Disusun oleh:
Safitri Dwi Martanti
G99151040
Pembimbing :
Dr. Desy Kurniawati Tandiyo, Sp.KFR.
ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
Status
: Menikah
Tanggal Masuk
: 1 September 2015
Tanggal Periksa
: 3 September 2015
No CM
: 01312325
B. Keluhan Utama :
Kelemahan anggota gerak kanan.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 31 Agustus 2015 sekitar pukul 23.00 pasien tiba-tiba
terjatuh di rumahnya saat sedang berjalan, lalu pasien tidak bisa berbicara
sesaat, namun kemudian pasien bicara seperti biasa. Kemudian 2 jam
setelah itu pasien langsung dibawa ke RS. Gemolong lalu kemudian
langsung dirujuk ke RSDM saat itu juga. Pasien merasakan kelemahan
anggota gerak kanan, terasa berat bila diangkat atau untuk berjalan. Pasien
juga mengeluh sakit kepala (nggliyer) kurang lebih semenjak 1 bulan
terakhir. Pasien dalam keadaan sadar tidak pingsan saat datang namun
pasin sering pingsan sebelumnya, tidak ada muntah, pasien bisa berbicara
(tidak pelo), pasien juga bisa makan dan minum (tidak tersedak).
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi
Riwayat DM
: disangkal
hanya
minum
ramuan
Riwayat Stroke
Riwayat Dislipidemia
: disangkal
Riwayat Hiperurisemia
: disangkal
: (+) Kardiomegali.
: disangkal
Riwayat Tumor
: disangkal
Riwayat Trauma
: disangkal
Riwayat Mondok
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: (+) ayah
: disangkal
: disangkal
Riwayat Stroke
: disangkal
Riwayat Dislipidemia
: disangkal
Riwayat Hiperurisemia
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat olahraga
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum baik (sadar), GCS E4V5M6, gizi kesan cukup, kontak
mata dengan pemeriksa (+), Afasia (-), Disfagia (-).
B. Tanda Vital
Tekanan darah
: 190/100 mmHg
Nadi
Respirasi
Suhu
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), hiperpigmentasi (-),
hipopigmentasi (-).
D. Kepala
Bentuk mesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam,
tidak mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-).
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
G. Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-).
I. Leher
Simetris, JVP tidak meningkat, limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-),
benjolan (-).
J. Thorax
1. Retraksi (-), simetris, normochest
2. Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: Sonor/Sonor
Palpasi
Perkusi
L. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
M. Ekstremitas
Oedem
-
Akral dingin
-
N. Status Neurologis
Kesadaran
: GCS E4V5M6
Fungsi Luhur
Lengan
Tungkai
Suhu
tidak dilakukan
Nyeri
(+/+) (+/+)
Rabaan
Rasa Propioseptik
(+/+) (+/+)
Lengan
Tungkai
Rasa Getar
tidak dilakukan
Rasa Posisi
(+/+) (+/+)
(+/+) (+/+)
(+/+) (+/+)
Tengah
Bawah
ka/ki
ka/ki
ka/ki
a. Lengan
-
Kekuatan
4/5
4/5
4/5
Tonus
n /n
n /n
n /n
Reflek Fisiologis
Reflek Biseps
+2/+2
Reflek Triseps
+2/+2
Reflek Patologis
Reflek Hoffman
-/-
Reflek Tromner
-/Atas
Tengah
Bawah
ka/ki
ka/ki
ka/ki
b. Tungkai
-
Kekuatan
4/5
4/5
4/5
Tonus
n /n
n /n
n /n
Klonus
Lutut
-/-
Kaki
-
-/-
Reflek Fisiologis
Reflek Patella
+2/+2
Reflek Achilles
-
+2/+2
Reflek Patologis
Reflek Babinski
+/-
Reflek Chaddock
-/-
Reflek Oppenheim
-/-
Reflek Schaeffer
-/-
Reflek Rosolimo
-/-
Nn. Craniales
n. II, III
n. III, IV, VI
n. VII
n. XII
Meningeal Sign
Kaku kuduk
:-
Brudzinksi I-II
:-
Laseque
:-
Kernig
:-
O. Status Psikiatri
Deskripsi Umum
Penampilan : perempuan, tampak sesuai umur, berpakaian rapi,
perawatan diri cukup
Kesadaran
Aktivitas Motorik
: normoaktif
Pembicaraan
: normal
: Appropiate
Mood
: Eutimik
Gangguan Persepsi
-
Halusinasi
: (-)
Ilusi
: (-)
Proses Pikir
-
Bentuk
: realistik
Isi
: waham (-)
Arus
: koheren
Daya Konsentrasi
: baik
Orientasi
: orang : baik
waktu : baik
tempat : baik
Daya Ingat
Daya Nilai
: baik
Insight
: derajat 6
Aktif
0-70o
0-40o
0-60o
0-60o
0-90o
0-90o
Flexi
Extensi
Lateral kanan
Laeral kiri
Rotasi ke kanan
Rotasi ke kiri
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
0-180
0-180
0-30
0-30
0-150
0-150
0-75
0-75
0-90
0-90
0-90
0-90
0-150
0-150
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-20
0-20
0-50
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
Ektremitas Superior
Shoulder
Elbow
Wrist
Finger
Trunk
Fleksi
Pasif
0-70o
0-40o
0-60o
0-60o
0-90o
0-90o
Fleksi
Ektensi
Abduksi
Adduksi
Eksternal Rotasi
Internal Rotasi
Fleksi
Ekstensi
Pronasi
Supinasi
Fleksi
Ekstensi
Ulnar Deviasi
Radius deviasi
MCP I Fleksi
MCP II-IV fleksi
DIP II-V fleksi
PIP II-V fleksi
MCP I Ekstensi
ROM Pasif
0-900
ROM Aktif
0-900
Ekstensi
0-300
0-300
Rotasi
0-350
0-350
ROM Pasif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-30
0-30
0-45
0-45
Ektremitas Inferior
Hip
Fleksi
Ektensi
Abduksi
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-180
0-180
0-30
0-30
0-150
0-150
0-75
0-75
0-90
0-90
0-90
0-90
0-150
0-150
0-150
0-150
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-70
0-70
0-30
0-30
0-20
0-20
0-50
0-50
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
0-90
ROM Aktif
Dekstra Sinistra
0-120
0-120
0-30
0-30
0-45
0-45
Knee
Ankle
Adduksi
Eksorotasi
Endorotasi
Fleksi
Ekstensi
Dorsofleksi
Plantarfleksi
Eversi
Inversi
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
0-45
0-30
0-30
0-120
0
0-30
0-30
0-50
0-40
Sinistra
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Dekstra
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Eksternsor
Supinator
Pronator
Fleksor
M. Biseps
M. Brachilais
M. Triseps
M. Supinatus
M. Pronator teres
M. Fleksor carpi
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
Ekstensor
radialis
M. Ekstensor
Abduktor
digitorum
M. Ekstensor carpi
Adduktor
radialis
M. Ekstensor carpi
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Shoulder
Adduktor
Internal Rotasi
Eksternal
Rotasi
Fleksor
Elbow
Wrist
5
5
M. Deltoideus anterior
M. Bisepss anterior
M. Deltoideu
M. Teres Mayor
M. Deltoideus
M. Biseps
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Latissimus dorsi
M. Pectoralis mayor
M. Teres mayor
M. Infra supinatus
ulnaris
10
Fleksor
Ekstensor
Finger
M. Fleksor digitorum
M. Ekstensor
5
5
4
4
digitorum
Fleksor
Ektensor
Rotator
Pelvic Elevation
Trunk
M. Rectus Abdominis
Thoracic group
Lumbal group
M. Obliquus Eksternus Abdominis
M. Quadratus Lumbaris
Ektremitas Inferior
Hip
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Knee
Fleksor
Ekstensor
Ankle
Fleksor
Ekstensor
M. Psoas mayor
M. Gluteus maksimus
M. Gluteus medius
M. Adduktor longus
Hamstring muscle
Quadriceps femoris
M. Tibialis
M. Soleus
5
5
5
5
5
Sinistra
5
5
5
5
5
5
5
5
Dekstra
4
4
4
4
4
4
4
4
Q. Status Ambulasi
Indeks Barthel
N
FUNGSI
O
1
Mengendalikan rangsang
pembuangan tinja
Mengendalikan rangsang
berkemih
Membersihkan
diri
(seka
SKOR
KETERANGAN
10
10
pembuangan tinja
Dapat mengendalikan rangsang
berkemih
Tidak membutuhkan bantuan
gigi)
Penggunaan jamban, masuk
dan keluar (melepaskan,
memerlukan pengawasan
memakai celana,
5
membersihkan, menyiram)
Makan
11
10
ke duduk
7 Berpindah/ berjalan
8 Memakai baju
9 Naik turun tangga
10 Mandi
Total Skor ADL : 85
15
5
10
5
10
Butuh bantuan
Tidak membutuhkan bantuan
Butuh bantuan
Tidak membutuhkan bantuan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.
B.
Nilai
Nilai Normal
Hb (g/dL)
11,1
13,5-17,5
Hct (%)
36
33-45
6
AE (10 /uL)
4,86
4,50-5,10
3
AL (10 /uL)
10,1
4,5-11
AT (103/uL)
263
150-450
GDS (mg/dl)
138
60-140
HbA1c (%)
6,2
4,8-5,9
Glukosa 2 jam PP mg/dl
85
80-140
SGOT (/L)
16
0-35
SGPT (/L)
23
0-45
Asam urat (mg/dl)
5
2,4-6,1
Kolesterol total (mg/dl)
144
50-200
LDL (mg/dl)
85
89-197
HDL (mg/dl)
38
28-63
Trigliserida (mg/dl)
148
<150
Natrium (mmol/L)
138
136-145
Kalium (mmol/L)
3,3
3,3-5,1
Kalsium ion(mmol/L)
1,10
1,17-1,29
Kreatinin (mg/dl)
0,6
0,9-1,3
Ureum (mg/dl)
16
<50
CT Scan Kepala (1 September 2015)
12
13
Orbita, sinus paranasalis, dan mastoid kanan kiri tak tampak kelainan
Calvaria Intak
Kesimpulan:
Infark di lobus temporal kanan di corpus callosum.
C.
Kesan:
- COR: membesar dengan CTR > 50%
- Pulmo: Tak tampak infiltrat di kedua lapang paru, corakan bronkovaskuler
normal.
- Sinus costophrenicus tajam.
- Hemidiaphragma kanan kiri normal.
- Trakhea di tengah.
14
ASSESSMENT
Klinis
Topis
15
V.
DAFTAR MASALAH
A. Problem Medis
1.
2.
3.
Fisioterapi
3.
Okupasi Terapi
Sosiomedik
Ortesa-protesa :Keterbatasan
mobilisasi
karena
gangguan keseimbangan.
6.
Psikologi
:Kecemasan
pasien
dan
PENATALAKSANAAN
A. Terapi Medikamentosa
1. Infus Assering 20 tpm
2. Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam
3. Injeksi Vitamin B12 500mg/ 12 jam
4. Aspilet 1 x 80 mg
5. PCT 2x1000 mg
16
Gait training
Massage wajah
Mirror exercise
VII.
17
IX.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad sanam
: dubia ad bonam
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
18
TINJAUAN PUSTAKA
A. STROKE
I.
Definisi
Stroke didefiniskan sebagai keadaan dimana terjadi interupsi suplai
darah ke otak, yang biasanya disebabkan karena bocornya pembuluh darah
maupun adanya blokade akibat bekuan darah. Berhentinya suplai oksigen
dan nutrisi ini menyebabkan kerusakan jaringan otak (WHO, 2014)
Berdasarkan WHO (1988), stroke menunjukkan adanya gangguan
fokal maupun global pada fungsi serebral dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih bersifat mendadak, bisa
menyebabkan kematian, serta murni disebabkan oleh faktor neurovaskuler.
Manifestasi yang ditunjukkan dapat berupa mati rasa, kelemahan atau
paralisis, gangguan bicara, penglihatan yang kabur, kebingungan, dan sakit
kepala yang berat.
Stroke menggambarkan sindrom hemiparesis atau hemiparalisis akibat
lesi vaskular yang bisa bangkit dalam beberapa detik sampai hari,
tergantung dari kausanya. Stroke mudah dikenal dibanding dengan
penyakit neurologis lain karena manifestasinya yang timbul mendadak dan
menimbulkan defisit neurologis yang berarti (Mardjono dan Sidharta,
2012).
II.
Etiologi
Penyebab stroke antara lain adalah aterosklerosis (trombosis),
embolisme, hipertensi yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan
ruptur aneurisme sakular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa
penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak
dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular perifer.
III.
Klasifikasi
1. Klasifikasi Berdasarkan Penyebab
a. Stroke Iskemik / Stroke Non Hemoragik
19
b. Stroke Hemoragik
Pendarahan di antara bagian dalam dan luar lapisan pada
jaringan yang melindungi otak (subarachnoid hemorrhage).
Terdapat dua jenis utama pada stroke yang mengeluarkan darah :
(intracerebral
hemorrhage
dan
(subarachnoid
hemorrhage.
20
yang
berbeda
dan
tidak
dipertimbangkan
sebagai
stroke.
21
mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, maka yang paling
sering ditemukan adalah kebutaan pada salah satu mata atau
kelainan rasa dan kelemahan. Jika mengenai arteri yang berasal
dari arteri vertebralis, biasanya terjadi pusing, penglihatan ganda
dan kelemahan menyeluruh.
Gejala-gejala yang sama akan ditemukan pada stroke, tetapi
pada TIA gejala ini bersifat sementara dan reversibel. Tetapi TIA
cenderung kambuh; penderita bisa mengalami beberapa kali
serangan dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa tahun.
Sekitar sepertiga kasus TIA berakhir menjadi stroke dan secara
kasar separuh dari stroke ini terjadi dalam waktu 1 tahun setelah
TIA.
IV.
Faktor Resiko
a. Hipertensi. Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan
resiko terkena stroke sebanyak 30%. Merupakan faktor yang dapat
diintervensi.
b. Arteriosklerosis, hiperlipidemia, merokok, obesitas, diabetes melitus,
usia lanjut, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah tepi, hematokrit
tinggi, dan lain-lain.
c. Obat-obatan yang dapat menimbulkan addiksi (heroin, kokain,
amfetamin) dan obat-obatan kontrasepsi, dan obat-obatan hormonal
yang lain, terutama pada wanita perokok atau dengan hipertensi.
d. Kelainan-kelainan hemoreologi darah, seperti anemia berat,
polisitemia, kelainan koagulopati, dan kelainan darah lainnya.
e. Beberapa penyakit infeksi, misalnya lues, rematik (SLE), herpes
zooster, juga dapat merupakan faktor resiko walaupun tidak terlalu
tinggi frekuensinya
V.
Patofisiologi
1. Trombosis (penyakit trombo - oklusif) merupakan penyebab stroke
yang paling sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi
serebral adalah penyebab utama trombosis selebral. Tanda-tanda
trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak
umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau
22
23
mengiritasi
jaringan
otak,
sehingga
mengakibatkan
DIAGNOSIS
Stroke adalah suatu keadaan emergensi medis. Setiap orang yang
diduga mengalami stroke seharusnya segera dibawa ke fasilitas medis
untuk evaluasi dan terapi. Pertama-tama, dokter akan menanyakan
riwayat medis pasien jika terdapat tanda-tanda bahaya sebelumnya dan
melakukan pemeriksaan fisik. Jika seseorang telah diperiksa seorang
dokter tertentu, akan menjadi ideal jika dokter tersebut ikut
berpartisipasi dalam penilaian. Pengetahuan sebelumnya tentang pasien
tersebut dapat meningkatkan ketepatan penilaian.
Hanya karena seseorang mempunyai gangguan bicara atau
kelemahan pada satu sisi tubuh tidaklah sinyal kejadian stroke. Terdapat
banyak kemungkinan lain yang mungkin bertanggung jawab untuk
gejala ini. Kondisi lain yang dapat serupa stroke meliputi:
Tumor otak
Abses otak (kumpulan nanah di dalam otak karena bakteri atau jamur)
24
Skor
1. Tekanan Darah
-
Sedang aktivitas
7,5
1
6,5
Sangat hebat
10
Hebat
7,5
Ringan
- Tidak ada
4. Kesadaran Menurun
-
10
setelah onset
-
- Tidak ada
5. Muntah Proyektil
-
7,5
25
10
7,5
Tidak ada
Bila skor > 15 termasuk stroke hemoragik, skor < 15 termasuk stroke nonhemoragik.
Terdapat batasan waktu yang sempit untuk menghalangi suatu
stroke akut dengan obat untuk memperbaiki suplai darah yang hilang pada
bagian otak. Pasien memerlukan evaluasi yang sesuai dan stabilisasi
sebelum obat penghancur bekuan darah apapun dapat digunakan.
VII.
Pemeriksaan penunjang
Computerized
tomography
(CT scan):
untuk
membantu
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
26
atau metal lain di dalam tubuhnya, tidak dapat dijadikan subyek pada
daerah magneti kuat suatu MRI.
Metode lain teknologi MRI: suatu MRI scan dapat juga
digunakan untuk secara spesifik melihat pembuluh darah secara non
invasif (tanpa menggunakan pipa atau injeksi), suatu prosedur yang
disebut MRA (magnetic resonance angiogram). Metode MRI lain
disebut dengan diffusion weighted imaging (DWI) ditawarkan di
beberapa pusat kesehatan. Teknik ini dapat mendeteksi area abnormal
beberapa menit setelah aliran darah ke bagian otak yang berhenti,
dimana MRI konvensional tidak dapat mendeteksi stroke sampai lebih
dari 6 jam dari saat terjadinya stroke, dan CT scan kadang-kadang tidak
dapat mendeteksi sampai 12-24 jam. Sekali lagi, ini bukanlah test garis
depan untuk mengevaluasi pasien stroke.
Computerized tomography dengan angiography: menggunakan
zat warna yang disuntikkan ke dalam vena di lengan, gambaran
pembuluh darah di otak dapat memberikan informasi tentang aneurisma
atau arteriovenous malformation. Seperti abnormalitas aliran darah otak
lainnya dapat dievaluasi dengan peningkatan teknologi canggih, CT
angiography menggeser angiogram konvensional.
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang
kadang-kadang digunakan untuk melihat pembuluh darah. Suatu pipa
kateter panjang dimasukkan ke dalam arteri (biasanya di area
selangkangan) dan zat warna diinjeksikan sementara foto sinar-x secara
bersamaan diambil. Meskipun angiogram memberikan gambaran
anatomi pembuluh darah yang paling detail, tetapi ini juga merupakan
prosedur yang invasif dan digunakan hanya jika benar-benar
diperlukan. Misalnya, angiogram dilakukan setelah perdarahan jika
sumber perdarahan perlu diketahui dengan pasti. Prosedur ini juga
kadang-kadang dilakukan untuk evaluasi yang akurat kondisi arteri
carotis ketika pembedahan untuk membuka sumbatan pembuluh darah
dipertimbangkan untuk dilakukan.
27
American
Heart
Association
yang
terbaru
28
29
B. Rehabilitasi
Secara umum rehabilitasi pada stroke dibedakan dalam beberapa
fase. Pembagian ini dalam rehabilitasi medis dipakai sebagai acuan
untuk menentukan tujuan (goal) dan jenis intervensi rehabilitasi yang
akan diberikan, yaitu :
1) Stroke fase akut: 2 minggu pertama pasca serangan stroke
Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien belum stabil, umumnya
dalam perawatan di rumah sakit, bisa di ruang rawat biasa ataupun di
unit stroke. Dibandingkan dengan perawatan di ruang rawat biasa,
pasien yang di rawat di unit stroke memberikan outcome yang lebih
baik. Pasien menjadi lebih mandiri, lebih mudah kembali dalam
kehidupan sosialnya di masyarakat dan mempunyai kualitas hidup
yang lebih baik.
2) Stroke fase subakut: antara 2 minggu-6 bulan pasca stroke
Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien umumnya sudah
stabil dan diperbolehkan kembali ke rumah, kecuali bagi pasien yang
memerlukan penanganan rehabilitasi yang intensif. Sebagian kecil
(sekitar 10%) pasien pulang dengan gejala sisa yang sangat ringan,
dan sebagian kecil lainnya (sekitar 10%) pasien pulang dengan gejala
sisa yang sangat berat dan memerlukan perawatan orang lain
sepenuhnya. Namun sekitar 80% pasien pulang dengan gejala sisa
yang
bervariasi
beratnya
dan
sangat
memerlukan
intervensi
30
sebelumnya,
membuat
gerakan
semakin
baik
dan
31
anjurkan
pasien
untuk
bergerak/
beraktivitas
32
duduk
dinamik
tercapai
apabila
pasien
dapat
tidak
dapat
33
dipisahpisahkan.
Mengembalikan
komplikasi
menyiapkan/mempertahankan
akibat
kondisi
tirah
yang
baring,
memungkinkan
dalam
melakukan
aktivitas
sehari-hari,
34
35
Kemampuan bicara.
Nervus kranialis.
Pemeriksaan sensorik.
Pemeriksaan fungsi persepsi.
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan gerak sendi.
Pemeriksaan fungsi vegetatif.
2. Evaluasi medik umum
Mencakup sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem endokrin
serta sistem saluran urogenital.
3. Evaluasi kemampuan fungsional
Meliputi kegiatan sehari-hari (AKS) seperti makan dan minum, mencuci,
kebersihan diri, transfer dan ambulasi. Untuk setiap jenis aktivitas
tersebut ditentukan derajat kemandiriaan dan ketergantungan penderita
juga kebutuhan alat bantu.
4. Evaluasi psikososial-vokasional
Mencakup faktor psikologis, vokasional dan aktifitas rekreasi, hubungan
dengan keluarga, sumber daya ekonomi dan sumber daya lingkungan
Evaluasi psikososial dapat dilakukan dengan menyuruh penderita
mengerjakan suatu hal sederhana yang dapat dipakai untuk penilaian
tentang kemampuan mengeluarkan pendapat, kemampuan daya ingat dan
orientasi (Islam, 1997).
IX.
Komplikasi
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik
stroke menjadi semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali
sejak dini sehingga dapat dicegah agar tidak semakin buruk dan dapat
menentukan terapi yang sesuai.
Komplikasi pada stroke yaitu:
Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
36
defisit
neurologis
menjadi
lebih
berat,
terjadi
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Anita
S(2009).
Rehabilitasi
medik
pada
pasien
stroke.http://
DI,
Curtin
SA(2009).Middle
Cerebral
Artery
and
(2004).
Risk
factor
in Atlas
of
Heart
Disease
and
Stroke.
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_03_risk_factors.
pdf?ua=1- Diakses Agustus 2015
39
40