HASIL PENELITIAN
Usia
- Remaja akhir (17-25 27 65.9
tahun)
- Dewasa awal akhir(26- 14 34.1
45 tahun)
Jenia Kelamin
- Pria 1 2,4
- Wanita 40 97,6
Pendidikan
- Diploma III 36 87,8
- S1 Ners 5 12,2
Lama Bekerja
- < 5 tahun 33 80.5
- > 5 tahun 8 19.5
Pelatihan
- Ya 34 82.9
- Tidak 7 17.1
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pelaksanaan komunikasi
SBAR Terhadap Tingkat Pengetahuan Perawat
Di RS MH Thamrin Cileungsi. (n=41)
Tingkat Pengetahuan
Pelaksanaan Perawat Total OR
Komunikasi Kurang Baik p-Value
(95% CI)
SSBAR
n % n % N %
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Komunikasi
SBAR Terhadap Usia
Di RS MH Thamrin Cileungsi. (n=41)
Usia
Pelaksanaan Dewasa
Remaja Total OR
Komunikasi Awal-Akhir p-Value
Akhir (17- (95% CI)
SBAR (26-45)
25) Tahun
Tahun
n % n % N %
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pelaksanaan Komunikasi
SBAR Terhadap Jenis Kelamin
Di RS MH Thamrin Cileungsi. (n=41)
Jenis Kelamin
Pelaksanaan Total OR
Komunikasi Laki-laki Perempuan p-Value
(95% CI)
SBAR
N % N % n %
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Komunikasi
SBAR Terhadap Pendidikan
Di RS MH Thamrin Cileungsi. (n=41)
Pendidikan
Pelaksanaan Total OR
Komunikasi Diploma III S1 Ners p-Value
(95% CI)
SBAR
N % N % n %
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pelaksanaan Komunikasi
SBAR Terhadap Pengalaman (Lama Bekerja)
Di RS MH Thamrin Cileungsi. (n=41)
Pengalaman
Pelaksanaan Total OR
Komunikasi < 5 tahun >5 tahun p-Value
(95% CI)
SBAR
n % n % n %
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Komunikasi
SBAR Terhadap pelatihan
di RS MH Thamrin Cileungsi. (n=41)
Pelatihan
Pelaksanaan Total OR
Komunikasi tidak ya p-Value
(95% CI)
SBAR
n % N % n %
Hal ini sesuai dengan teori Notoatmojo (2010) yang menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan terhadap suatu obyek tertentu,
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat tinggi untuk
terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Hal ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Monica (2016) pengetahuan merupakan
pembentuk tindakan seseorang, perilaku seseorang dapat berubah jika perubahan
tersebut didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif.
Usia adalah lama hidup perawat saat bekerja dirumah sakit. Penelitian ini
dikategorikan menjadi dua yaitu remaja akhir (17-25 tahun) dan dewasa awal-
akhir (26-45 tahun).
Hasil uji statistik pada tabel diperoleh bahwa, hampir seluruh responden berusia
dewasa awal (26-35 tahun) melakukan pendokumentasian yang sesuai dalam
pelaksanaan Komunikasi SBAR yaitu sebesar 17 responden (56,7%). Diperoleh
pula p-value 0,064 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara hubungan pelaksanaan komunikasi SBAR dengan usia responden. Adapun
nilai OR= 7.647 (95% CI:0,865-67.566).
Hal ini sesuai dengan teori Depkes (2009), Usia ini merupakan usia yang
perkembangan kognitifnya lebih baik khususnya dalam memecahkan masalah.
Perawat yang berada pada rentang usia ini juga akan lebih cenderung berperan
aktif dan diharapkan memiliki keterampilan yang lebih baik khususnya dalam
pelaksanaan komunikasi SBAR sehingga hal ini dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dari rumah sakit itu sendiri.
Hasil uji statistik pada tabel diperoleh bahwa, hampir seluruh responden berjenis
kelamin perempuan melakukan pendokumentasian dengan sesuai dalam
pelaksanaan komunikasi SBAR yaitu sebesar 30 responden (75.0%). Diperoleh
pula p-value 0,268 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara pelaksanaan Komunikasi SBAR dengan jenis kelamin. Adapun
nilai OR= 0.909 (95% CI:0,754-1.096).
Hasil uji statistik pada tabel diperoleh bahwa hubungan pelaksanaan komunikasi
SBAR dengan pengalaman (lama bekerja) didapatkan bahwa responden yang
memiliki pengalaman < 5 tahun dengan 27 responden (90%) melakukan
pendokumentasian yang sesuai pada pelaksanaan komunikasi SBAR, dan
responden yang memiliki pengalaman kerja > 5 tahun berisiko 5 kali memiliki
dokumentasi yang tidak sesuai pada pelaksanaan komunikasi SBAR. Hasil uji
statistic dengan chi square diperoleh p-value (0,025), dengan OR 0.133 berarti
ada hubungan yang bermakna antara variabel pelaksanaan komunikasi SBAR
dengan pengalaman (lama bekerja).
Hasil uji statistik pada tabel diperoleh bahwa hubungan pelaksanaan komunikasi
SBAR dengan pelatihan didapatkan bahwa responden yang mengikuti pelatihan
dengan 27 responden (90%) melakukan pendokumentasian yang sesuai pada
pelaksanaan komunikasi SBAR, dan responden yang tidak mengikuti pelatihan
berisiko 4 kali memiliki dokumentasi yang tidak sesuai pada pelaksanaan
omunikasi SBAR. Hasil uji statistic dengan chi square diperoleh p-value (0,069),
dengan OR 5.143 berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel
pelaksanaan komunikasi SBAR dengan Pelatihan Responden.
Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada ruang rawat inap RS MH
Thamrin Cileungsi sehingga jumlah responden dalam penelitian ini sangat
terbatas, meskipun peneliti menggunakan teknik total sampling dalam
pengambilan sampel tetapi pada saat pengambilan data terjadi pengurangan pada
responden. Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut agar dapat memperluas
populasi peneltian di seluruh bagian RS MH Thamrin Cileungsi mengingat
pentingnya pelaksanaan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam keperawatan untuk
mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan pemberian auhan keperawatan.
Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh responden menyebabkan pengisian
kuisioner tidak dapat secara langsung didampingi oleh peneliti saat kuisioner
diserahkan kepada responden. Peneliti hanya menyerahkan kuisioner kepada
responden dan mengambilnya kembali 2 hari setelah menyerahkan kuisioner. Hal
tersebut dapat menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan kepada responden, apakah
memang benar-benar responden yang mengisi kuisioner atau orang lain dan
apakah kuisioner diisi berdasarkan pemikiran dan pengetahuan pribadi responden
atau pemikiran bersama dengan orang lain. Apalagi sangat terlihat kurangnya
antusiasme responden untuk mengisi kuisioner. Namun, disamping hal tersebut
responden mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk mengisi kuisioner yang
diberikan. Hal ini dibuktikan dengan terkumpulnya kembali kuisioner yang
diberikan kepada responden, yaitu sebesar 41 kuisioner dari 54 kuisioner yang
peneliti serahkan kepada responden.
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi SBAR dengan Pelaksanaannya di
Ruang Rawat Inap RS MH Thamrin Cileungsi, maka sesuai dengan tujuan
penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
A. Responden dalam penelitian memasuki usia remaja akhir 27 responden, 1
responden berjenis kelamin pria dan 40 perempuan, 36 responden
berpendidikan DIII Keperawatan, 33 responden berpengalaman lama bekerja
<5 tahun, 34 responden mengikuti pelatihan atau sosialisasi tentang
komunikasi SBAR
B. Responden yang melakukan pelaksanaan komunikasi SBAR dengan sesuai
sebanyak 30 responden (73,2%), sedangkan dokumentasinya tidak sesuai 11
responden (26,8%).
C. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebesar 34 responden
(82.9%), dan yang memiliki pengetahuan yang kurang ada 7 responden
(17.1%)
D. Adanya hubungan yang bermakna antara pelaksanaan komunikasi SBAR
dengan Tingkat pengetahuan perawat, hasil uji statistik didapatkan p value=
0,069 dan nilai OR= 5.143 (95% CI:0.928-28.500).
E. Adanya hubungan yang bermakna antara pelaksanaan komunikasi SBAR
dengan usia, hasil uji statistik didapatkan p value= 0,064 dan nilai OR= 7.647
(95% CI:0.865-67.566).
F. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pelaksanaan komunikasi
SBAR dengan jenis kelamin, hasil uji statistik didapatkan p value= 0,268 dan
nilai OR= 0,909 (95% CI:0,754-1.096).
G. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pelaksanaan komunikasi
SBAR dengan pendidikan, hasil uji statistik didapatkan p value= 0,110 dan
nilai OR= 0.190 (95% CI: 0,27-1.344).
H. Adanya hubungan yang bermakna antara pelaksanaan komunikasi SBAR
dengan pengalaman, hasil uji statistik didapatkan p value= 0,022 dan nilai
OR= 0.133 (95% CI:0,025-0,717).
I. Adanya hubungan yang bermakna antara pelaksanaan komunikasi SBAR
dengan pelatihan, hasil uji statistik didapatkan p value= 0,069 dan nilai OR=
5.143 (95% CI:0,928-28.500).
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian ini, terdapat beberapa
hal yang dapat menjadi pertimbangan sebagai masukan bagi beberapa pihak
dalam upaya meningkatkan pengetahuan perawat tentang pelaksanaan komunikasi
SBAR sehingga diharapkan perawat dapat melaksanakan komunikasi SBAR
dengan sesuai, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan asuhan
keperawatan kepada klien. Peneliti merekomendasikan beberapa hal, antara lain:
A. Rumah Sakit
Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan masukan bagi rumah sakit
dalam upaya meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan di rumah sakit
dengan cara sosialisasi-sosialisasi apabila adanya suatu terapan terbaru dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya pengetahuan dan pelaksanaan
perawat tentang komunikasi SBAR dan menyekolahkan perawat yang masih
berpendidikan Diploma III ke jenjang S1 + Ners.
B. Perawat
Mengingat terdapan beberapa perawat yang memiliki pengetahuan kurang
baik dan dalam pelaksanaan komunikasi SBAR terdapat beberapa dilakukan
dengan tidak sesuai diharapkan dapat menjadi perhatian perawat yang bekerja
di ruang rawat inap untuk senantiasa meningkatkan pengetahuannya tentang
pelaksanaan komunikasi SBAR untuk mencegah terjadinya kesalahan pada
pemberian asuhan keperawatan. Peningkatan pengetahuan perawat ini dapat
dilakukan oleh perawat dengan mengikuti pelatihan, seminar ataupun
workshop yang diadakan baik oleh organisasi, institusi pendidikan, maupun
pihak-pihak terkait.
C. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memberikan kesempatan kepada institusi
pendidikan keperawatan untuk mengevaluasi efektivitas kurikulum yang
selama ini diterapkan. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi acuan atau
refrensi dalam mengembangkan kurikulum pendidikan yang lebih baik lagi,
khususnya dalam meningkatkan pengetahuan perserta didik tentang
pelaksanaan komunikasi melalui metode SBAR yang terbaru dengan
menambah SKS.
D. Penelitian Selanjutnya
Melakukan penelitian serta mengembangka kembali penelitian di tahun
berikutnya dengan meneliti variabel yang belum diteliti, seperti lingkungan,
sosial budaya.