PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Hiperbarik oksigen terapi atau yang sering disebut sebagai HBOT menurut UHMS
(Undersea and Hyperbaric Medical Society) adalah suatu terapi dengan pemberian oksigen
100 % kepada pasien dengan tekanan lebih dari 1 ATA (atmosphere absolute), dilakukan
dalam Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT). Pada terapi oksigen hiperbarik, oksigen
diibaratkan sebagai obat dan ruang hiperbarik adalah suatu alat yang digunakan untuk
meningkatkan tekanan. .Pada umumnya oksigen hiperbarik diberikan dengan tekanan 2-3
ATA tergantung dengan jenis penyakitnya. Oksigen 100% diberikan dengan menggunakan
masker, sedangkan gas disekitar tubuh merupakan udara normal yang terkompresi pada
tekanan yang sama. (Hyperbaric oxygen: its uses, mechanisms of action and outcomes) dan
(Hyperbaric Oxygen Therapy for Non-Healing Wounds)
2.2
Sejarah
Terapi hiperbarik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1662, saat itu Henshaw
berhasil membuat sebuah ruangan bertekanan tinggi (chamber hyperbaric). Pada tahun 1927,
Cunningham melaporkan pasien yang mengalami gangguan
permukaan laut dan diketinggian mengalami perbaikan setelah menjalani terapi hiperbarik,
saat itu ia membangun suatu ruangan bertekanan tinggi di rumah sakit, namun proyek yang
dikerjakannnya ditutup setelah Cuninningham gagal memberikan bukti secara medis.
(Hyperbaric oxygen: its uses, mechanisms of action and outcomes)
Drager adalah orang pertama yang membuat protokol terapi oksigen hiperbarik untuk
mengatasi penyakit dekompresi yang dialami oleh para penyelam, selanjutnya pada tahun
1930 protokol yang dibuat oleh Drager mulai digunakan oleh Behnke dan Shaw. Selanjutnya
terapi oksigen hiperbarik banyak digunakan oleh militer Amerika Serikat setelah perang
dunia II terutama sepanjang tahun 1950 dan awal tahun 1960. Karena penggunan terapi
hiperbarik yang semakin luas, pada tahun 1970 dibentukanlah suatu komite terapi hiperbarik
internasional oleh UHMS (Undersea and Hyperbaric Medical Society). (Hyperbaric oxygen:
its uses, mechanisms of action and outcomes)
2.3
Dasar dari terapi hiperbarik berdasarkan prinsip fisika. Teori Toricelli yang
mendasari terapi digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm adalah 760 mmHg.
Dalam tekanan udara tersebut komposisi udara terdiri dari nitrogen (N2) 78%, oksigen
(O2) 21%, argon (Ar) 0,93%, karbondioksida (CO2) 0,04%, gas-gas mulia lainnya (Ne,
He). Dalam proses respirasi normal, komposisi udara tersebutlah yang dihirup oleh
manusia. Pada terapi hiperbarik oksigen ruangan yang disediakan mengandung Oksigen
(O2) 100%. Terapi hiperbarik juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum
Dalton, Boyle, Charles dan Henry.
Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan, volume gas berbanding
terbalik dengan tekanannya, oleh karena itu gas-gas yang terdapat pada rongga tubuh akan
terpangruh oleh kadaan hiperbarik. Hal ini dijadikan dasar berbagai macam aspek dalam
terapi hiperbarik termasuk terjadinya sedikit peningkatan suhu dalam chamber selama
terapi dan terjadinya fenomena squeeze yang terjadi ketika sumbatan pada tuba eustachius
mencegah terjadinya pemerataan tekanan pada telinga tengah sehingga menyebabkan rasa
nyeri pada telinga tengah.
Hukum Dalton, menyatakan bahwa jumlah tekanan suatu campuran gas adalah
jumlah dari tekanan cparsial dari tiap gas yang membentuk campuran tersebut, jika gas itu
secara menyeluruh meningkat, takanan parsial tiap-tiap gas pun akan meningkat.
Hukum Henry menyatakan bahwa pada suhu tertentu, jumlah gas yang terlarut di
dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan parsial dari gas tersebut. Hukum ini
menjadi dasar peningkatan oksigen jaringan selama terapi hiperbarik.
2.4
action and outcomes) dan (Hyperbaric Oxygen Therapy for Non-Healing Wounds)
pada tekanan 1 ATA sebagian besar oksigen dalam darah terikat dengan hemoglobin
yaitu sekitar 97% dan sekitar 3% sisanya diangkut dalam bentuk terlarut dalam plasma darah.
Dengan demikian pada keadaan normal, oksigen dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh
hemoglobin sehingga 1 gram Hb dapat mengikat 1.34 ml O 2, konsentrasi normal Hb 15
gram per 100 ml darah. Bila saturasi Hb 100%, maka 100 ml darah dapat mengangkut 20.1
ml O2 yang terikat pada Hb (20,1 vol %). . (Hyperbaric oxygen: its uses, mechanisms of
action and outcomes) dan (Hyperbaric Oxygen Therapy for Non-Healing Wounds)
Menurut Hukum Henry oksigen yang terlarut dalam plasma akan meningkat sejalan
dengan peningkatan tekanan parsial dari oksigen. Pada keadaan normobarik tekanan oksigen
pada arteri sebesar 100 mmHg dan tekanan oksigen pada jaringan sebesar 55 mmHg, namun
pemberian oksigen 100% pada tekanan hiperbarik (3 ATA) dapat meningkatkan tekanan
oksigen arteri menjadi 2000 mmHG, dan tekanan oksigen jaringan menjadi 500 mmHg, hal
ini menyebabkan pengantaran oksigen ke jaringan sebesar 60 ml/liter darah (bandingkan
dengan tekanan atmosfer, dimana pengantaran oksigen hanya sebesar 3 ml/liter darah).
Sehingga pengantaran oksigen pada keadaan hiperbarik tidak bergantung lagi terhadap
hemoglobin, oksigen dapat mencapai daerah-daerah yang tidak dapat dilalui oleh sel darah,
sehingga oksigenasi jaringan tetap terjaga seperti pada keracanuan monoksida dan anemia. .
(Hyperbaric oxygen: its uses, mechanisms of action and outcomes) dan (Hyperbaric Oxygen
Therapy for Non-Healing Wounds)
Efek hiperbarik terapi pada kardiovaskular dimana oksigen hiperbarik menyebabkan
penurunan curah jantung sebesar 10-20 % yang disebabkan oleh karena teerjadinya
bradikardi dan penurunan isi sekuncup, tekanan darah pada umumnya tidak mengalami
perubahan selama pemberian oksigen hiperbarik. Pada jaringan normal terjadi vasokonstriksi
yang disebabkn karena naiknya PO2 arterial. Vasokontriksi ini kelihatannya merugikan,
namun perlu di ingat bahwa pada PO 2 2000 mmHg (takanan 2.8 ATA), oksigen yang
tersedia dalam tubuh 2 kali lebih besar dari pada biasanya. Pada keandaan dimana terjadi
edema, seperti pada luka bakar, emboli gas, penyakit dekompresi, dan trauma, efek
vasokontriksi justru menguntungkan karena dapat mengurangi edema. . (Hyperbaric oxygen:
its uses, mechanisms of action and outcomes) dan (Hyperbaric Oxygen Therapy for NonHealing Wounds)
Terapi oksigen hiperbarik dapat meningkatkan jumlah radikal bebas oksigen yang
dapat mengoksidasi protein dan lipid pada membran sel bakteri sehingga akan merusak DNA
dan menghambat fungsi metabolisme bakteri. Selain itu terapi oksigen hiperbarik sengat
efektif untuk mengatasi infeksi yang diakibatkan oleh bakteri anaerob, memudahkan
antibiotik untuk menembus dinding sel bakteri. . (Hyperbaric oxygen: its uses, mechanisms
of action and outcomes) dan (Hyperbaric Oxygen Therapy for Non-Healing Wounds)
Mekanisme terapi oksigen hiperbarik dapat meningkatkan penyembuhan luka didasarkan
pada terapi oksigen hiperbarik meningkatkan oksigenasi jaringan perifer, menstimulasi
pembentukan kolagen yang dibutuhkan untuk proses angiogenesis. . (Hyperbaric oxygen: its
uses, mechanisms of action and outcomes) dan (Hyperbaric Oxygen Therapy for NonHealing Wounds)
2.5
2.6
Indikasi
2.7
Kontra Indikasi
BAB III
KESIMPULAN