Anda di halaman 1dari 5

PENGANTAR SOSIOLOGI

DIBALIK KEBIJAKAN PEMERINTAH: KENAIKAN HARGA BBM 2014

MAKALAH

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 2. PEMBAHASAN

Kebijakan

adalah

tindakan-tindakan

atau

kegiatan

yang

sengaja

dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang atau suatu kelompok atau
pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya
pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan
tujuan tertantu. Sementara itu kebijakan public adalah segala sesuatu yang
dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh pemerintah mengapa suatu kebijakan
harus dilakukan dan apakah manfaat bagi kehidupan bersama harus menjadi
pertimbangan yang holistic agar kebijakan tersebut mengandung manfaat
yang besar bagi warganya dan berdampak kecil dan sebaiknya tidak
menimbulkan persoalan yang merugikan, walaupun demikian perlu ada yang
diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah letaknya pemerintah harus
bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan (Thomas Dye, 1992).
Dari uraian sebelumnya perlu dipertegas kembali bahwa penetapan
suatu

kebijakan haruslah mempertimbangakan kemaslahatan masyarakat

banyak, tidak hanya demi kepentingan para pembuat kebijakan itu sendiri.
Terkait dengan hal tersebut, baru-baru ini pemerintah Indonesia yang
dipimpin oleh Presiden Joko Widodo mengeluarkan sebuah kebijakan yang
cukup menggemparkan masyarakat, yaitu kebijakan menaikkan harga bahan
bakar minyak di Indonesia. Kurang lengkap apabila suatu kebijakan tidak
mengundang pro kontra dari berbagai kalangan masyarakat, seperti halnya
kebijakan kenaikkan BBM ini juga banyak mearik berbagai pendapat dari
masyarakat sebagai pihak yang berkewajiban untuk menjalankan kebijakan
tersebut.
Alasan dari pemerintah berakitan dengan dikeluarkanya kebijakan ini
adalah adanya pengalihan anggaran subsidi BBM yang kurang lebih
mencapai 100 triliun rupiah untuk sektor-sektor produktif lain, seperti
insfratuktur

perlindungan

kesejahteraan

warga

kurang

mampu

dan

pembangunan sektor kelistrikan. Pemerintah merasa bahwa dengan adanya

kebijakan
sempurna,

sebelumnya
masyarakat

yaitu
yang

subsidi
bukan

BBM,

kurang

sasaran

dari

terealisasi
kebijakan

dengan
ini

ikut

menikmatinya dengan mengkonsumsi BBM dengan harga murah. Mereka


yang mengendarai mobil-mobil mewah masih saja menggunakan bahan
bakar yang disubsidi oleh pemerintah. Dan disaat harga minyak dunia
mengalami

penurunan,

pemerintah

justru

memilih

kebijakan

untuk

menaikkan harga minyak di Indonesia, hal inilah yang menimbulkan


kecurigaan masyarakat terhadap pemerintah, bahwa adanya keuntungan
yang ingin diperoleh oleh pemerintah. Selain itu alasan yang digunakan oleh
pihak pembuat kebijakan dalam menentukan kebijakan ini adalah sebagai
upaya untuk memajukan sector maritim Indonesia dengan menaikkan
produktivitas sector pangan, perbaikan serta pembangunan sistem irigasi,
sehingga diharapkan bisa melakukan swasembada beras.
Tentunya dampak dari kebijakan baru ini sudah secara langsung bisa
dirasakan oleh masyarakat. Karena keberadaan bahan bakar minyak atau
BBM merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian dalam
suatu Negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dan kegiatanekonomi
di

Indonesia

mengandalkan

BBM

sebagai

sumber

energy

dalam

beraktivitas.segala kegiatan yang berada dalam ruang lingkup ekonomi tidak


lepas dari penggunaan BBM, mulai dari aktivitas yang dikerjakan oleh rumah
tangga hingga perusahaan yang melakukan produksi barang dan jasa. Jika
dilihat dari sisi trannsportasi, keberadaan BBM sangat penting adanya,
karena

kemajuan

suatu

Negara

ditentukan

oleh

kemudahan

akses

transportasinya yang baik. Dengan ditetapkanya kebijakan ini sudah sangat


bisa dirasakan efek sampingnya, dampak yang paling terlihat adalah naiknya
harga sejumlah kebutuhan di pasaran yang terkait hampir ke seluruh sector
produksi. Jika biaya produksi naik, maka harga produk yang dihasilkan pun
pasti ikut naik. Minimnya tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat dan
tingginya tingkat kebutuhan hidup makin meelengkapi beban penderitaan
yang harus ditanggung oleh masyarakat. Jika terus dibiarkan, kenaikkan
harga yang berkelanjutan akan menimbulkan terjadinya inflasi di Indonesia.

Dimana daya beli masyarakat terhadap suatu barang mengalami penurunan


dan terjadi kemerosotan nilai mata uang dalam negeri. Jika daya beli yang
turun tidak didampingi dengan kompensasi, akan meningkatkan angka
kemiskinan di Indonesia. Jadi, reaksi pihak yang kontra terhadap kebijakan
pemerintah ini cukup masuk akal dan bukan tanpa alasan. Berdasarkan yang
sudah pernah terjadi sebelumnya, kenaikkan harga BBM di Indonesia selalu
dibarangi dengan kompensasi yang diberikan bagi mereka yang kurang
mampu. Namun menurut beberapa pihak semua progam-progam tersebut
juga banyak menimbulkan pro kontra karena dianggap tidak tepat sasaran,
bersifat jangka pendek, dan rawan terhadap adanya tindak penyelewengan
aparat pemerintah di tingkat bawah. Bertepatan dengan kebijakan kali ini,
Presiden Jokowi juga menggunakan progam tersebut, yaitu dengan adanya
Kartu Perlindungan Sosial (KPS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia
Sehat (KIS), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Kita hanya bisa menunggu
evektivitas hasil dari adanya progam tersebut.
Peran anggota legislatif yang dianggap sebagai wakil rakyat dalam
parlemen juga patut mendapat perhatian lebih. Mereka seakan-akan
mengabaikan kepentingan rakyat yang seharusnya mereka perjuangkan dan
tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. DPR sebagai penyambung lidah
rakyat dianggap tidak respon cepat terhadap masalah-masalah yang sedang
dihadapi oleh masyarakat. Dibuktikan dengan masih banyaknya anggota
legislative (DPR) yang berurusan dengan pihak berwewenang karena diduga
melakuakan tindakan penyelewengan uang Negara atau korupsi. Pada
intinya DPR Indonesia kurang pro rakyat.
Meski demo terjadi dimana-mana dan dilakukan oleh berbagai lapisan
masyarakat, bahkan kalangan intelek pun ikut turun tangan melakukan
demo penolakan terhadap kebijakan pemerintah yang menaikkan harga
BBM, hal ini membuktikan bahwa, memang banyak masyarakat yang tidak
setuju dengan dikeluarkanya kebijakan ini. Sekarang nasi sudah menjadi
bubur,

kebijakan

sudah

ditetapkan

oleh

penguasa,

sekeras

apapun

penolakan yang dilakukan sudah tidak ada artinya lagi. Pendapat, kritik dan

tidak kesetujuan yang disuarakan hanya dianggap sebagai angin berlalu. Kini
masyarakat hanya tinggal berkewajiban untuk menjalankan kebijakan
tersebut.
Selain masalah diatas yang perlu untuk dikritisi, pengelolaan sumber
daya minyak nasional ppun perlu diperhatikan dan dipertanyakan. Seperti
yang kita ketahui bahwa saat ini pengelolaan minyak nasional lebih banyak
dikuasai oleh perusahaan asing, misalnya saja Exxon, Shell, BP, Chevron, dan
perusahaan asing lainya melalui tanda tangan kontrak dengan pemerintah
Indonesia. Sistem kontrak bagi hasil yang disetujui ini dianggap tidak adil
karena hanya memberi sedikit keuntungan bagi pemerintah Indonesia,
smentara keuntungan yang lebih besar diperoleh oleh perusahaan asing. Hal
lain yang perlu dikritisi adalah kinerja dari PT Pertamina yang dinilai belum
menjalankan tugas dengan baik. PT Pertamina dianggap memiliki potensi
yang besar bagi mereka yang ingin melkukan tindakan korupsi, bahkan
bernilai hingga triliunan rupiah.
Kebijakan

pemerintah

menaikkan

harga

BBM

di

Indonesia

tidak

sepenuhnya menjadi sebuah kesalahan dari pihak pemerintah, kita sebagai


masyarakat yang baik sudah selayaknya menghargai apa

yang sudah

diputuskan oleh penguasa. Namun dalam pembuatan kebijakan kali ini dirasa
kurang tepat, selain karena haraga minyak dunia sedang mengalami
penurunan, pemerintah juga kurang memperhatikan kondisi dan kualitas
ekonomi dari masyarakatnya yang masih pada taraf miskin. Maka dari itu
sebelum pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang kenaikkan harga BBM,
terlebih

dahulu

masyarakatnya.

melakukan

upaya

peningkatan

kesejahteraan

Anda mungkin juga menyukai