Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam mendirikan sebuah perusahaan, setiap pelaku usaha tentu berharap
perusahaannya dapat terus berkembang dan beroperasi untuk jangka waktu yang
panjang. Setiap perusahaan yang baru berdiri diasumsikan dapat bertahan dalam
melakukan setiap aktivitas bisnisnya. Tidak dapat disangkal bahwa seiring dengan
perkembangannya, persaingan antar bisnis tentu tidak dapat dihindari. Untuk itu
perusahaan harus menetapkan strategi-strategi yang mampu mendukung aktivitas
bisnis dan bahkan mampu membuat perusahaan memenangkan kompetisi
ditengah persaingan pasar yang sangat kompetitif. Untuk mewujudkan strategi
yang telah ditetapkan tidak jarang perusahaan membutuhkan suntikan dana.
Keterbatasan sumber daya memaksa perusahaan untuk dapat memperoleh dana
dari luar perusahaan. Salah satu cara untuk memperoleh dana dari luar perusahaan
adalah dengan menjual kepemilikan perusahaan di pasar modal kepada
masyarakat atau yang dikenal dengan istilah go public.
Pasar modal Indonesia diramaikan dengan meningkatnya perusahaan
properti yang go public di penghujung tahun 2007. Sembilan diantara sembilan
belas emiten baru yang mendaftarkan sahamnya untuk diperdagangkan di Bursa
Efek Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di sektor properti
(Rahmawati, 2009). Perkembangan perusahaan konstruksi dan bangunan
merupakan refleksi dari berkembangnya investasi pada bisnis properti dan real

estate. Suku bunga perbankan yang tidak begitu menarik juga menjadi alasan
bertumbuhnya investasi pada sektor properti dan real estate karena minat
investasi publik yang teralihkan. Hal ini dibuktikan dengan maraknya
pembangunan dan pembelian gedung-gedung bertingkat, mall, apartemen, serta
perumahan. Terjadi pula peningkatan kebutuhan tempat tinggal dan pusat bisnis
serta operasional. Fenomena ini tidak hanya terjadi di ibu kota, tetapi juga
menyebar ke daerah-daerah. Ketersediaan lahan bangunan yang semakin terbatas
membuat investasi pada sektor ini semakin menguntungkan.
Di sisi lain dalam kelangsungan bisnisnya, perusahaan sektor properti
memiliki peranan besar dalam menopang perekonomian Indonesia. Perusahaanperusahaan pada sektor ini juga turut berkontribusi terhadap kelangsungan usaha
industri terkait, seperti industri bahan bangunan, industri alat berat, bahkan jasa
arsitek dan jasa desain interior. Tidak sampai di situ saja, perkembangan
penjualan properti juga turut berkontribusi dalam perkembangan lembaga
peminjam dana, dan yang terpenting adalah turut berperan dalam meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesuksesan
industri properti dalam menopang perekonomian negara menimbulkan keterkaitan
yang kuat dengan sektor industri lainnya.
Keberadaan perusahaan di pasar modal menuntut perusahaan untuk
menyajikan laporan keuangan yang memuat informasi atas performa perusahaan
yang berimbas pada prospek perusahaan di masa depan. Pelaku pasar harus
selektif dalam memilih saham maupun menganalisa kondisi perusahaan dengan
berbagai prospek positif yang ditawarkan. Sebagai perusahaan publik, manajamen

perusahaan wajib menyajikan laporan keuangan yang disertai dengan laporan


auditor independen dan harus memenuhi konsekuensi-konsekuensi yang telah
ditetapkan oleh regulator.
Sesuai dengan lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) Nomor: KEP-346/BL/2011 Tentang
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik, bahwa
laporan keuangan tahunan yang disajikan wajib disertai dengan laporan akuntan
publik (auditor independen) dalam rangka audit atas laporan keuangan, dan wajib
disampaikan kepada publik selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga atau 90
hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Peraturan ini ditetapkan bukan
semata-mata untuk kepentingan publikasi laporan keuangan perusahaan, tetapi
juga untuk memenuhi kebutuhan informasi di pasar modal. Dengan melihat
perkembangan perusahaan go public yang saat ini jumlahnya terus bertambah,
permintaan akan informasi yang relevan dan berkualitas sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan oleh stakeholder juga semakin meningkat. Hal ini
kemudian menjadi tanggung jawab yang besar, baik dari sisi perusahaan maupun
dari sisi auditor.
Penyajian laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
informasi mengenai keadaan perusahaan bagi para investor yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda. Untuk mengambil keputusan yang tepat investor
membutuhkan informasi yang andal, dan audit merupakan proses yang dapat
meyakinkan pengguna atas keandalan informasi yang disajikan (Bonsn-Ponte et
al., 2008). Laporan keuangan yang andal merupakan laporan keuangan yang

mengandung nilai ketepatwaktuan (timeliness). Ketepatwaktuan perusahaan


dalam melakukan reporting merupakan salah satu usaha perusahaan untuk dapat
menyediakan informasi secepat mungkin sehingga informasi tersebut dapat
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Hal inilah yang kemudian
membuat informasi yang disajikan menjadi relevan dan bermanfaat. Feltham
(1972) dalam Arunthy (2011) menyatakan bahwa timeliness mempengaruhi
ekspektasi dalam pengambilan keputusan.
Dalam laporan tahunannya BAPEPAM-LK menyebutkan bahwa masih
ada perusahaan yang mengalami keterlambatan pelaporan keuangan. Pada tahun
2008 terdapat 70% perusahaan publik yang menyampaikan laporan keuangan
tahunan dengan tepat waktu, sedangkan 30% belum menyampaikan laporan
keuangannya dalam kurun waktu yang telah ditentukan (BAPEPAM-LK, 2009).
Pada tahun 2009 persentase perusahaan yang mengalami keterlambatan ini turun
menjadi 18% (BAPEPAM-LK, 2010). Pada tahun 2010 hal ini kembali
mengalami penurunan. Pada tahun 2010, dari 493 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, 83 diantaranya (17%) masih mengalami keterlambatan
(BAPEPAM-LK, 2011). Penyebab keterlambatan penyampaian laporan keuangan
kepada publik adalah lamanya waktu yang dibutuhkan auditor untuk
melaksanakan pengauditan pada auditee.
Auditing atau pengauditan merupakan evaluasi dan akumulasi bukti atas
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi
tersebut dengan kriteria atau peraturan yang telah ditetapkan (Arens, 2010). Bukti
yang dimaksud adalah informasi apapun yang digunakan oleh auditor dalam

menentukan apakah informasi yang sedang diaudit telah disajikan sesuai dengan
kriteria dan peraturan yang berlaku. Keharusan pengauditan laporan keuangan
oleh auditor independen kemudian menjadi alasan adanya keterlambatan bagi
perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangannya.

Besarnya volume

transaksi yang ada di perusahaan juga menjadi alasan semakin lamanya proses
audit berlangsung. Keterlambatan dalam penyelesaian proses audit ini akan
mengakibatkan keterlambatan publikasi laporan keuangan (reporting delay)
(Arunthy, 2011).
Semakin lama durasi audit yang dibutuhkan auditor, maka semakin lama
pula durasi audit report lag. Semakin lama durasi audit report lag, maka semakin
banyak spekulasi yang ditimbulkan oleh publik. Masyarakat cenderung berasumsi
bahwa perusahaan akan menunda pengungkapan informasi apabila berita yang
akan dipublikasikan merupakan berita buruk. Studi yang dilakukan oleh Givoly
dan Palmon (1982) membuktikan bahwa perusahaan cenderung melakukan
penundaan pengungkapan informasi apabila informasi tersebut mengandung
berita negatif (bad news). Perusahaan juga dapat dirugikan akibat perilaku pasar
yang merespon keterlambatan perusahaan dalam mempublikasi laporan keuangan
dengan negatif.
Tidak hanya berpengaruh dalam decision making, ketepatwaktuan juga
mempengaruhi reaksi pasar modal (Pradipto, 2012). Harga saham akan
terpengaruh secara langsung dengan cepat oleh informasi yang tersedia
(Rahmawati, 2009). Segala informasi yang terkait dengan kondisi perusahaan
akan bertransmisi langsung terhadap harga saham sehingga setiap keterlambatan

yang terjadi memungkinkan timbulnya kerugian bagi perusahaan oleh karena


perilaku pasar.
Sebagai industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan industri
lainnya, sangat penting bagi perusahaan pada sektor properti untuk selalu
menerbitkan laporan keuangan perusahaan tepat pada waktunya. Keterlambatan
perusahaan properti dalam menyajikan laporan keuangan dapat menjadi pemicu
timbulnya spekulasi oleh stakeholder, yang mengancam kelangsungan usaha
industri-industri terkait lainnya.
Mengacu pada pemaparan di atas dapat dilihat pentingnya untuk
memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit report lag, yang dapat
berdampak pada keterlambatan penerbitan laporan keuangan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis lebih jauh faktor-faktor yang
diasumsikan oleh peneliti dapat mempengaruhi audit report lag perusahaan publik
pada sektor properti di Indonesia. Penelitian mengenai audit report lag telah
banyak dilakukan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Penelitian ini
adalah penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya, yang telah
memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
audit report lag, baik yang terkait dengan karateristik perusahaan maupun dengan
karateristik auditor.
Kantor Akuntan Publik (KAP) selaku penyedia jasa audit independen
diyakini memiliki pengaruh terhadap kinerja audit. Sebuah KAP akan bertumbuh
dan berkembang menjadi KAP yang besar karena memiliki reputasi yang baik di
mata publik. Ashton et al. (1989) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa KAP

dengan pengalaman yang lebih banyak cenderung akan menyelesaikan proses


audit dalam kurun waktu yang lebih singkat. Hal ini juga didukung oleh sumber
daya yang lebih besar dan lebih banyak (Carslaw dan Kaplan, 1991). Besar
kemungkinan bagi KAP tersebut untuk mengembangkan spesialisasi audit dan
keahlian pada area atau industri tertentu, yang diharapkan mampu menghasilkan
pekerjaan audit yang lebih efisien (Che-Ahmad dan Abidin, 2008). Selain
pengaruh dari luar perusahaan, audit report lag juga dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang berasal dari internal perusahaan, seperti ukuran perusahaan,
laba/rugi perusahaan, umur perusahaan, dan tingkat leverage.
Ukuran perusahaan seringkali dimasukkan sebagai faktor yang turut
mempengaruhi audit report lag. Dyer dan McHugh (1975) dalam penelitiannya
berargumen bahwa perusahaan besar akan mendapatkan insentif dengan adanya
pengurangan atau minimalisasi durasi audit report lag. Hal ini disebabkan karena
pergerakan perusahaan diawasi oleh banyak pihak, seperti investor, kreditor, dan
para pembuat kebijakan. Untuk mengurangi ketidakyakinan atau sinyal yang
mengindikasikan bad news, maka perusahaan akan berusaha untuk meminimalkan
durasi audit report lag. Di sisi lain perusahaan besar diasumsikan memiliki
pengendalian internal yang lebih kuat dibandingkan dengan perusahaan yang
lebih kecil. Hal ini juga yang menjadi dasar bahwa perusahaan-perusahaan besar
memiliki durasi audit report lag yang lebih singkat.
Perusahaan yang melaporkan laba yang tidak sesuai dengan ekspektasi
cenderung mengalami audit report lag yang lebih lama. Perusahaan yang
mengalami rugi atau laba yang tidak sesuai target akan memilih untuk menunda

penyampaian laporan keuangannya karena berita yang disampaikan dianggap


sebagai bad news untuk pasar (Carslaw dan Kaplan, 1991). Di samping itu auditor
juga cenderung lebih berhati-hati dalam mengaudit perusahaan yang mengalami
kerugian, terutama apabila auditor meyakini bahwa rugi yang dialami perusahaan
disebabkan oleh adanya financial failure atau management fraud.
Umur perusahaan diyakini dapat mempengaruhi durasi audit report lag.
Perusahaan yang sudah beroperasi dalam kurun waktu yang lama tentu lebih
berpengalaman dalam memproduksi laporan keuangan jika dibandingkan dengan
perusahaan yang baru berdiri, baik dalam segi kuantitas maupun kualitas. Oleh
karena itu umur perusahaan dapat mempengaruhi kecepatan publikasi laporan
keuangan perusahaan.
Faktor finansial lain yang dapat mempengaruhi durasi audit report lag
adalah tingkat leverage. Tingkat leverage menggambarkan struktur modal dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi
kewajiban yang dimiliki perusahaan mengindikasikan tingginya dominasi hutang
dalam struktur modal perusahaan dan menyebabkan besarnya resiko bagi
perusahaan untuk mengalami kesulitan keuangan. Hal ini membuat auditor
semakin berhati-hati dalam mengaudit dan besar kemungkinannya akan
mempengaruhi durasi audit.
Penelitian ini akan melibatkan faktor-faktor yang telah dijelaskan
sebelumnya, yang diduga berpengaruh terhadap durasi audit report lag.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini diberi judul Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag: Studi Empiris Pada

Perusahaan Sektor Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode


2009-2013. Penelitian ini diharapkan mampu mengidentifikasi dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatwaktuan perusahaan sektor properti
dalam mempublikasi laporan keuangannya.

1.2 Perumusan Masalah


Mengacu pada latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa rata-rata durasi audit report lag periode 2009-2013 untuk
perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah

faktor-faktor

tipe

auditor,

ukuran

perusahaan,

laba/rugi

perusahaan, umur perusahaan, dan tingkat leverage berpengaruh terhadap


durasi audit report lag perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2009-2013?

1.3 Batasan Masalah


Penelitian ini terbatas pada analisis mengenai karateristik auditor dan
perusahaan yang diasumsikan peneliti mempengaruhi audit report lag atas
perusahaan sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20092013. Karateristik yang dimaksud peneliti adalah tipe auditor, ukuran perusahaan,
laba/rugi perusahaan, umur perusahaan, dan tingkat leverage. Perusahaanperusahaan yang dijadikan sampel merupakan perusahaan publik pada sektor
properti, yang laporan keuangannya dapat diperoleh melalui situs www.idx.co.id

untuk tahun 2009-2013 dan menggunakan mata uang rupiah dalam laporan
keuangannya.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penulisan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui durasi rata-rata audit report lag perusahaan sektor properti
yang listed di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.
2. Memperoleh bukti empiris atas adanya pengaruh tipe auditor, ukuran
perusahaan, laba/rugi perusahaan, umur perusahaan, dan tingkat leverage
terhadap durasi audit report lag perusahaan sektor properti yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi KAP
Memberikan informasi dan bukti empiris kepada auditor mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi audit report lag sehingga auditor dapat
mengoptimalkan bahkan meningkatkan kinerjanya.
2. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai peran penting dari
ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan kepada publik dan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi.

3. Bagi Akademisi
Memberikan tambahan informasi kepada akademisi mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi durasi audit report lag yang dapat menjadi
referensi dan tambahan data untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Data Penelitian


Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder, yang
merupakan laporan keuangan auditan perusahaan-perusahaan sektor properti yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Data tersebut diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD), website Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id), dan Pusat Data Bisnis dan Ekonomi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Gadjah Mada (PDBE FEB UGM).

1.7 Sistematika Penulisan


BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, data penelitian, dan
sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Dalam bab ini membahas pemaparan teori-teori yang menjadi dasar
penelitian dan diperluas dengan berbagai sumber referensi serta konsep-konsep
yang relevan dengan penelitian ini.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


Dalam bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang meliputi
populasi serta sampel yang diteliti, sumber dan jenis data, variabel penelitian,
metode yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data, dan alat analisis yang
digunakan peneliti.

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Dalam bab ini membahas hasil olah data yang didapatkan dari pelaksanaan
penelitian ini, serta pemaparan analisis data dan hasil pengujian hipotesis.

BAB V. PENUTUP
Dalam bab ini akan membahas simpulan yang berupa penjelasan singkat
mengenai apa yang diperoleh dari pembahasan. Di samping itu bab ini juga akan
memuat keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai