TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1.1 Perbedaan serabut saraf dengan myelin dan tanpa myelin
2.2 Perbedaan Antara Serabut Saraf dengan Myelin dan Tanpa Myelin
Terdapat beberapa jenis serabut saraf. Beberapa isyarat sensorik perlu
dihantarkan ke susunan saraf pusat sengan sangat cepatnya, kalau tidak informasi ini
akan menjadi tidak berguna. Misalnya isyarat sensorik yang dinilai otang mengenai
posisi sementara anggota gerak pada tiap bagian dari detik,sementara berlari. Pada
ujung yang lain, beberapa jenis informasi sendorik, seperti yang menggambarkan
pegal yang lama, tidak perlu dihantarkan dengan cepat, sehingga cukup serat yang
menghantarkan sangat lambat. Serat saraf mempunyai semua ukuran, dari diameter
0,2-20 mikron sampai dengan diameter yang lebih besar mempunyai kecepatan
hantaran yang lebih besar. Batas kecepatan hantaran adalah 0,5-120 meter per detik.5
Gambar 1.1 memberikan dua macam klasifikasi serat saraf yang biasa
digunakan. Salah satunya adalah klasifikasi umum yang meliputi seraf saraf sensorik
dan motorik, termasuk serat saraf otonom. Dalam klasifikasi umum, serat ini dibagi
menjadi jenis A dan C, dan serat jenis A dibagi lagi menjadi serat , , , dan . Serat
jenis A merupakan serat saraf spinalis yang bermielin dan khas. Serat jenis C
merupakan serat saraf tak bermielin dan sangat kecil yang menghantarkan impuls
pada kecepatan rendah. Ia merupakan lebih dari setengah saraf sensorik dalam
kebanyakan saraf perifer dan juga semua serat otonom postganglion.5
Dalam klasifikasi serat sensorik, serat ini dibagi menjadi kelompok Ia, Ib, II,
III, dan IV. Serat grup I adalah terbesar dan serat grup IV adalah yang terkecil,
merupakan serat tak bermielin yang sama seperti serat jenis C dalam klasifikasi
umum.5
2.3 Multiple Sclerosis
2.3.1
Definisi
Multiple sklerosis adalah suatu peradangan yang terjadi di otak dan sumsum
tulang belakang yang menyerang daerah substansia alba dan merupakan penyebab
utama kecacatan pada dewasa muda. Penyebabnya dapat disebabkan oleh banyak
faktor, terutama proses autoimun. Focal lymphocytic infiltration atau sel T bermigrasi
keluar dari lymph node ke dalam sirkulasi menembus sawar darah otak (blood brain
barrier) secara terus-menerus menuju lokasi dan melakukan penyerangan pada
antigen myelin pada sistem saraf pusat seperti yang umum terjadi pada setiap infeksi.
Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya inflamasi, kerusakan pada myelin
(demyelinisasi), neuroaxonal injury, astrogliosis, dan proses degenerative. Akibat
demyelinasi (Gambar 1.1), neuron menjadi kurang efisien dalam potensial aksi.
Transmisi impuls yang disampaikan oleh neuron yang terdemyelinisasi akan menjadi
buruk. Akibat 'kebocoran' impuls tersebut, terjadi kelemahan dan kesulitan dalam
mengendalikan otot atau kegiatan sensorik tertentu di berbagai bagian tubuh.9
Gambar 1.2 Perbedaan Neuron yang Sehat dan yang Mengalami Demyelinisasi
2.3.2
Epidemiologi
Menurut National Multiple Sclerosis Society, kira-kira 400.000 orang Amerika
tercatat menderita MS, dan pada setiap minggunya sekitar 200 orang didiagnosis MS.
Di seluruh dunia, MS mungkin diderita 2.5 juta individu. Umumnya serangan terjadi
dalam dekade ketiga dan keempat, walaupun penyakit ini bisa mulai dalam masa
kanak-kanak dan juga di atas usia 60 tahun. Secara keseluruhan MS terjadi lebih
sering pada wanita dibandingkan laki-laki, dengan perbandingan adalah kira-kira 2:1.
Gejala jarang muncul sebelum usia 15 tahun atau setelah 60 tahun. Usia rata-rata
timbulnya gejala adalah 30 tahun, dengan kisaran antara 18 tahun hingga 40 tahun
pada sebagian besar pasien. Ciri khas perjalanan multiple sklerosis adalah
serangkaian serangan terbatas yang menyerang bagian susunan saraf pusat yang
berlainan. Masing-masing serangan kemudian akan memperlihatkan beberapa derajat
pengurangan, namun keseluruhan gambaran adalah suatu keadaan yang makin
memburuk.3,4
penting yang menjadi penyebab timbulnya bercak MS yaitu autoimun, infeksi, dan
herediter. Meskipun bukti yang meyakinkan kurang, faktor makanan dan paparan
toksin telah dilaporkan ikut berkontribusi juga. Mekanisme ini tidak saling berdiri
sendiri melainkan merupakan gabungan dari berbagai faktor.7
Mekanisme autoimun diduga terjadi melalui penurunan aktifitas limfosit Tsupresor pada sirkulasi pasien penderita MS serta adanya molecular mimicry antara
antigen dan MBP (myelin basic protein) yang mengaktifkan klon sel T yang spesifik
terhadap MBP (MBP specific T-cell clone). Limfosit T4 menjadi autoreaktif pada
paparan antigen asing yang strukturalnya mirip dengan MBP. Tidak hanya beberapa
virus dan peptida bakteri saja yang memiliki kesamaan struktural dengan MBP, tetapi
beberapa dari mikroorganisme tersebut dapat mengaktifkan MBP-spesifik T-sel klon
pada pasien MS.7
gamma, yaitu suatu zat kimia yang diketahui dapat memperburuk multiple sklerosis.
Sejumlah virus telah diajukan sebagai agen penyebab yang mungkin pada multiple
sklerosis. Beberapa peneliti menduga virus campak (rubeola). Berbagai antibodi
campak telah ditemukan dalam serum dan cairan serebrospinalis (CSF) pasien
multiple sklerosis, dan bukti yang ada mengesankan antibody ini dihasilkan dalam
otak. Teori lain menduga bahwa faktor genetic tertentu menyebabkan beberapa orang
lebih peka terhadap invasi susunan saraf pusat dengan berbagai virus lambat. Virus
yang lambat memiliki masa inkubasi yang lama dan hanya mungkin berkembang
dengan keadaan defisiensi atau imun yang abnormal. Antigen histokompabilitas
tertentu ( HLA-A3, HLA-A7) telah ditemukan lebih sering pada pasien multiple
sklerosis dibandingkan dengan subjek yang terkontrol. Adanya antigen ini mungkin
berkaitan dengan defisiensi pertahanan imunologis dalam melawan infeksi virus.1
2.3.4
Faktor Resiko
Beberapa keadaan yang biasanya dianggap sebagai faktor pencetus adalah
2.3.5
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering terjadi pada Multiple Sclerosis (MS) adalah: 7,8
menunjukan :
Defek lapang pandang umumnya berupa skotoma sentral pada mata yang terkena
walaupun pasien tetap memiliki ganggguan penglihatan pada mata yang terkena, dan
funduskopi umumnya menunjukkan diskus optikus yang pucat karena atrofi nervus
optikus. Pembengkakan diskus optikus pada fase akut, jika bilateral, harus dibedakan
dari edema papil yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial walaupun
kadang tampak serupa. Pada edema papil, biasanya ketajaman penglihatan lebih baik,
dan defek lapang pandang pada awal edema papil adalah berupa pembesaran bintik
buta fisiologis. Episode neuritis optik tidak selalu menunjukkan bahwa pasien
selanjutnya akan mengalami multipel sklerosis tetapi mungkin saja hanya merupakan
penyakit monofasik, terutama pada anak dan jika bilateral.
Gangguan visual lainnya saat onset multipel sklerosis meliputi diplopia yang
sering disertai vertigo dan mual, sehingga merupakan indikasi adanya plak batang
otak. Pemeriksaan pada keadaan ini dapat menunjukkan oftalmoplegia internuklear.
Dapat juga terjadi ataksia serebelar.
b. Gejala dari gangguan batang otak
Trigeminal neuralgia terjadi pada 1.5% pasien MS dan 300 kali lebih banyak
terjadi dalam kelompok ini dibandingkan di dalam populasi umum. Trigeminal
neuralgia, dua kali lipat terjadi bilateral dalam pasien multipel sklerosis dibandingkan
di poplulasi pada umumnya. Seringkali, nyeri muncul di antara serangan paroksismal,
dan bisa saja nyeri terjadi diluar dari distribusi syaraf trigeminal, kelumpuhan nerfus
fasialis, atau gejala lain yang menyertai tanda gejala pada lesi pontine. MS-related
trigeminal neuralgia memberikan respon terhadap pengobatan dengan prostaglandin
E analog. Ketulian Mendadak atau serangan akut vertigo dapat menyerupai suatu
krisis vestibular akut, bisa juga merupakan tanda dari multipel sklerosis yang kurang
sering terjadi.
c. Gejala gangguan serebelar
Tanda dan gejala serebelar terdapat pada kasus. Gerakan ataksia sering kali
merupakan tanda yang menonjol yang terutama mengenai gaya berjalan pasien, yang
tidak hanya spesifik tetapi juga ataksik. Yang terutama berkesan dan sangat
karakteristik pada multipel sklerosis adalah tremor intensi yang menyertai gerakan
volunter misalnya tes jari-hidung. Tremor menunjukan suatu lesi dari nukleus
dentatus yang mengenai serabut-serabut eferennya. Disdiadokokinesia dan dismetria
pada gerakan dapat ditemukan, biasanya disertai oleh tanda-tanda spastisitas dan
refleks di tendon yang meningkat. Gangguan bicara dideskripsikan sebagai irama
yang tidak beraturan dan eksplosif.
d. Gejala ekstrapiramidal
Lebih dari 80% dari pasien multipel sklerosis menderita gejala kejang
paraparesis dengan gejala bilateral traktus piramidal dan hiperrefleksi. Jika gejala
kejang paraparesis muncul dalam waktu yang lama, diagnosis dari multipel sklerosis
harus dipertanyakan. Paraparesis progresif mungkin saja hanya satu-satunya gejala
multipel sklerosis, terutama sekali didalam onset akhir penyakit, dan cenderung
menjadi progresif dalam beberapa kasus. Tidak adanya refleks kulit abdominal dapat
menjadi tanda dari kejang paraparesis. Hal ini tidak memiliki nilai informatif sebagai
satu temuan terisolasi, refleks ini tidak dimiliki oleh 20% orang dewasa normal, tetapi
menjadi signifikan jika muncul bersama dengan refleks dinding abdominal yang
berlebihan.
e. Fenomena mirip bangkitan
Timbulnya serangan epileptik pada multipel sklerosis sudah berulang-ulang
diajukan dan diabaikan. Pengarang menemukan pada kelompok pasien multipel
sklerosis yang diteliti ternyata epilepsi 4 kali lebih sering dibandingkan populasi
umum. Serangan batang otak paroksismal harus membangkitkan kecurigaan adanya
multipel sklerosis terutama pada pasien muda. Kelainan ini dapat terjadi sebagai
tanda penyakit yang timbul, dengan cara yang sama seperti serangan berupa
kehilangan tonus otot yang menyebabkan pasien jatuh atau seperti distonia
Banyak pakar yang menganggap SPMS merupakan bentuk lanjut dari RRMS
yang berkembang progresif. Pada tipe ini, episode remisi makin berkurang dan gejala
menjadi makin progresif.
3. Primary Progressive MS (PPMS)
PPMS diderita oleh 10-15% pasien MS dengan rasio perempuan: lakilaki=1:1. Gejala yang timbul tidak pernah mengalami fase remisi.
4. Primary Relapsing MS (PRMS)
Bentuk PRMS adalah yang paling jarang. Pasien terus mengalami perburukan
dengan beberapa episode eksaserbasi di antaranya. Tidak pernah ada fase remisi atau
bebas dari gejala.
2.3.7
Kriteria Diagnosis
Pemisahan secara waktu maksudnya adalah terjadinya dua serangan atau lebih
dimana jarak antara dua serangan minimal 30 hari dan satu episode serangan minimal
berlangsung 24 jam. Sedangkan pemisahan oleh ruang adalah terdapatnya dua atau
lebih gejala neurologis obyektif yang mencerminkan dua lesi yang diagnosis topisnya
berbeda. Kriteria definite (disseminated in space) MRI harus meliputi 3 dari 4
kriteria:
1. Adanya 1 lesi yang besar atau minimal 9 lesi yang kecil
2.3.8
Penatalaksanaan
Multiple sclerosis sampai saat ini masih belum dapat disembuhkan, tetapi
tidak
mematikan.
Ada
pengobatan
yang
memungkinkan
untuk
menunda
perkembangan penyakit ini dan mengurangi sebaran, intensitas dan durasi gejala.2
a. Relaps akut:
Metyl prednisolon per infus 1 gram/hari selama 7-10 hari, kemudian po (per oral)
prednison 80 mg selama 4 hari kemudian tapering off 40, 20, 10 mg masingmasing 4 hari. Tujuan pemberiannya adalah :
Prognosis
Jika tidak diobati, lebih dari 30% pasien dengan MS akan memiliki cacat fisik
yang signifikan dalam waktu 20-25 tahun setelah onset. Kurang dari 5-10% dari
pasien memiliki fenotipe MS klinis ringan, di mana tidak ada cacat fisik yang
signifikan terakumulasi meskipun berlalu beberapa dekade setelah onset (kadangkadang terlepas dari lesi baru yang terlihat pada MRI). Pemeriksaan rinci dalam
banyak kasus, mengungkapkan beberapa tingkat kerusakan kognitif.2
Pasien laki-laki dengan MS progresif primer memiliki prognosis terburuk,
dengan respon yang kurang menguntungkan untuk pengobatan dan cepat
menimbulkan kecacatan. Insiden yang lebih tinggi dari lesi sumsum tulang belakang
di MS progresif primer juga merupakan faktor dalam perkembangan pesat dari
kecacatan.2
Harapan hidup dipersingkat hanya sedikit pada orang dengan MS, dan tingkat
kelangsungan hidup terkait dengan kecacatan. Kematian biasanya terjadi akibat
komplikasi sekunder (50-66%), seperti penyebab paru atau ginjal, tetapi juga dapat
disebabkan oleh komplikasi utama, bunuh diri, dan menyebabkan tidak berhubungan
dengan MS.
penyakit yang dapat menyebabkan koma atau kematian dalam beberapa hari.2