Anda di halaman 1dari 19

Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat

saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi


resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis
dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam
obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini,
kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan
resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang
terbanyak ditemukan ialah INH
Adapun jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :
Obat Primer
1. Isoniazid (H)

Obat Sekunder
1. Ekonamid

2. Rifampisin (R)

2. Protionamid

3. Pirazinamid (Z)

3. Sikloserin

4. Streptomisin

4. Kanamisin

5. Etambutol (E)

5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)

6.

Tiasetazon

7.

Viomisin

8.

Kapreomisin

Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :


Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut

diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular


dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif
menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan
ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya
kekebalan obat.
Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang
dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant)
sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
Paduan obat kategori 1 :
Tahap

Lama

(H) / day

R day

Z day

F day

Jumlah Hari XMi


Obat

Intensif

2 bulan

60

Lanjutan

4 bulan

54

Paduan Obat kategori 2 :


Tahap

Lama

(H)@300 R@450
mg

mg

Z@500
mg

E@
250

E@500 Strep.Injeksi Juml


X

mg

Mg
Intensif 2
11
bulan1

11

Minu

33

33

0,5 %

6030

66

bulan
Lanjutan 5 bulan 2

Paduan Obat kategori 3 :


Tahap

Lama

H @ 300 mg

R@450mg

P@500mg

Hari X Minum

Intensif

2 bulan

60

Lanjutan3 x
week

4 bulan

54

OAT sisipan (HRZE)


Tahap

Intensif(dosis

Lama

1 bulan

H@300mg R@450mg Z@500mg

Minu

day@250mg

XHa

30

harian)

11. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah
sebagai berikut:
a.

Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas
pendek), demam, menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,
lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40
-410C) hilang timbul.
b.

Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.


Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub
kutan.
c.

Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.


Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent,
mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar
bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas
atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan
pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan
fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d.

Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.


Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri
bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul
pleuritis.
e.

Integritas ego

Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak


ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
tersinggung.
f.

Keamanan

Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.

Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.


g.

Interaksi Sosial

Subyektif:

Perasaan

isolasi/

penolakan

karena

penyakit

menular,

perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik


untuk melaksanakan peran.
12. Diagnosa Keperawatan
a.

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental

atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.


b.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya

keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar


kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.
c.
Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi
sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
d.

Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.

e.

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.

f.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen.


g.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan

berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah,


informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, terbatasnya
pengetahuan/kognitif
h.

Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan

dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia menurun/ statis

sekret, kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, malnutrisi,


terkontaminasi oleh lingkungan, kurang informasi tentang infeksi kuman.
13. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Bersihan jalan napas Setelah diberikan tindakan a. Kaji ulang fungsi


tidak efektif
keperawatan kebersihan
pernapasan: bunyi napas,

Rasiona

a. Penur
napas in

berhubungan
jalan napas efektif, dengan kecepatan, irama, kedalaman atelektas
dengan sekret kental criteria hasil:
dan penggunaan otot
akumula
atau sekret darah,
kelemahan, upaya

Mempertahankan

aksesori.b. Catat
kemampuan untuk

batuk buruk, edema jalan napas pasien.


mengeluarkan secret atau
trakeal/faringeal.
batuk efektif, catat karakter,
Mengeluarkan sekret
jumlah sputum, adanya
tanpa bantuan.
hemoptisis.
Menunjukkan prilaku
untuk memperbaiki

c. Berikan pasien posisi


semi atau Fowler,

secret/ke
member

napas se
aksesori

kerja per
meningk

n sulit bi
sputum b

kerusaka
Bantu/ajarkan batuk efektif bronchia
Berpartisipasi dalam dan latihan napas dalam.
memerlu
program pengobatan sesuai
evaluasi
d. Bersihkan sekret dari
kondisi.
.
mulut dan trakea, suction
bersihan jalan napas.

Mengidentifikasi

bila perlu.

potensial komplikasi dan

c. Menin

paru, ve
membuk

melakukan tindakan tepat. e. Pertahankan intake


cairan minimal 2500 ml/hari atelektas
kecuali kontraindikasi.
peningka
f. Lembabkan
udara/oksigen inspirasi.

sekret ag
dikeluar

Kolaborasi:
g. Berikan obat: agen
mukolitik, bronkodilator,
kortikosteroid sesuai
indikasi.

d. Mence

obstruks
Suction d

pasien ti
mengelu

e. Memb
mengenc

sehingga
dikeluar

f. Mence
membra

g. Menur
kekental

lingkara
trakeabr

jika terja
pada kav
Gangguan
pertukaran gas

Setelah diberikan tindakan a. Kaji dispnea, takipnea, a. Tuber


keperawatan pertukaran
bunyi pernapasan abnormal. dapat rn

berhubungan
dengan

gas efektif, dengan kriteria Peningkatan upaya respirasi, meluasn


hasil:
keterbatasan ekspansi dada dalam p

berkurangnya
keefektifan
permukaan paru,
atelektasis,

Melaporkan tidak
terjadi dispnea.

dan kelemahan.b. Evaluasi berasal d


perubahan-tingkat
bronkop

kesadaran, catat tanda-tanda meluas m


sianosis dan perubahan
inflamas

Menunjukkan
kerusakan membran
warna kulit, membran
perbaikan ventilasi dan
alveolar kapiler,
mukosa, dan warna kuku.
oksigenasi jaringan adekuat
sekret yang kental,
dengan GDA dalam rentang c.
edema bronchial.
normal.
Demonstrasikan/anjurkan

pleural e
meluasn

dengan g
respiras

Bebas dari gejala


distress pernapasan.

untuk mengeluarkan napas


dengan bibir disiutkan,
terutama pada pasien
dengan fibrosis atau
kerusakan parenkim.

distress.

secret da
oksigena

dan jarin

c. Menin

resistens
d. Anjurkan untuk bedrest, untuk m
batasi dan bantu aktivitas
kolapsny
sesuai kebutuhan.

d. Mengu
e. Monitor GDA.
f. Kolaborasi: Berikan
oksigen sesuai indikasi.

oksigen p
respiras

e. Menur
oksigen (

meningk
menunju

penanga
adekuat
terapi.

f. Memba

hipoksem
sekunder

dan penu
permuka
paru.
Gangguan

Setelah diberikan tindakan a. Catat status nutrisi

a. Bergu

keseimbangan
keperawatan diharapkan
paasien: turgor kulit,
nutrisi, kurang dari kebutuhan nutrisi adekuat, timbang berat badan,

mendefin
masalah

kebutuhan
berhubungan

yang tep
interven

dengan kriteria hasil:


Menunjukkan berat

integritas mukosa mulut,


kemampuan menelan,

dengan kelelahan,
batuk yang sering,
adanya produksi
sputum, dispnea,
anoreksia,
penurunan
kemampuan
finansial.

adanya bising usus, riwayat yang spe


badan meningkat mencapai mual/rnuntah atau diare.b. meningk
tujuan dengan nilai
Kaji ulang pola diet pasien pasien.
laboratoriurn normal dan yang disukai/tidak disukai.
bebas tanda malnutrisi.
Melakukan
perubahan pola hidup
untuk meningkatkan dan
mempertahankan berat
badan yang tepat.

c. Monitor intake dan

c. Mengu
nutrisi d

output secara periodik.

d. Dapat
d. Catat adanya anoreksia, jenis diet

mual, muntah, dan tetapkan mengide


jika ada hubungannya
pemecah
dengan medikasi. Awasi
frekuensi, volume,

untuk m
intake nu

konsistensi Buang Air Besar


e. Memb
(BAB).
energi kh
e. Anjurkan bedrest.
f.

demam t
peningka

Lakukan perawatan

mulut sebelum dan sesudah f. Mengu


tindakan pernapasan.
enak dar

obat-oba
g. Anjurkan makan sedikit digunak
dan sering dengan makanan merangs
tinggi protein dan
karbohidrat.

g. Mema

Kolaborasi:

nutrisi d
iritasi ga

h. Rujuk ke ahli gizi untuk h. Memb


menentukan komposisi diet. dalarn p
i.

Awasi pemeriksaan

dengan n
unruk ke

laboratorium. (BUN, protein metaboli

serum, dan albumin).

i. Nilai r

menunju
dan peru
terapi.
Nyeri akut

Setelah diberikan tindakan a. Observasi karakteristik

berhubungan
dengan inflamasi

keperawatan rasa
nyeri, mis tajam, konstan , respon s
nyeridapat berkurang atau ditusuk. Selidiki perubahan dapat

paru, batuk menetap terkontrol, dengan KH:


Menyatakan nyeri
berkurang atauterkontrol
Pasien tampak rileks

karakter /lokasi/intensitas
nyeri.b. Pantau TTV
c. Berikan tindakan
nyaman mis, pijatan

a. Nyeri

diukur.b
frekuens

menunju
pasien m

khususn
punggung, perubahan posisi, untuk pe
musik tenang,
vital tela
relaksasi/latihan nafas

c. Tindak
d. Tawarkan pembersihan
mulut dengan sering..

analgesi
dengan s

e. Anjurkan dan bantu

dapat m
ketidakn

pasien dalam teknik


menekan dada selama

memper
analgesi

episode batukikasi.
f.

Kolaborasi dalam

d. Perna
terapi ok

pemberian analgesik sesuai mengirit


indikasi
mengeri

mukosa,
ketidakn

e. Alat un
ketidakn

sementa

keefektif

f. Obat in

digunak
menekan

produkti
kenyama
Hipertermi
berhubungan

Setelah diberikan tindakan a.


Kaji suhu tubuh
keperawatan diharapkan
pasienb.
Beri kompres

a. Menge
peningka

dengan proses
inflamasi aktif.

suhu tubuh kembali normal air hangat


memuda
dengan KH :
interven
c.
Berikan/anjurkan
panas de
Suhu tubuh 36Cpasien untuk banyak minum peminda
37C
1500-2000 cc/hari (sesuai secara k
toleransi)

hangat m

d.

peminda
secara p

Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian yang


menyeba
tipis dan mudah menyerap
atau men
keringat

c. Untuk
Observasi intake dan cairan tu
output, tanda vital (suhu,
akibat ev
nadi, tekanan darah) tiap 3
e.

jam sekali atau sesuai


indikasi

d. Memb

nyaman
yang tip

f.
Kolaborasi :
menyera
pemberian cairan intravena tidak me
dan pemberian obat sesuai peningka
program.

e. Mende

kekuran

mengeta
keseimba

dan elek
tubuh. T

merupak
mengeta

umum p

f. Pembe

sangat p
pasien d

tubuh ya
khususn

menurun
pasien.

Intoleransi aktivitas Setelah diberikan tindakan a. Evaluasi respon pasien

a. Menet

berhubungan
dengan

kemamp
kebutuha

keperawatan pasien
diharapkan mampu

terhadap aktivitas. Catat


laporan dispnea,

ketidakseimbangan melakukan aktivitas dalam peningkatan kelemahan atau memuda


antara suplai dan
batas yang ditoleransi
kelelahan.b. Berikan
interven
kebutuhan oksigen. dengan kriteria hasil:
Melaporkan atau

lingkungan tenang dan


batasi pengunjung selama

n stress d
berlebiha

fase akut sesuai indikasi.

meningk

menunjukan peningkatan
toleransi terhadap aktivitas c. Jelaskan pentingnya

yang dapat diukur dengan istirahat dalam rencana


adanya dispnea, kelemahan pengobatandan perlunya

c. Tirah

dipertah
fase aku

berlebihan, dan tanda vital keseimbangan aktivitas dan menurun


dalam rentan normal.
istirahat.
metaboli

energy u

d. Bantu pasien memilih


posisi nyaman untuk
istirahat.

penyemb

d. Pasien
nyaman

e. Bantu aktivitas
perawatan diri yang

tinggi, ti
menundu

diperlukan. Berikan
kemajuan peningkatan

atau ban

aktivitas selama fase


penyembuhan.

e. Memin

kelelaha
keseimba

kebutuha

Kurang pengetahuan Setelah diberikan tindakan a. Kaji ulang kemampuan a. Kema


tentang kondisi,
pengobatan,

keperawatan tingkat
pengetahuan pasien

pencegahan
berhubungan

meningkat, dengan kriteria partisipasi, lingkungan


kesiapan
hasil:
belajar, tingkat pengetahuan, Keberha

dengan tidak ada


yang menerangkan,
interpretasi yang
salah, informasi
yang didapat tidak
lengkap/tidak

Menyatakan
pemahaman proses
penyakit/prognosisdan
kebutuhan pengobatan.
Melakukan

akurat, terbatasnya
perubahan prilaku dan pola
pengetahuan/kognit
hidup unruk memperbaiki
if
kesehatan umurn dan
menurunkan resiko
pengaktifan ulang
luberkulosis paru.
Mengidentifikasi
gejala yang mernerlukan

belajar pasien misalnya:


berkaita
perhatian, kelelahan, tingkat keadaan

media, orang dipercaya.b.


Berikan Informasi yang

pada kem
pasien.b

spesifik dalam bentuk tulisan tertulis d


misalnya: jadwal minum
menging
obat.
c.

Jelaskan

c. Menin
partisipa

penatalaksanaan obat: dosis, mematu


frekuensi, tindakan dan
dan men

perlunya terapi dalam jangka obat.


waktu lama. Ulangi
d. Mence
penyuluhan tentang
interaksi obat Tuberkulosis
dengan obat lain.

terhadap
sehingga

menjalan
d. Jelaskan tentang efek

evaluasi/intervensi.
Menerima perawatan
kesehatan adekuat

samping obat: mulut kering, e. Kebias


konstipasi, gangguan
penglihatan, sakit kepala,

alkohol b
terjadiny

peningkatan tekanan darah.


e. Anjurkan pasien untuk

f. Efek sa
etambut

tidak minurn alkohol jika


sedang terapi INH.

visus, ku
melihat w

f. Rujuk perneriksaan
mata saat mulai dan

g. Debu s
keracuna

menjalani terapi etambutol. menggan


paru/bro
g. Berikan gambaran
tentang pekerjaan yang
berisiko terhadap

h. Penge
cukup da

penyakitnya misalnya:
bekerja di pengecoran

resiko pe
kambuh

logam, pertambangan,
pengecatan.

Komplik
formasi

pneumot
efusi pleu

h. Review tentang cara


penularan Tuberkulosis dan bronkiek
resiko kambuh lagi.
hernopti

Gastro, I
fistula br

Tuberku
penulara

Risiko tinggi infeksi Setelah diberikan tindakan a. Review patologi penyakit a. Memb
penyebaran /
keperawatan tidak terjadi fase aktif/tidak aktif,
mau men
aktivitas ulang
penyebaran/ aktivitas ulang penyebaran infeksi melalui
infeksi berhubungan infeksi, dengan kriteria
bronkus pada jaringan

menerim
diberika

dengan pertahanan hasil:


primer tidak
adekuat, fungsi silia
menurun/ statis
sekret, malnutrisi,

sekitarnya atau aliran darah mencega


Mengidentifikasi

intervensi untuk

atau sistem limfe dan resiko komplika


infeksi melalui batuk, bersin, orang ya

meludah, tertawa., ciuman perlu pro


mencegah/menurunkan
atau menyanyi.b.
obat unt
resiko
penyebaran
infeksi.
terkontaminasi oleh
Identifikasi orang-orang
penyeba
lingkungan, kurang
yang beresiko terkena infeksi
Menunjukkan/melak
c. Kebias
informasi tentang
seperti anggota keluarga,
ukan perubahan pola hidup
mencega
infeksi kuman.
teman, orang dalam satu
untuk meningkatkan
penulara
perkumpulan.
lingkungan yang. aman.

c. Anjurkan pasien
menutup mulut dan
membuang dahak di tempat

d. Mengu
penyeba

penampungan yang tertutup e. Febris


indikasi
jika batuk.
infeksi.
d. Gunakan masker setiap
melakukan tindakan.

f. Penget

e. Monitor temperatur.

faktor-fa
memban

f.

menguba
dan

Identifikasi individu

yang berisiko tinggi untuk


menghin
terinfeksi ulang Tuberkulosis i keadaa
paru, seperti: alkoholisme,
malnutrisi, operasi bypass

buruk.

intestinal, menggunakan
obat penekan imun/

g. Period

kortikosteroid, adanya
diabetes melitus, kanker.
g. Tekankan untuk tidak
menghentikan terapi yang

terjadi h
setelah p

kemoter
terjadi k

penyeba
berlanju

dijalani.

h. INH a

Kolaborasi:

pilihan b
Tuberku

h. Pemberian terapi INH,

dikombin
obat-oba

etambutol, Rifampisin.
i.

Pemberian terapi

Pyrazinamid
(PZA)/Aldinamide, paraamino salisik (PAS),
sikloserin, streptomisin.
j.

Monitor sputum BTA.

Pengoba
pendek I

Rifampis
bulan da

untuk 2 b

i. Obat-o

diberika
primer s

j. Untuk
keefektif

efeknya
pasien te

14. Evaluasi
Dx 1:Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:

Mempertahankan jalan napas pasien.

Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.

Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.

Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.

Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan


tepat.

Dx 2: Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:

Melaporkan tidak terjadi dispnea.

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat


dengan GDA dalam rentang normal.

Bebas dari gejala distress pernapasan.


Dx 3: Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:

Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai


laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi.

Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan


mempertahankan berat badan yang tepat.
Dx 4: Nyeridapat berkurang atau terkontrol, dengan kriteria evaluasi:

Menyatakan nyeri berkurang atauterkontrol

Pasien tampak rileks


DX 5 : Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria evaluasi :

Suhu tubuh 36C-37C.


DX 6 : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi
dengan kriteria evaluasi :

Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap


aktivitas yang dapat diukur dengan adanya dispnea, kelemahan berlebihan,
dan tanda vital dalam rentan normal.
DX 7 : Tingkat pengetahuan pasien meningkat, dengan kriteria evaluasi:

Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosisdan kebutuhan


pengobatan.

Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki


kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis
paru.

Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi.

Menerima perawatan kesehatan adekuat.


DX 8 :Tidak terjadi penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, dengan kriteria
evaluasi:

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko


penyebaran infeksi.

Menunjukkan/melakukan

perubahan

pola

hidup

untuk

meningkatkan lingkungan yang. aman.


Daftar pustaka
Anonymous.(2010). Tuberkulosis.Retrieved:

Kamis,

11

Maret

2010,

fromhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
Content Team, Asian Brain. (2009 ). Tuberkulosis (TBC).Retrieved: Kamis,
11
Maret
2010,
penyakit/tbc.htm

fromhttp://www.anneahira.com/pencegahan-

Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :
EGC
Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta:
Fakultas Kedokteran UI Media Aescullapius.

Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit , Edisi 6.Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne. C dan Bare, Brenda. G. 2001. Buku ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC
Underwood, J.C.E.1999.Patologi Umum dan Sistematik Volume 2.Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai