Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.
1.2 Skenario
Anakku Malang
Levi, laki-laki umur 8 tahun, berat badan 15kg, dibawa oleh ibunya ke Puskesmas
karena mengalami kaki bengkak, perut buncit, tampak acuh tak acuh, geraknya kurang
stabil dan kulit terkelupas. Sehari-hari juga Levi kerap mengalami mencret. Ia berasal
dari keluarga tidak mampu dan jarang makan sayuran dan lauk pauk.
Pada pemeriksaan Fisik didapatkan : Wajah apatis, Edema anarsarka, dan kemerahan
juga mudah rontok.
Dokter pun melakukan Pemeriksaan Laboratorium dan diperoleh hasil ; Gula darah
puasa 70mg/dL, Hb 7 g/dL, Albumin 2,5g/dL, Na+ 110 mEq/L, K+ 3 mEq/L.
Kondisi apakah yang dialami Levi dan Bagaimana penatalaksanaannya?
1.2.1 Terminologi
- Edema Anarsarka :
1.2.2 Permasalahan
1. Mekanisme Gejala dari Skenario ?
2. Hubungan status sosial ekonomi dengan kondisi Levi saat ini !
3. Pengukuran Antropometri pada anak!
4. Asuoan Gizi Normal anak!
5. Metabolisme yang terganggu pada skenario!
1 | LBM IANAKKU MALANG

6. Diagnosis dan Penatalaksanaan!

BAB II

2 | LBM IANAKKU MALANG

PEMBAHASAN

1. Mekanisme Gejala dari Skenario ?


2. Hubungan status sosial ekonomi dengan kondisi Levi saat ini !
3. Pengukuran Antropometri pada anak!
4. Asupan Gizi Normal anak!
Masa anak-anak sangat penting bagi perkembangan fisik dan mental. Pola makan
dan nutrisi yang diberikan harus memenuhi untuk menjamin kesehatan anak. Masa
anak-anak (1 sampai 13 tahun) adalah periode kehidupan yang sangat penting bagi
perkembangan fisik dan mental. Dalam fase ini, dibutuhkan asupan nutrisi yang tinggi.
1. Kebutuhan Gizi Untuk Balita dan Pra sekolah (1-5 tahun)
Usia balita tidaklah tumbuh sepesat pada masa bayi, tetapi kebutuhan nutrisi
mereka tetap merupakan prioritas yang utama. Di masa balita ini, nutrisi memegang
peranan yang penting dalam perkembangan anak. Masa balita adalah masa transisi
terutama pada usia 1 2 tahun dimana anak akan mulai memakan makanan yang
padat dan menerima rasa serta tekstur makanan yang baru.
Kebutuhan nutrisi pada balita sebenarnya juga dipengaruhi oleh usia, besar
tubuh, dan tingkat aktivitas yang dilakukannya.

Energi

: biasanya balita membutuhkan sekitar 1.000 samapi 1.400 kalori per

hari.

Kalsium

: dibutuhkan kurang lebih 500 mg per hari.

Zat besi

: anak balita membutuhkan 7 mg per hari.

Vitamin C dan D.
Tubuh anak terdiri dari struktur tulang, otot, peredaran darah, jaringan otak, dan

organ-organ lain. Perkembangan tiap struktur ini sangat dipengaruhi oleh masukan
(intake) berbagai macam nutrisi makanan penunjang pertumbuhan.
Pada usia 2 tahun ini, anak-anak memiliki kerangkan tubuh berupa tulang
rawan sehinga dengan pemberian masukan gizi berupa vitamin dan mineral akan
mempercepat pembentukan tulang (osifkasi).
3 | LBM IANAKKU MALANG

Anak usia 2 tahun juga sudah mampu untuk berjalan dan melakukan semua
gerakan tubuh yang dilakukan oleh otot. Hal ini terjadi karena ribuan serabut otot
yang semakin membesar dan terus bekerja. Artinya, otot membutuhkan zat-zat dari
asupan makanan yang diberikan pada anak.
2. Kebutuhan Gizi untuk anak sekolah (6 13 tahun)
Pada usia sekolah ini, anak akan melakukan banyak aktivitas fisik maupun
mental, seperti : bermain, belajar, berolahraga, dll. Zat gizi yang diberikan pada nya
akan membantu dalam meningkatkan kesehatan tubuh anak sehingga sistem
pertahanan tubuhnya berkembang dengan baik atau tidak mudah untuk terserang
penyakit. Hal yang tidak mudah adalah mengawasi jenis makanan atau jajanan anak
baik disekolah maupun di lingkungannya karena pada saat ini anak sudah mulai
berinteraksi dengan orang lain (teman sebaya).
Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi yang lebih
dibanding dengan anak balita. Diperlukan pula tambahan energi, protein, kalsium,
fluor, zat besi karena pertumbuhan pada kisaran usia ini sedang pesat dan aktivitas
anak semakin bertambah.
Untuk memneuhi kebutuan energi dan zat gizi, anak terkadang makan hingga 5
kali sehari. Namun sebaiknya anak tetap diajari untuk makan 3 kali sehari dengan
menu gizi yang tinggi, yaitu : sarapan, makan siang, dan makan malam. Anak juga
perlu untuk diajari sarapan pagi agar dapat berfikir dengan baik di sekolah.
3. Jenis Nutrisi Yang Dibutuhkan Anak anak
a. Energi
Kalori yang dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhan ini adalah sekitar 1.900
kalori. Menu yang diberikan untuk mereka sebaiknya tidak terlalu padat tetapi
berserat. Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti : nasi, roti, dan
kentang adalah sumber karbohidrat yang bagus. Gula bukanlah merupakan
sumber enrgi yang baik karena tidak mengandung vitamin dan mineral.
Pemberian gula yang terlalu banyak pada anak akan menyebabkan kerusakan
pada gigi.
b. Protein
4 | LBM IANAKKU MALANG

Protein harus dikonsumsi secara seimbang agar anak mendapat asupan


kombinasi asam amino yang tepat. Protein dibutuhkan anak untuk
perkembangan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Berikut adalah angka kecukupan protein dalam sehari menurut kisaran umur
anak :

c. Lemak
Lemak dibutuhkan oleh anak untuk berbagai fungsi tubuh dan penyediaan
energi, proses produksi hormon, dan perlindungan tubuh. Lemak juga dapat
menjamin ketersediaan vitamin A,D,E,K pada anak karena lemak dapat
melarutkan vitamin tersebut.
d. Kalsium
Anak membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi, pembekuan
darah, serta kontaksi otot.
e. Kolin
Kolin merupakan nutrisi penting bagi membran otak dalam meningkatkan
kemampuan daya ingat dan konsentrasi. Anak telah memasuki masa sekolah
sehingga dalam proses ini mereka membutuhkan asupan makanan untuk
membantu pemikiran.
f. Zat Besi
Penting bagi anak-anak yang sedang tumbuh serta meningkatkan kesehatan
darah. Banyak jenis sayuran yang merupakan sumber zat besi yang bagus
meskipun zat besi yang berasal dari non-hewan lebih sulit diserap tubuh. Dalam
hal ini harus diberikan pula supan zat besi dari susu.
5 | LBM IANAKKU MALANG

g. Seng
Seng merupakan mineral penting yang menyususn banyak enzim pada tubuh.
Seng berperan untuk memerangi infeksi, untuk pertumbuhan, perkembangan
aspek seksualitas, dan indera perasa, serta pemulihan luka.
h. Vitamin D
Vitamin D penting dalam proses penyerapan kalsium. Vitamin D ditemukan
pada produk susu, telur, dan makanan yang difortifikasi seperti margarin, sereal,
dan dapat diproduksi tubuh melalui proses penyerapan sinar matahari pada
kulit.
i. Antioksidan dan Buah
Makan 3-5 porsi buah atau sayuran bervitamin C dan beta karotin tinggi, dapat
meningkatkan daya tahan tubuh anak pada serangan penyakit.
5. Metabolisme yang terganggu pada skenario!
Metabolisme yang terganggu adalah metabolisme asam amino esensial dan asam
amino non esensial.
Edema anasarka
Edema adalah penyakit yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Edema
disebabkan kekurangan protein, sehingga tekanan onkotik intravaskuler
menurun. Jika hal ini terjadi, maka akan terjadi extravasasi plasma keintertisial.
Plasma masuk kedalam intertisial, tidak keintrasel, karena pada penderita
kwashiorkor tidak ada kompensasi dari ginjal untuk reabsorbsi natrium.
Natrium berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita
kwashiorkor, selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Jika ditekan,
maka plasma pada intertisial lari ke darah sekitarnya karena tidak terfiksasi
oleh membrane sel dan mengembangankannya membutuhkan waktu yang lama
karena posisi sel yang rapat. Dan biasanya terjadi pada ekstremitsas bahwa
karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkotik (sadewa,2008)
Defisiensi protein gangguan metabolik tekanan osmotik intravaskular
menurun extravasasi plasma ke intertisial (bukan ke intrasel) edema

Rambut kemerahan dan mudah rontok


6 | LBM IANAKKU MALANG

Pada rambut manusia, dibutuhkan pigmen untuk mewarnai warna rambut dan
zat keratin untuk mempertahankan agar rambut tidak mudah rontok. Pada
kasus, Mardan mengalami defisiensi protein/KEP (Kekurangan Energi Protein)
yang dapat menyebabkan Mardan mengalami defisiensi pigmen dan defisiensi
zat keratin pada rambut. Hal ini yang menyebabkan rambut Mardan menjadi
kemerahan dan mudah rontok.

6. Diagnosis dan Penatalaksanaan!


Berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energy dan protein. MEP diklaifikasikan
menjadi MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan MEP derajat berat (gizi buruk). Gizi
kurang belum menunjukan gejala klinis yang khas, hanya dijumpai gangguan pertumbuhan
dan anak tampak kurus. Pada gizi buruk, di samping gejala klinis didapatkan kelainan
biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu
kwashiorkor,

marasmus

dan

marasmik-kwashiorkor,

walaupun

demikian

dalam

penatalaksanaannya sama.
Diagnosis :
1. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus atau
berat badannya kurang, selain itu ada keluhan anak kurang/ tidak mau makan,
sering menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada kak, kadang
sampai seluruh tubuh.
2. Pemeriksaan fisik
a. MEP ringan
Sering ditemukan gangguan pertumbuhan :
Anak tampak kurus.
Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti.
Berat badan tidak bertambah, adakalanya bahkan turun.
Ukuran lingkar lengan atas lebih kecil dari normal.
Maturasi tulang terlambat.
Rasio berat badan terhadap tinggi badan normal/ menurun.
Tebal lipatan kulit normal atau berkurang.
Anemia ringan.
Aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengananak
sehat.
b. MEP berat
Kwasihiorkor :
7 | LBM IANAKKU MALANG

Perubahan mental sampai apatis.


Anemia.
Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut/ rontok
Gangguan system gastrointestinal
Pembesaran hati
Perubahan kulit (dermatosis)
Atrofi otot
Edema simetris pada kedua punggung kaki, dapat sampai seluruh tubuh
Marasmus :
Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus.
Perubahan mental, cengeng.
Kulit kering, dingin dan mengendor, keriput.
Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit menghilang.
Otot atrofi sehingga kontur tulang terlihat jelas.
Kadang-kadang terdapat bradikardi.
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan anak sehat sebaya.
Marasmik-kwashiorkor :
Terdapat tanda dan gejala klinins marasmus dan kwashiorkor secara
bersamaan.
Kriteria diagnose
Terlihat sangat kurus
Edema nutrisional, simetris
BB/TB kurang dari -3SD
Lingkar lengan atas < 11,5 cm
3. Pemeriksaan penunjang
Kadar gula darah, darah tepi lengkap, urin lengkap, feses lengkap, elektrolit
serum, protein serum (albumin, globulin), ferritin
Tes mantoux
Radiologi (dada, AP dan lateral)
EKG
4. Tata Laksana
MEP berat ditatalaksana melalui 3 fase (stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi)
dengan 10 langkah tindakan seperti table di bawah
Medikamentosa :
Pengobatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Rehidrasi secara oral dengan resomal, secara parenteral hanya pada

dehidrasi berat atau syok


Atasi atau cegah hipoglikemia
Atasi gangguan elektrolit
Atasi atau cegah hipotermi
Antibiotika :
Bila tidak jelas ada infeksi, berikan cotrimoksasol selama 5 hari
Bila infeksi nyata : ampisilin intravena selama 2 hari, dianjurkan dengan

oral sampai 7 hari, ditambah dengan gentamisin i.m. selama 7 hari


Atasi penyaki tpenyerta yang ada sesuai pedoman
8 | LBM IANAKKU MALANG

Vitamin A (dosis sesuai usia yaitu < 6 bulan : 50.000 IU, 6-12 bulan : 10.000
IU, >1 tahun : 200.000 IU) pada awal perawatan dan hari ke-15 atau sebelum
pulang
Multivitamin, mineral, khusus asam folat hari pertama 5 mg, selanjutnya 1 mg
per hari
Suportif/diatetik
Oral (enteral)
Gizi kurang : kebutuhan energy dihitung sesuai RDA untuk umur TB (height
age) dikalikan berat badan ideal
Gizi buruk
Kebutuhan energy, protein dan cairan sesuai fase-fase tata laksana gizi buruk

Energy
Protein
Cairan

Stabilisasi (F75)
80-100 kkal/kgbb/hr
1-1,5 g/kgbb/hr
100-130 ml/kgbb/hr

Transisi (F75 F 100)


100-150 kkal/kgbb/hr
2-3 g/kgbb/hr
---bebas sesuai

Bila ada edema berat :

kebutuhan energy---

Rehabilitasi (F100)
150-220/kgbb/hr
4-6 g/kgbb/hr

100 kkal/kgbb/hr

Intravena (parenteral) : hanya atas indikasi tepat


Pemantauan
Kriteria sembuh
BB/TB > -2SD
Tumbuh kembang
Memantau status gizi secara rutin dan berkala
Memantau perkembangan psikomotor
Edukasi :
Memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang
pengetahuan gizi
Melatih ketaatan dalam pemberian diet
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Langkah promotif/preventif
Malnutrisi energy protein merupakan masalah gizi yang multifactorial. Tindakan
pencegahan bertujuan untuk mengurangi insidens dan menurunkan angka kematian.
Oleh karena ada faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, maka
untuk mencegahnya dapat dilakukan beberapa langkah, antara lain:
Pola makan

9 | LBM IANAKKU MALANG

Penyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah


karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat
badan)
Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala
(sebulan sekali pada tahun pertama)
Faktor social
mencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan
tertentu yang sudah secara turun temurun dan dapat menyebabkan terjadinya
MEP
Faktor ekonomi
Dalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa
meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan
bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan
sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat
selanjutnya. Ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di
samping kuantitasnya
Faktor infeksi
Telah lama diketahui adanya interaksi dengan interaksi sinergis antara MEP
dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi.
MEP, walaupun dalam derajat ringan, menurunkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi.

Penatalaksanaan Gizi Buruk

10 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Gambar 1 : Tatalaksana Malnutrisi Berat

Rawat inap pada penderita gizi buruk


Menurut Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 faseyang harus
dilalui yaitu fase stabilisasi ( Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 14), fase rehabilitasi
(Minggu ke 3 6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 26). Dimana tindakan pelayanan
terdiri dari 10 tindakan pelayanan sbb:
Tabel 1. Sepuluh Langkah Tatalaksana di Rumah Sakit pada Penderita Gizi Buruk
11 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Langkah 1. Atasi/cegah hipoglikemia


Semua anak gizi buruk beresiko untuk terjadi hipoglikemia (kadar gula darah < 3
mmol/dl atau 54mg/dl), yang seringkali merupakan penyebab kematian pada 2 hari
pertama perawatan.
Hipoglikemia dapat terjadi karena adanya infeksi berat atau anak tidak mendapat
makanan selama 4-6 jam. Hipoglikemia dan hipotermia seringkali terjadi bersamaan dan
biasanya merupakan pertanda adanya infeksi. Carilah tanda hipoglikemia bila menemukan
tanda hipotermia (suhu aksila < 35oC; rektal < 35.5oC). pemberian makanan dengan
frekuensi sering (setiap 2-3 jam) sangat penting dalam mencegah dua kondisi tersebut.
Terapi:
Bila anak sadar dan dapat minum
Bila anak tidak sadar
- Bolus 50 ml larutan Glukosa 10% atau - Glukosa 10% IV (5 mg/dl), diikuti
sukrosa 10% (1 sendok the penuh gula

dengan 50 ml Glukosa 10% atau sukrosa

dengan 50 ml air), baik per oral

lewat pipa NGT. Kemudian mulai

maupun

nasogastric.

pemberian F75 (lihat langkah 7) setiap 2

Kemudian mulai pemberian F75 (lihat

jam, untuk 2 jam pertama berikan dari

langkah 7) setiap 2 jam, untuk 2 jam

dosis makanan setiap 30 menit).

dengan

pipa

pertama berikan dari dosis makanan


-

setiap 30 menit).
Antibiotic spectrum luas (lihat langkah

5)
Pemberian makan per 2 jam siang dan

Antibiotic spectrum luas


Pemebrian makanan per 2 jam siang dan
malam.

malam (lihat langkah 7)


12 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Monitor:
-

Kadar gula darah : setelah 2 jam, ulangi pemeriksaan kadar gula darah
(menggunakan darah dari jari atau tumit). Selama terapi, umunya anak akan stabil
dalam 30 menit. Bila gula darah masih rendah ulangi pemeberian 50 ml bolus
glukosa 10% atau larutan sukrosa, kemudian lanjutkan pemberian makanan F75

setiap 2 jam hingga anak stabil.


Suhu rektal : jika turun hingga < 35.5oC, ulangi pengukuran kadar gula darah
Tingkat kesadaran : bila belum pulih, ulangi pengukuran kadar gula darah sambil
mencari penyebabnya.

Langkah 2. Atasi/cegah hipotermia


Jika suhu aksila < 35oC, lakukan pemeriksaan suhu rektal menggunakan
termometer air raksa. Jika suhu rektal <35.5oC:
-

Berikan makanan secara langsung (atau mulai rehidrasi bila diperlukan)


Hangatkan anak : selain memakaikan pakaian, tutupi dengan selimut hangat hingga
kepala (kecuali wajah) atau tempatkan di dekat penghangat atau lampu (jangan
gunakan botol air panas), atau letakkan anak pada dada ibu (skin to skin, cara

kanguru) lalu tutupi selimut keduanya.


Berikan antibiotic spectrum luas (lihat langkah 5).

Monitor:
-

Suhu tubuh : selama menghangatkan anak, lakukan pemeriksaan suhu rektal setiap

30 menit hingga mencapai suhu > 36.5oC.


Yakinkan bahwa anak telah tertutupi seluruh permukaan tubuhnya, terutama di

malam hari.
Kadar gula darah : ukur gula darah ketika didapati adanya hipotermia.

Langkah 3. Atasi/cegah dehidrasi


Tidak mudah menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk karena tanda dan
gejala dehidrasi seperti turgor kulit dan mata cekung sering didapati pada gizi buruk
walaupun tidak dehidrasi. Diagnosis pasti adanya dehidrasi adalah dengan pengukuran
berat jenis urin (< 1.030) selain tanda dan gejala klinis khas bila ada antara lain rasa haus
dan mukosa mulut kering.
Terapi:

13 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Larutan gula-garam standar untuk dehidrasi oral (75 mmol Na/L) mengandung
terlalu banyak Natrium dan terlalu sedikit Kalium bagi anak malnutrisi berat. Oleh karena
itu diberikan larutan redehidrasi yaitu rehydration solution of malnutrition (ReSoMal).
Sulit untuk mennetukan status dehidrasi dengan meihat klinis saja pada anak
melnutrisi berat. Maka diasumsikan bahwa setiap anak dengan diare cair dapat mengalami
dehidrasi dan diberikan:
-

ReSoMal 5 ml/kg setiap 30 menit selama 2 jam pertama, baik per oral maupun

lewat NGT.
Kemudian, 5-10 ml/kg/jam selama 4-10 jam berikutnya: jumlah yang seharusnya
diberikan kepada anak ditentukan oleh berapa banyak anak mau minum dan jumlah
diare dan muntah. Ganti dosis ReSoMal pada jam ke-4, 6, 8 dan 10 dengan F75 bila

rehidrasi masih dibutuhkan.


Selanjutnya, bila sudah terehidrasi, hentikan pemberian ReSoMal dan lanjutkan

F75 setiap 2 jam. (lihat langkah 7)


Bila masih diare, beri ReSoMal setiap anak diare: anak < 2 tahun: 50-100 ml dan
anak > 2 tahun: 100-200 ml.

Monitor kemajuan rehidrasi:


Observasi tiap 30 menit selama 2 jam pertama, kemudian setiap satu jam untuk 612 jam selanjutnya, catatlah:
-

Denyut jantung
Frekuensi napas
Frekuensi miksi
Frekuensi defekasi/muntah

Adanya air mata, mukosa mulut yang lembab, mata dan fontanella yang sudah tidak
cekung dan perbaikan turgor kulit, merupakan tanda-tanda keberhasilan rehidrasi. Harus
diperhatikan bahwa banyak anak dengan malnutrisi berat tidak menunjukkan tanda-tanda
tersebut walaupun sudah tercapai rehidrasi.
Frekuensi napas dan nadi yang tetap cepat selama rehidrasi mengindikasikan adanya
infeksi atau over rehidrasi. Tanda-tanda kelebihan cairan (overhidrasi)antara lain
meningkatnya frekuensi napas, nadi, timbul/bertambahnya edema dan palpebral bengkak.
Jika tanda-tanda tersebut muncul, maka hentikan pemberian cairan secepatnya dan lakukan
penilaian ulang setelah 1 jam.
Langkah 4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Semua anak dengan malnutrii berat mengalami kelebihan natrium (Na) walaupun
kadar Na darah rendah. Kadar Na darah rendah lebih mencermikan kadar Na ekstraseluler,
14 | L B M I A N A K K U M A L A N G

bukan Na total yang meliputi Na intraseluler. Keberadaan kalium (K) dan Na intraseluler
dikendalikan oleh pompa Na-K. secara normal (cukup energy, K dipertahankan berada
tetap di intrasel). Jika tubuh kekurangan energy, Na akan berada pada intrasel. Asupan Na
berlebihan akan dapat menyebabkan kematian oleh karena kelebihan Na intrasel yang
berakibat terjadinya udem seluler. Defisiensi K dan Magnesium (Mg) juga terjadi dan
membutuhkan waktu minimal dua minggu untuk melakukan koreksi. Udem yang muncul
bisa disebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Jangan memberikan diuretic sebagai terapi
udem.
Berikan:
-

Ekstra Kalium 3-4 mmol/kg/hari


Ekstra Magnesium 0.4-0.6 mmol/kg/hari
Saat rehidrai, berikan cairan rendah Natrium (misalnya ReSoMal)
Siapkan makanan tanpa garam

Langkah 5. Obati/cegah infeksi


Pada malnutrisi berat, tanda umum adanya infeksi, seperti demam, sering tidak
dijumpai, dan infeksi sering tersembunyi.
Oleh karena itu beri secara rutin saat rawat inap:
-

Antibiotic spectrum luas


Vaksin campak jika anak >6 bulan dan belum mendapat imunisasi (tunda jika
kondisi klinis buruk atau dalam keadaan syok).

Pilihan antibiotika spectrum luas:


a. Jika pada anak tidak terdapat komplkasi atau infeksi tidak nyata, beri:
Kotrimoksasol 5 ml larutan pediatrik per oral dua kali sehari selama 5 hari (2.5 ml
jika berat < 6kg)
b. Jika anak terlihat sangat sakit (apatis, letargis) atau terdapat komplikasi
(hipoglikemi, hipotermi; dermatosis; infeksi traktus respiratorius atau urinarius),
beri:
Ampisilin 50mg/kg IM/IV per 6 jam untuk 2 hari kemudian dilanjutkan dengan
amoksisilin per oral 15mg/kg per 8 jam untuk 5 hari, atau jika amoksisilin tidak
tersedia, lanjutkan dengan ampisilin per oral 50 mg/kg per 6 jam.
DAN ditambah dengan:
Gentamisin 7.5 mg/kgBB IM/IV sekali sehari selama 7 hari.
Jika anak tidak ada perbaikan klinis dalam waktu 48 jam, tanbahkan:
Kloramfenikol 25mg/kg IM/IV per 8 jam selama 5 hari
Jika infeksi spesifik teridentifikai, tambahkan:
15 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Antibiotic spesifik yang sesuai


Terapi antimalarial jika pemeriksaan parasite malaria pada darah perifer
menunjukkan hasil positif.
Jika anoreksia tetap ada setelah 5 hari pemebrian antibiotika, lanjutkan sampai 10

hari. Selain itu, evaluasi ulang anak seutuhnya, periksa fokal infeksi dan organisme
yang potential utuk resisten dan pastikan bahwa suplemen vitamin dan mineral telah
diberikan secara benar.
Langkah 6. Koreksi defisiensi mikronutrien
Semua anak malnutrisi berat juga mengalami defisiensi vitamin dan mineral.
Meskipun anemia sering terjadi, apda periode awal (stabilisasi, tarnsisi) tidak boleh
diberikan preparat besi tetapi ditunggu sampai anak memiliki nafsu makan yang baik dan
dimulai saat berat badan bertambah (biasanya minggu kedua/pada fase rehabilitasi).
Pemberian preparat besi dapat memperburuk keadaan infeksi serta terjadinya reaksi
oksidatif oleh besi bebas yang akan merusak membrane sel dan berakibat fatal.

Pemberian pada hari I:


-

Vitamin A per oral (dosis untuk > 12 bulan 200.000 SI, untuk 6-12 bulan 100.000

SI, untuk 0-5 bulan 50.000 IU), ditunda bila kondisi klinis buruk
Asam folat 5 mg, oral

Pemberian harian selama 2 minggu:


-

Suplemen multivitamin
Asam folat 1 mg/hari
Zinc 2 mg/kg BB/ hari
Copper 0.3 mg/kg BB/hari
Preparat besi 3 mg/kg/hari (pada fase rehabilitasi)

Langkah 7. Pemberian makanan


Pada fase stabilisasi diperlukan penekatan yang hati-hati karena kondisi fisiologis
anak yang rapuh dan berkurangnya kapasitas hoeostatis. Pemerian makan sebaiknya
16 | L B M I A N A K K U M A L A N G

dimulai sesegera mungkin setelah pasien masuk dan harus dirancang untuk memenuhi
kebutuhan energy dan protein secukupnya untuk mempertahankan proses fisiologis dasar.
Gambaran hal-hal penting dalam pemebrian makan pada fase stabilisasi adalah sebagai
berikut:
-

Pemberian makanan dengan porsi kecil dan sering dengan osmolaritas rendah dan

rendah laktosa (F75)


Pemberian makanan secara oral atau lewat pipa NGT (jangan memebrikan secara

perenteral)
Energy : 80-100 kkal/kgBB/hari
Protein : 1-1.5 g/kgBB/hari
Cairan : 130ml/kgBB/hari cairan (100 cc/kgBB/hari bila anak mengalami edema

berat)
Apabila anak minum ASI, lanjutkan pemebrian ASI tetapi setelah formula
dihabiskan.
Pemberian susu formula awal (F75) dan jadwal pemebrian makanan yang

disarankan (lihat di bawah) dibuat untuk memnuhi target di atas.


Formula F75 mengandung 75 kcal/100 ml dan 0.9 gram protein/100ml cukup
memenuhi kebutuhan bagi sebagian besar anak. Berikan dengan menggunakan cangkir
atau sendok. Anak yang sangat lemah, mungkin perlu diberikan dengan sendok atau
secara drop atau dengan spuit.
Jadwal yang direkomendasikan dimana volume secara bertahap ditigkatkan dan
frekuensi secara bertahap dikurangi adalah sebagai berikut:
Hari
1-2

Frekuensi
Tiap 2 jam

Volume/kgBB/pemberian
11 cc

Volume/kg/hari
130

3-5

Tiap 3 jam

16 cc

130

6-7+

Tiap 4 jam

22 cc

130

Monitor dan catat:


-

Jumlah yang diberikan dan yang ikeluarkan (mutah) atau tersisa


Frekuensi muntah
Frekuensi BAB cair
Berat badan harian (ditimbang pada waktu dan kondisi yang sama)

17 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Langkah 8. Mencapai kejar-tumbuh


Pada fase rehabilitasi perlu pendekatan yang baik untuk pemberian makan dalam
pencapaian asupan yang tinggi dan kenaikan berat badan yang cepat (> 10 gram/kg/hari).
Formula yang dianjurkan pada fase ini adalah F100 yang mengandung 100 kkal/100l dan
2.9g protein/100 ml.
Kesiapan untuk memasuki fase rehabilitasi ditandai dengan kembalinya nafsu
makan, biasanya sekitar satu minggu setelah perawatan. Transisi yang bertahap
direkomendasikan untuk mencegah resiko gagal jantung yang dapat muncul bila anak
mengkonsumsi makanan langsung dalam jumlah banyak.
Untuk mengubah dari pemebrian makanan awal ke makanan kejar-tumbuh
(transisi):
-

Ganti formula F75 dengan F100 dalam jumah yang sama selama 48 jam
Kemudian volume dapat ditambah bertahap sebanyak 10-15 ml per kali (bila sulit
pelaksanaannya, kenaikan volume ini dapat dilakukan per hari) hingga mencapai

150 kkal/kgBB/hari (volume minimum pada table pemberian F-100).


Energi : 100-150 kkal/kgBB/hari
Protein : 2-3 g/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat ASI, tetap berikan diantara pemberian formula

Monitor selama fase transisi terhadap tanda gagal jantung:


-

Frekuensi napas
Frekuensi nadi
Bila frekuensi napas meningkat lima kali atau ebih/enit dan frekuensi nadi 25 atau
lebih/menit selama 2 kali pemantauan dalam 4 jam berturut-turut, kurangi volume
per kali makan (berikan tiap 4 jam F100 16 ml/kgBB/makan selama 24 jam,
kemudian 19 ml/kgBB/makan selama 24 jam, kemudian 22ml/kgBB/makan selama
48 jam kemudian tingkatkan jumlah pemberian makan 10 ml tiap kali pemebrian
seperti di atas.

Setelah fase transisi, anak masuk ke fase rehabilitasi:


-

Lanjutkan menambah volume pemebrian F100 hingga ada makanan sisa yang tidak
termakan oleh anak (anak tidak mampu menghabiskan porsinya). Tahapan ini

18 | L B M I A N A K K U M A L A N G

biasanya terjadi pada saat pemberian makanan mencapai 30ml/kgBB/makan


-

(200ml/kgBB/hari)
Pemberian makanan yang sering (sedikit tiap 4 jam) dari jumlah formula tumbuh-

kejar
Energy : 150-22- kkal/kg/hari
Protein : 4-6 gram protein/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat AI tetap berikan di antara pemebrian formula (catatan :
AI tidak memiliki energy dan protein yang cukup untuk mendukung tumbuh-kejar
yang cepat)

Monitor kemajuan setelah transisi dengan menilai peningkatan berat badan:


-

Timbang berat badan tiap pagi sebelum makan, plot pada formulir pemantauan

berat badan
Tiap minggu hitung dan catat pertambahan berat badan dalam satuan
gram/kgBB/hari

Bila kenaikan suhu berat badan:


-

Buruk (< 5 g/kgBB/hari), anak perlu dilakukan penilaian ulang secara menyeluruh,
apakah target aupan makanan memenuhi kebutuhan atau cek apakah ada tanda-

tanda infeksi.
Sedang (5-10 g/kgBB/hari) lanjutkan tatalaksana
Baik (>10g/kgBB/hari), lanjutkan tatalaksana

Langkah 9. Memberikan stimuli fisik, sensorik dan dukungan emosional


Pada malnutrisi berat didapatka perkembangan mental dan perilaku yang terlambat,
sehinga perlu diberikan:
-

Perawatan dengan kasih saying


Kegembiraan dan lingkungan nyaman
Terapi bermain yang terstruktur 15-30 menit/hari
Aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuan psikomotor anak
Keterlibatan ibu (contoh kenyamanan, makan, mandi dan bermain).

Langkah 10. Perisiapan tindak lanjut setelah perawatan


Bila anak sudah mencapai persentil 90% BB/TB (setara -1SD) maka anak sudah
pulih dari keadaan malnutrisi, walaupun mungkin BB/U masih rendah karena umumnya
19 | L B M I A N A K K U M A L A N G

anak pendek (TB/U rendah). Pola makan yang baik dan stimulasi fisik dan sensorik dapat
dilanjutkan di rumah. Tunjukkan kepada orang tua atau pengasuh bagaimana:
-

Pemberian makan secara sering dengan kandungan energy dan nutrient yang

memadai
Berikan terapi bermain yang terstruktur

Saran untuk orang tua atau pengasuh:


-

Membawa anak control secara teratur


Memberikan imunasasi booster
Memberikan vitamin A setiap 6 bulan.

Kurang kaloriprotein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya
defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein
maupun energi Kekurangan kalori protein.
Penyakit Kurang Kalori Protein pada dasarnya terjadi karena defisiensi energi dan
defisiensi protein, disertai susunan hidangan yang tidak seimbang. Penyakit KKP terutama
menyerang anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, dan dapat pula menyerang
orang dewasa yang biasanya Penyakit Kurang Energi Proteinkekurangan makan secara
menyeluruh. merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara sedang berkembang.
Ada dua bentuk KEP yaitu sering kita ketahui yaitu marasmus dan kwashiorkor.
Baik marasmus maupun kwashiorkor keduanya disebabkan oleh

Akan tetapi pada

marasmus di samping kekurangan protein. kekurangan protein terjadi juga kekurangan


energi.Sedangkan pada kwashiorkor yang kurang hanya protein, sementara kalori
cukup.Marasmus terjadi pada anak usia yang sangat muda yaitu pada bulan pertama
setelah lahir, sedangkan kwashiorkor umumnya ditemukan pada usia 6 bulan sampai 4
tahun. Makalah ini akan menjelaskan mengenai kwashiorkor
2.1.1 Protein
Protein merupakan salah satu makromolekul yang sangat penting dalam kehidupan
ini terutama untuk pertumbuhan. Protein dalam tubuh akan mengalami proses metabolisme
sehingga dari proses metabolisme inilah protein dapat dimanfaatkan dalam tubuh. Makan
makanan bergizi termasuk protein sangat dianjurkan agar kebutuhan gizi dalam tubuh
terpenuhi
20 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Protein merupakan suatu zat makanan yangsangat penting bagi tubuh, karena zat
inidisamping berfungsi sebagai zatpembangun dan pengatur, Protein adalahsumber asamasam amino yangmengandung unsur C, H, O dan N yangtidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat.Molekul protein mengandung pula posfor,belerang dan ada jenis protein
yangmengandung unsur logam seperti besi dantembaga .
2.1.2 Metabolisme Protein
Metabolisme Protein pada Penderita Kwashiorkor Ada tiga kemungkinan
mekanisme pengubahan protein , yaitu Sel-sel mati, lalu komponennya mengalami proses
penguraian atau katabolisme dan dibentuk sel-sel baru. Masing-masing protein mengalami
proses penguraian dan terjadi sintesis protein baru, tanpa ada sel yang mati. Protein
dikeluarkan dari dalam sel diganti dengan sinteis protein baru
Protein dalam Pada penderita makanan pencernaan Kwashiorkor, asupan Asam
Amino protein dari makanan absorbsi kurang sehingga A. A dalam darah menyebabkan
neraca protein negatif A.A. dl HATI A. A. dl Hati A.A. Dalam darah (ektrasel) (intra sel)
(keluaran>masukan) sehingga asam amino A. A. ektra sel Senyawa N lain PROTEIN
dalam darah, hati dan intrasel mengalami defisiensi yang A. A. intra sel Sik. A. Sitrat A.
Keto NH3 menyebabkan proses metabolisme selanjutnya terganggu. SPROTEI A. Keto
Asam lemak ureaN
KWARSHIORKOR
3.1 Pengertian
Saat ini, penyakit masyarakat yang berhubungan dengan kekurangan gizi, yaitu
berhubungan dengan protein adalah kwashiorkor. Kwashiorkor adalah salah satu jenis
penyakit kekurangan protein yang belakangan ini sering terjadi. Kwashiorkor biasanya
terjadi pada balita dan anak-anak.
Kwashiorkor tidak boleh dianggap sebagai masalah yang sepele, karena penyakit
ini dapat beresiko kematian. Penyakit ini biasanya menyerang masyarakat kurang mampu
atau masyarakat sosial ekonomi rendah.
Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada
anak-anak dibawah lima tahun, kekurangan protein secara bersamaan dengan kekurangan
energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus. Sindroma gabungan dua
jenis kekurangan protein dinamakan Energy-Protein Malnutrition/EPM atau Kurang

21 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Energi Protein/KEP. Jenis penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan karena
kekurangan zat gizi dalam tubuhnya.
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak yang
kekurangan kasih sayang ibu. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein
berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang
normal atau tinggi Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun, namun
dapat pula terjadi pada bayi. Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah
sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain.
Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi
kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari
gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa
karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. kelainanan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan
perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai
asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin
kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
oleh hepar yang kemudian berakibat edem. perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu,
dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
1.2 Gejala
Manifestasi dini pada kwashiorkor cukup samar-samar mencakup letargi,apati, dan
iritabilitas. Manifestasi lanjut yang berkembang dapat berupa pertumbuhan yang tidak
memadai, kurangnya stamina, hilangnya jaringan otot, menjadi lebih peka terhadap
serangan infeksi dan edema. Nafsu makan berkurang ,jaringan bawah kulit mengendor dan
lembek serta ketegangan otot menghilang. Pembesaran hati dapat terjadi secra dini atau
kalau sudah lanjut, infiltrasi lemak lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara
dini,kegagalan mencapai penambahan BB ini dapat terselubungi oleh edema yang terjadi
,yang kerap kali telah terdapat pada organ-organ dalam,sebelum ia dapat terlihat pada
muka dan anggota gerak.
22 | L B M I A N A K K U M A L A N G

1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon
face dari akibat terjadinya edema.
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan
juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut
bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.
Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan
dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun
warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah
tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian
besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu
crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan
tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan

(4,5)

. Terutama bila

tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada
23 | L B M I A N A K K U M A L A N G

bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit
demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah
dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan
bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh
hiperpigmentasi.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang
hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda
fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi
faktor lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit
lain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia
berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan
darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan
darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi
menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan
tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus
halus terjadi perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipmagnesemia.
24 | L B M I A N A K K U M A L A N G

12. Kelainan Gastrointestinal


Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat
diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini
terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa,
dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi
lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas,
dan atrofi villi mukosa usus halus.
Dermatitis juga lazim ditemukan.Penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang
mengalami iritasi,namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar matahari..
Rambutnya biasanya jarang dan halu-halus serta kehilangan elastisitasnya. Pada anak-anak
yang berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut berwarna merah atau abu-abu.Otototonya tampak lemah dan atrofi,tetapi sesekali dapat ditemukan lemak dibawah kulit yang
berlebihan.
3.3 Penyebab
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial
dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu

25 | L B M I A N A K K U M A L A N G

dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya
pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun
dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

Rangkuman beberapa mekanisme yang terlibat di dalam timbulnya


kwasiokor

Kadar protei rendah/asupan karbohidrat tinggi

26 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Difisiensi asam amino

Prekurso sintesis lemak


Adekuat akibat penurunan
sintesis protein

penurunan sintesis Hb,


trnsferin, dan albumin
Perlemakkan hati

Hipoalbuminemia, yang
menyebabkan edema

Hepatomegali

moderat

Abdoman mengembung

3.4 Pengobatan
Prinsip pengobatanya adalah:
1) Memberikan makanan yang mengandung banyak proteinbernilai biologik tinggi,
tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral
2) Makanan harus dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap
3) Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat
rendah.
4) Penanganan terhadap penyakit penyerta.
5) Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap
keluarga.
Segera dilakukan pengobatan jika sudah terdapat gejala. Sesudah pengobatan
dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa minggu karena
menghilangnya edem. Enzim serum dan usus kembali ke normal, penyerapan lemak dan
27 | L B M I A N A K K U M A L A N G

usus kembali membaik. Diet berkalori tinggi dan protein tinggi tidak diberikan terlalu
cepat karena hati dapat menjadi besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak
membaiknya lebih lamabat.
Penderita perlu mendapatkan lebih banyak kalori dan protein. Namun, anak-anak
yang memiliki kondisi ini tidak akan pernah mencapai pertumbuhan maksimal.Perawatan
tergantung pada keparahan kondisi. Orang-orang yang shock perlu penanganan segera
untuk memulihkan volume darah dan menjaga tekanan darah.
Kalori pertama diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula, dan lemak. Protein
adalah dimulai setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah menyediakan energi. Suplemen
vitamin dan mineral penting.Karena orang akan telah tanpa banyak makanan untuk jangka
waktu lama, makan dapat menyebabkan masalah, terutama jika kalori yang terlalu tinggi
pada awalnya. Makanan harus diperkenalkan kembali perlahan-lahan. Karbohidrat pertama
diberikan untuk memasok energi, diikuti oleh makanan yang mengandung protein.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjarif, Damayanti Rusli dll (Ed). 2014. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Metabolik.Jilid I Revisi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi
Buruk. Jakarta : Bakti Husada

28 | L B M I A N A K K U M A L A N G

29 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Anda mungkin juga menyukai