Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Saraf


Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Neuron adalah sel saraf yang
merupakan unit dasar system saraf dan berfungsi untuk menghantarkan impuls yang
membawa informasi dari lingkungan. Neuron berbeda-beda dalam ukuran dan
bentuknya tergantung pada tugas khusus yang harus dilakukannya, namun scara
umum setiap neuron terdiri dari badan sel (perikarion/soma), nucleus (intisel), akson,
dendrite, dan tombol terminal. Setiap neuron memiliki sebuah badan sel yang berisi
nucleus yang didalamnya terdapat kromosom (DNA). Dari badan sel menjulur
prosesus-prosesus (tonjolan) yang disebut akson dan dendrite. Akson merupakan
prosesus yang menghantarkan impuls dari badan sel ke tombol terminal dan
jumlahnya biasanya satu. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak yang disebut
Myelin.6
Myelin merupakan suatu konduktor yang mempunyai cara kerja menghalangi
ion natrium dan ion kalium melintasi membrane neuronal dengan hampir sempurna.
Selubung myelin tidak continue sepanjang saraf, dan terdapat celah yang tidak
memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier. Tonjolan saraf pada susunan saraf pada
susunan saraf pusat dan tepi dapat bermyelin atau tidak. Serabut saraf yang yang
mempunyai selubung myelin dinamakan serabut bermyelin, dan didalam SSP
dinamakan masa putih (substansia alba). Serabut yang tak bermielin dinamakan
serabut tak bermielin dan terdapat pada substansia kelabu (substansia grisea).
Transmisi impuls saraf disepanjang serabut myelin lebih cepat dari transmisi
disepanjang serabut tak bermielin.10

Gambar 1.1 Perbedaan serabut saraf dengan myelin dan tanpa myelin
2.2 Perbedaan Antara Serabut Saraf dengan Myelin dan Tanpa Myelin
Terdapat beberapa jenis serabut saraf. Beberapa isyarat sensorik perlu
dihantarkan ke susunan saraf pusat sengan sangat cepatnya, kalau tidak informasi ini
akan menjadi tidak berguna. Misalnya isyarat sensorik yang dinilai otang mengenai
posisi sementara anggota gerak pada tiap bagian dari detik,sementara berlari. Pada

ujung yang lain, beberapa jenis informasi sendorik, seperti yang menggambarkan
pegal yang lama, tidak perlu dihantarkan dengan cepat, sehingga cukup serat yang
menghantarkan sangat lambat. Serat saraf mempunyai semua ukuran, dari diameter
0,2-20 mikron sampai dengan diameter yang lebih besar mempunyai kecepatan
hantaran yang lebih besar. Batas kecepatan hantaran adalah 0,5-120 meter per detik.5
Gambar 1.1 memberikan dua macam klasifikasi serat saraf yang biasa
digunakan. Salah satunya adalah klasifikasi umum yang meliputi seraf saraf sensorik
dan motorik, termasuk serat saraf otonom. Dalam klasifikasi umum, serat ini dibagi
menjadi jenis A dan C, dan serat jenis A dibagi lagi menjadi serat , , , dan . Serat
jenis A merupakan serat saraf spinalis yang bermielin dan khas. Serat jenis C
merupakan serat saraf tak bermielin dan sangat kecil yang menghantarkan impuls
pada kecepatan rendah. Ia merupakan lebih dari setengah saraf sensorik dalam
kebanyakan saraf perifer dan juga semua serat otonom postganglion.5
Dalam klasifikasi serat sensorik, serat ini dibagi menjadi kelompok Ia, Ib, II,
III, dan IV. Serat grup I adalah terbesar dan serat grup IV adalah yang terkecil,
merupakan serat tak bermielin yang sama seperti serat jenis C dalam klasifikasi
umum.5
2.3 Multiple Sclerosis
2.3.1

Definisi
Multiple sklerosis adalah suatu peradangan yang terjadi di otak dan sumsum

tulang belakang yang menyerang daerah substansia alba dan merupakan penyebab
utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya dapat disebabkan oleh banyak
faktor, terutama proses autoimun. Focal lymphocytic infiltration atau sel T bermigrasi
keluar dari lymph node ke dalam sirkulasi menembus sawar darah otak (blood brain
barrier) secara terus-menerus menuju lokasi dan melakukan penyerangan pada
antigen myelin pada sistem saraf pusat seperti yang umum terjadi pada setiap infeksi.
Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi, kerusakan pada myelin
(demyelinisasi), neuroaxonal injury, astrogliosis, dan proses degenerative. Akibat
demyelinasi (Gambar 1.1), neuron menjadi kurang efisien dalam potensial aksi.
Transmisi impuls yang disampaikan oleh neuron yang terdemyelinisasi akan menjadi

buruk. Akibat 'kebocoran' impuls tersebut, terjadi kelemahan dan kesulitan dalam
mengendalikan otot atau kegiatan sensorik tertentu di berbagai bagian tubuh.9

Gambar 1.2 Perbedaan Neuron yang Sehat dan yang Mengalami Demyelinisasi

2.3.2

Epidemiologi
Menurut National Multiple Sclerosis Society, kira-kira 400.000 orang Amerika

tercatat menderita MS, dan pada setiap minggunya sekitar 200 orang didiagnosis MS.
Di seluruh dunia, MS mungkin diderita 2.5 juta individu. Umumnya serangan terjadi
dalam dekade ketiga dan keempat, walaupun penyakit ini bisa mulai dalam masa
kanak-kanak dan juga di atas usia 60 tahun. Secara keseluruhan MS terjadi lebih
sering pada wanita dibandingkan laki-laki, dengan perbandingan adalah kira-kira 2:1.
Gejala jarang muncul sebelum usia 15 tahun atau setelah 60 tahun. Usia rata-rata
timbulnya gejala adalah 30 tahun, dengan kisaran antara 18 tahun hingga 40 tahun
pada sebagian besar pasien. Ciri khas perjalanan multiple sklerosis adalah
serangkaian serangan terbatas yang menyerang bagian susunan saraf pusat yang
berlainan. Masing-masing serangan kemudian akan memperlihatkan beberapa derajat
pengurangan, namun keseluruhan gambaran adalah suatu keadaan yang makin
memburuk.3,4

Multiple sklerosis secara dominan menyerang orang kulit putih, informasi


terakhir cenderung menunjukkan bahwa MS adalah suatu penyakit bawaan dan
mungkin dapat ditularkan. Adanya bukti bahwa hubungan antara HLA system
(Human Leukocyte Antigen) dan multiple sklerosis menunjukkan suatu kerentanan
genetis terhadap penyakit itu.3

Gambar 1.3 Persebaran Multiple Sclerosis


2.3.3

Etiologi dan Patofisiologi


Etiologi dari kelainan tersebut masih belum jelas. Ada beberapa mekanisme

penting yang menjadi penyebab timbulnya bercak MS yaitu autoimun, infeksi, dan
herediter. Meskipun bukti yang meyakinkan kurang, faktor makanan dan paparan
toksin telah dilaporkan ikut berkontribusi juga. Mekanisme ini tidak saling berdiri
sendiri melainkan merupakan gabungan dari berbagai faktor.7
Mekanisme autoimun diduga terjadi melalui penurunan aktifitas limfosit Tsupresor pada sirkulasi pasien penderita MS serta adanya molecular mimicry antara
antigen dan MBP (myelin basic protein) yang mengaktifkan klon sel T yang spesifik
terhadap MBP (MBP specific T-cell clone). Limfosit T4 menjadi autoreaktif pada
paparan antigen asing yang strukturalnya mirip dengan MBP. Tidak hanya beberapa
virus dan peptida bakteri saja yang memiliki kesamaan struktural dengan MBP, tetapi
beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat mengaktifkan MBP-spesifik T-sel klon
pada pasien MS.7

Beberapa infeksi virus diketahui menyebabkan demyelinasi pada manusia


diantaranya progressive multifocal leukoencephalopathy yang disebabkan oleh
papilloma virus JC, subakut sclerosing panencephalitis oleh virus campak. Pada MS
studi serologis awal sulit ditafsirkan. Namun, banyak pasien MS terdapat elevasi titer
CSF terhadap virus campak dan herpes simpleks (HSV), tetapi ini juga tidak
spesifik.8
Hal terpenting dari peran mielin pada proses transmisi dapat terlihat dengan
mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat mielin di sana. Pada orang-orang
dengan multiple sklerosis, lapisan mielin yang mengelilingi serabut saraf menjadi
hilang. Sejalan dengan hal itu, orang tersebut perlahan-perlahan kehilangan
kemampuan mengontrol otot-ototnya dan akhirnya tidak mampu sama sekali.1

Gambar 1.4 kerusakan mielin pada serabut saraf


Sifat dasar gangguan yang menyebabkan multiple sklerosis tidak diketahui
dengan pasti. Bukti-bukti terbaru mendukung teori bahwa multiple sklerosis adalah
penyakit autoimun, mungking berkaitan dengan pemicu lingkungan yang tidak dapat
ditentukan seperti infeksi virus. Hipotesis ini berasal dari observasi bahwa infeksi
virus biasanya menyebabkan peradangan yang melibatkan produksi interferon

gamma, yaitu suatu zat kimia yang diketahui dapat memperburuk multiple sklerosis.
Sejumlah virus telah diajukan sebagai agen penyebab yang mungkin pada multiple
sklerosis. Beberapa peneliti menduga virus campak (rubeola). Berbagai antibodi
campak telah ditemukan dalam serum dan cairan serebrospinalis (CSF) pasien
multiple sklerosis, dan bukti yang ada mengesankan antibody ini dihasilkan dalam
otak. Teori lain menduga bahwa faktor genetic tertentu menyebabkan beberapa orang
lebih peka terhadap invasi susunan saraf pusat dengan berbagai virus lambat. Virus
yang lambat memiliki masa inkubasi yang lama dan hanya mungkin berkembang
dengan keadaan defisiensi atau imun yang abnormal. Antigen histokompabilitas
tertentu ( HLA-A3, HLA-A7) telah ditemukan lebih sering pada pasien multiple
sklerosis dibandingkan dengan subjek yang terkontrol. Adanya antigen ini mungkin
berkaitan dengan defisiensi pertahanan imunologis dalam melawan infeksi virus.1
2.3.4

Faktor Resiko
Beberapa keadaan yang biasanya dianggap sebagai faktor pencetus adalah

kehamilan, infeksi (khususnya dengan demam), stress emosional, dan cedera.


Penyembuhan sempurna biasanya terjadi setelah serangan pertama. Remisi biasanya
timbul dalam waktu 1 hingga 3 bulan dengan serangan yang berturut-turut. Namun
pada akhirnya penyembuhan tidak terjadi secara sempurna, dan pasien diwarisi
kerusakan permanen tambahan setelah serangan penyakit tersebut.1

2.3.5

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada Multiple Sclerosis (MS) adalah: 7,8

Gambar 1.5 Manifestasi Multipel Sklerosis


a. Gangguan visual
Neuritis optik (retrobulbar) merupakan gangguan visual khas yang merupakan
tanda onset multipel sklerosis. Patologi dasarnya adalah demielinisasi inflamasi pada
satu atau kedua nervus optik. Gejala neuritis optik unilateral meliputi :

Nyeri disekitar salah satu mata terutama saat mata bergerak

Penglihatan kabur dan dapat berlanjut menjadi kebutaan total monookular

Hilangnya penglihatan warna


Selain gangguan ketajaman penglihatan dan warna, pemeriksaan dapat

menunjukan :

Diskus optikus membengkak, dan kemerahan pada funduskopi jika area


demielinisasi inflamasi terletak langsung dibelakang papil nervus optikus

Defek lapang pandang umumnya berupa skotoma sentral pada mata yang terkena

Defek pupil aferen relative


Neuritis optik biasanya akan membaik setelah beberapa minggu atau bulan,

walaupun pasien tetap memiliki ganggguan penglihatan pada mata yang terkena, dan
funduskopi umumnya menunjukkan diskus optikus yang pucat karena atrofi nervus
optikus. Pembengkakan diskus optikus pada fase akut, jika bilateral, harus dibedakan
dari edema papil yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial walaupun
kadang tampak serupa. Pada edema papil, biasanya ketajaman penglihatan lebih baik,
dan defek lapang pandang pada awal edema papil adalah berupa pembesaran bintik
buta fisiologis. Episode neuritis optik tidak selalu menunjukkan bahwa pasien
selanjutnya akan mengalami multipel sklerosis tetapi mungkin saja hanya merupakan
penyakit monofasik, terutama pada anak dan jika bilateral.
Gangguan visual lainnya saat onset multipel sklerosis meliputi diplopia yang
sering disertai vertigo dan mual, sehingga merupakan indikasi adanya plak batang
otak. Pemeriksaan pada keadaan ini dapat menunjukkan oftalmoplegia internuklear.
Dapat juga terjadi ataksia serebelar.
b. Gejala dari gangguan batang otak
Trigeminal neuralgia terjadi pada 1.5% pasien MS dan 300 kali lebih banyak
terjadi dalam kelompok ini dibandingkan di dalam populasi umum. Trigeminal
neuralgia, dua kali lipat terjadi bilateral dalam pasien multipel sklerosis dibandingkan
di poplulasi pada umumnya. Seringkali, nyeri muncul di antara serangan paroksismal,
dan bisa saja nyeri terjadi diluar dari distribusi syaraf trigeminal, kelumpuhan nerfus
fasialis, atau gejala lain yang menyertai tanda gejala pada lesi pontine. MS-related
trigeminal neuralgia memberikan respon terhadap pengobatan dengan prostaglandin
E analog. Ketulian Mendadak atau serangan akut vertigo dapat menyerupai suatu
krisis vestibular akut, bisa juga merupakan tanda dari multipel sklerosis yang kurang
sering terjadi.
c. Gejala gangguan serebelar

Tanda dan gejala serebelar terdapat pada kasus. Gerakan ataksia sering kali
merupakan tanda yang menonjol yang terutama mengenai gaya berjalan pasien, yang
tidak hanya spesifik tetapi juga ataksik. Yang terutama berkesan dan sangat
karakteristik pada multipel sklerosis adalah tremor intensi yang menyertai gerakan
volunter misalnya tes jari-hidung. Tremor menunjukan suatu lesi dari nukleus
dentatus yang mengenai serabut-serabut eferennya. Disdiadokokinesia dan dismetria
pada gerakan dapat ditemukan, biasanya disertai oleh tanda-tanda spastisitas dan
refleks di tendon yang meningkat. Gangguan bicara dideskripsikan sebagai irama
yang tidak beraturan dan eksplosif.
d. Gejala ekstrapiramidal
Lebih dari 80% dari pasien multipel sklerosis menderita gejala kejang
paraparesis dengan gejala bilateral traktus piramidal dan hiperrefleksi. Jika gejala
kejang paraparesis muncul dalam waktu yang lama, diagnosis dari multipel sklerosis
harus dipertanyakan. Paraparesis progresif mungkin saja hanya satu-satunya gejala
multipel sklerosis, terutama sekali didalam onset akhir penyakit, dan cenderung
menjadi progresif dalam beberapa kasus. Tidak adanya refleks kulit abdominal dapat
menjadi tanda dari kejang paraparesis. Hal ini tidak memiliki nilai informatif sebagai
satu temuan terisolasi, refleks ini tidak dimiliki oleh 20% orang dewasa normal, tetapi
menjadi signifikan jika muncul bersama dengan refleks dinding abdominal yang
berlebihan.
e. Fenomena mirip bangkitan
Timbulnya serangan epileptik pada multipel sklerosis sudah berulang-ulang
diajukan dan diabaikan. Pengarang menemukan pada kelompok pasien multipel
sklerosis yang diteliti ternyata epilepsi 4 kali lebih sering dibandingkan populasi
umum. Serangan batang otak paroksismal harus membangkitkan kecurigaan adanya
multipel sklerosis terutama pada pasien muda. Kelainan ini dapat terjadi sebagai
tanda penyakit yang timbul, dengan cara yang sama seperti serangan berupa
kehilangan tonus otot yang menyebabkan pasien jatuh atau seperti distonia

paroksismal. Sebagian serangan berulang yang berlangsung selama 15-45 detik,


disertai oleh disartria paroksismal dan ataksia.
f. Gangguan mental
Pasien dengan mutipel sklerosis tidak jarang memperlihatkan euforia yang
tidak sesuai kurangnya menyadari penyakitnya. Makin lama perjalanan penyakitnya,
makin mungkin timbul perubahan psikoorganik yang terutama pada kasus-kasus
dengan perjalanan penyakit yang panjang, dapat menimbulkan demensia pada
pasien. Gangguan mental dapat merupakan gejala dari MS, biasanya berkaitan
dengan kelainan batang otak; tentu saja, gambaran psikotik dapat merupakan tanda
dini dari penyakit ini. Pada stadium yang lebih dini, tanda kelainan mental dapat
ditemukan pada kira-kira 3% kasus.
g. Gangguan miksi
Pada saat pertama kali masuk rumah sakit, sekitar 20% pasien
memperlihatkan gangguan ini. Yang paling sering adalah dorongan yang tidak
terkontrol untuk miksi, yang dapat menimbulkan ngompol. Bentuk lain dari
inkontinensia kurang sering ditemukan.
h. Gangguan Sensori motorik
Manifestasi sensorik dan motorik umumnya menunjukkan lesi pada medula
spinalis atau hemisfer serebri. Contohnya, pasien mengalami paraparesis spastik
asimetris dan atau parestesia, anestesia suhu, dan disestesia pada anggota gerak. Lesi
pada kolumna posterior medula spinalis servikal dapat menyebabkan gejala yang
hampir patognomonik yaitu sensasi kesemutan yang menjalar ke lengan atau tungkai
saat fleksi leher (Fenomena Lhermitte). Pada beberapa pasien, gejala motorik,
sensorik, atau visual terkadang lebih buruk setelah mandi air panas (Fenomena
Uhthoff ).
Gangguan sensorik terdapat kira-kira pada 50% pasien-pasien dengan
penyakit yang dini. Kadang-kadang gejala yang timbul berupa sensasi yang spontan
abnormal (parestesia) atau sebagai perasaan abnormal setelah menggores kulit dari
ekstremitas (disestesia). Tangan kadang-kadang dapat memperlihatkan astereognosia
yang berat.8

Kriteria diagnostik yang umum dipakai adalah kriteria McDonald yang


merupakan kriteria MS dengan konsep asli tahun 2001 dan revisi terakhir tahun 2010.
Kriteria McDonald menekankan adanya pemisahan menurut waktu/disseminated in
time (dua serangan atau lebih) dan pemisahan oleh ruang/disseminated in space (dua
atau lebih diagnosa topis yang berbeda). Seseorang dinyatakan definite menderita MS
bila terjadi pemisahan waktu dan ruang yang dibuktikan secara klinis atau bila bukti
secara klinis tidak lengkap tetapi didukung oleh pemeriksaan penunjang (MRI, LCS
atau VEP).
2.3.6

Klasifikasi Multiel Sklerosis

Tabel 1.2 Klasifikasi Multipel Sklerosis Berdasarkan perjalanan Penyakit


Multiple sclerosis diklasifi kasikan menjadi 4;
1. Relapsing Remitting MS (RRMS)
Tipe ini ditandai dengan episode relaps atau eksaserbasi yang diikuti dengan
episode remisi (perbaikan). Sekitar 85% pasien MS memiliki tipe RRMS, 65% di
antaranya akan berkembang menjadi tipe Secondary Progressive MS (SPMS).
2. Secondary Progressive MS (SPMS)

Banyak pakar yang menganggap SPMS merupakan bentuk lanjut dari RRMS
yang berkembang progresif. Pada tipe ini, episode remisi makin berkurang dan gejala
menjadi makin progresif.
3. Primary Progressive MS (PPMS)
PPMS diderita oleh 10-15% pasien MS dengan rasio perempuan: lakilaki=1:1. Gejala yang timbul tidak pernah mengalami fase remisi.
4. Primary Relapsing MS (PRMS)
Bentuk PRMS adalah yang paling jarang. Pasien terus mengalami perburukan
dengan beberapa episode eksaserbasi di antaranya. Tidak pernah ada fase remisi atau
bebas dari gejala.

2.3.7

Kriteria Diagnosis

Tabel 1.1 Kriteria McDonald, revisi 2010.

Pemisahan secara waktu maksudnya adalah terjadinya dua serangan atau lebih
dimana jarak antara dua serangan minimal 30 hari dan satu episode serangan minimal
berlangsung 24 jam. Sedangkan pemisahan oleh ruang adalah terdapatnya dua atau
lebih gejala neurologis obyektif yang mencerminkan dua lesi yang diagnosis topisnya
berbeda. Kriteria definite (disseminated in space) MRI harus meliputi 3 dari 4
kriteria:
1. Adanya 1 lesi yang besar atau minimal 9 lesi yang kecil

2. Minimal 1 lesi infratentorial


3. Minimal 1 lesi juxtakortikal
4. Minimal 3 lesi periventrikel.
Selain itu pada MRI dapat terlihat gambaran atrofi korteks yang didahului
oleh pembesaran ventrikel.

Gambar 1.6. MRI Otak Wanita 25 Tahun dengan Relapsing-Remitting MS\


Pemeriksaan oligoclonal band dari cairan serebrospinalis/LCS sangat
membantu diagnosis MS. Sensitifitas pemeriksaan ini dikatakan dapat mencapai 95%
dan bila terdapat peningkatan oligoclonal band pada LCS maka hanya dibutuhkan 2
lesi pada MRI untuk memenuhi kriteria disseminated in space.
Pemeriksaan VEP (visual evoked potential) merupakan pemeriksaan
penunjang yang cukup sensitif (dibandingkan pemeriksaan evoked potential lain)
untuk MS dimana terjadi pemanjangan latensi VEP yang disebabkan adanya
demyelinisasi pada nervus optikus. VEP secara dini dapat mendeteksi kelainan
meskipun pada pasien MS yang secara klinis belum terdapat gejala klinis neuritis
optika.

2.3.8

Penatalaksanaan
Multiple sclerosis sampai saat ini masih belum dapat disembuhkan, tetapi

tidak

mematikan.

Ada

pengobatan

yang

memungkinkan

untuk

menunda

perkembangan penyakit ini dan mengurangi sebaran, intensitas dan durasi gejala.2
a. Relaps akut:
Metyl prednisolon per infus 1 gram/hari selama 7-10 hari, kemudian po (per oral)
prednison 80 mg selama 4 hari kemudian tapering off 40, 20, 10 mg masingmasing 4 hari. Tujuan pemberiannya adalah :

Mengurangi keparahan dan durasi relaps dengan menurunkan inflamasi

Untuk mengurangi kerusakan akibat serangan.

Penggunaan steroid jangka panjang tidak dianjurkan. Karena dapat menyebabkan


beberapa efek samping pada pemberian jangka panjang serta mungkin tidak lagi
berefek jika diberikan jangka panjang.
b. Pencegahan relaps
Interferon diproduksi oleh sel-sel untuk merespons berbagai virus. Sel-sel ini
diberi nama sesuai kemampuan mereka untuk menghambat replikasi virus,
mengurangi respons peradangan, termasuk mencegah kerusakan pada neuron.
Ada tiga jenis interferon, yaitu alfa, beta, dan gamma. Inferon B: efektif untuk
mencegah relaps pada MS, cara pemberian injeksi subkutan, obat ini untuk
penderita 2 atau lebih serangan pada 2 tahun pertama. Sekarang digunakan
intravenous IgG dengan dosis 0,4 gr/koagulan/hari selama 5 hari, kemudian
dibooster 0,4 gr/koagulan/hari setiap 2 bulan dalam 2 tahun.
c. Kronik progresif dapat diberikan immunosupresan misalnya azahioprin,
methotrexate, cyclophosphamide tetapi sayang hasilnya tidak memuaskan.
d. Terapi simtomatis:

Bangkitan dapat diberi carbamazepin

Nyeri karena neuralgia trigeminal diberikan carbamazepin, fenitoin,


gabapentin, baclofen + amitriptilin

Spastisitas diberi baclofen

Kelemahan umum dapat diberikan anti kolinergik misal ditropan, propantelin


2-3 x/hari

Gangguan emosi dan pseudobulber dapat diberikan amitriptilin 25 mg pada


waktu malam.
Perjalanan penyakit MS terdiri dari 4:

1. Relaps dan remiting sekitar 25 %


2. Chronic/progresif (sekunder progresif) sekitar 40%
3. Chronic/progresif dari onset sekitar 15%
4. Benign MS 20%.
2.3.9

Prognosis
Jika tidak diobati, lebih dari 30% pasien dengan MS akan memiliki cacat fisik

yang signifikan dalam waktu 20-25 tahun setelah onset. Kurang dari 5-10% dari
pasien memiliki fenotipe MS klinis ringan, di mana tidak ada cacat fisik yang
signifikan terakumulasi meskipun berlalu beberapa dekade setelah onset (kadangkadang terlepas dari lesi baru yang terlihat pada MRI). Pemeriksaan rinci dalam
banyak kasus, mengungkapkan beberapa tingkat kerusakan kognitif.2
Pasien laki-laki dengan MS progresif primer memiliki prognosis terburuk,
dengan respon yang kurang menguntungkan untuk pengobatan dan cepat
menimbulkan kecacatan. Insiden yang lebih tinggi dari lesi sumsum tulang belakang
di MS progresif primer juga merupakan faktor dalam perkembangan pesat dari
kecacatan.2
Harapan hidup dipersingkat hanya sedikit pada orang dengan MS, dan tingkat
kelangsungan hidup terkait dengan kecacatan. Kematian biasanya terjadi akibat
komplikasi sekunder (50-66%), seperti penyebab paru atau ginjal, tetapi juga dapat
disebabkan oleh komplikasi utama, bunuh diri, dan menyebabkan tidak berhubungan
dengan MS.

Marburg varian dari MS adalah bentuk akut dan klinis fulminan

penyakit yang dapat menyebabkan koma atau kematian dalam beberapa hari.2

Anda mungkin juga menyukai