BAB 1
PENDAHULUAN
adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas
(Pudjiadi, 2003).
Hasil
penelitian
oleh
para
pakar
menunjukkan
bahwa
gangguan
berusia 4 bulan dan 41% memberikan makanan tambahan kepada bayinya saat
bayi berusia 4 bulan atau lebih (Supriyono, 2003).
Di Indonesia terutama di daerah pedesaan sering kita jumpai pemberian
makanan tambahan mulai beberapa hari setelah bayi lahir. Kebiasaan ini kurang
baik karena pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan bayi lebih
sering menderita diare, mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, terjadi
malnutrisi atau gangguan pertumbuhan anak, produksi ASI menurun (Narendra,
dkk, 2002).
Pada dasarnya dapat diharapkan bahwa bayi tidak akan makan secara
berlebihan yaitu diberi makanan tambahan dini karena akan berakibat
penambahan berat badan berlebihan (Behrman dan Vaughan, 1999).
Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2002 menunjukkan bahwa
dari 48.974 bayi, 16.729 bayi (33,11%) sudah mendapat makanan tambahan
sebelum usia 4 bulan, di kecamatan Mulyorejo dari 1.603 bayi, 1.254 bayi
(78,23%) sudah mendapat makanan tambahan sebelum usia 4 bulan. Dan di BPS
Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya saat penelitian pendahuluan pada bulan
Mei 2005 dari 10 bayi, 7 bayi (70%) diantaranya sudah mendapat makanan
tambahan sebelum usia 4 bulan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah :
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan
berat badan bayi?
dengan
Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan dan meningkatkan
pengetahuan tentang pemberian makanan tambahan.
1.4.2
Bagi BPS
Sebagai bahan masukan bagi BPS dalam menggalakkan KIE program ASI
eksklusif dan pemberian makanan tambahan.
1.4.3
BAB 2
LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1.1.1 Definisi
Pemberian makanan tambahan berarti memberi makanan selain ASI dan
PASI. Makanan lain ini disebut makanan tambahan (Rosidah, 2003).
2.1.1.2 Tujuan
Pemberian makan pada bayi / anak mempunyai suatu tujuan, yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup,
memelihara kesehatan dan untuk aktivitas sehari-hari.
2. Menunjang tercapainya tumbuh kembang yang optimal.
3. Mendidik anak supaya terbina selera dan kebiasaan makan yang sehat,
memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak (Narendra,
dkk, 2002).
2.1.1.3 Jenis
Jenis makanan tambahan :
1. Makanan pendamping cair
Seperti sari buah.
2. Makanan lunak atau lembek
Seperti bubur susu, nasi tim saring, dan lain-lain
5
3. Makanan padat
Seperti nasi tim,nasi dan makanan orang dewasa lainnya (Husaini dan
Anwar, 2001).
2.1.1.4 Persyaratan
Makanan bayi dan anak harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1. Kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi secara adekuat, yaitu tidak belebihan /
kekurangan.
2. Mudah diterima dan dicerna.
3. Jenis makanan dan cara pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan
makan yang sehat.
4. Terjamin kebersihannya dan bebas dari bibit penyakit.
5. Susunan menu seimbang (berasal dari 10 15 % dari protein, 25 35% dari
lemak dan 50 65 % dari karbohidrat) (Narendra, dkk, 2002).
2.1.1.5 Waktu
Tanda bahwa seorang bayi sudah siap untuk menerima makanan tambahan
adalah bahwa bayi tersebut :
1. Sekurangnya berusia 4 bulan karena pada umur 4 bulan tersebut, bayi sudah
mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih
banyak pula, sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI.
2. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas makin bertambah,
sedangkan produksi ASI relatif tetap, sehingga diperlukan tambahan
makanan selain ASI yang dimulai pada umur 4 6 bulan untuk
membiasakan bayi makan makanan lain selain ASI.
3. Bayi sudah bisa menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah
ke muka belakang. Apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka
lidah bayi dapat memindahkan makanan tersebut ke arah belakang dan
menelannya. Pada saat inilah bayi diberikan kesempatan mempraktekkan
kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan lunak. Dengan
bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi umur 6 9 bulan mulai
belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah,
sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian pula dengan
kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi memegang dengan
kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat
menjimpit, maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi
diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang
dapat dijimpit. Pada umur 6 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga
dapat diberikan makanan dalam posisi duduk.
Pada umur 6 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir,
sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir / gelas yang dipegang oleh
orang lain. Pada tahun kedua, anak belajar makan sendiri dengan
menggunakan sendok. Terlalu lambat mulai memberikan makanan
tambahan juga kurang baik karena dapat menyebabkan bayi kurang gizi dan
menghambat ketrampilan makan bayi (Rosidah, 2003 dan Narendra, dkk,
2002).
9 12
Makanan
ASI saja
Jumlah Sehari
Sesuka bayi
ASI
Sesuka bayi
Buah
2 kali
Bubur susu
1 kali
2 kali
ASI
Sesuka bayi
Buah
2 kali
Nasi tim
3 kali
Makanan tambahan/
makanan pendamping
menunjukkan
kesiapan
neorologis
dan
neoromuskuler)
Berikan makanan
tambahan/MP ASI.
bulan
Teruskan pemberian
ASI
Sumber : Perinasia, 2004
2.1.2
2.1.2.1 Definisi
Pemberian makanan tambahan dini adalah memberikan makanan lain selain
ASI dan PASI sebelum bayi berusia 4 bulan atau 6 bulan (Rosidah, 2003).
2.1.2.2 Dampak
Pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan :
1. Bayi lebih sering menderita diare karena pembentukan zat anti oleh usus
bayi yang belum sempurna.
2.
Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi akibat
usus bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing.
7. Terjadi obstruksi usus karena usus bayi belum mampu melakukan gerak
peristaltik secara sempurna (Narendra, 2002).
2.1.3
Pertumbuhan
2.1.3.1 Definisi
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995).
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian
dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang dan satuan berat
(Narendra, dkk, 2002).
2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain :
1. Faktor dalam (internal)
Yang terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis
kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom.
2. Faktor eksternal/lingkungan
1) Faktor pranatal
Yang terdiri dari gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologis ibu.
2) Faktor persalinan
3) Pasca natal
Yang terdiri dari gizi (untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
makanan yang adekuat. Pemberian makanan yang mengandung energi
berlebihan akan menimbulkan keadaan obesitas, sedangkan zat gizi
esensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang
panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut dan dapat
merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan pencernaan)
dan mal absorbsi (gangguan penyerapan)), penyakit kronis/kelainan
kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologi, endokrin, sosio
ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan (Narendra,
dkk, 2002 dan Pudjiadi, 2003).
2.1.4
Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-balita, berat
badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun
status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan
adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai
dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral
pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein
menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam
tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya
terjadi pada orang kekurangan gizi.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan,
antara lain :
2.1.4.1 Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
2.1.4.2 Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara
periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
2.1.4.3 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di
Indonesia.
2.1.4.4 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.
2.1.4.5 KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan
sebagai dasar pengisiannya.
2.1.4.6 Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,
berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai
indeks yang tidak tergantung pada umur.
2.1.4.7 Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang
tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat
(Supariasa, dkk, 2001).
2.1.5
Kerangka Konseptual
Faktor Internal
Ras/etnik
Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Genetik
Kromosom
Faktor Eksternal
Gizi (pemberian makanan
tambahan dini)
Mekanis
Toksin/zat kimia
Endokrin
Radiasi
Infeksi
Imunologi
Penyakit kronis/kelainan
kongenital
Psikologi
Sosio-ekonomi
Lingkungan pengasuhan
Stimulasi
Pertumbuhan
berat badan
bayi
Mal absorbsi dan
Mal digesti
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan
Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar
atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2002).
hubungan
antara
pemberian
makanan
tambahan
dini
dengan
17
BAB 3
METODE PENELITIAN
17
18
Desain :
Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Normal
Dianalisa
3.3.1
Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah
yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa kejadian (Nursalam dan Pariani,
2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan ibu-bayi yang berkunjung
ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya pada tanggal 20 sampai 30 Juni
2005.
3.3.2
Sampel
Sampel adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini
sampelnya adalah sebagian bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati
Sutorejo Timur Surabaya.
3.3.3
Sampling
Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam dan Pariani, 2001). Pemilihan sampel
secara acak sederhana. Pada sampling ini setiap subyek dalam populasi
mempunyai suatu kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai
sampel.
n total
4 Z
1-
2
W
(Windhu, 2002)
Keterangan :
n total = Besar sampel
Z
Perhitungan :
n total
4 1,96
0,7823 1 0.7823
0,2
= 65,4
= 65
Karena sampel terlalu banyak maka dikonversi menjadi :
n*
1
n
n-1
N
(Windhu, 2002)
Keterangan :
n*
= Besarnya populasi
Perhitungan :
n*
1
65
65 - 1
55
= 30,09
= 30 bayi
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 bayi.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti
tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002).
3.4.1.1 Variabel Bebas (Variabel Independent)
variabel
yang
dipengaruhi.
Dalam
penelitian
ini
variabel
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Pemberian Makanan Tambahan Dini dan
Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
No
Variabel
Definisi Operasional
Kategori
- Pemberian makanan
tambahan dini yaitu
bila ibu memberi
makanan pada bayi
selain ASI dan PASI
seperti makanan
lumat/lembek sebelum
berusia 4 bulan.
- Pemberian makanan
tambahan sesuai usia
yaitu bila ibu memberi
makanan pada bayi
selain ASI dan PASI
seperti makanan
lumat/lembek di atas
usia 4 bulan
1.
Pemberian
makanan
tambahan dini
2.
Pertumbuhan
berat badan bayi
Berkaitan dengan
- Pertumbuhan berat
badan bayi normal
masalah perubahan
dalam besar, jumlah,
bila berat badan berada
di garis hijau KMS.
ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ
- Pertumbuhan berat
badan bayi tidak
maupun individu pada
bayi yang bisa diukur
normal bila berat
badan berada di atas
dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram)
atau di bawah garis
hijau KMS.
melalui timbangan bayi
dan KMS.
Skala
Pengukuran
Nominal
Nominal
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, KMS dan
timbangan bayi.
0,05 dan nilai kritis X2 tabel sebesar 3,841. Bila X2 hitung lebih besar dari X2
tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi.
Lembar Persetujuan
3.7.3
Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh
peneliti (Nursalam, 2003).
3.8 Keterbatasan
3.8.1 Keterbatasan jumlah sampel yang diteliti yaitu terbatas pada ibu dan bayi
yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya.
3.8.2 Tidak dibedakan antara bayi aterm dan premature (bayi dengan berat lahir
normal dan bayi berat lahir rendah).
3.8.3
Instrumen dan kuesioner mempunyai kelemahan untuk tidak diisi apa adanya.
3.8.4 Kuesioner sebagai alat ukur dan alat pengumpulan data tidak dilakukan uji
validitas dan realibilitas terlebih dahulu sehingga hasilnya belum bisa valid
dan realibel.
3.8.5 Waktu yang tersedia untuk melaksanakan dan menyelesaikan penelitian cukup
pendek, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
3.8.6
BAB 4
HASIL PENELITIAN, ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.2
Data Umum
Penyajian data umum meliputi jenis kelamin bayi, usia ibu, pendidikan
terakhir, penghasilan keluarga perbulan, pemberian ASI eksklusif, alasan
pemberian susu formula sebelum usia 4 bulan, jenis makanan tambahan dini
pertama kali dan alasan pemberian makanan tambahan dini.
27
Tabel 4. 1 Di st ribusi frekuensi j enis kel ami n bayi Di BPS Enny Juniati
Sutorejo Ti mur Surabaya Bulan Juni 2005.
No.
Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2.
Perempuan
Total
Jumlah
17
Prosentase
56,7
13
30
43,3
100
Jumlah
0
Prosentase
0
2.
20 30 tahun
26
86,7
3.
> 30 tahun
Total
4
30
13,3
100
Pendidikan Terakhir
Jumlah
Prosentase
1.
SD
26,7
2.
SMP
15
50
3.
SMA
13,3
4.
Akademi/Perguruan Tinggi
Total
3
30
10
100
Jumlah
4
Prosentase
13,3
2.
18
60
3.
8
30
26,7
100
Jumlah
7
Prosentase
23,3
23
76,7
Total
30
100
1.
2.
ASI + PASI
30,4
3.
39,1
4.
4,3
5.
5
23
21,9
100
No.
Jumlah
Prosentase
4,3
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi alasan pemberian susu formula sebelum usia 4
bulan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni
2005.
No.
Jumlah
Prosentase
5,5
1.
2.
38,9
3.
38,9
4.
Ibu sibuk
Total
3
18
16,7
100
Jumlah
Prosentase
1.
Bubur susu
10
66,7
2.
Pisang kerok
33,3
3.
Nasi tim
4.
Nasi
Total
0
15
0
100
1.
2.
Cepat gemuk
14
93,3
3.
Tradisi
Total
0
15
0
100
No.
Jumlah
Prosentase
6,7
Data Khusus
Penyajian data khusus meliputi variabel-variabel yang diukur yaitu
variabel bebas adalah pemberian makanan tambahan dini dan variabel
tergantung adalah pertumbuhan berat badan bayi.
Jumlah
Prosentase
15
50
15
30
50
100
Jumlah
14
Prosentase
46,7
16
30
53,3
100
Tidak normal
Total
Berat badan
Berat badan
Total
normal
tidak nomal
Pemberian
makanan tambahan dini
PMT Sesuai Usia
11
36,7
13,3
15
50
PMT Dini
Total
3
14
10
46,7
12
16
40
53,3
15
30
50
100
= 0,05, dengan hasil uji statistik X2 (uji hitung) > (uji tabel C)
maka H0 ditolak. Apabila harga uji statistik X2 (uji hitung) < (uji tabel C) maka
H0 diterima.
Dari hasil penelitian melalui uji statistik Chi-Square dengan tingkat
kemaknaan 0,05 menggunakan komputer pada program SPSS diperoleh hasil X 2
hitung yaitu 6,563 lebih besar dari X2 tabel dengan df = (2 1) . (2 1) = 1 yaitu
3,84 dan nilai probabilitas ( ) 0,003 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak artinya
ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan
berat badan bayi.
4.3 Pembahasan
4.3.1
asalkan mereka mau telaten dan sabar dalam memberikan ASI kepada
bayinya. Salah satu cara yaitu ibu bisa menyimpan ASI-nya saat bayi tersebut
sudah kenyang sedangkan konsistensi payudara ibu masih keras, dan
memberikannya pada saat bayi lapar. ASI bisa bertahan 6 jam di udara
terbuka dan 12 jam di dalam lemari es. Sebelum memberikan hendaknya ASI
dihangatkan terlebih dahulu dengan merendam ASI dan tempatnya dalam air
panas.
Sebanyak 18 responden berpenghasilan antara Rp. 500.000,00
Rp. 1.000.000,00, 8 responden berpenghasilan > Rp. 1.000.000,00 dan sisanya
4 responden berpenghasilan < Rp. 500.000,00. Jadi sebagian besar responden
berpenghasilan menengah. Sebanyak 15 responden berpendidikan SMP, 8
responden berpendidikan SD, 4 responden berpendidikan SMA dan sisanya 3
responden berpendidikan akademi/perguruan tinggi. Jadi sebagian besar
responden berpendidikan SMP. Dan sebanyak 26 responden berusia 20 30
tahun, dan sisanya 4 responden berusia > 30 tahun. Jadi sebagian besar
responden berusia reproduksi sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi, usia dan
didukung oleh status ekonomi yang baik mendorong seseorang untuk
menyadari dan memahami kebutuhan akan kesehatan, sedangkan status
ekonomi berkaitan erat dengan pekerjaan dan penghasilan, dan usia
mempengaruhi tingkat kematangan seseorang dalam berfikir dan mengambil
keputusan (Notoatmodjo, 2001). Hal-hal tersebut di atas kemungkinan
merupakan salah satu penyebab pemberian makanan tambahan dini.
4.3.2
berat badan tidak normal pada bayi yang mendapat makanan tambahan dini
daripada bayi yang mendapat makanan tambahan sesuai usia, sesuai dengan
literatur bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita
antara lain disebabkan oleh pemberian makanan tambahan terlalu dini atau
terlalu lambat (Supriyono, 2003).
Pemberian makanan tambahan dini di Indonesia terutama di daerah
pedesaan sering kita jumpai. Bayi-bayi yang mendapat makanan tambahan
dini memiliki kecenderungan lebih besar mengalami pertumbuhan berat badan
tidak normal daripada bayi-bayi mendapat makanan tambahan sesuai usia,
karena pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan, zat
gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waku yang
panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga
menimbulkan keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan berat badan bayi tersebut.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah termasuk ras/etnik, jenis
kelamin, genetik, penyakit, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan dan
stimulasi.
Semua orang tua harus diberitahu mengenai hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Bayi gemuk
terlebih obesitas tidak selamanya dapat diartikan sehat. Oleh sebab itu
hendaknya pada orang tua harus memberikan nutrisi kepada bayinya sesuai
dengan jadwal. Karena pemberian nutrisi kepada bayi harus diberikan secara
tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa
jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan
bayi. Sehingga saat mulai diberikan nutrisi harus disesuaikan dengan
maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan mengenai simpulan dan saran hasil penelitian dan
merupakan jawaban masalah dan tujuan penelitian.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa :
5.1.1 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya
setengahnya (50%) diberikan makanan tambahan dini.
5.1.2 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timu Surabaya
sebagian besar (53,3%) mengalami pertumbuhan berat badan tidak normal.
5.1.3 Ada
hubungan
antara
pemberian
makanan
tambahan
dini
dengan
5.2 Saran
Mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan
antara makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi maka perlu
ditingkatkan :
5.2.1 Dalam memberikan asuhan hendaknya perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi
bayi sejak bayi dalam kandungan hingga bayi lahir, tumbuh dan berkembang.
Sehingga pertumbuhan berat badannya senantiasa dalam batas normal.
5.2.2 Petugas yang bersangkutan hendaknya meningkatkan KIE kepada orang tua
yang akan atau telah memiliki bayi mengenai kebutuhan nutrisi dan tumbuh
kembang bayi dan balita. Antara lain tentang ASI eksklusif dan jadwal
42
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R.E dan Vaugen, V.C. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume I.
Jakarta : EGC.
Husaini, Y.K dan Anwar, H.M. 2001. Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Narendra, M.B, Sularyo, T.S, Soetjiningsih, Suyitno, H dan Ranuh, I.G.N.G. 2002.
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.
Notoatmodjo, S. 2001. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.
Jakarta : Infomedika.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penetapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Keempat. Jakarta : Gaya Baru.
Pratiknya, A.W. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rosidah, D. 2003. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta : EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Soeparmanto, P dan Rahayu, S.C. 2004. Faktor-faktor Pemberian ASI. Hubungan
Antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor sosial Ekonomi, Demografi dan
Perawatan Kesehatan [Internet]. Available from :
http//www.tempo.independen/medika/arsip [accesed January 6th, 2005].
Supriyono. 2004. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Lamongan tahun
2003. Majalah Kesehatan. 169 : 31-33.
Supariasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
42
43