Anda di halaman 1dari 12

Bab 1.

Pendahuluan
Profil Perusahaan
PT. Astra Honda Motor (AHM) merupakan pelopor berkembangnya industri
sepeda motor di Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 11 Juni 1971 dengan
nama awal PT. Federal Motor, yang akhirnya merger dengan empat perusahaan lainnya
dengan sejarah singkat dan kepemilikan dapat dilihat pada Lampiran (Gambar 1)
PT. Astra Honda Motor berhasil memimpin penjualan sepeda motor di Indonesia
dengan pangsa pasar sepeda motor mencapai 68,7% ditahun 2015. AHM bertindak
sebagai manufacturer dan Sole Distributor dengan cara mendistribusikan sepeda motor
melalui Main Dealer dan dealer yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia.
Sebagai pionir dan pemimpin pasar sepeda motor di Indonesia, perusahaan
menyadari pentingnya pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth) dalam
melakukan bisnis di Indonesia, hal ini tentunya didorong juga oleh falsafah kedua
pemilik perusahaan yaitu PT Astra International Tbk dan Honda Motor Co.

Saat ini PT Astra Honda Motor memiliki 4 fasilitas pabrik perakitan, pabrik
pertama berlokasi Sunter, Jakarta Utara yang juga berfungsi sebagai kantor pusat.
Pabrik ke dua berlokasi di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading. Pabrik ke 3 berlokasi di
kawasan MM 2100 Cikarang Barat, Bekasi. Pabrik ke 4 berlokasi di Karawang. Pabrik
ke 4 ini merupakan fasilitas pabrik perakitan terbaru yang mulai beroperasi sejak tahun
2014.
Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 1

Dengan keseluruhan fasilitas ini PT Astra Honda Motor saat ini memiliki
kapasitas produksi 5.8 juta unit sepeda motor per-tahunnya, untuk permintaan pasar
sepeda motor di Indonesia yang terus meningkat. Salah satu puncak prestasi yang
berhasil diraih PT Astra Honda Motor adalah pencapaian produksi ke 50 juta pada tahun
2015. Prestasi ini merupakan prestasi pertama yang yang berhasil diraih oleh industri
sepeda motor di Indonesia bahkan untuk tingkat ASEAN.

Source : www.astra-honda.com
Gambar 1. PT Astra Honda Motor
Guna menunjang kebutuhan serta kepuasan pelanggan sepeda motor Honda, saat
PT Astra Honda Motor di dukung oleh 1.800 showroom penjualan, 3.700 layanan
service atau bengkel AHASS (Astra Honda Authorized Service Station), serta 7.700
gerai suku cadang, yang siap melayani jutaan penggunaan sepeda motor Honda di
seluruh Indonesia. Industri sepeda motor saat ini merupakan suatu industri yang besar di
Indonesia. Karyawan PT Astra Honda Motor saja saat ini berjumlah sekitar 20.000
orang, ditambah ratusan vendor dan supplier serta ribuan jaringan lainnya, yang
kesemuanya ini memberikan dampak ekonomi berantai yang luar biasa. Keseluruhan
rantai ekonomi tersebut diperkirakan dapat memberikan kesempatan kerja kepada
sekitar setengah juta orang. PT Astra Honda Motor akan terus berkarya menghasilkan
sarana transportasi roda 2 yang menyenangkan, aman dan ekonomis sesuai dengan
harapan dan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 2

Latar Belakang
Sasaran utama pemerintah Indonesia dalam pembangunan sektor industri tahun
2016 antara lain pertumbuhan industri pengolahan non-migas, jumlah tenaga kerja
sektor industri, kontribusi ekspor , serta nilai investasi sektor industri. Untuk mencapai
target tersebut, kendala yang dialami oleh industri Indonesia antara lain dikarenakan
masih lemahnya daya saing industri nasional dan belum kuat dan belum dalamnya
struktur industri nasional. Untuk menanggulangi kendala tersebut, pemerintah perlu
memberlakukan kebijakan yang memperkuat struktur industri dalam negeri.
Indonesia merupakan negara yang roda perekonomiannya didorong banyak oleh
consumption driven growth. Pertumbuhan konsumsi sepeda motor Indonesia merupakan
salah satu pendorong besarnya industri otomotif di Indonesia. Walaupun penjualan
kendaraan roda dua di sepanjang 2015 menurun jika dibandingkan tahun 2014, sektor
ini tetap menjadi salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi, penurunan
pengangguran, dan kenaikan taraf hidup negara, jika dilihat dari industri pengolahan
material, industri komponen otomotif, industri munufaktur kendaraan sampai dengan
jaringan penjualan kendaraan, spare parts, bengkel dan industri multifinance.

Souce : www.kemenperin.go.id
Tabel 1. Kontribusi Industri Otomotif terhadap PDB.
Namun disamping itu tentunya dampak negatif dan risiko perlu dijaga oleh pelaku
bisnis dan pemerintah diantaranya tentang :
a.

Alih teknologi,

b.

Pengurangan komponen impor dengan melakukan lokalisasi manufaktur baik


dari raw material sampai dengan komponen.

c.

Tingkat polusi akibat gas buang kendaraan bermotor.

d.

Kemacetan jalan raya.

e.

Stabilitas keuangan.

Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 3

Beberapa produk kebijakan dari pemerintah dan Bank Indonesia yang akan coba
dibahas adalah sebagai berikut :
a.

Kebijakan loan to value (LTV) kredit kepemilikan rumah (KPR) dan uang
muka (down payment/DP) kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang
diberlakukan Bank Indonesia (BI) sejak 15 Juni 2012 yaitu SE BI
No.14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 dan SE BI No.14/33/DPbs tanggal
27 November 2012 mulai terdampak terbatas pada penyaluran kredit lembaga
keuangan, terutama multifinance.

b.

Perubahan Kebijakan loan to value (LTV) kredit kepemilikan rumah (KPR)


dan uang muka (down payment/DP) kepemilikan kendaraan bermotor (KKB)
yang diberlakukan Bank Indonesia (BI) sejak 18 Juni 2015 yaitu
No 17/10/PBI/2015 yang lebih melonggarkan rasio loan to value (LTV) untuk
properti dan penurunan uang muka untuk kredit kendaraan bermotor.

c.

Peraturan menteri keuangan no. 43/PMK.010/2012 tentang uang muka


pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor pada perusahaan
pembiayaan.

d.

Pengenaan Pajak Pejualan atas Barang Mewah (PPnBM). Untuk kendaraan


roda dua dengan cc diatas 250 yang mencapai 125% melalui peraturan
menteri keuangan, yaitu PMK no 64/PMK011/2014.
Bab 2. Permasalahan

Bank Indonesia (BI) akhirnya resmi mengubah aturan mengenai Loan to Value
(LTV) di perbankan konvensional dan Financing to Value (FTV) bagi perbankan
syariah. Kredit tersebut berkaitan untuk pembiayaan properti dan pembiayaan
kendaraan bermotor. Aturan baru itu tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No. 17/10/PBI/2015 tentang Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to Value Untuk
Kredit atau Pembiayaan Properti dan Uang Muka Kredit atau Pembiayaan Kendaraan
Bermotor.
Setidaknya peraturan baru tersebut membawa angin segar bagi industri otomotif
khususnya bagi produsen otomotif, kebijakan itu akan memberikan proyeksi yang bagus
bagi penjualan mobil. Ini didasari besarnya masyarakat Indonesia memiliki
kecenderungan berperilaku konsumtif saah satu respon akan kebijakan tersebut terjadi
di tahun 2008an hingga 2011, terlihat dari tingkat penjualan sepeda motor empat tahun .
Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 4

Di tahun 2008 lalu tingkat penjualan sepeda motor cukup tinggi yakni sebanyak 6,2 juta
unit sepeda motor terjual di pasaran Indonesia. Tahun 2009, jumlah ini sempat menurun
menjadi 5,8 juta unit sepeda motor yang terjual. Namun di tahun 2010 lalu, kembali
mencetak rekor baru sepanjang 40 tahun sejarah industri sepeda motor di Indonesia.
Angka menakjubkan di tahun 2010, yaitu sebanyak 7,3 juta unit motor terjual di
Indonesia. Bahkan di tahun 2011, kembali mengalami peningkatan menjadi 8,2 juta unit
motor.

Gambar 2. Perakitan Mobil di Cikarang (sumber: www.google.com)


Semakin bertambahnya jumlah penduduk, membuat kebutuhan transportasi
meningkat. Masyarakat akan cenderung untuk membeli sepeda motor karena selain
uang muka yang murah juga industri sepeda motor yang menawarkan keunggulan
produknya. Begitu juga dengan tingkat pendapatan. Di Indonesia, tingkat pendapatan
masyarakatnya masih dibilang rendah, namun dengan biaya uang muka sepeda motor
yang rendah pula, masyarakat tidak mempermasalahkan. Kemudian tingkat suku bunga
kredit yang rendah seakan mendorong masyarakat untuk hidup konsumtif.
Loan to Value (LTV) merupakan kebijakan yang pernah dikeluarkan oleh Bank
Indonesia untuk membatasi jumlah kredit konsumtif di Indonesia. Kebijakan ini
didasarkan melalui Surat Edaran (SE) BI Nomor 14/10/DPNP per 15 Maret 2012,
membatasi Down Payment (DP) atau uang muka kredit kepemilikan rumah (KPR) dan
kredit kendaraan bermotor (KKB) sebesar 25-30 persen untuk menekan kredit yang
sifatnya konsumtif. SE BI menyebutkan LTV paling tinggi sebesar 70% untuk kredit

Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 5

pemilikan rumah (KPR) khusus rumah tinggal rusun dan apartemen, namun tidak untuk
rumah toko (ruko) dengan tipe bangunan 70.
Pembatasan DP itu juga diperkuat oleh Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 3/PMK.010/2012, tentang Uang Muka Pembiayaan Konsumen Untuk
Kendaraan Bermotor pada Perusahaan Pembiayaan, yang diterapkan per 15 Juni 2012.
Untuk itu kebijakan ini mulai diberlakukan pada pertengahan Juni 2012 lalu. Menurut
penulis, langkah BI mengambil kebijakan ini tepat. Karena akan berimbas pada
peningkatan kredit produktif. Sehingga masyarakat lebih berkesempatan untuk
membuka usaha dibandingkan hanya sekadar membeli barang-barang yang bersifat
konsumtif.
Melihat kondisi ekonomi sekrang dalm posisi yang kurang sehat pemerintah
melalui kementrian kauangan, BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta lembagalembaga terkait mendorong pertumbuhan dari sektor industri otomotif dengan
menurunkan minimum kredit. Tujuan pelonggaran makroprudensial tiada lain untuk
mendongkrak sekaligus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional. Seiring
pelemahan ekonomi dunia, perekonomian nasional pada kuartal I 2015 tumbuh 4,71
persen, melambat dibanding periode sama 2014 sebesar 5,14 persen dan merupakan
yang terendah dalam lima tahun terakhir. Itu sebabnya, pemerintah merevisi target
pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini dari 5,7 persen menjadi 5,4 persen.
Pelonggaran aturan kredit properti dan kendaraan bermotor ibarat oase di gurun
pasir bagi perbankan, multifinance, pengembang, dan pabrikan otomotif. Jika
masyarakat memperoleh kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor
(KKB) dengan uang muka lebih kecil, daya beli mereka akan naik. Berarti, penjualan
rumah dan mobil bakal meningkat.
Efek domino juga diharapkan terjadi pada industri otomotif di dalam negeri.
Pabrikan mobil dan sepeda motor di Tanah Air didukung sedikitnya 1.000 pabrik
perakitan, komponen, subkomponen, dan bahan baku. Industri otomotif juga melibatkan
lebih dari 3.000 dealer. Dari hulu hingga hilir, tak kurang dari 1,5 juta orang bekerja di
sektor tersebut.
Tak kalah penting, naiknya penjualan mobil dan properti diharapkan membuat
kredit atau pembiayaan yang dikucurkan bank-bank dan perusahaan multifinance
semakin deras. Dengan demikian, industri perbankan dan multifinance akan semakin
sehat dan memiliki kemampuan lebih besar untuk membiayai sektor-sektor industri
lainnya, termasuk dalam melaksanakan inklusi keuangan (financial inclusion).
Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 6

Faktanya, dampak perlambatan ekonomi sudah dirasakan perbankan. Penurunan


permintaan kredit tidak saja datang dari sektor pertambangan dan perkebunan yang
paling terpukul penurunan harga komoditas global, melainkan juga dari hampir semua
sektor. Menjelang Lebaran tahun-tahun sebelumnya, permintaan kredit konsumsi-termasuk kendaraan bermotor--biasanya melonjak hingga 50 persen, tapi kini justru
menurun. Tak mengherankan jika kredit tahun ini diperkirakan tumbuh jauh di bawah
target awal 15-17,1 persen.
Penerapan LTV tersebut tenyata tidak berjalan dengan lancer seperti perkiraan
awal, salah satu contoh mendasarkanya adalah industri otomotif tidak akan mengurangi
impor bahan bakunya, karena bahan baku impor tersebut tidak bisa diproduksi di dalam
negeri. Sedangakn nilai tukar dolar sedang mengalami penguatan secara bersama harga
akan semakin menguat sehingga kebijakan yang diambil pemerintah belum optimal.
Beberapa faktanya kurang berpengarunya kebijakan tersebut adalah Ford Motor
Co mengumumkan menarik diri dari bisnis penjualan mobil di Indonesia dan di Jepang
pada 2016 ini. Menurut mereka, pasar Ford di kedua negara menghadapi hambatan
untuk tumbuh. Pasar Ford memang sangat kecil Jepang (5.000 unit) maupun Indonesia
(6.100 unit). Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat
total penjualan kendaraan roda empat ke distributor atau agen (wholesales) sebanyak
282.233 unit sepanjang kuartal I 2015. Angka ini lebih rendah 15 persen dibandingkan
dengan penjualan periode yang sama tahun sebelumnya 328.500 unit.
Angka penjualan mobil di tingkat ritel juga menurun sebesar 15 persen ke angka
257.114 unit jika dibandingkan dengan perolehan kuartal I 2014 yang mencapai 303.776
unit.
Secara bersamaan pemerintah juga mendapat efeknya pendapatan dari sektor
pajak yang seharunya mereka bias raih terhalang dengan penurunan penjualan dari
sektor otomotif tersebut. Pengaruh ini terjadi akibat penurunan penjualan sehingga
mempengaruhi pendapatan perusahaan yang menjadai dasar perhitungan pajak.

Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 7

Bab 3. Analisis
Kebijakan loan to value (LTV) dan uang muka (DP)
Pengaruh penjualan mobil dan sepeda motor sejak diterbitkannya kebijakan dan
pelonggaran kebijakan LTV dan DP dapat dilihat sebagai berikut:

Source : gaikindo
Gambar 3. Pasar Mobil Nasional 2004 sampai 2015

Source : BPS, Internal


Gambar 4. Penjualan Sepeda Motor Nasional 2002-2014.
Dari data penjualan baik mobil dan sepeda motor nasional dari tahun 2012 sampai
dengan 2015, terlihat bahwa dampak penerapan kebijakan LTV dan DP tidak secara
signifikan berpengaruh kepada penjualan. Hal ini karena :
Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 8

a.

Produsen otomotif khususnya sepeda motor dan perusahaan telah dapat


mengantisipasi penerapan kebijakan ini dengan melakukan kebijakan agar
kenaikan harga tidak diteruskan secara penuh ke konsumen akhir, kordinasi
dengan lembaga pembiayaan, melakukan komunikasi dengan konsumen.
Hal ini dimungkinkan karena penerapan kebijakan LTV dan DP memberikan
cukup waktu untuk sebelum diterapkan.

b.

Industri pembiayaan dapat melakukan beberapa alternatif pembiayaan


dengan memberlakukan pembiayaan sendiri, promosi dan advertising.

c.

Masyarakat sendiri dengan kebijakan ini cukup menahan belanja sepeda


motor antara 3 sampai 4 bulan agar dapat mencukupi pemenuhan kebijakan.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)


Penerapan kebijakan pajak yang berlapis pada industri otomotif membuat industri
otomotif nasional sulit melakukan ekspansi terutama dalam hal melakukan produksi
jenis-jenis kendaraan baru, belum lagi lambatnya respon pemerintah dengan
mengeluarkan kebijakan baru seperti contohnya pada kebijakan LCGC yang terbit
setelah semua produsen menyiapkan investasi yang menyebabkan terhambatnya
penjualan dan membebani biaya penyusutan atas investasi.
Pengenaan pajak sendiri sudah dimulai sejak hulu, saat importasi bahan baku yang
belum dapat diolah dalam negeri. Ketika kendaraan selesai produksi perusahaan juga
harus membayar PPN, PPh otomotif, PPnBM dan BBN oleh konsumen sebelum
menjadi harga on the road. Berikut pos pajak untuk kendaraan roda dua jika dilakukan
produksi dilokal dan impor CBU.(lihat tabel dibawah).
Produksi Lokal
Pos Pajak

Tarif (%)

Impor bahan baku

0 75

PPN impor

10

PPh otomotif

4,5

PPnBM

10 125

PPN

10

BBN

10

Pajak Kend bermotor

2,5

Import
Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 9

Pos Pajak
Impor CBU ASEAN
Impor CBU non ASEAN

Tarif (%)
0
5 50
Source : Internal

Tabel 2. Pajak Untuk kendaraan Roda Dua Jika Dilakukan Produksi Dilokal dan
Impor CBU
Hal ini menjadi salah satu pemicu tingginya harga kendaraan di Indonesia jika
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, sebagai contoh

harga mobil Honda

HRV1,8L di Malaysia dipasarkan seharga 93.000 111.500 ringgit atau sekitar Rp. 305
juta Rp. 366 Juta. Di Indonesia dengan barang yang sama ditawarkan Rp. 354 juta
Rp. 372 Juta.
Dengan adanya PPnBM ini justru akan membuat harga produksi lokal Indonesia
semakin kurang bersaing dengan negara tetangga, minat investasi untuk kendaraan
dengan kategori yang termasuk dalam PPnBM akan beralih ke impor CBU utuh (walau
ada aturan tersendiri mengenai pembatasan CBU) karena aspek cost yang terlalu tinggi
belum lagi pajak lan jika melaukan investasi, seperti PBB dan PPh badan.
Bab 4. Kesimpulan
Industri Otomotif
Industri otomotif merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling penting di
dunia dalam hal pendapatan. Industri otomotif dimulai tahun 1890-an dengan ratusan
produsen yang memelopori kereta tanpa kuda.
Produksi otomotif dunia yang terus berkembang dalam memenuhi kebutuhan
onsumen, Indonesia termasuk salah satu pasar otomotif paling potensial di dunia.
Industri otomotif Indonesia secara keseluruhan telah mengekspor produk otomotif
mulai dari motor, mobil dan berbagai komponen ke berbagai negara. Pemerintah
Indonesia agar terus berupaya mengembangkan investasi bagi industri komponen
otomotif, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara berpotensi bagi
pengembangan industri ini. Mengalirnya investasi yang begitu gencar ke Indonesia,
akan berimbas pada terdorongnya industri komponen otomotif.

Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 10

Source : kemendag
Tabel 3. Industri Komponen Otomotif di Indonesia 2013.
Industri otomotif di Indonesia, di samping memproduksi mobil dan suku cadang
kendaraan bermotor untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, ,juga dipasarkan
ke pasar internasional, baik untuk kebutuhan pasar suku cadang pengganti (replacement
market/REM) maupun OEM.
Pemerintah harus mendorong eksport kendaraan bermotor dan komponen
otomotif agar dapat menutupi import suku cadang akibat dari keterlambatan
pembangunan kompetensi dan industri pengolahan
Kebijakan loan to value (LTV) dan uang muka (DP)
Kebijakan pembatasan jumlah uang muka yang dikeluarkan BI dan menteri
keuangan, diharapkan dapat meningkatkan kehati-hatian dalam melakukan pembiayaan
dan dapat menciptakan persaingan yang sehat di industri perusahaan pembiayaan.
Pembatasan dan kemudian pelonggaran uang muka yang dilakukan BI
menunjukkan bahwa Industri Otomotif (termasuk pembiayaan) telah dipandang dapat
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit kendaraan bermotor dan
untuk menopang industri otomotif agar dapat bertumbuh dan bersaing ditengah
pelemahan perekonomian dunia akibat belum pulihnya perekonomian Amerika,
melambatnya perekonomian Tiongkok dan pertumbuhan perekonomian Indonesia
sendiri yang tidak sesuai dengan harapan serta menurunnya harga dan eksport
komoditas Indonesia, maka pelonggaran dilakukan.
Dampak atas pelonggaran ini tidak terlalu memberikan dampak signifikan karena
masyarakat dan industri otomotif serta industri pembiayaannya telah menyiasati pada
aturan pembatasan sebelumnya dengan menerapkan kenaikan bertahap uang muka
sampai dengan batas waktu dan batas uang muka yang diharuskan. Imbas pada
perusahaan kemungkinan akan terasa pada 3-6 bulan pertama penerapannya. Menurut
Lana (2015), pengamat ekonomi universitas Indonesia kepada Antara news, harus
menunggu dua triwulan sehingga efek kelonggaran uang muka bisa kelihatan.
Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 11

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)


Dampak pengenaan PPnBM terhadap perusahaan dan Industri sepeda motor
tentunya dari penyetoran pajak ke negara tidak cukup signifikan, karena jika dilihat dari
data penjualan sepeda motor untuk jenis yang masuk kategori barang mewah pangsa
pasar saat ini sangat kecil (dibawah 0,1%), sehingga target negara untuk melakukan
penerimaan pajak lebih tidak akan berdampak apa-apa.
Sebaliknya dengan penerapan ini justru akan membuat produksi, alih teknologi
untuk jenis kendaraan bermotor roda dua dengan cc besar (>250 cc) yang lebih sarat
teknologi akan sulit diberikan ke Indonesia. Yang mana jika dilihat jika untuk
melakukan eksport ke negara-negara di amerika, eropa, jepang serta negara maju justru
jenis seperti ini yang lebih diminati.
Kendaraan dengan teknologi lebih rendah yang akan masuk ke Indonesia dan
negara serta perusahaan hanya dapat melakukan eksport ke negara berkembang dan
ASEAN. Investasi untuk kendaraan jenis ini juga tentunya tidak akan diberikan ke
Indonesia malah ke negara tetangga yaitu Thailand.
Pemerintah,

Industri

otomotif,

dan

perusahaan

akan

terus

berupaya

meningkatakan efisiensi dan kompetensi untuk dapat bersaing dengan dunia, karena
masa depan industri otomotif masih terbuka lebar, terutama dalam menanggapi
teknologi baru yang lebih ramah lingkungan (hybrid, electric, fuel cell, solar, serta
automated drive).

Monetary & Fiscal Policies and Industry Sectoral Policies

Page 12

Anda mungkin juga menyukai