyat), pertanian


lahan kering, dan pertanian lahan basah. Kegiatan perekonomian yang
potensial untuk berkembang adalah perdagangan dan jasa pertambangan,
peternakan, perikanan (terutama perikanan laut), pariwisata, industri
pengolahan hasil pertanian dan industry kecil lainnya.

4. Wilayah Pembangunan Seluma D


Arealnya WP seluma D adalah seluas 65.850 ha yang berpusat di kembang
mumpo mencakup wilayah kecamatan semidang alas maras dan semidang
alas. Wilayah ini merupakan bagian wilayah yang paling selatan berbatasan
dengan kabupaten Bengkulu selatan. Kegiatan perekonomian yang menonjol
pada WP seluma D ini berturut-turut adalah: perkebunan (perkebunan besar
dan perkebunan rakyat), pertanian lahan basah, dan pertanian lahan kering.
Kegiatan

perekonomian

yang

potensial

untuk

berkembang

adalah

:perdagangan dan jasa pertambangan, peternakan, perikanan (terutama


perikanan laut), pariwisata, industry pengolahan hasil pertanian dan industri
kecil lainnya.
Dari stuktur ruang dalam RTRW kabupaten seluma menunjukan arahan
dalam

RTRW

di

setiap

wilayah

pembangunan

(WP)

diarahkan

untuk

kepariwisataan, dengan kata lain semua wilayah bisa dialokasikan sebagai


kawasan wisata. Poin penting dalam rumusan struktur ruangan ini bahwa dalam
menghasilkandokumen RIPPDA tidak akan kebenturan dengan dokumen RTRW
kabupaten seluma. Hal ini di tunjukan karena arahan dalam RTRW kabupaten
seluma mengizinkan bahkan mengarahkan semua kawasan bisa digunakan
sebagai tempat wisata sepanjang kawsan tersebut adalah kawasan budidaya

LAPORAN DRAFT AKHIR

430

ataupun kawasan tersebut adalah kawasan yang berpotensi sebagai kawasan


wisata.

LAPORAN DRAFT AKHIR

431

Anda mungkin juga menyukai