Towaha et al.
Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Jalan Raya Pakuwon km 2 Parungkuda, Sukabumi.
2)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, Jalan Bypass Ngurah Rai, Denpasar.
*)
Alamat penulis (corresponding author): juniaty_tmunir@yahoo.com
Naskah diterima (received) 30 Oktober 2012, disetujui (accepted) 30 November 2012
Abstrak
Penelitian pengaruh tingkat fermentasi biji kakao untuk mendapatkan mutu
terbaik serta produk turunannya telah dilaksanakan di Kelompok Subak Abian
Pucaksari, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, Bali. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat fermentasi biji kakao
terhadap mutu biji dan produk turunannya. Rancangan yang digunakan adalah
rancangan acak lengkap, diulang tiga kali, dengan perlakuan 1) tanpa fermentasi,
2) fermentasi tidak sempurna, dan 3) fermentasi sempurna. Parameter pengamatan
meliputi keragaan fisik dan kimia biji, uji organoleptik pasta cokelat, lemak kakao,
bubuk kakao, minuman cokelat dan es krim cokelat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara umum tingkat fermentasi berpengaruh nyata terhadap mutu biji
kakao. Hasil analisis kimia pasta kakao, lemak kakao, dan bubuk kakao dari biji
fermentasi sempurna memenuhi syarat SNI. Uji organoleptik juga menunjukkan
bahwa para panelis menyukai pasta cokelat, bubuk kakao, minuman cokelat dan
es krim cokelat yang diolah dari biji kakao fermentasi sempurna.
Kata kunci: Kakao, fermentasi, mutu biji, mutu produk turunan.
Abstract
Research to study the influence of fermentation level of cocoa beans on
quality of cocoa beans and its derivative products was carried out in Subak
Abian Pucaksari Group, Kauh Mundeh Village, West Selemadeg Subdistrict,
Tabanan, Bali. This study aimed to determine the influence of fermentation on
cocoa bean quality and its derivative products. The design used was completely
randomized design with three replications. The treatments were 1) unfermented,
2) partly fermented, and 3) fully fermented. Parameters observed were physical
and chemical characteristics of cocoa beans, including organoleptic quality
of cocoa liquor, cocoa butter, cocoa powder, chocolate drink and chocolate
ice cream. The results showed that in general, fermentation significantly
affected quality of cocoa beans. Results of chemical analysis of cocoa liquor,
cocoa butter, and cocoa powder from fully fermented beans meets the requirements of Indonesian National Standard. Organoleptic test also showed that
166
Keragaan mutu biji kakao dan produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di Tabanan, Bali
panelists preferred cocoa liquor, cocoa powder, chocolate drink and chocolate ice cream prepared from fully fermented cocoa beans.
Key words: Cocoa beans, fermentation, physical, chemical, organoleptic, derivative
products, quality.
PENDAHULUAN
Areal pertanaman kakao di Provinsi Bali
mengalami perkembangan yang cukup pesat,
pada tahun 2011 telah mencapai 14.865 ha
dengan sentra pertanaman terdapat di
Kabupaten Tabanan seluas 5.063 ha,
Jembrana seluas 3.555 ha dan Buleleng
seluas 1.258 ha. Areal lainnya 4.989 ha
tersebar di Kabupaten Badung, Bangli,
Gianyar, Karangasem dan Klungkung (Dinas
Perkebunan Bali, 2012).
Salah satu permasalahan kakao Indonesia, termasuk di Provinsi Bali sampai saat
ini adalah mutu biji yang masih rendah,
terutama disebabkan oleh penanganan
pascapanen yang belum dilakukan dengan
baik dan benar, seperti biji kakao tidak
difermentasi atau proses fermentasi yang
kurang baik. Biji kakao yang diekspor
sebagian besar merupakan kakao yang diolah
tanpa fermentasi. Hal ini menyebabkan biji
kakao Indonesia kalah bersaing di pasar
internasional (APPI, 2002). Harga biji kakao
tanpa fermentasi di pasar internasional jauh
lebih rendah daripada harga biji kakao yang
difermentasi dengan selisih harga sekitar
Rp.2.0002.900 per kg (Indonesian Commercial Newsletter, 2010), yang cukup tinggi
untuk mendongkrak pendapatan devisa
negara.
Di Provinsi Bali, dari luasan 14.865 ha
pertanaman kakao yang semuanya merupakan perkebunan rakyat dihasilkan 6.152 ton
biji kering. Dari produksi tersebut hanya
sedikit saja petani yang melakukan fermentasi
yaitu hanya sebanyak 197,25 ton (3,2%) dan
sisanya tidak difermentasi (Dinas Perkebunan
Bali, 2012).
167
Towaha et al.
Fermentasi Kakao
Fermentasi kakao menggunakan bak
fermentasi yang mengacu pada penelitian
Sri-Mulato et al. (1997) dan de Brito (2000).
Proses fermentasi dilanjutkan dengan tahap
pengeringan biji (penjemuran di bawah sinar
matahari) sampai kadar air biji kakao sekitar
7%. Percobaan terdiri dari tiga perlakuan,
yaitu: a) tanpa fermentasi, b) fermentasi tidak
sempurna (kurang dari lima hari), dan
c) fermentasi sempurna (5-6 hari). Percobaan
menggunakan rancangan acak lengkap
dengan tiga ulangan.
Variabel yang diamati meliputi mutu
fisik biji seperti jumlah biji per 100 g biji
kering, bobot per biji kering, kadar nib
(daging biji) dan kadar kulit ari. Selain itu
juga dilakukan analisis kimia berupa kadar
air dengan metode gravimetri (AOAC,
2005a), kadar lemak dengan metode
ekstraksi soxhlet (AOAC, 2005b) yaitu
ekstraksi dengan menggunakan pelarut
organik non-polar yang sebelumnya dilakukan
hidrolisis, kadar gula pereduksi dengan
metode Fehling (AOAC, 2000a), pH dengan
alat pH meter (AOAC, 1998) dan total asam
dengan metoda titrasi (AOAC, 1999).
Analisis kimia dilaksanakan di Laboratorium
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Udayana, Denpasar. Hasil analisis mutu fisik
dan kimia yang didapat kemudian dianalisis
secara statistik menggunakan analisis ragam.
168
Keragaan mutu biji kakao dan produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di Tabanan, Bali
Penyortiran (Sorting)
Penyangraian (Roasting)
Pengempaan (Compression)
169
Towaha et al.
Tabel 1. Mutu fisik biji kakao kering tanpa difermentasi, fermentasi tidak sempurna dan fermentasi sempurna
Table 1. Physical quality of dried cocoa beans of unfermented, partly fermented and fully fermented
Parameter
Tanpa fermentasi
Fermentasi sempurna
Parameter
Unfermented
Partly fermented
Fully fermented
88.79 a
68.61 a
73.98 a
1.22 a
1.46 a
1.38 a
Kadar nib, %
Nib content, %
84.90 a
86.60 a
87.90 a
15.10 a
13.40 a
12.10 a
Keterangan (Note): Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada uji menurut uji Duncan
pada aras 5% (Numbers followed by the same letter in the same row are not significantly different according
to Duncan test at 5% level)
170
Keragaan mutu biji kakao dan produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di Tabanan, Bali
Tabel 2. Keragaan kimia biji kakao kering non fermentasi, fermentasi tidak sempurna dan fermentasi sempurna
Table 2. Chemical variability of unfermented, partly fermented and fully fermented dried cocoa beans
Tanpa fermentasi
Parameter
Fermentasi tidak sempurna
Unfermented
Parameter
Partly fermented
Fermentasi sempurna
Fully fermented
Kadar lemak, %
Fat content, %
42.43 a
44.74 b
51.28 c
Kadar air, %
Moisture content, %
7.70 a
7.50 a
7.50 a
pH
6.35 c
5.50 b
5.15 a
Total asam, %
Total acid, %
0.94 a
1.46 b
1.98 c
0.55 a
0.70 a
0.84 a
Keterangan (Note): Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada
aras 5% (Numbers followed by the same letter in the same row are not significantly different according to
Duncan test at 5% level)
171
Towaha et al.
Pasta Kakao
Pasta kakao atau cocoa mass atau biasa
disebut cocoa liquor dibuat dari biji kakao
kering melalui beberapa tahapan proses yaitu
pembersihan, penyangraian dan penghalusan/
pemastaan untuk mengubah biji kakao yang
semula padat menjadi semi cair tanpa
menghilangkan kandungan lemaknya
(Puslitkoka, 2008; Sri-Mulato et al., 2002;
Sri-Mulato et al., 2004a). Dalam penelitian
ini dari 100 kg biji kakao kering dihasilkan
pasta kakao sebanyak 78 kg atau untuk
mendapatkan 100 kg pasta kakao membutuhkan 128 kg biji kakao kering. Dalam
penelitian Sri-Mulato et al. (2002) dilaporkan
bahwa untuk mendapatkan 100 kg pasta
kakao dibutuhkan 120-125 kg biji kakao
kering. Perbedaan rendemen tersebut dapat
disebabkan oleh spesifikasi biji kakao yang
berbeda seperti kadar air, kadar lemak dan
kadar kulit (Sri-Mulato et al., 2004b).
Hasil analisis statistik pada Tabel 3
menunjukkan bahwa tingkat fermentasi pada
umumnya berpengaruh nyata pada mutu
kimia pasta kakao. Kadar lemak pasta kakao
dari biji hasil fermentasi sempurna memperlihatkan nilai tertinggi yaitu 57,87%,
mengingat biji kakao yang merupakan bahan
baku mempunyai kandungan lemak tertinggi
juga (Tabel 2). Berdasarkan BSN (2009c)
kadar lemak tersebut telah memenuhi SNI
3749:2009 yang mensyaratkan kadar lemak
pada pasta kakao minimal 48%. Lebih lanjut
kadar air pasta kakao dari biji kakao hasil
fermentasi sempurna mempunyai nilai yang
rendah yaitu 1,57%, suatu nilai yang
memenuhi SNI 3749:2009 yang mensyaratkan kadar air pada pasta kakao
maksimal 2% (BSN, 2009c).
Kadar protein pada pasta kakao dari biji
kakao hasil fermentasi sempurna memperlihatkan nilai terendah yaitu 7,52%. Hal
ini disebabkan pada fermentasi sempurna
terjadi lebih banyak protein yang terurai
menjadi senyawa asam amino dan peptida
(de Brito et al., 2000; Leal et al., 2008) yang
merupakan senyawa yang berperan penting
sebagai prekursor citarasa maupun aroma
cokelat (Biehl et al., 1985; Granvogl et al.,
2006). Pada proses penyangraian terjadi
reaksi Maillard yaitu reaksi antara gula
reduksi dengan gugus nitrogen asam amino
maupun peptida membentuk senyawa citarasa
khas cokelat. Senyawa tersebut di antaranya
merupakan gugus alcohols, carboxylic
acids, aldehydes, ketons, esters, phenols,
amines, pyrazines, pyrroles, pyridines, furans,
172
Keragaan mutu biji kakao dan produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di Tabanan, Bali
Tanpa fermentasi
Unfermented
Fermentasi sempurna
Fully fermented
Kadar lemak, %
Fat content, %
52.77 a
54.84 b
57.87 c
Kadar air, %
Moisture content, %
1.35 a
3.19 c
1.57 b
Kadar protein, %
Protein content , %
16.42 b
15.86 b
7.52 a
Kadar karbohidrat, %
Carbohydrate content, %
26.06 ab
23.11 a
29.82 b
Kadar abu, %
Ash content, %
3.40 a
3.00 a
3.22 a
Keterangan (Note): Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada uji menurut uji Duncan
pada aras 5% (Numbers followed by the same letter in the same row are not significantly different according
to Duncan test at 5% level)
173
Towaha et al.
Tanpa fermentasi
Unfermented
(%)
Fermentasi sempurna
Fully fermented
(%)
70
60
25
60
40
- Lain-lain (Others)
35
60
30
100
- Langu (Unpleasant)
15
35
20
- Lain-lain (Others)
25
15
65
30
45
70
50
30
- Lain-lain (Others)
Warna (Color) :
Aroma (Aroma) :
Tanpa fermentasi
Unfermented
Fermentasi sempurna
Fully fermented
Warna (Color)
Aroma (Aroma)
Keterangan (Notes): ranking 1 = sangat suka; ranking 2 = suka; ranking 3 = agak suka (rank 1 = most preferred;
rank 2 = preferred; rank 3 = slightly preferred)
Lemak Kakao
Lemak kakao atau cocoa butter
merupakan lemak yang diperoleh dari pasta
cokelat melalui pengempaan. Dalam penelitian
ini dari 100 kg biji kakao kering dihasilkan
lemak kakao sebanyak 24,5 kg. Sebelumnya
Sri-Mulato et al. (2004b) melaporkan bahwa
dari 100 kg biji kakao mendapatkan 39,1 kg
lemak kakao. Perbedaan rendemen tersebut
sangat dipengaruhi oleh suhu, kadar air,
kadar lemak, kadar kulit ari, ukuran partikel,
174
Keragaan mutu biji kakao dan produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di Tabanan, Bali
Tanpa fermentasi
Unfermented
Fermentasi sempurna
Fully fermented
97.86 a
98.11 a
99.87 a
0.05 a
0.09 b
0.13 c
2.09 a
1.80 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00 a
Keterangan (Note): Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada uji menurut uji Duncan
pada aras 5% (Numbers followed by the same letter in the same row are not significantly different according
to Duncan test at 5% level)
Bubuk Kakao
Bubuk kakao merupakan produk yang
diperoleh dari bungkil kakao yang diubah
bentuknya menjadi bubuk. Dalam penelitian
ini dari 100 kg biji kakao kering dihasilkan
sebanyak 47,7 kg bubuk kakao. Sri-Mulato
et al. (2004b) dalam penelitiannya melaporkan
bahwa dari 100 kg biji kakao dihasilkan
41 kg bungkil kakao (nilai yang mendekati
rendemen bubuk kakao). Perbedaan
rendemen tersebut dapat disebabkan oleh
spesifikasi biji kakao, yang berbeda seperti
kadar air, kadar lemak dan kadar kulit
(Sri-Mulato et al., 2004b).
Hasil analisis statistik mutu kimia bubuk
kakao menunjukkan bahwa tingkatan
fermentasi berpengaruh nyata terhadap
hampir semua parameter mutu kimia bubuk
kakao (Tabel 7), hanya kadar abu yang tidak
berbeda nyata. Pada kadar lemak bubuk
175
Towaha et al.
Tanpa fermentasi
Unfermented
Fermentasi sempurna
Fully fermented
27.95 a
30.93 b
37.78 c
7.94 b
4.66 a
4.38 a
19.57 b
13.28 a
16.62 ab
40.27 a
46.89 b
36.62 a
4.23 a
4.26 a
4.60 a
pH
6.30 c
5.85 b
5.35 a
Keterangan (Note): Angka yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada uji menurut uji Duncan
pada aras 5% (Numbers followed by the same letter in the same row are not significantly different according
to Duncan test at 5% level)
176
Keragaan mutu biji kakao dan produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di Tabanan, Bali
Tabel 8.
Table 8.
Tanpa fermentasi
Unfermented
(%)
Fermentasi sempurna
Fully fermented
(%)
50
25
10
40
55
10
60
15
- Lain-lain (Others)
30
40
50
60
- Langu (Unpleasant)
10
45
35
45
- Lain-lain (Others)
20
15
- Pahit (Bitter)
15
45
60
55
50
25
10
60
30
55
35
50
40
20
Warna (Color):
Aroma (Aroma):
Tanpa fermentasi
Unfermented
Fermentasi sempurna
Fully fermented
Warna (Color)
Aroma (Aroma)
Tekstur (Texture)
Keterangan (Notes): ranking 1 = sangat suka; ranking 2 = suka; ranking 3 = agak suka ( rank 1 = most preferred;
rank 2 = preferred; rank 3 = slightly preferred)
177
Towaha et al.
Tanpa fermentasi
Unfermented
Fermentasi sempurna
Fully fermented
Warna (Color)
3.87 a
4.73 a
4.20 a
Aroma (Aroma)
4.33 a
4.87 a
4.93 a
Mouthfeel
3.93 a
3.40 a
4.10 a
Rasa (Taste)
4.20 a
3.87 a
4.33 a
Keterangan (Notes): Skala hedonik 1-7, skala 1 tingkat kesukaan paling rendah, skala 7 tingkat kesukaan paling tinggi. Angka
yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada uji menurut uji Duncan pada
aras 5% (Hedonic scale 1-7, scale 1 is low level of preference, scale 7 is highest level of preference.
Numbers followed by the same letter in the same row are not significantly different according to Duncan
test at 5% level)
Tanpa fermentasi
Unfermented
Fermentasi sempurna
Fully fermented
Warna (Color)
3.87 a
4.80 b
3.53 a
Aroma (Aroma)
4.53 a
5.07 a
4.60 a
Mouthfeel
4.37 a
4.80 a
5.07 a
Rasa (Taste)
4.30 b
5.40 b
5.47 a
Keterangan (Notes): Skala hedonik 1-7, skala 1 tingkat kesukaan paling rendah, skala 7 tingkat kesukaan paling tinggi. Angka
yang diikuti huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata pada uji menurut uji Duncan pada
aras 5% (Hedonic scale 1-7, scale 1 is low level of preference, scale 7 is highest level of preference.
Numbers followed by the same letter in the same row are not significantly different according to Duncan
test at 5% level)
178
Keragaan mutu biji kakao dan produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di Tabanan, Bali
Tabel 12. Analisis mutu kimia makanan cokelat dari bubuk kakao dengan fermentasi sempurna
Table 12. Analysis of the chemical quality of chocolate foods from perfect fermentation cocoa powder
Produk makanan cokelat
Chocolate food products
Parameter
Parameter
Minuman cokelat
Chocolate drink
Es krim
Ice cream
8.39
19.60
4.40
3.51
81.65
17.85
3.77
58.23
1.79
0.81
KESIMPULAN
Dari hasil-hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa fermentasi biji kakao
selama lima hari (fermentasi sempurna)
menghasilkan mutu terbaik, baik mutu fisik,
kimia, maupun produk turunannya seperti
pasta kakao, lemak kakao, bubuk kakao,
minuman cokelat dan es krim cokelat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada
Sdr. Jemy Rinaldy, SP, M.Si peneliti Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali atas
bantuannya selama pelaksanaan penelitian
berlangsung di lapangan dan analisis mutu
kakao di Laboratorium. Ucapan yang sama
disampaikan kepada Klian Subak Abian
Puncaksari, Desa Munde Kauh, Kecamatan
Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan atas
dukungan dan bantuan selama penelitian
berlangsung hingga pengolahan biji kakao.
179
Towaha et al.
DAFTAR PUSTAKA
Afoakwa, E.O.; A. Payterson; M. Fowler &
A. Ryan (2008). Flavor formation and
character in cocoa and chocolate:
a critical review. Critical Reviews in
Food Science and Nutrition, 48,
840-857.
Afoakwa, E.O.; J. Quao; A.S. Budu; J. Takrama
& F.K. Saalia (2011). Effect of pulp preconditioning on acidification, proteolysis, sugars and free fatty acids concentration during fermentation of
cocoa (Theobroma cacao) beans.
International Journal of Food
Sciences and Nutrition, 62, 755-764.
Afoakwa, E.O.; Q. Jennifer; S.B. Agnes;
S.T. Jemmy & K.S. Fribu (2012). Influence of pulp preconditioning and fermentation on fermentative quality and
appearance of Ghanaian cocoa
(Theobroma cacao) beans. International Food Research Journal, 19,
127-133.
Aikpokpodion, P.E. & L.N. Dongo (2010).
Effect of fermentation intensity on
polyphenols and antioxidant capacity
of cocoa beans. International Journal
of Sustainable Production, 5, 66-70.
AOAC (1998). Official Method 973.41, Determination pH. Association of Official
Analytical Chemistry (AOAC).
AOAC (1999). Official Method 942.15, Total
Titratable Acidity. Association of
Official Analytical Chemistry (AOAC).
AOAC (2000a). Official Method 920.190,
Sugars Reducing. Association of
Official Analytical Chemistry (AOAC).
AOAC (2000b). Official Method 972.15, Ash
in Cocoa Product. Association of
Official Analytical Chemistry (AOAC).
AOAC (2000c). Official Method 967.12,
Protein Content. Association of
Official Analytical Chemistry (AOAC).
AOAC (2000d). Official Method 995.13,
Carbohydrate Content. Association of
Official Analytical Chemistry (AOAC).
180
Keragaan mutu biji kakao dan produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di Tabanan, Bali
181
Towaha et al.
182
Keragaan mutu biji kakao dan produk turunannya pada berbagai tingkat fermentasi: Studi kasus di Tabanan, Bali
183