Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian perawat

Perawat adalah tenaga profesional yang mempunyai pendidikan dalam

sistem pelayanan kesehatan. Kedudukannya dalam sistem ini adalah anggota

tim kesehatan yang mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan

keperawatan (Kozier, Barbara (1995) dalam nursalam, 2008).

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di

dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan

pada sarana pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan/ atau berkelompok

(Permenkes RI No. 1239, 2006).

Sedangkan menurut Undang-Undang Keperawatan Revisi tahun 2011,

Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

tinggi keperawatan yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Perawat terdiri dari perawat

vokasional dan perawat profesional, Perawat vokasional adalah perawat yang

memiliki kewenangan untuk melakukan praktik keperawatan dengan batasan

tertentu dengan pengawasan perawat profesional. Perawat profesional adalah

seseorang yang memiliki kewenangan untuk melakukan praktik keperawatan

profesional secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan profesi lain.

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus berdasarkan

pada tiga hal yaitu humanistik, holistik dan care sehingga masalah-masalah

6
7

keperawatan harus berdasarkan filosofi tersebut dan tercermin dalam

paradigma keperawatan (Nursalam, 2006).

2.1.1 Perawat Kesehatan Masyarakat

Menurut The American Public Health Association, perawat kesehatan

masyarakat adalah praktek dari promosi dan perlindungan populasi dengan

menggunakan pengetahuan keperawatan, ilmu sosial dan kesehatan

masyarakat (Stanhope dan Lancaster dalam Wardhani, 2012).

Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas adalah semua perawat

dan bekerja di Puskesmas yang menjabat sebagai pejabat fungsional perawat

dan bekerja di Puskesmas yang disebut dengan perawat Puskesmas (Depkes,

2009).

2.2 Konsep Peran

2.2.1 Pengertian Peran

Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan

oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.

Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang

besifat stabil (Kozier dan Barbara (1995) dalam Nursalam, 2006).

Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat

untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya

(Gaffar, 2005). Menurut (Lokakarya Nasional, 2006) Peran perawat adalah

sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan

dan institusi pendidikan, sebagai pendidik dalam keperawatan, peneliti dan

pengembangan keperawatan, atau peran perawat adalah cara untuk


8

menyatakan aktivitas perawat dalam praktek, dimana telah menyelesaikan

pendidikan formalnya diakui.

Setiap peran memiliki 3 elemen, yaitu (Blais, 2006):

1) Peran ideal

Peran ideal mengacu pada hak dan tanggung jawab terkait peran yang

secara sosial dianjurkan atau disepakati.

2) Peran yang dipersepsikan

Peran yang mengacu pada bagaimana penerimaan peran (orang yang

menerima peran) percaya dirinya harus berperilaku dalam peran tersebut.

3) Peran yang ditampilkan

Peran yang mengacu pada apa yang sebenarnya dilakukan oleh penerima

peran.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran

Peran adalah sebagian dari perilaku, menurut Green Lawrence (1990),

dalam (Notoatmojo, 2008) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

1) Predisposing factors

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya, faktor-faktor ini

terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku maka sering

disebut faktor pemudah.


9

2) Enabling factors

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan, bagi masyarakat misalnya air bersih, tempat

pembuangan tinja. Ketersedian makanan yang bergizi dan sebagai-nya.

Temasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, rumah

sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan,

praktek swasta dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada

hakekatnya mendukung atau memungkinkan terjadinya perilaku kesehatan

maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.

3) Reinforcing factors

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Untuk

berperilaku sehat masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitaf saja melainkan

diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh

agama para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.

2.2.3 Peran Perawat

Menurut Kozier Barbara, 1995:21 (dalam Mubarak, 2009) Peran

adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh

suatu keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.

Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada
10

situasi sosial tertentu.

Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat

homogen, yang didefenisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang

okupan (role occupan) dalam situasi sosial tertentu. Peran didasarkan pada

preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu

harus lakukan dalam situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan

mereka sendiri atau harapan orang lain yang menyangkut peran-peran tersebut

(Mubarak, 2009).

Perawat professional baik dalam lingkungan perawatan kesehatan

institusional maupun komunitas mengembang tiga peran yaitu peran

pelaksana, peran kepemimpinan dan peran peneliti. Walaupun tiap peran

memiliki tanggung jawab khusus, peran-peran ini saling berhubungan satu

dengan yang lain dan dapat ditemui pada semua posisi keperawatan. Peran

ini dirancang untuk memenuhi perawatan kesehatan saat ini dan kebutuhan

keperawatan dari pengunjung yang merupakan penerima pelayanan

keperawatan (Fauziah, 2012).

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam

praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan

diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung

jawab keperawatan secara profesianal sesuai dengan kode etik profesi, dimana

setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan

(Mubarak, Chayatin, Santoso, 2009).


11

Peran perawat terintegrasi dan melekat pada tanggung jawabnya dalam

memberikan layanan asuhan keperawatan baik di tatanan pelayanan rumah

sakit maupun di Puskesmas. Secara prinsip peran perawat sama dalam

memberikan layanan asuhan keperawatan walaupun dalam pelaksanaan

teknisnya harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, termasuk di

Puskesmas. Peran perawat Puskesmas disusun secara spesifik untuk

memberikan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat baik yang sehat maupun sakit atau yang mempunyai masalah

kesehatan/keperawatan apakah itu dirumah, sekolah, panti dan sebagainya

sesuai kebutuhannya (Soeharjdo, 2010).

Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa perawat Puskesmas

profesional yang ideal adalah perawat komunitas yang memiliki latar belakang

pendidikan serta kompetensi di bidang keperawatan komunitas sehingga

dapat menerapkan 12 peran dan fungsinya (Depkes, 2009).

Peran dan fungsi perawat melekat secara bersamaan dalam tugas

perawat antara lain peran sebagai pemberi pelayanan kesehatan/asuhan

keperawatan, penemu kasus, peran sebagai pendidik/penyuluh kesehatan,

kordinator pelayanan kesehatan, konselor keperawatan, panutan (role model),

pemodifikasi lingkungan, konsultan, advokat, peneliti, dan pembaharu

(inovator). Namun karena masih rendahnya tingkat pendidikan yaitu

mayoritas pendidikan SPK dan Diploma, dari seluruh peran dan fungsi yang

harus dilakukan oleh perawat, hanya 6 saja yang menjadi prioritas (Depkes,

2009). Keenam peran tersebut adalah:


12

1) Pemberi Asuhan Keperawatan

Perawat berperan untuk memberikan pelayanan berupa asuhan

keperawatan secara langsung kepada pasien (individu, keluarga,

komunitas) sesuai dengan kewenangannya. Asuhan keperawatan diberikan

kepada pasien di semua tatanan layanan kesehatan dengan menggunakan

proses keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosis,

perencanaan, implementasi dan evaluasi. Hal ini merupakan peran utama

bagi perawat diman perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang

profesional menerapkan ilmu, teori, prinsip, konsep dan mengiji

kebenarannya dalam situasi nyata, apakah kriteria profesi dapat

ditampilkan sesuai dengan harapan penerima jasa keperawatan.

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan menuntut perawat

untuk memberi kenyamanan dan rasa aman bagi pasien, melindungi hak

dan kewajiban pasien agar tetap terlaksana dengan seimbang antara lain,

memfasilitasi pasien dengan anggota tim kesehatan lainnya, dan berusaha

mengembalikan kesehatan pasien. Peran perawat sebagai pemberi

pelayanan kesehatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat berupa asuhan keperawatan yang utuh (holistik) serta

berkesinambungan (komprehensif).

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien/ keluarga bisa

diberikan secara langsung (direct care) maupun secara tidak langsung

(indirect care) pada berbagai tatanan kesehatan yaitu meliputi

Puskesmas, ruang rawat inap Puskesmas, Puskesmas pembantu,


13

Puskesmas keliling, sekolah, panti, posyandu, keluarga (rumah pasien)

(Notoatdmojdo, 2009).

2) Penemu Kasus

Perawat Puskesmas berperan dalam mendeteksi serta dalam

menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit.

Penemuan kasus dapat dilakukan dengan jalan mencari langsung ke

masyarakat (aktif case finding) dan dapat pula didapat secara tidak

langsung yaitu pada kunjungan pasien ke Puskesmas (pasif case

finding). Perawat kesehatan masyarakat harus peka dan sadar pada area

yang memiliki kelompok resiko tinggi dalam masyarakat. Sangat penting

bagi perawat kesehatan masyarakat untuk mengikuti kontak individu atau

keluarga dengan pelayanan kesehatan untuk menemukan dan

mengklarifikasi jawaban dari pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh

pasien atau masyarakat.

3) Pendidik Kesehatan

Peran sebagai pendidik kesehatan (edukator) menuntut perawat

untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat, baik setting di rumah, di Puskesmas, dan di

masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat,

sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam

mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses pengajaran mempunyai

empat komponen, yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.
14

Hal ini sejalan dengan proses keperawatan, yaitu dalam fase

pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien

dan kesiapan untuk belajar. Selama proses perencanaan perawat membuat

tujuan khusus dan strategi pengajaran. Saat pelaksanaan perawat

menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil

yang didapat. Perawat bertindak sebagai pendidik kesehatan harus mampu

mengkaji kebutuhan pasienyaitu kepada individu, keluarga, kelompok,

masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program

penyuluhan/pendidikan kesehatan baik sehat maupun sakit, seperti nutrisi,

latihan olahraga, manajemen stress, penyakit dan pengelolaan penyakit;

memberikan.

4) Koordinator dan Kolaborator

Peran kordinator perawat dapat dilaksanakan dengan cara bekerja

sama dengan tim kesehatan yang lain, baik perawat dengan dokter,

perawat dengan ahli gizi, perawat dengan ahli radiologi dan lain-lain

dalam kaitannya mempercepat proses penyembuhan pasien.

Peran kolaborator, perawat dilaksanakan dengan mengarahkan,

merencanakan, dan mengorganisasikan pelayanan dari semua anggotatim

kesehatan, karena pasien menerima pelayanan dari banyak profesi

(Mubarak, Chayatin, Santoso, 2009).

Perawat melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan

kesehatan yang diterima oleh keluarga di berbagai program, dan bekerja

sama (kolaborasi) dengan tenaga kesehatan lain atau keluarga dalam

perencanaan pelayanan keperwatan serta sebagai penghubung dengan


15

institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya (Depkes, 2009).

Peran ini salah satu bentuk kerja sama antar bidang kesehatan di

Puskesmas.

5) Konselor

Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari dan

mengatasi tekanan psikologis dan masalah sosial, untuk membangun

hubungan interpersonal yang baik, dan meningkatkan perkembangan

seseorang, didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual

(Mubarak, Chayatin, Santoso, 2009).

Perawat sebagai konselor melakukan konseling keperawatan

sebagai usaha memecahkan masalah secara efektif. Pemberian konseling

dapat dilakukan pada klinik, Puskesmas, Puskesmas pembantu, rumah

pasien, posyandu dan tatanan pelayanan kesehatan lainnya dengan

melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan yang

dapat dilakukan perawat Puskesmas antara lain adalah menyediakan

informasi, mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi

asuhan dan meyakinkan pasien, menolong pasien mengidentifikasi

masalah dan faktor-faktor terkait, memandu pasien menggali

permasalahan dan memilih pemecahan masalah yang dikerjakan (Depkes,

2008).

Perawat diharapkan mampu untuk mengidentifikasi perubahan pola

interaksi pasien terhadap keadaan sehat sakitnya. Perubahan interaksi

merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan

kemampuan adaptasi pasien, memberikan konseling atau bimbingan


16

penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan

pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu. Selanjutnya

pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan agar

mengubah perilaku hidup sehat atau adanya perubahan pola interaksi yang

lebih baik dari individu, keluarga dan masyarakat (Mubarak, Chayatin,

2009).

6) Panutan (Role Model)

Perawat Puskesmas harus dapat memberikan contoh yang baik

dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat tentang bagaimana cara tata hidup sehat yang dapat ditiru dan

dicontoh oleh masyarakat (Fetaria 2005 dalam Fauziah, 2012).

Perawat Puskesmas sebagai role model diharapkan berperilaku

hidup yang sehat, baik dalam tingkat pencegahan yang pertama, kedua

maupun yang ketiga yang dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi

contoh masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain memberi

contoh praktik menjaga tubuh yang sehat baik fisik maupun mental seperti

makanan bergizi, olahraga secara teratur, menjaga berat badan, tidak

merokok, menyediakan waktu untuk istirahat setiap hari, komunikasi

efektif dan lain-lain (Depkes, 2009).

2.3 Fungsi dan Kompetensi Perawat

Perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya diharapkan sebagai

perawat yang mampu mandiri dan professional dalam tatanan praktek

keperawatan secara langsung di rumah sakit ataupun Puskesmas, untuk itu


17

perawat dalam menjalankan tugasnya perawat harus memahami fungsi dan

kompetensinya sebagaimana hasil (Lokakarya Nasional Keperawatan, 2009)

yaitu:

1) Fungsi I

Perawat mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan

masyarakat akan pelayanan keperawatan, serta sumber-sumber yang

tersedia. Dalam menjalankan fungsinya, kompetensi yang harus

dipahami dan mampu dilaksanakan adalah mengumpulkan data. Setelah

data terkumpul dilanjutkan dengan menganalisis dan menginterpretasikan

data dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien termasuk

sumber-sumber tersedia dan potensial (diagnosa keperawatan). Perawat

harus mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh yang berguna

untuk rencana perawatan selanjutnya.

2) Fungsi II

Perawat kesehatan masyarakat dapat merencanakan tindakan dan

tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan keadaan pasien. Untuk itu

perawat harus mampu mengembangkan rencana tindakan keperawatan

yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

berdasarkan diagnosis keperawatan dan kebutuhan.

3) Fungsi III

Perawat melaksanakan rencana keperawatan yang mencakup upaya

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan, pemeliharaan

kesehatan, dan termasuk pelayanan pasien dalam keadaan terminal. Dalam

menjalankan fungsi yang ketiga perawat perlu menggunakan dan


18

menerapkan konsep serta prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial budaya, dan

ilmu biomedik dasar dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat serta menerapkan

keterampilan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan manusiawi pasien

secara holistik, baik kebutuhan bilogis, psikologis, sosial dan spiritual.

4) Fungsi IV

Perawat mengevaluasi hasil asuhan keperawan dan harus mampu

menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana

keperawatan, menilai tingkat pencapaian tujuan implementasi yang

diberikan berdasarkan kriteriahasil dan dapat mengidentifikasi perubahan-

perubahan yang perlu diadakan dalam rencana keperawatan selanjutnya

sesuai dengan masalah dan kebutuhan individu, keluarga, kelompok,

masyarakat. Evaluasi yang dilakukan perawat dapat meningkatkan

kualitas dari rencana perawatan yang akan dilakukan selanjutnya.

5) Fungsi V

Perawat perlu mendokumentasikan setiap proses keperawatan yang

telah dilaksanakannya, dan harus berkompeten mengevaluasi data tentang

masalah pasien kemudian mencatat proses data keperawatan secara

sistematis dan menggunakan catatan pasien atau dokumentasi tersebut

dalam memantau kualitas asuhan keperawatan yang diberikan atau yang

akan diberikan perawat kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.
19

6) Fungsi VI

Perawat dalam menjalankan fungsinya, tidak sebatas melakukan

proses keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi. Penting bagi perawat

untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari dalam

merncanakan studi khusus untuk meningkatkan pengetahuan serta

mengembangkan keterampilan dalam praktik keperawatan. Dalam

menjalankan fungsi ini perawat harus mampu mengidentifikasi masalah

penelitian dalam bidang keperawatan, membuat usulan rencana penelitian

keperawatan, menerapkan hasil penelitian dengan tepat dalam praktik

keperawatan.

7) Fungsi VII

Perawat berpartisipasi dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan

kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sebelum melakukan

penyuluhan perawat harus dapat mengidentifikasi kebutuhan pendidikan

kesehatan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sehingga

dapat dibuat rancangan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan

pendekatan yang sistematik selanjutnya melaksanakan penyuluhan

kesehatan dengan metode tepat guna serta mengevaluasi hasil penyuluhan

kesehatan berdasarkan hasil yang diharapkan.

8) Fungsi VIII

Perawat bekerjasama dengan profesi lain yang terlibat dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan

masyarakat. Kolaborasi perawat dengan profesi lain mengharuskan

perawat mampu berperan serta dalam pelayanan kesehatan individu,


20

keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari tim kesehatan dan

menciptakan komunikasi yang efektif, baik dalam tim perawatan sendiri

maupun dengan anggota tim kesehatan lain serta dalam kondisi tertentu

perawat dapat menyesuaikan diri dengan keadaan konflik peran dan

kesulitan lingkungan agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat

efektif.

9) Fungsi IX

Perawat bersama dengan perawat lainnya bekerja sama mengelola

perawatan pasien dan berperan serta sebagai tim dalam melaksanakan

kegiatan perawatan. Untuk mewujudkan kerja sama yang baik, perawat

mampu menciptakan komunikasi yang efektif dengan rekan sekerja dan

petugas lainnya dan bersama-sama mempelopori perubahan di

lingkungannya secara efektif sesuai lingkup tanggung jawab perawat dan

terkait peran sebagai pembaharu.

10) Fungsi X

Perawat turut serta berperan dalam mengelola Institusi pendidikan

keperawatan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat

pengelola institusi adalah perawat yang mampu menjalankan 8 aspek

yaitu: mengembangkan dan mengevaluasi kurikulum, menyusun rencana

fasilitas pendidikan, menyusun kebijaksanaan institusi pendidikan,

menyusun uraian kerja karyawan, menetapkan fasilitas proses belajar

mengajar, menyusun rencana dan jadwal rotasi, memprakarsai program

pengembangan staf dan kepemimpinan.


21

11) Fungsi XI

Berperan serta dalam mewujudkan kebijaksanaan perencanaan

pelaksanaan perawatan kesehatan primer. Dalam mewujudkan fungsi ini

perawat harus berkompeten dalam 9 aspek yaitu: mengkaji status

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, mengidentifikasi kelompok

resiko fungsi, menghubungkan keperawatan dengan kegiatan pelayanan

kesehatan, menyusun rencana keperawatan secara menyeluruh,

meningkatkan jangkauan pelayanan keperawatan, mengatur penggunaan

sumber-sumber, melaksanakan asuhan keperawatan, membina kerjasama

dengan individu, keluarga dan masyarakat serta mengidentifikasi

pelayanan kantor, bekerjasama dalam melatih dan mengelola kerja

sama.

2.4 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

2.4.1 Definisi Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional

pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kota atau Kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, penanganan

kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi

(Depkes, 2009).

Puskesmas berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat

pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat

pelayanan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang


22

bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Mubarak, 2008), dan juga

sebagai pelaksana pembangunan kesehatan diwilayah kecamatan (Muninjaya,

2009).

Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas

pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Pelayanan

kesehatan masyarakat yang diberikan Puskesmas merupakan pelayanan

kesehatan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan),

preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan

rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua

penduduk, dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur,

sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia (Depkes, 2011).

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan, faktor kepadatan, luas daerah geografis merupakan pertimbangan

dalam menetukan wilayah kerja Puskesmas. Tersebarnya Puskesmas di

berbagai wilayah kecamatan bahkan sampai keluharan membuat Puskesmas

mudah dikunjungi oleh masyarakat dan didukung dengan biaya pengobatan

yang terjangkau. Oleh karena itu Puskesmas dijadikan sebagai ujung tombak

pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

kesehatan memerlukan acuan pelaksana jaminan mutu. Penerapan metode ini

diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam upaya

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2011).


23

2.4.2 Visi dan Misi Puskesmas

Visi Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju

terwujudnya Indonesia Sehat. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan

yang ingin dicapai melalui pembangunan pusat kesehatan masyarakat adalah

masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil

dan merata, dan memiliki derajat kesehatan yang setingi-tingginya di seluruh

wilayah Republik Indonesia. Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai

mencakup 4 indikator utama yakni lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan

pelayanan kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan penduduk

kecamatan (Depkes RI, 2011).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

yaitu mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi

tersebut adalah menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di

wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, memelihara dan

meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta

lingkungannya (Depkes RI, 2011).

2.4.3 Tujuan dan Fungsi Puskesmas

Tujan Puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2009) adalah

tujuan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas dalam

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Hal ini

dicapai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya


24

kesehatan, dan meningkatkan kemampuan hidup sehat demi terwujudnya

Indonesia sehat. Tujuan ini akan tercapai apabila Puskesmas menjalankan

fungsinya dengan optimal. Pencapaian tujuan ini masih memerlukan

kerjasama dari berbagai pihak pemerintah, Puskesmas dan masyarakat demi

mencapai Indonesia sehat.

Fungsi menurut Departemen Kesehatan RI (2011) antara lain sebagai

pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu

berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan,

pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan

terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat termasuk dunia usaha

memiliki kesadaran, keinginan, dan kemampuan melayani diri sendiri.

Masyarakat untuk hidup sehat berperan aktif dalam memperjuangkan

kepentingan kesehatan, dan pusat pelayanan kesehatan pertama yang meliputi

pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan

masyarakat (public goods) Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan

pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Dalam melaksanakan fungsi Puskesmas didukung dengan peran tenaga

kesehatan yang bekerja di Puskesmas termasuk perawat Puskesmas yang

memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.


25

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran dan Fungsi

Perawat

2.5.1 Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan seseorang dalam

melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan karena

adanya nilai yang diyakini. Perilaku manusia pada dasarnya terdiri atas

komponen pengetahuan (yang dipengaruhi oleh pedidikan, umur, minat,

pengalaman, kebudayaan, sosial ekonomi, dan sumber informasi), sikap

(afektif), dan ketrampilan/tindakan (psikomotor) (Mubarak, 2011).

Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang

merupakan hasil bersama atau resutante antara berbagai faktor internal

(tingkat kecerdasan, tingkat ekonomi, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

sebagainya) dan faktor eksternal (lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial

budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua

kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang

tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni,

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal mencakup kecerdasan,

pengetahuan, emosi, persepsi dan motivasi, sedangkan faktor eksternal


26

meliputi lingkungan sekitarnya seperti manusia, kebudayaan, sosial ekonomi

dansebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku kesehatan adalah tindakan/aktifitas/kegiatan baik yang bisa

diobservasi secara kasat mata ataupun tidak terhadap stimulus/rangsangan

yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, minuman, dan lingkungan.

2.5.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat

tetapi hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tertutup.

Allport (2008) seperti yang dikutip oleh Notoatmojo (2005)

menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok:

1) Kepercayaan/keyakinan, keluarga dan konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak.

Menurut Entjang (2011) sikap adalah kecenderungan, bertindak,

berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau

nilai mempunyai daya pendorong atau motivasi, lebih bersifat menetap

mengandung aspek evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau

tidak menyenangkan. Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir

tetapi merupakan hasil belajar, karena sikap dapat diperteguh atau diubah.

Dalam membina keluarga dan masyarakat diperlukan pengetahuan

yang mendalam tentang ilmu perilaku khususnya yang berhubungan dengan


27

sikap, maka ahli-ahli ilmu sosial terutama ahli ilmu perilaku, harus

memperkuat tim petugas kesehatan supaya misi yang dibawa oleh petugas

kesehatan tersebut dapat berjalan dengan baik, terutama dalam meningkatkan

peran dan fungsi perawat (Irwanto, 2008).

Likert (1932) Sikap adalah suatu bentuk reaksi perasaan atau evaluasi

(Azwar, 2010). Berkowitz (1972) Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung

atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2007) Sikap merupakan reaksi atau respon

seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut

Azwar (2010) Pernyatan sikap adalah rangkaian kalimatyang mengatakan

sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap Sikap adalah istilah

yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atauperasaan biasa-biasa saja

(netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Manusia dapat mempunyai

bermacam-macam sikap terhadap bermacam-macam hal (objek sikap). Sikap

sering diperoleh dari pengalaman orang lain yang palingdekat atau

pengalaman sendiri. Sikap membuat seseorang menjauhi orang lain atau

mendekati (Sarwono, 2010).

Sikap dinyatakan dalam tiga domain yaitu affect, behaviour,

dancognition. affect adalah perasaan yang timbul (senang, tak senang),

Behaviour adalah perilaku yang mengikuti perasaan itu (mendekat,

menghindar), dan Cognition adalah penilaian terhadap objek sikap (bagus,

tidak bagus) (Sarwono, 2010).


28

Menurut Sarwono (2010) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

3) Kecendrungan untuk bertindak (tred to behave).

Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan

berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo,

2007). Sikap dapat diukur dengan menggunakan suatu alat yang disebut skala

sikap.

Menurut Likert (1932) daftar rencana pernyataan-pernyataan yang

akan dijadikan pengukur diujikan dahulu kepada sejumlah responden (orang

percobaan) yang ciri-cirinya mirip dengan sampel yang akan diselidiki

(Sarwono, 2010).

2.5.3 Motivasi

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak

atau berperilaku. Motivasi juga diartikan sebagai suatu perangsang keinginan

dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Dalam konteks yang

berbeda, dapat disimpulkan bahwa motivasi pada dasarnya merupakan

interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya (Notoatmodjo,

2007).

Menurut Mulyasa (2010) motivasi adalah tenaga pendorong atau

penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
29

Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi.

Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut

motivasi.

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu

tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung

tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,

dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu

(Hamzah, 2009).

Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat yang optimal, perawat

perlu motivasi baik itu dari keluarga, rekan kerja bahkan dari tenaga lainnya.

Maka dari itu motivasi sangat berhubungan perawat khususnya dalam

menjalankan pelaksanaan peran dan fungsi perawat (Irwanto, 2008).

2.6 Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis dalam penelitian ini didasarkan pada teori yang

dikemukakan oleh Irwanto (2008) yang menjelaskan hubungan antar faktor

sikap, perilaku dan motivasi dengan pelaksanaan peran dan fungsi perawat.

Sehingga dapat digambarkan kerangka teoritis sebagai berikut.


30

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran


Notoatmodjo (2003)
1. Predisposing factors ;
- Sikap masyarakat
- Tradisi
- Pendidikan
- Sosial ekonomi
Pelaksanaan Peran dan
- Sistem nilai
Fungsi Perawat
2. Enabling factors ;
- Sarana dan prasarana kesehatan
3. Reinforcing factors ;
- Sikap tenaga kesehatan
- Perilaku tenaga kesehatan
Irwanto (2008):
- Motivasi tenaga kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teoritis Penelitian

Anda mungkin juga menyukai